Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 13, Nomor 2, Desember 2012, hlm.247-259

PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN


PERMINTAAN INPUT USAHATANI JAGUNG

Adang Agustian1 dan Sri Hartoyo2


1 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian
Jalan Ahmad Yani 70 Bogor 16161, Telepon 0251-8333964, Faks. 0251-8314496 Bogor
2 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Jalan Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680


E -mail: aagustian08@gmail.com

Diterima 18 Januari 2012 / Disetujui 27 September 2012

Abstract: This study aims to determine the effect of changes in output and input prices, corn
research expenditures and road infrastructure on output supply and input demand for corn in
the Province of East Java and West Java. The data that are analyzed are those of structure of
costs of corn farming in the Province of East Java and West Java in 1985-2009. Estimation
model employed is the method of Seemingly Unrelated Regression. The results showed that the
output supply of corn both in the province of East Java and West Java are elastic to its price
changes, however it is inelastic to the price changes of: seed, urea, TSP and labor. Input
demand of seed, urea, TSP and labor area inelastic to their price changes. Policy implications
of this research is efforts to increase the supply of corn can be carried out by increasing its
price, expenditures of corn research, and road infrastructure.
Keywords: supply elasticity, demand elasticity, corn farming, cost structure

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perubahan dalam output dan harga
input, pengeluaran penelitian jagung dan infrastruktur jalan pada pasokan output dan
permintaan input untuk jagung di provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat. Data yang dianalisis
adalah struktur biaya pertanian jagung di provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat pada tahun
1985-2009. Model estimasi yang digunakan adalah metode Seemingly Unrelated Regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasokan output jagung baik di provinsi Jawa Timur dan
Jawa Barat yang elastis terhadap perubahan harga, namun inelastis terhadap perubahan
harga: benih, urea, TSP, dan tenaga kerja. Permintaan input benih, urea, TSP, dan tenaga
kerja inelastis terhadap perubahan harga masing-masing input. Implikasi kebijakan dari
penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan pasokan jagung dapat dilakukan dengan
meningkatkan harga, pengeluaran penelitian jagung, dan infrastruktur jalan.
Kata kunci: elastisitas penawaran, elastisitas permintaan, pertanian jagung, struktur biaya

PENDAHULUAN pada tahun 2009 (FAO, 2009; dan Zubachtiro-


din, Pabbage dan Subandi , 2007).
Pada periode 2000-2009, luas panen dan
Jagung merupakan komoditas tanaman pangan
produksi jagung nasional mengalami pening-
sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras
katan masing-masing sebesar 2,35 dan 7,07
yang sangat berperan dalam menunjang keta-
persen per tahun. Pada tahun 2000, produksi
hanan pangan. Kebutuhan jagung nasional sela-
jagung nasional mencapai 9,68 juta ton kemu-
ma periode 2000-2009 mengalami peningkatan
dian meningkat menjadi 17,63 juta ton pada
sebesar 3,40 persen per tahun. Pada tahun 2000,
tahun 2009. Di provinsi Jawa Timur, peningkat-
total kebutuhan jagung mencapai 10,72 juta ton,
an produksi jagung mencapai 4,22 persen per
kemudian meningkat menjadi 15,12 juta ton
tahun, yaitu dari 3,49 juta ton pada tahun 2000 ZA, NPK Phonska, NPK Pelangi, NPK Kujang
menjadi 5,27 juta ton pada tahun 2009. Semen- dan pupuk organik. Dengan semakin terbatas-
tara di provinsi Jawa Barat, peningkatan pro- nya anggaran pemerintah, subsidi pupuk per
duksi jagung sebesar 7,08 persen per tahun, jenis pupuk semakin kecil sehingga Harga Ecer-
yaitu dari 412,02 ribu ton tahun 2000 menjadi an Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi meng-
784.61 ribu ton pada tahun 2009 (BPS, 2010). alami peningkatan (Nuryartono, 2009). Semen-
Produktivitas jagung nasional tahun 2009 tara untuk mendukung penggunaan benih ung-
mencapai 4,24 ton/ha, yang relatif lebih kecil gul, pada tahun tahun 2009 pemerintah membe-
dibandingkan dengan produktivitas jagung se- rikan benih jagung unggul subsidi sebanyak 4.
perti di Amerika Serikat yang mencapai 10.34 266 ton untuk area tanam 225.534 hektar. Selain
ton/ha dan China mencapai 5,35 ton/ha. Ren- itu, dukungan peningkatan produksi jagung
dahnya produksi jagung nasional, sementara dilakukan dengan peningkatan produktivitas,
kebutuhannya meningkat pesat menyebabkan perluasan areal tanam, pemberdayaan kelemba-
terjadinya ketimpangan pemenuhan kebutuh- gaan pertanian dan dukungan infrastruktur
an. Untuk mencukupi berbagai kebutuhan, pasar, infrastruktur jalan dan pembiayaan (Eko-
dilakukan impor jagung yang mencapai 1,29 nomi dan Bisnis, 2009). Peningkatan infra-
juta ton tahun 2000 dan turun menjadi 300 ribu struktur jalan diperlukan untuk memperlancar
ton tahun 2009. Sementara rendahnya produkti- arus barang dan jasa terutama input yang di-
vitas jagung nasional pada beberapa sentra perlukan dan pemasaran hasil pertanian pada
produksi jagung seperti di provinsi Jawa Timur suatu wilayah. Kegiatan riset pengembangan
dan Jawa Barat antara lain disebabkan masih jagung juga terus dilakukan pemerintah. Pada
banyaknya petani yang menanam varietas lokal tahun 2000 pengeluaran riset jagung sebesar Rp
dan varietas unggul lama yang benihnya telah 0,19 milyar dan meningkat menjadi Rp13,8
mengalami degradasi secara genetik dan belum milyar pada tahun 2009. Permasalahannya ada-
dimurnikan. Sampai tahun 2010, penggunaan lah bagaimana pengaruh infrastruktur penge-
benih jagung hibrida baru sekitar 50 persen dari luaran riset jagung dan jalan terhadap pena-
total pemakaian benih jagung di Indonesia waran jagung?
(Bisnis Indonesia, 2010). Menurut Kasryno, et.al Untuk menjawab permasalahan-permasa-
(2007) bahwa potensi produktivitas jagung lahan di atas maka dilakukan penelitian ini.
hibrida dapat berkisar antara 5–7 ton/ha. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
Dalam rangka peningkatan produksi ja- mengetahui elastisitas permintaan input (input
gung, pemerintah pusat melakukan berbagai variabel dan faktor tetap) dan penawaran out-
kebijakan yang meliputi kebijakan input dan put usahatani jagung
output (Ditjen Tanaman Pangan, 2010). Kebi- Fungsi Produksi dan Keuntungan. Fungsi
jakan terkait input usahatani jagung antara lain: produksi merupakan fungsi yang menggam-
subsidi pupuk dan bantuan benih. Kebijakan barkan hubungan teknis antara input dan out-
terkait output adalah mendorong pemerintah put (Debertin, 1986). Dalam proses produksi
daerah agar menampung produksi jagung peta- pertanian terdapat tiga kategori input, yaitu:
ni pada saat panen, sehingga harganya stabil input variabel, input tetap dan input acak se-
dan tidak jatuh disaat musim panen. Hal ini perti curah hujan. Selanjutnya Fan (1991), Har-
karena sejak tahun 1990 kebijakan pengaturan toyo (1994) dan Khatri dan Thirtle (1996) meng-
harga dasar jagung sudah tidak ada, dan harga ungkapkan bahwa produksi pertanian dipe-
jagung ditentukan oleh mekanisme pasar. Per- ngaruhi oleh perkembangan teknologi, infra-
masalahannya adalah bagaimana pengaruh struktur (jaringan irigasi dan jalan), kelemba-
harga input dan harga output (jagung) terhadap gaan, dan riset di bidang pertanian.
penawaran jagung?. Apabila Y adalah produksi suatu komoditi,
Dukungan pemerintah dalam hal input Xj adalah jumlah input variabel j, dan Zk ada-
adalah berupa subsidi pupuk. Jenis pupuk yang lah input tetap k, maka fungsi produksi pada
disubsidi tahun 2009 adalah pupuk: urea, SP36, keadaan teknologi tertentu dapat dirumuskan

248 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 247-259
sebagai berikut: Y = f (Xj; Zk) . yaitu: (1) fungsi penawaran output dan permin-
Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani taan input dapat diturunkan secara langsung
bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dengan mudah, (2) penurunan fungsi penawar-
dalam jangka pendek keuntungan merupakan an output dan permintaan input dari fungsi
selisih antara penerimaan total dikurangi de- keuntungan memberikan hasil yang sama jika
ngan biaya variabel total. Pada tingkat harga fungsi tersebut diturunkan dari fungsi produk-
output tertentu (P), harga input tertentu (R), si, dan (3) analisis menggunakan fungsi keun-
dan faktor input tetap (Z) dimana dalam pene- tungan dapat menghindari masalah bias pada
litian ini adalah infrastruktur (pengeluaran riset persamaan simultan. Hal ini disebabkan karena
dan jalan), petani memaksimumkan keuntung- pada fungsi keuntungan semua peubah ekso-
an yaitu sebagai berikut: gen terletak di sebelah kanan dan peubah endo-
gen terletak di sebelah kiri persamaan.
Pengaruh Harga Output, Harga Input,
. Rh Xh λ F X; Z Teknologi (Riset) dan Infrastruktur Terhadap
Produksi. Kebijakan harga merupakan salah
satu kebijakan yang dapat menjamin stabilitas
Keuntungan maksimal dicapai apabila ter-
harga input dan output serta mencegah agar
penuhi dua syarat, yaitu: first order condition
pendapatan produsen tidak berfluktuatif antar
(syarat perlu) dan second order condition (syarat
musimnya (Mubyarto, 1989). Produsen yang
cukup). Untuk syarat kecukupan terpenuhi jika
menghasilkan komoditas jagung, apabila meng-
Hessian Determinant lebih besar dari nol. Jika
hadapi kenaikan harga jagung, ceteris paribus,
syarat cukup terpenuhi, maka diperoleh Y dan
maka jumlah jagung yang ditawarkan (dipro-
X optimal, sehingga menghasilkan keuntungan
duksi) akan meningkat. Sesuai teori ekonomi,
maksimal. Nilai output dan input yang opti-
jika terjadi perubahan harga komoditas sendiri
mum merupakan fungsi dari: Y = Y* (P, R; Z)
(jagung), maka produksi hanya bergerak di se-
dan X= X* (P, R,;Z). Dengan mensubstitusikan
panjang kurva penawaran. Sementara jika terja-
Y dan X optimal pada persamaan fungsi keun-
di perubahan harga komoditas lainnya (substi-
tungan maka akan diperoleh fungsi keuntung-
tusi atau komplemen) atau terjadi perubahan
an sebagai berikut:
biaya faktor produksi dapat menyebabkan
kurva penawaran bergeser baik ke kiri maupun
Π Π ∗ P, R; Z
ke kanan.
Kebijakan yang dapat menyebabkan per-
Fungsi penawaran output dan permintaan
ubahan harga input seperti kebijakan pengu-
input pada penelitian ini diturunkan langsung
rangan subsidi pupuk dan subsidi benih.
dari fungsi keuntungan. Dengan menggunakan
Menurunnya subsidi pupuk terhadap suatu
prinsip Hotteling Lemma, turunan parsial ke-
jenis pupuk tertentu yang menyebabkan HET
untungan maksimal terhadap output merupa-
(Harga Eceran Tertinggi) pupuk meningkat
kan fungsi penawaran output dan turunan par-
misalnya pupuk urea dan SP36, pada hakekat-
sial keuntungan maksimal terhadap perubahan
nya adalah sama dengan kenaikan harga pupuk
harga input merupakan fungsi permintaan
urea dan SP36. Pada tahun 2005, HET pupuk
input.
urea dan SP36 masing-masing sebesar Rp1.050/

, ; kg dan Rp1.400/kg, kemudian pada tahun 2009

, ; mengalami peningkatan menjadi Rp 1.200/kg
dan Rp1.550/kg. Bahkan di daerah-daerah yang
∗ jaraknya jauh dan biaya transportasi mahal,
, ; ∗
, ; harga eceran pupuk selalu di atas HET. Pe-
ningkatan harga pupuk akan menyebabkan
Menurut Lau dan Yotopoulus (1972) bah- berkurangnya jumlah pupuk yang digunakan.
wa terdapat beberapa keunggulan mengguna- Penurunan penggunaan jumlah pupuk yang
kan pendekatan dual (fungsi keuntungan), digunakan produsen (petani) akan menyebab-

Pendugaan Elastisitas Penawaran Output (Adang Agustian dan Sri Hartoyo) 249
kan menurunnya output yang dihasilkan pro- dinormalisasi harga output sebagai berikut:
dusen. Hal ini juga berlaku bagi penggunaan
input lainnya (Pindyck and Rubinfeld, 2005).
∗ ∗
Sementara itu, menurut Lipsey, et.al. (1984) ln ln
bahwa terdapatnya inovasi atau teknologi baru
hasil penelitian akan menurunkan biaya, se-
∗ ∗
hingga keuntungan akan naik. Selain itu, ada- 0.5 ln ln
nya perubahan teknologi diduga akan berpe-
ngaruh terhadap alokasi relatif penggunaan
faktor produksi. Hasil penelitian Hartoyo (1994) ln ∗
ln
bahwa peningkatan infrastruktur (riset dan
jalan) dapat menyebabkan hasil per hektar

jagung meningkat. Menurut Morlok (1995) bah-
wa perbaikan infrastruktur transportasi terma- ln 0.5 ln ln
suk jalan akaan memperlancar bagi suatu
daerah untuk menerima sesuai kebutuhan dan (1)
memasarkan barang/jasa.

dimana: π* adalah keuntungan yang direstriksi,


METODE PENELITIAN dinormalkan dengan harga jagung. Satuan ke-
untungan usahatani adalah Rp/ha; Ri* = harga
Jenis dan Sumber Data input variabel ke i; i=1,2,3,4 berturut-turut har-
ga benih (RS), harga pupuk urea (RUR), harga
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
pupuk TSP (RT), dan upah tenaga kerja manusia
adalah data time series. Data time series yang
(RW). Adapun satuan kempat harga input
dikumpulkan adalah data struktur ongkos usa-
variabel tersebut, harga benih: Rp/kg; harga
hatani jagung di provinsi Jawa Timur dan Jawa
pupuk: Rp/kg; dan upah tenaga kerja: Rp/HK;
Barat. Data struktur ongkos usahatani jagung
Zk = input tetap ke k; k=1,2,3,4 berturut-turut:
bersumber: BPS, Pusat Data dan Informasi Per-
biaya lain (Z1), luas panen jagung (Z2), penge-
tanian (Pusdatin)-Kementerian Pertanian, dan
luaran riset jagung (Z3), dan infrastruktur jalan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi
(Z4). Adapun satuan untuk biaya lain: Rp/ha;
Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada data struktur
luas panen: hektar; pengeluaran riset jagung:
ongkos usahatani jagung diperoleh data struk-
Rupiah; dan infrastruktur jalan: kilometer; D
tur penerimaan, biaya dan keuntungan usaha-
adalah dummy variabel untuk provinsi (1=Jatim,
tani. Dari data tersebut akan dapat diketahui
0= Jabar) ; α0 adalah konstanta ; dan α0 α0 γih
data-data harga output (jagung), harga input
δik βk Φkj λ I adalah parameter fungsi keuntung-
(faktor produksi) seperti: benih, pupuk urea,
an yang diduga.
pupuk TSP, dan upah tenaga tenaga kerja.
Berdasarkan persamaan (1) maka dapat
Data lainnya yang digunakan untuk infrastruk-
diturunkan menjadi persamaan pangsa biaya
tur adalah berupa: pengeluaran riset untuk ja-
sebagai berikut:
gung (1985-2009) diperoleh dari Badan Litbang
Pertanian-Kementerian Pertanian, dan data
infrastruktur jalan dari BPS. -RS* XS
------------------ = αS + γSS ln RS* + γSUR ln RUR* +
Metode Analisis
π* γSW ln RW* + γST ln RT* + γS1 ln Z1 +
Ada penelitian ini, model fungsi keuntungan
yang digunakan adalah fungsi keuntungan γS2 ln Z2+ γS3 Wn Z3 + γS4 ln Z4 + D
translog seperti digunakan Shidu dan Baanante
(2)
(1981) dan Adeleke, Mattanmi dan Ogunniyi
(2008). Fungsi keuntungan translog yang

250 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 247-259
-RUR* XUR
------------------ = αUR + γURUR ln RUR* + γURS ln RS* + ∗
1 ∗

π* γURW ln RW* + γURT ln RT* + γUR1 ln Z1 +
(9)
γUR2 ln Z2+ γUR3 ln Z3+ γUR4 ln Z4 + D b. Elastisitas penawaran terhadap harga sendi-
(3) ri sebagai berikut:

-RT* XT ∗ ∗
= αT + γTT ln RT* + γTS ln RS* + 1
------------------
π*
(10)
γTW ln RW* + γTT ln RUR* + γT1 ln Z1 +
c. Elastisitas penawaran output terhadap input
γT2 ln Z2+ γT3 ln Z3 + γT4 ln Z4 + D (4)
tetap Zk:

-RW* XW ln
------------------ = αW + γWW ln RW* + γWS ln RS* +
π*
γWUR ln RUR + γWT ln RT* + ∗
1
γW1 ln Z1 + γW2 ln Z2 + γW3 ln Z3 +
(11)
γW4 ln Z4 + D (5)
Asumsi keuntungan maksimum yang harus
dipenuhi adalah persyaratan-persyaratan sime-
Elastisitas Permintaan Input diduga dengan
tri, homogen terhadap input dan output, kemo-
persamaan sebagai berikut:
notonikan, dan kekonvekan. Model fungsi ke-
Elastisitas Permintaan Input untungan translog diduga dengan metode SUR
(Seemingly Unrelated Regression). Pengujian hi-
Elastisitas permintaan input terhadap harga potesis dengan menggunakan uji t.
sendiri (eii):

1 ∗ (6) HASIL DAN PEMBAHASAN
dimana: S*i adalah dugaan Si dari tahun yang
ditentukan. Perkembangan Harga Output, Input dan
a. Elastisitas permintaan silang input terhadap Infrastruktur Jagung
harga input lain (eih): Perkembangan Harga Output dan Input di
Provinsi Jawa Timur. Perkembangan harga

∗ ; dimana i ≠ h (7) jagung di provinsi Jawa Timur seperti disajikan
pada Tabel 1 dalam kurun waktu 1985-2009
b. Elastisitas permintaan input terhadap harga mengalami peningkatan sebesar 10,62 persen
output (eiy): per tahun. Harga jagung pipilan kering pada
tahun 1985 sebesar Rp 129/kg, dan selanjutnya

1 ∗ pada tahun 2009 menjadi Rp 2 200/kg. Menurut
Kasryno, et.al., (2007) bahwa perubahan harga
(8) jagung lebih terdorong karena permintaan ja-
dimana i = 1,2,…,n h = 1,2, ,….,n gung terutama untuk kebutuhan bahan baku
pakan dan industri. Bahkan harga jagung inter-
Elastisitas penawaran Hasil nasional peningkatannya akan terus terjadi
a. Elastisitas suplai (penawaran terhadap harga seiring dengan meningkatnya permintaan un-
input variable ke –i adalah: tuk industri etanol sebagai bahan bakar nabati.

Pendugaan Elastisitas Penawaran Output (Adang Agustian dan Sri Hartoyo) 251
Tabel 1. Rata-rata Harga Jagung dan Input Usahatani Jagung di Provinsi Jawa Timur, Tahun
1985-2009
Jagung Upah T.Kerja
Tahun Benih (Rp/kg) Urea (Rp/kg) TSP (Rp/kg)
(Rp/kg) (Rp/HOK)
1985 129 182 98 100 792
1990 202 350 229 248 1.180
1995 339 823 310 419 2.524
2000 852 2.893 1.016 1.352 5.813
2001 1.083 3.800 1.142 1.451 6.485
2002 1.109 5.192 1.282 1.624 7.649
2003 1.135 6.813 1.357 1.982 8.146
2004 1.169 7.638 1.522 2.060 8.111
2005 1.229 10.000 1.360 3.045 8.889
2006 1.456 10.769 1.540 3.704 13.185
2007 1.869 13.636 1.829 1.782 17.023
2008 2.201 15.417 2.207 2.440 16.983
2009 2.200 15.982 2.215 2.630 18.145
Rata-rata 778 4.151 816 1.138 5.639
Perkemb (%/thn)
1985-2009 10,62 14,77 10,97 11,32 11,92
2000-2009 3,40 14,45 4,93 5,17 16,23
Sumber: Struktur Ongkos Usahatani Jagung (BPS, 1985-2009; Pusdatin-kementan, 2005-2007; dan Dinas Pertanian Jawa Timur,
2001-2009).

Hal ini dipicu karena semakin meningkatnya bahwa meskipun besar subsidi semakin me-
harga minyak bumi. Semakin meningkatnya ningkat, namun meningkatnya jumlah besaran
harga jagung diharapkan akan semakin me- subsidi pupuk juga diiringi oleh meningkatnya
ningkatnya pendapatan petani, dengan syarat jenis pupuk yang disubsidi dan juga biaya
jika kenaikan harga input tidak lebih tinggi dari produksi pupuk. Meskipun harga pupuk urea
kenaikan harga jagung serta tingkat produk- dan TSP semakin meningkat, namun jumlah
tivitas jagung stabil. penggunaan pupuk dalam periode tersebut
Menurut Hartoyo (1994) bahwa tinggi ren- juga relatif meningkat.
dahnya produksi yang akan dicapai, selain Untuk upah tenaga kerja, selama kurun
ditentukan oleh teknologi yang digunakan juga waktu 1985-2009 mengalami peningkatan sebe-
ditentukan oleh tinggi rendahnya harga input sar 11,92 persen pertahun. Upah tenaga kerja
dan harga output yang terjadi. Harga benih pada tahun 1985 sebesar Rp792/HK, kemudian
jagung dari tahun 1985-2009 cenderung me- upah tenaga kerja meningkat sejak tahun 2003,
ningkat sebesar 14,77 persen. Lonjakan harga yaitu mencapai Rp8.146/HK. Selanjutnya pada
benih jagung cukup tajam mulai tahun 2005 tahun 2009, upah tenaga kerja meningkat tajam
yaitu menjadi sebesar Rp10.000/kg, dan selan- lebih dari dua kali lipat menjadi Rp18.145/HK.
jutnya pada tahun 2009 menjadi Rp15.982/kg. Perkembangan Harga Output dan Input
Tingginya harga benih jagung disebabkan oleh di provinsi Jawa Barat. Perkembangan harga
semakin mahalnya benih jagung hibrida yang jagung di provinsi Jawa Barat dalam kurun
rata-rata saat ini dapat mencapai Rp25.000/kg. waktu 1985-2009 mengalami peningkatan sebe-
Sementara untuk harga pupuk urea dan sar 9,95 persen per tahun (Tabel 2). Harga ja-
TSP dalam kurun waktu 1985-2009 juga meng- gung pipilan kering pada tahun 1985 sebesar
alami peningkatan sebesar 10,97 dan 11,32 per- Rp161/kg, dan selanjutnya pada tahun 2009
sen per tahun. Peningkatan harga pupuk terse- menjadi Rp2 100/kg. Seperti halnya di provinsi
but disebabkan oleh semakin menurunnya sub- Jawa Timur, bahwa peningkatan harga jagung
sidi yang dialokasikan oleh pemerintah per di Jawa Barat juga terdorong karena permin-
jenis pupuknya. Menurut Nuryartono (2009) taan jagung terutama untuk kebutuhan bahan

252 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 247-259
Tabel 2. Rata-rata Harga Jagung dan Input Benih Pada Usahatani Jagung di Provinsi Jawa Barat, Tahun
1985-2009
Jagung Upah T.Kerja
Tahun Benih (Rp/kg) Urea (Rp/kg) TSP (Rp/kg)
(Rp/kg) (Rp/HOK)
1985 161 260 105 102 779
1990 209 569 219 228 1.277
1995 379 1.486 348 475 2.759
2000 989 3.280 1.353 1.389 6.994
2001 1.199 3.341 1.421 1.563 7.923
2002 1.329 4.075 1.609 1.667 9.409
2003 1.009 3.776 1.675 1.950 10.931
2004 1.269 2.508 1.701 2.033 10.516
2005 1.362 8.790 1.650 2.100 11.733
2006 1.510 9.704 1.750 2.200 17.011
2007 1.650 14.645 2.300 2.800 19.450
2008 1.912 18.946 2.600 3.600 18.024
2009 2.100 24.582 3.303 4.060 19.689
Rata-rata 788 4.475 1.008 1.224 6.553
Perkemb (%/thn)
1985-2009 9,95 14,75 11,42 11,80 12,10
2000-2009 7,69 24,45 9,21 11,62 11,72
Sumber: Struktur Ongkos Usahatani Jagung (BPS, 1985-2009; Pusdatin- Kementan, 2005-2007; dan Dinas Pertanian Jawa
Barat, 2001-2009).

baku pakan dan industri. dua kali lipat menjadi Rp19.689/HK.


Selanjutnya untuk harga benih jagung, Pengeluaran Riset dan Pengembangan Ja-
selama kurun waktu 1985-2009 cenderung me- gung Pemerintah. Pengeluaran riset jagung
ningkat sebesar 14,75 persen. Lonjakan harga dalam penelitian ini merupakan pengeluaran
benih jagung cukup tajam mulai tahun 2005 untuk kegiatan riset atau penelitian jagung
yaitu menjadi Rp8.790/kg, dan pada tahun yang dilakukan oleh instansi pemerintah khu-
2009 harganya menjadi tiga kali lipat yaitu Rp susnya pada Badan Penelitian dan Pengem-
24.582/kg. Tingginya harga benih jagung dise- bangan Pertanian, yaitu pengeluaran riset dan
babkan oleh semakin mahalnya benih jagung pengembangan pada Balai Penelitian Serealia.
terutama benih jagung hibrida. Pengeluaran riset untuk jagung pada tahun
Sementara untuk harga pupuk urea dan 1985 mencapai 818,95 juta rupiah, kemudian
TSP dalam kurun waktu 1985-2009 juga meng- meningkat menjadi 2,59 milyar rupiah pada
alami peningkatan sebesar 11,42 dan 11,80 tahun 1998 dan selanjutnya meningkat menjadi
persen per tahun. Meningkatnya harga pupuk 11,77 milyar rupiah pada tahun 2009 (Statistik
urea dan TSP di Jawa Barat, juga diiringi oleh Badan Litbang Pertanian, 1985-2009). Rata-rata
sedikit menurunya jumlah penggunaan pupuk peningkatan pengeluaran riset jagung periode
dalam periode tersebut. Penggunaan pupuk di 1985-2009 mencapai 12,07 persen per tahun
tingkat usahatani tentunya sesuai dengan (Tabel 3).
kemampuan modal yang dimiliki petani. Bila dilihat pangsa pengeluaran riset ja-
Untuk upah tenaga kerja, selama periode gung terhadap anggaran total riset pada tahun
1985-2009 mengalami peningkatan sebesar 1985 mencapai 2,55 persen, dan bahkan pang-
12,10 persen pertahun. Upah tenaga kerja pada sanya menurun menjadi 1,76 persen pada tahun
tahun 1985 sebesar Rp779/HK, dan mulai ta- 2009. Alokasi biaya riset jagung masih rendah.
hun 2002 meningkat cukup tinggi mencapai Di sisi lain bahwa, target peningkatan produksi
Rp9.409/HK. Selanjutnya pada tahun 2009, jagung nasional terus meningkat seiring dengan
upah tenaga kerja meningkat tajam lebih dari meningkatnya kebutuhan jagung. Namun de-

Pendugaan Elastisitas Penawaran Output (Adang Agustian dan Sri Hartoyo) 253
Tabel 3. Perkembangan Pengeluaran Riset Jagung Lingkup Pertanian di Indonesia, Tahun 1985-
2009
Tahun Pengeluaran Riset dan Anggaran Litbang Pangsa Pengeluaran Riset
Pengembangan Jagung Pertanian (Rp000) Jagung Terhadap
(Rp000) Anggaran Litbang (%)
1985 818.950 32.082.476 2,55
1990 755.317 25.731.175 2,94
1995 2.285.036 104.607.000 2,18
2000 2.992.252 119.790.308 2,50
2005 8.601.731 377.580.338 2,28
2009 11.766.465 737.668.646 1,60
Perkemb (%/thn) 12,07 13,17 -1,29
Sumber: Statistik Badan Litbang Pertanian, 1985-2009

mikian, meskipun alokasi anggaran riset masih kabupaten/kota masih merupakan bagian ter-
terbatas, riset jagung terus ditingkatkan yang besar yaitu 389,75 ribu kilometer atau 82 persen
juga mendapatkan dukungan dari pihak swasta dari total panjang jalan di Indonesia, sedangkan
dan lembaga riset internasional. jalan provinsi dan negara masing-masing sebe-
Infrastruktur Jalan. Jalan merupakan salah sar 48,02 ribu kilometer dan 38,57 kilometer
satu prasarana penting dalam transportasi da- atau 10,08 persen dan 8,10 persen. Jenis permu-
rat. Hal ini karena fungsi strategis yang dimi- kaan jalan terdiri dari: aspal, kerikil, tanah dan
likinya, yaitu sebagai penghubung antarsatu lainnya. Jalan beraspal proporsinya paling be-
daerah dengan daerah lain. Jalan sebagai sentra sar yaitu 56,94 persen, sedangkan jalan dengan
penghubung antara sentra-sentra produksi permukaan kerikil sebesar 21,60 persen, permu-
dengan daerah pemasaran, sangat dirasakan kaan tanah sebesar 17,59 persen dan lainnya
manfaatnya dalam rangka meningkatkan per- sebesar 3,87 persen (Tabel 4).
ekonomian suatu wilayah (BPS, 2009). Data Di provinsi Jawa Timur, total panjang jalan
panjang jalan yang ada pada setiap propinsi pada periode 1985-2009 meningkat dari 18 405
merupakan penjumlahan panjang jalan menu- kilometer (1985) menjadi 38.565 kilometer
rut tingkat kewenangan pembinaannya, dan (2009) atau peningkatannya sebesar 2,11 persen
juga berdasarkan kualitas jalan (beraspal, keri- per tahun. Sementara di Jawa Barat, pada perio-
kil, tanah dan lainnya). de yang sama peningkatannya dari 12.500 kilo-
Menurut BPS (2009), bahwa saat ini jalan meter (1985) menjadi 20.761 kilometer (2009)

Tabel 4. Perkembangan Total Panjang Jalan di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, Tahun 1985-
2009 (Kilometer)

Tahun Jawa Timur Jawa Barat Rata-rata


1985 18.405 12.500 15.453
1990 26.948 17.940 22.444
1995 22.120 22.036 22.078
2000 27.777 23.993 25.885
2005 36.803 23.118 29.960
2006 36.337 21.290 28.813
2007 37.027 21.744 29.386
2008 37.814 37.732 37.773
2009 38.565 22.758 30.661
Rata-rata 28.385 20.761 24.573
Perkemb (%/thn) 2,11 2,39 2,23
Sumber: BPS Jatim (1985-2010), BPS Jabar (1985-2010), Statistik Indonesia (1985-2010), Statistik Transportasi/Perhubungan
(1989-2009).

254 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 247-259
atau peningkatannya sebesar 2,39 persen per bernilai positif dan elastis yaitu sebesar 1.6645
tahun. Secara rata-rata, panjang jalan di kedua (Tabel 5). Nilai elastisitas pen awaran harga
provinsi tersebut meningkat sebesar 2,23 persen yang elastis tersebut mengindikasikan bahwa
per tahun, yaitu dari 15.453 kilometer pada ta- respon petani jagung terhadap perubahan har-
hun 1985 menjadi 30.661 kilometer pada tahun ga sangat besar. Oleh karena itu, perubahan
2009. harga jagung akan sangat menentukan kebijak-
Pengelolaan infrastruktur di pedesaan me- an pengembangan jagung.
rupakan salah satu langkah kebijakan penting Nilai elastisitas penawaran terhadap harga
bagi percepatan pembangunan di pedesaaan input: benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tena-
(Sinar Tani, Mei 2011). Jenis infrastruktur dipe- ga kerja seluruhnya bernilai inelastis dan ber-
desaan yang dipentingkan antara lain adalah tanda negatif, yang masing-masing sebesar -
jalan yang masuk ke pedesaaan. Semakin terbu- 0,3328; -0,2489; -0,2538; -0,8290. Benih dan tena-
ka dan aksesnya infrastruktur jalan ke pedesaan ga kerja berpengaruh nyata terhadap output
akan mempermudah arus barang dari dan ke yang ditawarkan. Hal ini disebabkan karena
pedesaan itu sendiri. Infrastruktur jalan yang harga benih dan upah tenaga kerja cenderung
baik akan menjadi lebih murah biaya trans- mahal. Harga benih dan upah tenaga kerja
portasi, sehingga input-input pertanian yang tahun 2009 di Jawa Timur masing-masing sebe-
dibutuhkan oleh para petani dipedesaan akan sar Rp15.982/kg dan Rp18.145/HK.
semakin mudah diperoleh dan harganya pun Sementara itu, di provinsi Jawa Barat, nilai
murah. Pada sisi lain, proses penjualan hasil elastisitas penawaran output terhadap harga
pun jika dijual ke perkotaan akan semakin mu- sendiri juga elastis dengan nilai 1,7372. Nilai
dah. elastisitas penawaran terhadap harga input
(benih, urea, TSP dan tenaga kerja) bernilai in-
Dugaan Elastisitas Penawaran Output elastis dan bertanda negatif yaitu masing-ma-
Di provinsi Jawa Timur, nilai elastisitas pena- sing -0,2886; -0,2656; -0,2325; dan -0,997. Harga
waran output (jagung) terhadap harga sendiri input benih dan tenaga kerja berpengaruh nya-
ta terhadap penawaran jagung (Tabel 6). Harga

Tabel 5. Dugaan Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input Jagung di Provinsi Jawa
Timur, tahun 2009

Peubah Jagung Benih Pupuk Urea Pupuk TSP Tenaga Kerja


Harga Jagung 1,6645** 1,5072*** 1,5536 1,6714 1,4530**
(2,3211) (1,4851) (0,4101) (0,1799) (1,7788)
Harga Benih -0,3328*** -0,5499* -0,2892** -0,2527 -0,1220*
(-1,4851) (-1,6797) (-1,7931) (-0,5022) (-2,1024)
Harga Urea -0,2489 -0,2807** -0,5034 -0,4334*** -0,1335
(-0,4101) (-1,7931) (-1,1206) (-1,5139) (-0,9403)
Harga TSP -0,2538 -0,0393 -0,1298*** -0,2751 -0,0522**
(-0,1799) (-0,5022) (-1,5139) (-0,7696) (-1,8676)
Upah Tenaga Kerja -0,8290** -0,6373** -0,6312 -0,7102*** -1,1453**
(-1,7788) (-2,1024) (-0,9403) (-1,4676) (-1,8074)
Biaya Lain -1,1980** -1,2922** -1,3474** -1,4471** -1,0523
(-2,1968) (-2,32) (-2,3213) (-1,8594) (-1,0497)
Luas Panen 1,6378** 1,6997** 1,5862** 1,0220* 1,3523
(2,1870) (2,0880) (2,2251) (5,2188) (1,2729)
Pengel, Riset Jagung 0,9880*** 0,9057*** 0,9160*** 0,8642*** 0,7421
(1,3515) (1,3783) (1,3659) (1,4951) (1,0636)
Infrastruktur jalan 1,3025*** 1,4795*** 1,5532*** 1,6512*** 1,1686
(1,5448) (1,3601) (1,9214) (1,4695) (0,0437)
Keterangan: Angka dalam kurung adalah t hitung ; *) signifikan pada taraf α = 1 persen,
**) signifikan pada taraf α = 5 persen, ***) signifikan pada taraf α = 10 persen

Pendugaan Elastisitas Penawaran Output (Adang Agustian dan Sri Hartoyo) 255
benih dan upah tenaga kerja tahun 2009 di Jawa -0,6392. Permintaan pupuk TSP ini justru dipe-
Barat cenderung mahal yaitu masing-masing ngaruhi oleh perubahan upah tenaga kerja dan
sebesar Rp24.582/kg dan Rp19.689/HK. Sema- harga pupuk urea. Permintaan tenaga kerja
kin meningkatnya upah tenaga kerja pada usa- juga dipengaruhi secara nyata oleh perubahan
hatani jagung, disebabkan oleh semakin sulit- upah tenaga kerja. Elastisitas yang diperoleh
nya memperoleh tenaga kerja usahatani. Hal ini adalah elastis yaitu sebesar -1,2894. Permintaan
karena banyaknya tenaga kerja terutama gene- tenaga kerja juga dipengaruhi oleh perubahan
rasi muda di pedesaan yang bekerja di sektor harga benih, harga pupuk urea dan pupuk TSP
non pertanian. (Tabel 6).
Elastisitas Permintaan Input. Di Provinsi Elastisitas Penawaran Output dan Per-
Jawa Timur, permintaan input benih dipenga- mintaan input Terhadap Pengeluaran Riset Ja-
ruhi secara nyata oleh perubahan harga sendiri. gung dan Prasarana (panjang) Jalan. Di Pro-
Nilai elastisitas benih terhadap harga sendiri vinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, perubahan
sebesar -0,5499. Faktor yang menyebabkannya pengeluaran riset dan infrastruktur jalan memi-
adalah karena harga benih yang cenderung liki pengaruh nyata terhadap penawaran ja-
meningkat sebesar 14,77 persen per tahun gung. Elastisitas penawaran jagung terhadap
dalam periode 1985-2009. Sementara elastisitas kedua infrastruktur tersebut yaitu sebesar
permintaan benih dipengaruhi oleh perubahan 0,9880 dan 1,3025 di Jawa Timur, dan sebesar
harga urea dan tenaga kerja. Selanjutnya dike- 0,9884 dan 1,3022 di Jawa Barat (Tabel 5 dan
tahui bahwa permintaan pupuk urea dan TSP Tabel 6).
tidak dipengaruhi oleh perubahan harga sendi- Anggaran riset jagung khusus pada lem-
ri. Nilai elastisitas permintaan input urea dan baga pemerintah saat ini masih terbatas. Pada
TSP terhadap harga sendiri adalah inelastis yai- tahun 2009 anggaran riset jagung di lingkup
tu masing-masing sebesar -0,6628 dan -0,4832 penelitian dan pengembangan pertanian hanya
(Tabel 5). Hal ini mencerminkan bahwa permin- sekitar 1,60 dari total anggaran riset keseluruh-
taan pupuk urea dan TSP tidak responsif terha- an pertanian. Namun demikian, dengan keter-
dap perubahan harga sendiri. Sementara untuk batasan anggaran masih dapat meningkatkan
permintaan tenaga kerja dipengaruhi secara penawaran jagung di kedua provinsi. Menurut
nyata oleh upah tenaga kerja dengan nilai elas- hasil penelitian Nagy and Alam (2000) bahwa
tisitasnya sebesar -1,1453 (elastis). terdapatnya riset atas varietas unggul seperti
Sementara itu, di provinsi Jawa Barat per- padi di Bangladesh telah diadopsi petani dan
mintaan input benih inelastis terhadap per- memberikan dampak peningkatan hasil diban-
ubahan harga sendiri, yaitu sebesar -0,3810. Hal dingkan dengan varietas yang lama.
ini berarti jika harga benih naik sebesar 1 per- Untuk infrastruktur jalan, dengan melihat
sen maka permintaan benih akan turun sebesar besarnya elastisitas bahwa peningkatan kuanti-
0,3810 persen. Elastisitas permintaan benih di- tas dan kualitas sarana transportasi memiliki
pengaruhi oleh perubahan harga pupuk urea potensi besar terhadap peningkatan produksi
dan upah tenaga kerja. Selanjutnya elastisitas pertanian. Menurut Delis (2011) bahwa pemba-
pupuk urea dipengaruhi secara nyata oleh per- ngunan infrastruktur seperti jalan memiliki
ubahan harga sendiri. Nilai elastisitas permin- dampak besar terhadap aktivitas ekonomi di
taan pupuk urea terhadap harga sendiri sebesar wilayah sentra produksi. Selanjutnya hasil
-0,4473. Permintaan pupuk urea ini juga dipe- penelitian Wahab (2009) mengungkapkan bah-
ngaruhi oleh perubahan harga benih, harga wa peningkatan infrastruktur jalan pada suatu
pupuk TSP dan upah tenaga kerja. Pupuk urea wilayah di Sulawesi Selatan berperan penting
dan TSP bersifat komplementer. Lain halnya dalam kegiatan ekonomi wilayah yaitu berupa
dengan permintaan pupuk TSP tidak dipenga- peningkatan distribusi pangan dan perdagang-
ruhi secara nyata oleh perubahan harga sendiri. an. Hasil penelitian lainnya yaitu Dhakal (2009)
Nilai elastisitas permintaan pupuk TSP terha- mengungkapkan bahwa ketika infrastruktur ja-
dap harga sendiri adalah inelastis yaitu sebesar lan buruk di Davao Filipina maka partisipasi
petani terhadap akses pasar terbatas.

256 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 247-259
Tabel 6. Dugaan Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input Jagung di Provinsi Jawa
Barat, tahun 2009

Peubah Jagung Benih Pupuk Urea Pupuk TSP Tenaga Kerja


Harga Jagung 1,7372* 1,4964** 1,6471 1,5331 1,5562***
(3,7154) (1,7765) (0,6564) (0,2879) (1,4467)
Harga Benih -0,2886** -0,3810** -0,3431* -0,1504 -0,1101*
(-1,7765) (-1,7277) (-2,8703) (-0,8040) (-3,3654)
Harga Urea -0,2656 -0,2577* -0,4473** -0,0287*** -0,0983***
(-0,6564) (-2,8703) (-1,7938) (-1,4629) (-1,5052)
Harga TSP -0,2325 -0,0589 -0,1434*** -0,6392 -0,0584*
(-0,2879) (-0,8040) (-1,4629) (-1,2320) (-2,9895)
Upah Tenaga Kerja -0,9770*** -0,7988* -0,7133* -0,7148* -1,2894*
(-1,4467) (-3,3654) (-1,5052) (-2,9895) (-2,8931)
Biaya Lain -1,2525** -1,2781* -1,5609* -1,3781* -0,9245***
(-2,0701) (-3,7209) (-3,7157) (-2,9763) (-1,6803)
Luas Panen 1,4032** 1,5938** 1,5586** 1,6557* 1,4120
(1,9117) (2,2857) (2,3834) (2,3538) (1,2082)
Pengel. Riset Jagung 0,9884* 0,9003*** 0,9151*** 0,8811 0,6687
(2,1314) (1,4585) (1,3535) (1,4682) (1,0348)
Infrastruktur jalan 1,3022*** 1,4733*** 1,5731*** 1,5552*** 1,1401
(1,3522) (1,3501) (1,4302) (1,4652) (1,1864)
Keterangan: Angka dalam kurung adalah t hitung ; *) signifikan pada taraf α = 1 persen;
**) signifikan pada taraf α = 5 persen, ***) signifikan pada taraf α = 10 persen

Di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, vinsi Jawa Timur maupun di Jawa Barat, de-
pengeluaran riset jagung dan infrastruktur jalan ngan nilai elastisitas yang inelastis. Sementara
tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan infrastruktur jalan berpengaruh positif terha-
input. Namun demikian, dengan melihat besar- dap penawaran jagung di kedua provinsi de-
nya nilai elastisitas terutama infrastruktur jalan ngan nilai elastisitas yang elastis. Oleh karena
di kedua provinsi yang rata-rata positif di atas itu, kebijakan peningkatan riset dan pengem-
satu menunjukkan bahwa peluang peningkatan bangan jagung serta peningkatan infrastruktur
permintaan input cukup besar jika terjadi pe- jalan akan dapat mendorong peningkatan
ningkatan infrastruktur jalan. Semakin mening- penawaran jagung baik di Jawa Barat maupun
katnya infrastruktur jalan, biaya transportasi Jawa Timur.
akan semakin rendah, sehingga harga input Secara umum selain upaya yang perlu dila-
usahatani juga rendah. kukan di atas, maka untuk meningkatkan pena-
waran jagung adalah dengan meningkatkan
harga jagung di kedua provinsi penelitian. Mes-
SIMPULAN
kipun harga input usahatani meningkat (pupuk
dan benih) seperti terjadi saat ini, namun bila
Elastisitas penawaran output (jagung) baik di harga output meningkat, maka produksi jagung
Provinsi Jawa Timur maupun di Jawa Barat masih dapat meningkat. Oleh karena itu, sta-
terhadap perubahan harga sendiri adalah bilitas dan peningkatan harga jagung memiliki
elastis, sedangkan terhadap perubahan harga peran penting dalam peningkatan produksi.
input: benih, urea, TSP dan tenaga kerja adalah Upaya stabilitas dan peningkatan harga jagung
inelastis. Elastisitas permintaan input: benih, dapat dilakukan oleh pemerintah daerah pro-
pupuk urea, dan pupuk TSP bersifat inelastis vinsi dengan membeli jagung terutama disaat
terhadap perubahan harga sendiri. panen. Untuk lebih mendorong peningkatan
Pengeluaran riset jagung berpengaruh po- produksi masih perlu mendapat subsidi bagi
sitif terhadap penawaran jagung baik di Pro- petani dalam bentuk subsidi harga output dan

Pendugaan Elastisitas Penawaran Output (Adang Agustian dan Sri Hartoyo) 257
bunga modal usaha mengingat kondisi petani Penelitian Universitas Indonesia. http://
jagung nasional terutama di Pulau Jawa www.lontar.ui.ac.id.
merupakan petani kecil berlahan sempit dan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
memiliki keterbatasan modal.
2001-2008. Data Analisis Usahatani Jagung.
Bandung: Dinas Pertanian Tanaman Pa-
DAFTAR PUSTAKA ngan Jawa Barat.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur
Adeleke, H.M. Mattanmi and L.T. Ogunniyi. 2003-2009. Data Analisis Usahatani Jagung
2008. Application of the Normalized Pro- di Jawa Timur. Surabaya: Dinas Pertanian
fit Function in the Estimation of the Profit Tanaman Pangan Jawa Timur.
Efficiency Among Smallholder Farmers in Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departe-
Atiba Local Government of Oyo State. men Pertanian. 2008. Bahan Laporan Bulan-
Journal of Economic Theory 2 (3); 71-76. an Januari 2008 (Unpublished). Jakarta:
Badan Litbang Pertanian. 1985-2009. Statistik Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Penelitian. Jakarta: Badan Penelitian dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departe-
Pengembangan Pertanian. men Pertanian. 2010. Road Map Swasem-
Bisnis Indonesia. 2010. Penggunaan Benih Jagung bada Jagung 2010-2014. Jakarta: Direktorat
Hibrida Meningkat. Bisnis Indonesia 17 Jenderal Tanaman Pangan.
September 2010, Jakarta. Ekonomi dan Bisnis 2009. Indonesia Sudah
BPS. 1985-1999. Struktur Ongkos Usahatani Padi Swasembada Jagung. Jakarta: Antara News.
dan Palawija di Indonesia. Jakarta: Badan Fan, S. 1991. Effect of Technological Change
Pusat Statistik. and Institutional Reform on Production
BPS. 2003-2004. Hasil Survei Pertanian. Jakarta: Growth. American Journal of Agricultural
Badan Pusat Statistik. Economics 73; 266-275.
BPS. 2010. Data Produksi Pertanian. www. bps. FAO. 2009. Data Luas Panen, Produksi, Ekspor dan
go.id. Impor Jagung. www.fao.org
BPS. 2010. Jawa Timur Dalam Angka 2009. Sura- Fulginiti, L.E and R.K. Perrin. 1990. Argaentine
baya: Badan Pusat Statistik Agricultural Policy in Multiple-Input
BPS. 2010. Jawa Barat dalam Angka 2009. Ban- Multiple-Output Framework. American
dung: Badan Pusat Statistik. Journal of Agricultural Economics 72(2); 279-
288.
Dhakal, N. 2009. Impact of Road Accessibility on
Agricultural Production: Evidence From Hartoyo, S. 1994. Pengaruh Infrastruktur terhadap
Mati, Davao Oriental Philippines. U.P. Penawaran Tanaman Pangan di Jawa. Pende-
School or Urban and Regional Planning. katan Multi-Input Multi-Output. Disertasi
Abstract Theses and Dissertations. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Eco- Kasryno, F, E. Pasandaran, Suyamto dan M.O.
nomics. Macmilan Publishing Company Adnyana. 2007. Gambaran Umum Eko-
866 Third Avenue New York, New York nomi Jagung Indonesia. Buku Jagung:
10022.366p. Teknik Produksi dan Pengembangan.
(Eds: Sumarno, Suyamto, A. Widjono,
Delis, A. 2011. Dampak Alokasi Dana Pemba-
Hermanto, H. Kasim). Puslitbang Tanam-
ngunan Infrastruktur terhadap Kinerja
an Pangan; 474-497.
Ekonomi Sektoral dan Regional Di Indo-
nesia: Suatu Pendekatan Model Ekonomi Khatri, Y and C. Thirtle. 1996. Supply and
Keseimbangan Umum.Abstrak Laporan Demand Function for UK Agricultural:

258 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 247-259
Biases of Technical Change and the Pindyck, R. S and D. L. Rubinfeld. 2005. Micro-
Return to Public Research and Develop- economics. Sixth Edition. New Jersey: Pe-
ment. Journal of Agricultural Economic, rason Education, Inc. Upper Sadle River.
47(3); 338-354. Pusat Data dan Informasi Pertanian 2002-2005.
Lau, L. J dan P.A, Yotopoulos. 1972. Profit, Data Hasil Survey Komoditas Jagung. Jakar-
Supply, and Factor Demand Function. ta: Kementerian Pertanian.
American Journal of Agricultural Economic. Sidhu, S.S and C.A. Baanante. 1981. Estimating
Vol.54, No.1; 11-18. Farm–Level Input Demand and Wheat
Lipsey, G, P.O. Steiner and D.D. Purvis. 1984. Supply in the Punjab Using a Translog
Economics. Seven edition. New York: Har- Profit Function. American Journal of Agri-
per & Row Publishers. cultural Economics. Vol.63, No.2; 237-246.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Sinar Tani. 2011. Pengelolaaan Infrastruktur
Edisi III. Jakarta: LP3ES. Pedesaaan. Edisi 4, Mei 2011, Jakarta.
Morlok, Edward K. 1988. Pengantar Teknik dan Wahab, A. 2009. Dampak Peningkatan Kualitas Ja-
Perencanaan. Jakarta: Erlangga. lan Lingkar Barat Enrekang Terhadap Pe-
Nagy, J.G and M. F Alam. 2000. The Impact of ngembangan Kawasan Pertanian. Tesis Ma-
Agricultural Research in Bangladesh: Pro- gister Teknik, Program Pascasarjana Uni-
ductivity, Economic Returns and Varietal versitas Diponegoro, Semarang.
Replacement Issues. Paper Internastional Zubachtirodin, M. S. Pabbage dan Subandi. 2007.
Conference on Impact of Agricultural Re- Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan
search and Development, Feb 4-7, San Jagung. Buku Jagung: Teknik Produksi
Jose, Costarica. dan Pengembangan. (Eds: Sumarno, Su-
Nuryartono, N. 2009. Subsidi Pupuk dan Permasa- yamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim).
lahannya. Makalah dalam bentuk PPt. Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Lit-
International Center For Applied Finance bang Pertanian; 464-473.
and Economics (InterCAFE). IPB, Bogor.

Pendugaan Elastisitas Penawaran Output (Adang Agustian dan Sri Hartoyo) 259

Anda mungkin juga menyukai