Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SECTIO CAESARIA

A. SECTIO CAESARIA

1. Definisi

Sectio caesaria adalah operasi cesar yakni operasi untuk


mengeluarkan bayi dari kandungan dengan cara pembedahan
perut dan dinding rahim sehingga tidak lewat vagina
(Sartono,Hermawan,2018).
Sectsio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat badan di atas 500 gram, melalui sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh (Prawiro, Sarwono, 2001).
Sectio caesaria adalah suatu hesteromia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim ( Mochtar, 1998).
Sectio caesaria adalah suatu tindakan pembedahan untuk
melahirkan janin dengan berat badan di atas 500 gram dari dalam
rahim dengan cara membuka perut dan dinding rahim yang masih
utuh. Tujuan dasar pelahiran adalah memelihara kehidupan atau
kesehatan ibu dan anak.

2. Klasifikasi

a. Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di


segmen bawah uterus. Tipe ini yang paling banyak dilakukan.
Segmen bawah uterus tidak begitu banyak mengandung
pembuluh darah dibanding segmen atas sehingga resiko
perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar
kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak
begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan
dan persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut
hanya terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka
biasanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus
yang tidak begitu aktif.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Indikasi SC yang berasal dari ibu:

1) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk

2) Terdapat kesempitan panggul

3) Solusio Plasenta tingkat I-II

4) Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia, eklamsia

5) Setelah operasi plastic vaginam:

a) Bekas luka / sikatriks yang luas

b) Fistula vesika-vaginal, rekto-vaginal

6) Gangguan perjalanan persalinan, karena :

a) Kista ovarium

b) Mioma uteri

c) Karsinoma serviks

d) Kekakuan serviks

e) Rupture uteri iminem

7) Kehamilan yang disertai penyakit seperti :

a) Penyakit jantung

b) DM

Indikasi yang berasal dari janin :

1) Fetal distress/ gawat janin

2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin

3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil

4) Kegagalan persalinan vakumatau forseps ekstraksi

Pertolongan persalinan SC tidak akan dipertimbangkan pada :

1) Janin yang telah meninggal

2) Kelainan congenital

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


3) Terdapat kesempitan panggul absolute (CD ≤ 5 cm)

Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :

1) Segmen bawah rahim lebih tenang

2) Kesembuhan lebih baik

3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan

Kerugiannya :

1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin

2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan

b. Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger

Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah


tidak terjangkau karena melekat eratnya dinding uterus pada
perut karena section sesarea yang sudah-sudah, insisi
disegmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan
banyak berhubung dengan letaknya plasenta pada plasenta
previa, atau apabila dikandung maksud untuk melakukan
histerektomi setelah janin dilahirkan.

Indikasi :

1) SC yang dengan sterilisasi

2) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan


terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan

3) Janin kepala besar dalam letak lintang

4) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul

Keuntungan :

1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas

Kerugian :

1) Kesembuhan luka operasi relative sulit

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


2) Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan
berikutnya lebih besar

3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding


abdomen lebih besar

c. Sectio sesarea ekstraperitoneal

Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal,


sekarang tidak banyak dilakukan karena sulit dalam tehniknya
dan seringkali terjadi sobekan peritoneam.

d. Sectio sesarea histerektomi menurut Porro

Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra


vaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi
:

1) SC disertai infeksi berat

2) SC dengan Antonio uteri dan perdarahan

3) SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)

3. Indikasi

a. Indikasi Ibu :

1) Panggul sempit

2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

3) Stenosis serviks uteri atau vagina

4) Plassenta praevia

5) Disproporsi janin panggul

6) Rupture uteri membakat

7) Partus tak maju

8) Incordinate uterine action

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


b. Indikasi Janin

1) Kelainan Letak :

a) Letak lintang

b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)

c) Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang

d) Presentasi ganda

e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama

2) Gawat Janin

c. Indikasi Kontra(relative)

1) Infeksi intrauterine

2) Janin mati

3) Syok/anemia berat yang belum diatasi

4) Kelainan kongenital berat

4. Pathway
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol
menurun(merupakan
metabolisme
Tidak ada perubahan karbohidrat, protein dan
pada serviks lemak)
Faktor predisposisi :
 Ketidak seimbangan
sepalo pelvic Kelahiran terhambat
 Kehamilan kembar
 Distress janin
 Presentsi janin
 Preeklampsi / Post date
eklampsi

SC

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


5. Komplikasi

a. Pada Ibu

Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik


pembedahan, dengan adanya antibiotika dan dengan
persediaan darah yang cukup, seksio sesaria sekarang jauh
lebih aman daripada dahulu. Angka kematian di rumah sakit
dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga kompeten kurang
dari 2 per 400.

Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas


pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi
indikasi untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan
berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita
dengan plasenta previa dan perdarahan banyak memikul resiko
yang lebih besar daripada seorang wanita lain yang mengalami
seksio sesaria elektif karena disproporsi sefalopelvik. Demikian
pula makin lama persalina berlangsung makin meningkat
bahaya infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah.

Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :

1) Infeksi Puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu


selam beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat
seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi post
operatif terjadi bila sebelum pembedahan sudah ada gejala-
gejala infeksi intra partum, atau ada faktor-faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama seksio sesaria klasik dalam hal ini
lebuh berbahaya daripada seksio sesaria transperitonealis
profunda.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan


jika cabang-cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,


embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak , ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini
leih banyak ditemukan sesudah seksio sesaria klasik.

b. Pada Anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan


dengan seksio sesaria banyak tergantung dari keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan seksio sesaria. Menurut
statistic di Negara-negara pengawasan antenatal dan intra natal
yang baik, kematian prenatal pasca seksio sesaria berkisar
antara 4 dan 7 %.

6. Penatalaksanaan

a. Perawatan selama kelahiran cesarea (pre Op)

1) Persiapan fisik praoperatif dilakukan dengan mencukur


rambut pubis, memasang kateter untuk mengosongkan
kandung kemih, dan memberi obat preoperative sesuai
resep. Antasida seringkali diberikan untuk mencegah
aspirasi akibat secresi asam lambung kedalam paru-paru
klien.

2) Cairan intravena mulai diberikan untuk mempertahankan


hidrasi dan menyediakan suatu saluran terbuka (openline)
untuk pemberian darah / obat yang diperlukan.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


3) Sample darah dan urin diambil dan dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis.

4) Selama preoperative orang terdekat didorong untuk terus


bersama wanita tersebut selama mungkin untuk memberikan
dukungan emosional secara berkelanjutan.

5) Perawat memberikan informasi esensial tentang prosedur,


mengkaji persepsi wanita dan pasangan atau suaminya
tentang kelahiran sesarea. Ketika wanita mengungkapkan ,
perawat dapat mengidentifikasi gangguan potensial konsep
diri selama periode pasca partum.

6) Jika ada waktu sebelum melahirkan, perawat dapat


mengajari wanita tersebut tentang harapan pasca operasi,
cara merdakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan napas
dalam.

7) Perawat dikamar bedah bisa membantu mengatur posisi


wanita tersebut diatas meja operasi,. Adalah penting untuk
mengatur posisi wanita tersebut sehingga uterus berada
pada posisi lateral untuk menghindari penekanan pada vena
cava inferior yang dapat menurunkan perfusi plasenta.

8) Perawatan bayi didelegasi kepada dokter anak dan perawat


yang melakukan resusitasi neonatus karena bayi ini
dianggap beresiko sampai ada bukti kondisi fisiologis bayi
stabil setelah lahir.

b. Perawatan pasca partum (post Op)

1) Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi


pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan
pasca melahirkan dan derajat nyeri.

2) Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita


tersebut diatur untuk mencegah kemungkinan aspirasi.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


3) Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam
sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus dan
jumlah lokea, dikaji demikian pula masukan dan haluaran.

4) Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi


dan melakukan napas dalam serta melatih gerakan kaki.
Obat-obatan untuk mengatasi nyeri dapat diberikan

5) Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat


didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus
halus dan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri.

6) Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti


mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi
kompres panas pada abdomen dan tehnik relaksasi.

7) Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang


menghasilkan gas dan minuman berkarbonat bisa
mengurangi nyeri yang disebabkan gas.

8) Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum,


perawatan payudara dan perawatan higienis rutin termasuk
mandi siram setelah balutan luka diangkat.

9) Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital,


insisi, fundus uterus, dan lokia. Bunyi napas, bising usus,
tanda homans, eliminasi urine serta defekasi juga dikaji.

10)Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi


pengajaran dan penjelasan tentang pemulihan
pasangannnya. Beberapa orangtua akan marah,frustasi atau
kecewa karena wanita tidak dapat melahirkan pervaginam.
Beberapa wanita mengungkapkan perasaan seperti harga
diri rendah atau citra diri yang negative. Akan sangat
berguna bila ada perawat yang hadir selama wanmita
melahirkan, mengunjungi dan membantu mengisi
“kesenjangan” tentang pengalaman tersebut.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


11) Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan
fisik, pembatasan aktifitas, perawatan payudara, aktifitas
seksual dan kontrasepsi, medikasi, dan tanda-tanda
komplikasi serta perawatan bayi.

a) Tanda-Tanda Komplikasi Pasca Operasi Setelah


Pemulangan

Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan


kesehatan :

 Demam lebih dari 38 ºC

 Nyeri saat buang air kecil

 Lokia lebih banyak daripada periode menstruasi


normal

 Luka terbuka

 Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi

 Nyeri abdomen yang parah

b) Penatalaksanaan Pasca tindakan (Medis)

 Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah

 Jika masih terdapat perdarahan :

 Lakukan massage uterus

 Beri oksitosin 4 unit

 Beri oksitosin 4 unit dalam 500 ML cairan IV


(garam fisiologik/ringer laktat) 60 tetes permenit,
ergometsin 0,2 mg IM dan prostaglandin

 Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotic


kombinasi sampai klien bebas demam selama 48
jam :

 Ampisilin 2g IV setiap 6 jam

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


 Ditambah gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam

 Ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam

 Beri analgesik jika perlu.

c) Pemeriksaan Penunjang

 Darah lengkap, golongan darah (ABO)

 Urinalis untuk mengetahui kadar albumin

 Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II

 Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan


pertumbuhan dan presentasi janin

B. MASA NIFAS
1. Definisi
Masa nifas ( Puerpenium ) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan semula ( sebelum hamil ). Masa ini berlangsung
selama kira – kira 6 minggu ( Sulistyawati, 2009).
Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam bukunya yang berjudul
Sinopsis Obsetri Jilid I, mengatakan bahwa masa nifas
( puerpenium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lamanya masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
2. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerpenium dini,
puerpenium intermedial, dan remote puerpenium.
a. Puerpenium Dini
Puerpinium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam
agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.

b. Puerpenium Intermedial

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Puerpenium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
c. Remote Puerpenium
Remote puerpenium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunya komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
bulanan, bahkan tahunan.
( Sulistyawati, 2009).

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan
bayi
Dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas
dan dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya
sebagai ibu dan pendamping keluarga dalam membuat bentuk
dan pola baru dengan kelahiran berikutnya.
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada
ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan
munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat
terdeteksi sehingga penanganannya pun akan dapat lebih
maksimal.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan
kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun
tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka
lebih memilih untuk tidak dating ke fasilitas pelayanan
kesehatan karena pertimbangan tertentu.
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta
memungkinkan ibu
Untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Dengan asuhan yang maksimal, kejadian tetanus dapat
dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah
banyak mengalami penurunan.
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makanan
Anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak.
( Sulistyawati, 2009).

4. Involusi Alat-Alat Kandungan


a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi )
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 400 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfibis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Bekas implantasi uri


Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya
pulih.

c. Luka –luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-
7 hari.
d. Rasa sakit
Disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan.
e. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


1) Lochea rubra (cruenta ) : berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
6) Lochiostasis : lochea tidak lancer keluar.
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,
kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
g. Ligamen – ligament
Ligament, fasia, dan diafragma felvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
rotundum menjadi kendur.
( Mochtar, 1998 ).

5. Penanganan Masa Nifas


Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :
a. Kebersihan Diri
1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari
depan kebelakang baru dilanjutkan ke daerah sekitar anus.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali
sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika memiliki
luka episiotomy atau laserasi.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan – kegiatan rumah
tangga biasa secara perlahan – lahan, serta untuk tidur
siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot – otot perut dan
panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu beberapa menit
setiap hari dapat mempercepat pengembalian otot – otot
perut dan panggul kembali normal.

d. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyususi.
f. Hubungan perkawinan dan rumah tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk mulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
g. Keluarga berencana

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Namun, petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan tentang keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka cara mecegah kehamilan yang
tidak diinginkan.
h. Psikologis
1) Talking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan
membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang
tidur.
2) Talking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawab merawat bayi, perasaan sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang
hati – hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan
bayinya.
3) Letting go : ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya
sudah meningkat pada fase ini

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian Fokus

a. Sirkulasi

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-


800 ml

b. Integritas ego

1) Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi


sesuatu

2) Menunjukkan labilitas emosional dari


kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri

3) Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan


atau salah terima dalam pengalaman kelahiran

c. Eliminasi

1) Adanya kateter urinary

2) Bising usus

d. Makanan / Cairan

Abdomen lunak / tak ada distensi awal

e. Neuro sensori

Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal


epidural

f. Nyeri / ketidaknyamanan

1) Mulut mungkin kering

2) Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta

3) Distensi kandung kemih / abdomen

g. Pernafasan

1) Bunyi paru jelas dan vesicular

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


h. Keamanan

1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan


utuh

2) Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas


eritema bengkak / nyeri tekan

i. Seksualiatas

1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus

2) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen injuri (insisi pembedahan)

b. Deficit perawatan diri b.d nyeri

c. Resiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post


pembedahan,kerusakan integritas jaringan.

d. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada


konsep diri, transmisi

e. Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi

f. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan


ibu, terhentinya proses menyusui, nyeri payudara.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Diagnosa
keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
(insisi pembedahan).

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Kontrol nyeri NIC :
Kriteria hasil: Managemen nyeri

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


- Menggunakan skala nyeri Intervensi :
untuk mengidentifikasi tingkat - Kaji komprehensif tentang
nyeri nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri - Observasi isyarat2 nonverbal
berkurang dengan dari ketidaknyamanan
menggunakan managemen
nyeri - Beri informasi tentang nyeri

- Melaporkan kebutuhan tidur - Berikan analgetik sesuai dosis


dan istirahat cukup - Kolaborasi dengan dokter bila
tindakan tidak berhasil

b. Diagnosa
keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri,
kelemahan.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
NOC: Perawatan diri Aktivitas NIC : Perawatan diri
Kehidupan Sehari-hari (AKS) Intervensi :
Kriteria hasil : - Kaji kemampuan untuk
- Mengungkapkan secara menggunakan alat bantu
verbal kepuasan tentang - Kaji membran mukosa oral
kebersihan tubuh dan
dan kebersihan tubuh
hygiene mulut
- Pantau adanya perubahan
- Mempertahankan mobilitas
kemampuan fungsi
yang diperlukan untuk ke
kamar mandi - Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
- Anjurkan keluarga untuk
membantu memenuhi ADLs
klien seperti mandi, makan,
toileting dan berpakaian
- Motivasi klien untuk
memenuhi ADLs secara
mandiri dan bertahap
- Anjurkan untuk melakukan
aktivitas sesuai dgn
kemampuan.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


c. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan
tindakan invasif, insisi post pembedahan
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
NOC: Pengendalian resiko, NIC : Pengendalian infeksi
dengan indikator (nilai 1-5: Intervensi :
tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, konsisten) - Pantau tanda/gejala infeksi
Kriteria hasil : - Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi
- Terbebas dari tanda atau
gejala infeksi - Instruksikan untuk menjaga
hygiene pribadi
- Menunjukkan hygiene pribadi
yang adekuat - Berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
- Menggambarkan faktor yang
menunjang penularan infeksi - Monitor jumlah leukosit
- Gunakan teknik aseptik
setiap melakukan tindakan
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Batasi pengunjung

d. Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada


konsep diri, transmisi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Kontrol cemas NIC :
Kriteria hasil: Anciety reduction
- Klien mampu mengidentifikasi Intervensi :
dan mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
- Tanda vital dalam batas prosedur
normal - Berikan informasi fakual
- Mengidentifikasi, mengenai diagnose dan
mengungkapkan dan tindakan prognosis

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


menunjukkan teknik untuk - Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol cemas
- Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan klien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi/ distraksi
- Berikan obat untuk
mengurangi cemas

e. Diagnosa keperawatan : Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi.


Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
NOC: ambulation : walking NIC :
Kriteria hasil : Exercise therapy: ambulation
- Dapat mempertahankan dan Intervensi :
fungsi tubuh - Monitor vital sign
- Klien menunjukkan perilaku - Bantu klien untuk memenuhi
yang memungkinkan untuk ADLs
melakukan aktivitas
- Kaji kemempuan klien dalam
mobilisasi
- Latih klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
- Damping dan bantu klien saat
mobilisasi
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya


proses menyusui, nyeri payudara.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
NOC : Knowledge : Knowledge Breastfeeding:
Breasfeeding - Ajarkan cara menyusui

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


- Mampu mendeskripsikan yang benar
cara menyusui yang benar - Motivasi ibu agar terus
- Mampu mempraktekkan menyusui bayinya
cara menyusui yang baik. - Ajarkan cara perawatan
- Mampu melakukan payudara selama menyusui
perawatan putting dan - Berikan pendidikan
payudara kesehatan mengenai laktasi
- Mampu mendeskripsikan dan masa nifas
tanda-tanda kelainan pada
payudara saat menyusui.

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


DAFTAR PUSTAKA

Ana Nurkhasanah, http://www.portalperawat.com/2016/4/askep-sc-sectio-


caesaria.html, diakses tanggal 11 oktober 2016.

Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas


Edisi 4, ECG : Jakarta.

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC:


Jakarta

Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono,


ECG : Jakarta.

Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St.


Louis : Mosby.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media


Aesculaplus: Jakarta.

Mc.Closkey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis :


Mosby.

Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri


Patologi. Jakarta : EGC.

NANDA International. 204. Nursing Diagnosis 2009-2011. Jakarta : EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2001. “Pelayanan kesehatan Maternal dan


Neonatal.”

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : CV Andi Offset.

Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirahardjo: Jakarta

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL P2A0 PADA NY. E
DENGAN POST SC HARI KE-2
ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG MUSDALIFAH RSI ARAFAH REMBANG
A. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Obstetrik : G2 P1 A0
Keadaan Bayi Komplikasi
no tipe persalinan BB Lahir Umur
Waktu Lahir Nifas
1 Spontan di 3500 gr Sehat - 9,5 tahun
bidan

B. Keluhan Utama
Nyeri pada daerah abdomen tepatnya di luka post op SC
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan merasakan nyeri di bekas operasi saat
bergerak, P: nyeri saat digunakan untuk bergerak, miring kanan kiri,
Q: nyeri seperti disayat-sayat, R: disekitar luka post SC, S: skala
nyeri 6, T : nyeri datang kadangkala saat digunakan bergerak.,
badan masih terasa lemas.
D. Riwayat Kehamilan
Sebelum di operasi SC Ny. A mengatakan air ketuban pecah dulu
sehingga dianjurkan untuk SC. Selama kehamilan ibu mengatakan
melakukan kunjungan ANC selama 6 kali di bidan yang di lakukan
rutin tiap bulan. Ny. A mengatakan tidak merasakan mual dan
muntah. Tanggal 29 oktober 2018 periksa kebidan dianjurkan untuk
caesar karena ketuban peecah dini, kemudian dirujuk ke RSI
ARAFAH REMBANG.Pada hari senin jam 12.35 WIB tanggal
29/10/2018 dengan BB bayi 2450 gr dan jenis kelamin laki-laki.
E. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 14 tahun
Siklus menstruasi : 28 hari
Lama menstruasi : 7 hari
Tidak ada gangguan dalam menstruasi
F. Riwayat KB
Jenis KB : suntik 3 bulan

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Lama KB : 2 tahun
G. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
1. Keadaan umum
KU baik, compos mentis
2. Tanda vital
TD : 110/70, S : 36,5OC, N : 80X/menit, RR : 20X/menit
3. Kulit : turgor kulit bagus, elastic, capillary refill < 2dtk
4. Kepala: Kepala mesocephal/ tidak ada kelainan, rambut bersih,
tidak ada massa, pasien mengatakan tidak ada nyeri saat di
tekan kepalanya.
5. Mata: konjungtiva tidak anemis, tidak ikerik, tidak anemis
6. leher tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid.
7. Thorak:
Dada: tidak ada retraksi dada, pasien mengatakan tidak nyeri
saat palpasi/nyeri tekan.
8. Payudara: tampak bersih, simetris, tidak ada massa, bentuk
aerola inverted, pasien mengatakan sudah mengeluarkan ASI.
9. Abdomen
a) Linea nigrae :terdapat garis dari umbilicus sampai
simpisis pubis(linea nigrae tampak), warna hitam.
b) Linea alba : terdapat disekitar area
abdomen, warna putih.
c) TFU : 1 jari dibawah pusar
d) Kontraksi uterus : kontraksi uterus ada, baik
e) diastasis rectum abdominalis : tidak bisa dilakukan pada
pasien post SC
10. Perineal
a. Kebersihan, keutuhan
Tidak terdapat jahitan pada perineum, Klien mengatakan
daerah genetalia sangat lembab. Klien mengeluh tidak
nyaman.
b. Tanda REEDA :
tidak ada tanda-tanda infeksi pada area luka post SC.
c. Lochea :
Pengeluaran darah segar sejumlah 30-40cc atau 2 kali
ganti pembalut pagi dan siang, penuh dengan warna merah
segar. Jenis lochea rubra.
d. Hemoroid : tidak ada hemoroid
11. Ekstremitas
a. Varises
Tidak ada varises
H. Tanda homan : tanda homan negative.
I. Pengkajian Keluhan Dasar Khusus

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


1. Oksigenasi
Klien mengatakan tidak sesak napas, RR =20x/ menit, tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan, pasien tidak
terpasang kanul O2.
2. Nutrisi
A : BB sebelum hamil = 57 Kg
BB saat hamil =64 kg
TB = 155 cm
B : Hb= 11,6 gr/dl
Ht= 32,7%
Leukocyte= 13.570 k/ul
3. Cairan
Minum = 800 ml mineral
4. Eliminasi
Setelah partus Ny. H belum bisa BAB. BAK lancar kira-kira
1500cc selama 14 jam pada pukul 18.00, warna urine
kuning keruh ada sedikit bercampur darah dan klien tampak
terpasang selang kateter.
5. Kenyamanan
Terdapat luka jahitan pada daerah Abdomen dengan
panjang 15cm, lebar 1cm. Klien merasa tidak nyaman. Klien
mengatakan panas dan nyeri pada jahitan post SC, dengan
pengkajian nyeri menunjukkan:
P : saat bergerak, duduk, miring kanan dan miring kiri
Q : seperti tersayat - sayat
R: di sekitar abdomen pada luka post SC
S : skala nyeri 6
T : kadang – kadang saat digunakan bergerak
Pasien tampak meringis kesakitan
J. Terapi
NO TERAPI (29/10/2018) Dosis Indikasi
1 Infus RL 20tpm vomiting, anorexia
nausea
2 Ketorolac 1 amp/8 jam analgesic
3 Ambasin 1 gr/12 jam Anti biotik
4 Ranitidin 1 amp/12 jam
30/10/2018
1 Infus Rl 20 tpm
2 Ambasin 1 gr/12 jam antibiotik
3 Ketorolac 1 amp/8 jam analgesic
4 Ranitidin 1 amp/12 jam

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


K. Analisa Data
No tanggal Data fokus Masalah Etiologi
1 17-10- DS: Nyeri Agen-agen
2018 - Klien yang
4.00wib mengatakan menyebabkan
nyeri pada perut cedera (fisik :
di luka post SC post SC)
- P : saat
bergerak, duduk,
miring kana,
miring kiri.
- Q : seperti
tersayat - sayat
- R: di sekitar
abdomen pada
luka post SC
- S : skala nyeri 6

- T : kadang –
kadang sekitar 2
jam sekali

DO :
- RR : 20x/menit
- TD = 40/70
mmHg
- N = 80x/menit
- Pasien tampak
meringis
kesakitan
2 17-10-18 DS: Resiko Prosedur
4.00wib - Klien infeksi invasive
mengatakan
tidak nyaman
dengan luka

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


post SC
- Pasien
mengatakan
panas dan nyeri
pada area luka
post SC
DO :
- Terdapat luka
jahitan post SC
dengan panjang=
15 cm. L= 1 cm
- S : 36,5oC
- N: 80 x/mnt

L. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan agen-agen yang menyebabkan
cedera (fisik : post SC)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


M. Rencana keperawatan
No Dx Tanggal Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1. 1 17-10- setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. lakukan pengkajian nyeri
2018 nyeri bisa teratasi dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik relaksasi
14.00 wib NOC II: 3. berikan informasi tentang nyeri
- Skala nyeri 1 - 3 (penyebab,seberapa lama akan
- Klien mengatakan rasa nyeri berkurang berlangsung)
- Ekspresi wajah relaks 4. kolaborasi pemberian obat
- Klien mampu mempraktikkan teknik / manajemen nyeri
analgetik. Ketolorac 2a/drip
- TTV dalam batas normal
TD = 120/80
N = 80 x/menit
RR = 18 – 24x/menit
2 2 17-10- setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam 1. Pantau tanda/gejala infeksi 2
2018 diharapakan resiko infeksi dapat diminimalkan dengan 2. Pantau hasil laboratorium
14.00 wib kriteria hasil : 3. Ajarkan pasien tekhnik mencuci
NOC I: tangan yang benar
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, kolor, dolor, 4. Kolaborasi, berikan terapi antibiotic.
tumor dan fungsiolesa) Cefotaxim 3x1 1gr
- Suhu tubuh 36 – 37, 50C
- Nadi 70 – 40 x/menit

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


N. Tindakan Keperawatan
No Dx Tanggal/Jam Implementasi Respon TTD
1 1 17-10-2018 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
14.30 Wib P: nyeri saat digunakan untuk bergerak, miring
kanan kiri, Q: nyeri seperti disayat-sayat, R:
disekitar luka post SC, S: skala nyeri 5, T : nyeri
datang kadangkala saat digunakan bergerak.

O:
- Pasien tampak merintih kesakitan

S:
14.40 2. Mengajarkan penggunaan teknik non
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
farmakologis ( relaksasi nafas dalam)
napas dalam
O:
- Pasien tampak kooperatif

S:
14.45 3. Memberikan informasi tentang nyeri - Pasien mengatakan sekarang tahu apa
(penyebab,seberapa lama akan berlangsung) penyebab nyeei yang dirasakan dan lama nyeri
O:
- Pasien tampak kooperatif

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


15.00 4. kolaborasi memberikan obat analgetik. S: -
Ketolorac 2a/drip O:
- Obat masuk, ketorolac 2a/drip, iv

2 2 17/10/2018 1. Memantau tanda/gejala infeksi S:


11.00 - Pasien mengatakan masih terasa lemas
O:
- S: 36,50C
- N: 80 x/mnt
- Tidak ada tanda infeksi: tidak ada kemerahan,
tidak terasa hangat di sekitar luka

11.05 2. Memantau hasil laboratorium S: -


O: -

11.4 3. Mengjarkan pasien tekhnik mencuci tangan S: pasien mengatakan sekarang paham akan
yang benar tekhnik mencuci tangan benar
O: pasien tampak mengikuti demonstrasi perawat
(cuci tangan benar)

11.15 4. Kolaborasi, memberikan terapi antibiotic. S: -


Ceefotaxim 3x1 1grm O: obat masuk, cefotaxim tab 3x1 1grm,

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


No Dx Tanggal/Jam Implementasi Respon TTD
1 1 18-10-2018 5. Melakukan pengkajian nyeri S:
14.30 Wib P: nyeri saat digunakan untuk bergerak, miring
kanan kiri, Q: nyeri seperti disayat-sayat, R:
disekitar luka post SC, S: skala nyeri 3, T : nyeri
datang kadangkala saat digunakan bergerak.

O:
- Pasien tampak merintih kesakitan

S:
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
napas dalam
O:
- Pasien tampak kooperatif

S:
- Pasien mengatakan sekarang tahu apa
penyebab nyeei yang dirasakan dan lama nyeri
O:
- Pasien tampak kooperatif

14.35 6. Mengajarkan penggunaan teknik non S: -

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


farmakologis ( relaksasi nafas dalam) O:
- Obat masuk, ketorolac 2a/drip, iv

14.40 7. Memberikan informasi tentang nyeri


(penyebab,seberapa lama akan berlangsung)

14.45 8. kolaborasi memberikan obat analgetik.


Ketolorac 2a/drip

2 2 18/10/2018 5. Memantau tanda/gejala infeksi S:


11.00 - Pasien mengatakan masih terasa lemas
O:
- S: 36,50C
- N: 80 x/mnt
- Tidak ada tanda infeksi: tidak ada kemerahan,
tidak terasa hangat di sekitar luka

S: -

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


O: -

6. Memantau hasil laboratorium


11.05

11.4 7. Mengjarkan pasien tekhnik mencuci tangan S: pasien mengatakan sekarang paham akan
yang benar tekhnik mencuci tangan benar
O: pasien tampak mengikuti demonstrasi perawat
(cuci tangan benar)

11.15 8. Kolaborasi, memberikan terapi antibiotic, S: -


cefotaxim tab.3x1 1grm O: obat masuk, cefotaxim tab.3x1 1grm

O. Evaluasi
No Dx Tgl / Jam Evaluasi Ttd
1 1 17-10-2018 S:
4.45 WIB P: nyeri saat digunakan untuk bergerak, miring kanan kiri, Q: nyeri seperti disayat-sayat, R:

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


disekitar luka post SC, S: skala nyeri 5, T : nyeri datang kadangkala saat digunakan bergerak.
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam
O:
- TD : 120/80 mmHg
- S : 36,5OC,
- N : 80x/menit,
- RR : 22x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi pemberian obat analgesic, ketolorac 2a/drip

2 2 17-10-2018 S:
- Pasien mengatakan badan terasa masih agak lemas
O:
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
- Suhu tubuh 360C, Nadi 20x/menit
- Kondisi jahitan masih lembab
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda gejala infeksi
- Kolaborasi, berikan obat antibiotic, cefotaxim tab.3x1 1grm
1 1 18/10/2018 S:
- Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi
- P : saat bergerak miring kanan, miring kiri
- Q : seperti tersayat-sayat
- R: daerah luka post SC

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


- S : skala nyeri 3
- T : saat bergerak 2-3 menit
- Klien mampu melakukan tekhnik relaksasi napas dalam
O:
- TD : 120/80,
- S : 36,5OC,
- N : 80x/menit,
- RR : 22x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji nyeri
- Kolaborasi, berikan obat analgetik, ketolorac 2a/drip

2 2 18/10/2018 S:
15.00 WIB - Klien mengatakan lebih merasa nyaman
O:
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
- Luka post SC tampak bersih, tidak teraba hangat, tidak ada kemerahan
- Suhu tubuh 360C, Nadi 20x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda gejala infeksi
- Kolaborasi, berikan obat antibiotic, cefotaxim tab.3x1 1grm

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Anda mungkin juga menyukai