2 Hasil Penelitian
1. Medan Wacana
berbicara mengenai isu ekonomi yaitu berupa kritik dan pandangan dari calon presiden nomor urut 2,
Prabowo Subianto.
Medan wacana pada berita ini yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap gagal.
oleh Prabowo Subianto. Medan wacana dapat diibuktikan dengan melihat badan berita paragraf kedua
kalimat kesatu dan kedua yang berbunyi “Prabowo tak percaya dengan pertumbuhan ekonomi yang
diklaim pemerintahan. Dengan bahasa pasaran, Prabowo menyebut klaim pertumbuhan ekonomi
Medan wacana tersebut juda didukung penjelasan dari Prabowo Subianto menilai bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak terasa pada kalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada paragraf ketiga
kalimat kedua yang berbunyi, “Ia mempertanyakan kepada para pendukungnya, apakah ada yang
namanya pertumbuhan ekonomi?”. Kemudian alasan tersebut diperkuat pada paragraf keempat yang
berbunyi “Ia pun menjawab sendiri pertanyaan tersebut dengan mengatakan, pertumbuhan
terjadi berupa kenaikan harga-harga barang dan membengkaknya nilai utang negara kepada
asing.
bersinggungan langsung dengan masyarakat sebagai jalan keluar mengatasi permasalahan dari medan
wacana yang dimaksud yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap gagal. Hal itu dapat
dilihat pada paragraf keenam kalimat ketiga yaitu “Prabowo menjanjikan program 100 hari
kepemimpinannya jika terpilih. Ia mengatakan, sudah menyiapkan orang-orang ahli yang akan
Berdasarkan analisis diatas penulis melihat bahwa medan wacana berita tersebut adalah
pertumbuhan ekonomi yang dinilai gagal. Pertumbuhan gagal karena dampaknya tak dirasakan
masyarakat justru malah menambah hutang negara terhadap asing. Prabowo menawarkan jalan keluar
bahwa persoalan ekonomi yang ada dapat ia selesaikan jika ia terpilih menjadi Presiden Republik
Indonesia. Penulis menyimpulkan bahwa dalam isu ekonomi, Prabowo Subianto sebagai calon
2. Pelibat Wacana
Pada berita yang berjudul “Prabowo Anggap Petumbuhan Ekonomi tak Dirasakan
Masyarakat”, penulis melihat hanya ada satu pelibat wacana yaitu Prabowo Subianto sebagai calon
Prabowo Subianto memiliki pangkat sebagai Letnan Jenderal (Purn) yang lahir pada 17
Oktober 1951. Ia adalah seorang politisi, pengusaha dan perwira tinggi militer Indonesia. Prabowo
menempuh pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum akhirnya berkecimpung
dalam dunia bisnis dan politik. Pada 2014, ia mengiktu pemilihan umum 2014 dan maju sebagai calon
Presiden Indonesia ke-7 bersama pasangan calon Wakil Presiden Hatta Rajasa. Pada tahun 2019, ia
kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan umum Presiden Indoneisa 2018,
berpasangan dengan Sandiaga Uno. Saat ini ia juga menjabat sebagiai Ketua Umum Partai Gerakan
Dalam pemberitaan ini, pelibat wacana hanya ada satu yaitu Calon Presiden nomor urut
2 Prabowo Subianto yang menjalan peran sebagai pengkritik kinerja pemerintahan saat ini
sekaligus lawan politik dari Joko Widodo dalam kontestasi pilpres 2019. Sebagai calon
kritik yang disampaikan dimuka umum dalam hal ini kampanye. Pelibat wacana hadir dalam
berita ini sebagai unsur dari pihak oposisi yang mengikuti kontestasi politik pemilu presiden
2019.
3. Sarana Wacana
Masyarakat” penulis melihat sarana wacana dalam bentuk penggunaan bahasa informal,
penggunaan kata serapan tradisional, majas retoris, majas personifikasi, gaya repetisi,
Pada Lead berita yang berbunyi “Capres Prabowo Subianto mulai melakukan gaya
kampanye terbuka yang berbeda. Pada hari keenam kampanye terbuka menuju pilpres 2019,
pada Jumat (29/3), capres nomor urut 02 tersebut, mulai mengkritik dengan keras kinerja
pemerintah saat ini, terutama dalam masalah pengelolaan ekonomi negara selama lima tahun
belakangan.” , terdapat penggunaan akronim. Akronim adalah blablabla. Kata “capres” adalah
Pada pargraf kedua terdapat penggunaan pola kalimat langsung dan tak langsung yang
berbunyi, “Prabowo tak percaya dengan pertumbuhan ekonomi yang diklaim pemerintahan.
Dengan bahasa pasaran, Prabowo menyebut klaim pertumbuhan ekonomi selama ini sebagai
kebohongan. Dari janji pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Namun, diklaim realisasinya
mandek di angka 5 persen. “Lima persen ndasmu,” kata Prabowo di kompleks Stadion
Dalam kalimat kedua, kata “pasaran” dalam kalimat tersebut menunjukan makna biasa
atau sehari hari. Kata “pasaran” adalah kata yang biasa dipergunakan oleh orang-orang dalam
Dalam kalimat kelima pada paragraf di atas, terdapat penggunaan majas sarkasme, yaitu
majas yang dimaksudkan untuk menyindir atau menyinggung seseorang atau sesuatu dapat
berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-
kata kasar. Pernyatan “Lima persen ndasmu” adalah bagian dari sarkasme. Alasannya, kata
“ndasmu” adalah kata serapan tradisional yang berasal dari bahasa jawa kasar yang memiliki
arti “kepala-mu”. Kata “ndasmu” sendiri merupakan umpatan terkasar dalam bahasa Jawa.
Ndas merupakan kata benda level terbawah untuk menggantikan kata kepala. Di atas kata ndas
ada sirah (untuk level orang tua) dan mustoko (level untuk sastra dan konteks keraton). Kata
ndas sendiri merupakan ‘kepala’ yang diperuntukan untuk hewan. Contohnya ndas pitik
Pada paragraph ketiga yang berbunyi “Pernyataan Prabowo tersebut kontan disambut
apakah ada yang namanya pertumbuhan ekonomi?”, penulis menemukan penggunaan majas
hiperbola pada kata “disambut tawa puluhan ribu”. Pernyataan tersebut dinilai berlebihan
karena belum tentu yang menghadiri acara tersebut berjumlah puluhan ribu, kemudian belum
tentu juga semua orang yang berkumpul ikut tertawa menanggapi perkataan yang
Pada paragraph keempat menggunakan pola kalimat langsung yang berbunyi “Apa kau
semua merasakan adanya pertumbuhan? Yang tumbuh apa? Yang naik apa?” tanya Prabowo.”.
Dalam kalimat ini penulis menemukan majas retoris atau erotis. Erotis merupakan pertanyaan
yang digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih
mendalam dan penekan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Gaya bahasa ini digunakan sebagai salah satu alat yang efektif oleh orator karena terdapat
Pada paragraph kelimat yang berbunyi “Ia pun menjawab sendiri pertanyaan tersebut
membengkaknya nilai utang negara kepada asing.” , penulis menemukan penyataan konklusif.
Klaim yang dilakukan secara konklusif dapat dikatakan sebagai sebuah opini. Pernyatatan
Seharusnya pernyataan yang bersifat konklusif dalam ruang publik disertai dengan argumentasi
Dalam kalimat diatas penulis juga menemukan majas personifikasi terdapat pada
paragraf kelima pada pemilihan diksi “membengkaknya nilai utang negara kepada asing,”.
Majas personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang-
barang tak bernyawa memiliki sifat seperti manusia. Kata “membengkak” sewajarnya adalah
sesuatu yang menjadi besar berkaitan dengan bagian tubuh seseorang. Sementara itu, dalam
kalimat ini kata “membengkak dipakai untuk melukiskan nilai hutang negara.
Pada paragraph keenam penulis menemukan gaya bahasa repetisi pada struktur kalimat
juga terlihat dalam berita yaitu pada paragraf ketujuh kalimat pertama yang berbunyi “Bukan
tiga tahun, bukan dua tahun. Tetapi dalam 100 hari bisa diturunkan harga listrik di
masyarakat,”. Gaya repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberikan sebuah tekanan dalam konteks yang sesuai.
Pada paragraph kesembilan yang menulis juga menemukan penggunaan kata non baku
pada paragraf ke sembilan yang berbunyi “Karena banyak media di sini, saya nggak sampaikan
kepada kalian. Ntar dicontek. Sekarang, apa yang gue bikin ada yang nyontek,”. Kata “nggak”,
“Ntar”, “Gue”, dan “nyontek” adalah kata-kata non baku yang biasa digunakan percakapan
informal sehari-hari. Kata “nggak” memiliki bentuk asli dari kata “tidak”, kemudian kata
“Ntar” memiliki bentuk asli dari kata “sebentar”, sementara kata “gue” adalah kata non baku
bisa juga dikatakan sebagai kata prokem atau kata gaul untuk sebagai pengganti kata “saya”.
Semua kata di atas juga menggunakan gaya bahasa informal yang biasa dipakai sehari-hari
Berdasarkan analisis diatas, penulis menyimpulkan bahwa sarana wacana dalam berita
ini berupapenggunaan gaya bahasa informal pada kata"pasaran", kemudian terdapat kata
serapan tradisional "ndasmu", terdapat juga majas retoris dalam sebuah kalimat tanya pada
paragraf keempat, penyataaan atau statement yang bersifat konklusif pada paragraf kelima,
terdapat pula majas personifikasi kata "membengkak”, gaya bahasa repetisi, terdapat pula
penggunaan kata non baku pada kata "nggak"; "ntar"; "gue"; dan "nyontek".