Anda di halaman 1dari 11

Komunikasi Dalam Manajemen

Posted on January 22, 2015

Komunikasi dalam Manajemen

1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah “suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain”. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non-verbal.

Berikut adalah pengertian Komunikasi menurut para ahli :

1. Raymond Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-
simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
2. Bernard Barelson & Garry A. Steiner, Komunikasi adalah proses transmisi informasi,
gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-
kata, gambar, grafis, angka, dsb.
3. Colin Cherry, Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan
informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan
hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.

Dari beberapa pengertian komunikasi, dapat disimpulkan, komunikasi (communication)


Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjeleasan, perasaan, pertanyaan dari
orang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-
orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-
orang dan kelompok-kelompok tersebut.

B . Proses Komunikasi

Jika salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak akan berjalan. Ada
komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
1. Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan atau informasi serta
mempunyai kepentinga mengkomunikasikan kepada orang lain.
2. Pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke
dalam symbol atau isyarat.
3. Pesan (Massage) adalah pesan dapat dalam segala bentuk biasanya dapat dirasakan atau
dimengerti satu atau lebih dari indra penerima.
4. Saluran (Chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk surat, udara untuk
kata-kata yang diucapkan.
5. Penerima (Recaiver) adalah orang yang menafsirkan pesan penerima, jika pesan tidak
disampaikan kepada penerima maka komunikasi tidak akan terjadi.
6. Penafsiran Kode (Decoding) adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan
menterjemahkan menjadi informasi yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima
terhadap pesan yang dimaksudkan oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang
terjadi.
7. Umpan balik (Feedback) adalah pembalikan dari proses komunikasi dimana reaksi kominikasi
pengirim dinyatakan.

1. Hambatan komunikasi

Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses
komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan
dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.

Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi
tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect

Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan
dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan
atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau
pendapatnya.

2. Semantic Problems

Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan
pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan
salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah
penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai
dan lain-lain.

3. Perceptual distorsion

Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri
sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain.
Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara
satu dengan yang lainnya.

4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan
sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga
ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan”
dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut
suatu jenis makanan berupa sup.

5. Physical Distractions

Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya
komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan
cahaya yang kurang jelas.

6. Poor choice of communication channels

Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-
putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf
ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan
jelas.

7. No Feed back

Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak
adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang
sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada
para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan
atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

1. Komunikasi Interpersonal Efektif dalam Organisasi yang mencakup Componential &


Situational

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling
kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang,
seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000,
p. 73)
Menurut Effendi, komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar komunikator dengan
komunikan, dimana komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis yaitu berupa percakapan. Arus
balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat
komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif
atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan
untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat
dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara
komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi
apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana :

1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti
dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.

Komunikasi interpersonal efektif adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan
saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang
merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan
efek umpan balik secara langsung.

Komunikasi interpersonal efektif dalam organisasi yang mencakup componential &


situational, yaitu :

Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat menentukan efektif atau tidaknya dalam
suatu penyampaian pesan atau perintah antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan
bawahan (downward communication), bawahan dengan atasan (upward communication),
maupun antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral communication). Secara sederhana,
komunikasi adalah proses penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian
(meaning). Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada kita
kepada orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan pesan yang ingin
disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang
dengan efek umpan balik secara langsung. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang
akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian
diterima oleh penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi
mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.

1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya,
dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.

2. Situasional

Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang
mendukung disekitarnya.

1. Model Pengolahan Informasi Dalam Komunikasi Yang Menacakup :

1. Rational

Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi.
Dalam proses pembelajaran proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima
pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan
mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa
menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu
dikemukakan bahwa informasi masuk dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu
indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. informasi masuk ke
kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan
alasan tersebut, maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan
media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari pada satu media dalam proses
komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia didasarkan atas pertimabangan
bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat
proses komuniakasi termasuk pembelajaran lebih efektif. Dalam proses komunikasi atau proses
informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa
masalah dalam proses komunikasi misalnya :

Ditinjau dari pihak siswa kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan,
gangguan panca indera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik
terhadap materi yang dipelajari, Di tinjau dari pendidikan, misalnya pendidik tidak mahir
mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan. Di tinjau dari pesan atau materi
yang disampaiikan, misalnya materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlalu kecil, abstrak,
terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.

2. Limited capacity
3. Expert
4. Cybernetic

f. Model interaktif manajemen.

1. Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut
dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan
pengertian.

2. Immediacy

Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak
membosankan

3. Interaction management

Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan
kepada berbagai pihak yang bersangkutan

4. Expressiveness

Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi
perilaku.

5. Other-orientation

Dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.

SUMBER

http://alvi-novianty.blogspot.com/2014/01/komunikasi-dalam-manajemen.html

http://fnibrass.blogspot.com/2014/01/komunikasi-dalam-manajemen-definisi_10.html

http://onengaisimas.blogspot.com/2015/01/nama-vidya-apriliani-kelas-3pa10-npm.html

https://ajengjiwapangestu.wordpress.com/2014/01/15/komunikasi-dalam-manajemen/

About these ads

Share this:
efinisi atau Pengertian Manajemen
Komunikasi Menurut Ahli
at 03.08.00

Manajemen Komunikasi terdiri dari dua kata yaitu Manajemen yang berarti ilmu atau seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain dalam prosesnya yaiu membuat perencanaan,
pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dalam mencapai tujuan. sedangkan
komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. karena itu
manajemen komunikasi merupakan perpaduan konsep komunikasi dan manajemen yang diaplikasikan
dalam berbagai setting komunikasi.

Pada pengertiannya manajemen komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal
untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yangsama dan
dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan kontekssosialnya (Cutlip, 2007).

Manajemen komunikasi termasuk subdisiplin ilmu dari manajemen, menurut Kaye (1994), kelahiran
subdisiplin manajemen komunikasi tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk lebih membumikan ilmu
komunikasi di tataran dunia nyata. Manajemen komunikasi lahir karena adanya tuntutan umtuk
menjembatani antara teoritisi komunikasi dengan praktisi komunikasi. Para teoritisi menghadapai
keterbatasan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimilkinya. Sementara para praktisi komunikasi
mengalami keterbatasan pada rujukan teoritis atau ilmu komunikasi.

Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli


1. Michael kaye (1994), Communication management is how people manage their communication
processes through construing meanings about their relationships with others in various setting.
They are managing their communication and actions in a large of relationship – some personal
some professional. Bagaimana orang-orang mengelola proses komunikasi dalam hubungannya
dengan orang lain dalam setting atau konteks komunikasi.
2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai
sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

3. Menurut Antar Venus, Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya
komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang
terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi yang dimaksud disini berarti
tataran komunikasi individual, interpersonal, organisasional, governmental, sosial, atau bahkan
internasional.
Manajemen komunikasi sangat identik dengan interaksi sosial. Ada kalanya kita harus mampu untuk
memposisikan diri dengan tepat dalam situasi tertentu, kita juga harus mampu menghadapi dan
menjalin kerjasama dengan orang lain tanpa mencampurnya dengan urusan pribadi. Ini merupakan
sebagian alasan diperlukannya sikap professional dalam diri anda masing-masing. Manajemen
komunikasi berada di dalam dan diantara sistem sosial. Manajemen komunikasi meliputi P4I
(Penerimaan, Pengolahan, Penyimpanan, dan Penyampaian Informasi) dalam sub-sub sistem soaial,
diantaranya adalah individu, kelompok, organisasi, massa, dan masyarakat.
Konsep manajemen dalam perspektif ilmu komunikasi pada hakikatnya dipahami sebagai proses
memengaruhi orang lain. Selain itu, konsep dari manajemen komunikasi juga memberi saran kepada kita
bahwa kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik bukan hanya sebagai hal yang sudah melekat
dalam diri kita saja, melainkan sebagai suatu hal yang dapat kita pelajari dan kita kembangkan. Sebagai
contohnya, kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi agar dapat menjadi seorang
komunikator yang memiliki kredibilitas. Disinilah letak kegunaan mempelajari manajemen komunikasi,
yaitu agar kita dapat lebih mengerti bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan orang lain, sehingga
komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi dalam Manajemen


Komunikasi dalam manajemen diibaratkan sebagai “minyak pelumas” bahkan GR. Terry mengatakan
bahwa management is communications. Dari pendapat tersebut terlihat betapa pentingnya peran
komunikasi dalam kegiatan manajemen.
GR. Terry mengemukakan bahwa dalam suatu kegiatan manajemen terdapat lima bentuk komunikasi,
antara lain:

1. Komunikasi formal. Biasanya terjadi dalam jalus komunikasi formal, memiliki wewenang dan
tanggung jawab yaitu melalui instruksi-instruksi bentuk lisan dan tulisan sesuai dengan prosedur
secara fungsional yang berlaku dari arus atasan ke bawahan atau sebaliknya.
2. Komunikasi non-formal, yaitu di luar komunikasi formal, terjadi secara spontan. Misalnya
Sumbang saran yang berkaitan dengan tugas, kewajiban. Efektif digunakan dalam perusahaan
yang bersifat padat karya dengan jumlah pekerja cukup banyak, dan tidak terlalu teknis.

3. Komunikasi informal. Seperti halnya komunikasi non formal namun lebih menekankan pada
aspek human relations-nya. Atau dengan kata lain digunakan dalam permasalahan di luar
pekerjaan secara langsung.
4. Komunikasi teknis. Biasanya hanya dilakukan dan dimengerti oleh orang-orang tertentu saja yang
berkaitan dengan kegiatan tersebut.

5. Komunikasi prosedural. Biasanya dekat dengan komunikasi formal, diwujudkan misalnya dalam
bentuk pemberian laporan tahuan/bulanan, instruksi tertulis, memo dan lain-lain.

Empat alasan yang dapat dikemukakan sebagai landasan signifikansi bagi pengembangan subdisiplin ilmu
manajemen komunikasi di dalam situasi globalisasi dewasa ini. Alasan tersebut adalah :
1. Terkait dengan tujuan ilmu komunikasi, Menurut Soesanto (1976), komunikasi bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan diantara pelaku-pelaku komunikasi. Pola tindakan komunikasi untuk
mencapai itu semua bukan hanya reaktif semata-mata, tetapi juga harus penuh dengan strategi.
Manajemen komunikasi yang menggabungkan antara pendekatan manajemen dengan
pengelolaan komunikasi memungkinkan kita untuk mewujudkan keharmonisan dalam
komunikasi yang kita lakukan.
2. Didasarkan pada karakteristik ilmu komunikasi. Karakteristik ilmu komunikasi antara lain bersifat
irreversible, kompleks, berdimensi sebab akibat, dan mengandung potensi problem. Dilihat dari
karakteristik tersebut suatu proses komunikasi sangatlah rumit. Maka suatu tindakan komunikasi
haruslah dikelola secara tepat. Disinilah subdisiplin manajemen komunikasi dapat memberikan
kontribusinya.

3. Terkait dengan kebutuhan fungsionalisasi ilmu komunikasi didalam upaya menciptakan/


knowledge worker di bidang komunikasi. Knowledge worker adalah tenaga komunikasi yang
memiliki wawasan teoritis tentang komunikasi dan memiliki keterampilan dalam
mengaplikasikan ilmu tersebut. Dalam studi manajemen komunikasi, suatu model pembelajaran
komunikasi yang mengarah pada pembekalan meaningful knowledge dan meaningful skills dapat
dikonstruksi.

4. Adanya asumsi peran ilmu manajemen akan semakin dominan dalam abad XXI sementara peran
ilmu komunikasi akan semakin dibutuhkan dalam era globalisasi. Berdasarkan asumsi tersebut,
maka kedua disiplin ilmu ini bersinergi dalam memecahkan berbagai persoalan sosial-komunikasi
di masa sekarang dan akan datang.

Komunikasi dipandang sebagai sentral elemen-elemen lainnya dalam kegiatan manajemen organisasi.
Alasan pertama, komunikasi memiliki fungsi untuk mempertemukan antara tujuan organisasi dengan
terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan lingkungan organisasi.
Ketiga, untuk membina hubungan antar anggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban
kerja) organisasi. Untuk itu, kemampuan komunikasi yang efektif menjadi hal yang mutlak harus dimiliki
oleh seorang pelaku organisasi.

Sementara Onong U Effendy mengelompokkan komunikasi dalam manajemen menjadi tiga dimensi,
yaitu:

1. Komunikasi vertikal, yaitu arus komunikasi dua arah timbal balik dalam melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen, bisa dari atas ke bawah (downward communication) dan bisa dari bawah ke
atas(upward communication).
2. Komunikasi horizontal, merupakan komunikasi satu level yang terjadi antara satu karyawan
dengan karyawan lainnya atau pimpinan satu departemen dengan departemen lainnya dalam
satu tingkatan dan lain sebagainya.

3. Komunikasi eksternal, Berlangsung secara dua arah antara pihak organisasi/lembaga dengan
pihak luar.

4. Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi ditentukan oleh kebijakan dan arus informasi
yang ada dalam organisasi tersebut. Arus informasi akan membentuk pola-pola hubungan atau
jaringan komunikasi.

Menurut Stephen P. Robbins pada umumnya dikenal lima model jaringan komunikasi yaitu sebagai
berikut:
a) Model Rantai (chain)
Dalam model jaringan komunikasi ini, hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke
bawah (downward). Model ini hanya memungkinkan adanya hubungan garis langsung (komando) tanpa
adanya suatu penyimpangan. Model ini banyak dianut dalam organisasi militer, masalah laporan
keuangan, pembayaran gaji dan lain-lain.
b) Model Roda (wheel)
Sistem jaringan komunikasi, disini semua laporan, instruksi perintah kerja dan kepengawasan terpusat
satu orang yang memimpin empat bawahan atau lebih dan antara bawahan tidak terjadi interaksi
(komunikasi sesamanya).
c) Model Lingkaran (circle)
Pada model komunikasi ini semua anggota/staff bisa berinteraksi pada setiap tiga tingkatan
hirarkinyatetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkat yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap
levelnya.
d) Model saluran bebas (all-channel)
Model ini adalah pengembangan dari model lingkaran, dimana semua tiga level tersebut dapat
melakukan interaksi secara timbal balik tanpa menganut siapa yang menjadi tokoh sentarlnya.
e) Model huruf “Y”
Model ini tidak jauh berbeda dengan model rantai, hanya saja terdapat empat level jenjang hirarki, satu
supervisor memiliki dua atasan dan dua bawahan.

Manajemen Komunikasi dalam Komunikasi Orang Dewasa


Dalam buku Communication Management karya Michael Kaye, terdapat model komunikasi orang
dewasa yang dianalogikan dengan ”Russian Matouschka dolls”. Boneka terkecil merupakan bagian yang
terdalam pada konsep komunikasi orang dewasa ini. Bagian ini merepresentasikan ”self”. Mengerti dan
memahami diri merupakan tahap yang sangat penting dalam mencapai self-management yang efektif.
Dalam hal ini, berarti kita melakukan komunikasi intrapersonal yang mencakup sensasi, persepsi, memori
dan berfikir.
Boneka yang membungkus ”self doll” adalah ”interpersonal doll”. Unsur interpersonal ini terfokus pada
bagaimana ”self” atau diri, berhubungan dengan orang lain, bagaimana individu tersebut berinteraksi
dengan individu lainnya dalam melakukan proses komunikasi yang bertujuan untuk membangun makna.
Boneka ketiga adalah ”people-in-system doll”. Disini, perhatian kita mengenai bagaimana sistem sosial
atau organisasi dimana seseorang bekerja, dapat memiliki efek pada orang tersebut dari cara
berkomunikasi dengan orang lain di dalam sistem tersebut.

Boneka keempat yang membungkus seluruh boneka lainnya, merepresentasikan ”competence doll”.

Sangatlah penting untuk mengerti bahwa model kompetensi ini bukan hanya terlihat sebagai bagian
terluar atau sebagai casing saja, melainkan sebagai kompetensi manajemen komunikasi yang bisa
terdapat di semua level model ”Russian Matouscha doll” ini. Seseorang menjadi kompeten dalam
komunikasi intrapersonalnya ketika dia dapat memahami dirinya dan dapat menimbulkan ”self control”
atau kontrol diri. Seseorang juga dapat terlihat kompeten ketika dia membangun, mengkoordinasi dan
menjelaskan makna kepada orang lain. Dan terakhir, seseorang dapat dinyatakan kompeten ketika dia
memperlihatkan kemampuan untuk mengubah salah satu sistem yang dia jalankan atau orang lain dalam
sistem tersebut.

Share on : Facebook Twitter Google+ Lintasme

Related Posts :

Anda mungkin juga menyukai