Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN ANAK

Kekurangan Kalori Protein (KKP)

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Miftakhul Aurosi ( P0512020170)


2. Nurmala Deska A (P051202170)
3. Veni Maisah ( P05120217034 )

Dosen Pembimbing : Ns. Rahma Anisa,. M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya . sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah denggan judul “Kekurangan
kalori dan protein atau kurang gizi” dengan baik. Dalam penyusunan makalah mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang Kekurangan kalori dan protein atau kekurangan gizi. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.

Bengkulu 6 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar belakang……………………………………………………………
I.2 Rumusan masalah………………………………………………………...
I.3. Tujuan penulisan……………………………………………………........
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Kekurangan Kalori Protein
2.1 Definisi Protein……………………………………………………...........
2.2 Definisi Kekurangan Kalori Protein……………………………………...
2.3 Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein…………………………………..
2.4 Etiologi Kekurangan Kalori Protein ……………………………………
2.5 Manifestasi klinis Kekurangan Kalori protein……………………………
2.6 Patofisiologi Kekurangan Kalori protein ………………………………...
2.7 Epidemiologi ………………………………...……………………………
2.8 Komplikasi KKP………………………………...………………………
2.9 Pemeriksaan Penunjang KKP …………………………….......................
2.10 Penatalaksanaan KKP ……………………………................................
B. Asuhan Keperawatan pada pasien KKP
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...
3.2 Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amimo satu dengan asam amino
lainnya. Asam amino tersusun dari unsur C, H, O N, dan kadang-kadang S serta P. Protein
merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolisme darah. Protein termasuk
makromolekul penyusun bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian tubuh.Protein
dapat kita peroleh dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati). Sumber
protein hewani antara lain ikan, daging, susu, dan telur, sedangkan sumber protein nabati antara
lain padi-padian, kacang-kacangan, dan sayuran.
Pada intinya tubuh kita membutuhkan gizi protein yang cukup untuk beraktivitas.Rata-
rata standar kecukupan gizi sehari adalah 45 gram.Tingkat kebutuhan protein dipengaruhi oleh
bobot dan ukuran badan, umur, jenis kelamin, penyakit, satuan gizi makan, kondisi tubuh, sifat
protein yang dimakan, masa kehamilan, dan status emosional. Bila tubuh kekurangan atau
kelebihan protein maka akan mengalami gangguan kesehatan kemudian menjadi penyakit
kekurangan atau kelebihan protein. Umumnya hal ini disebabkan oleh pola makan yang tidak
sehat.Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan
protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun
(balita). Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP),
yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan
sosial-ekonomi, merupakan akar ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh, dan
tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan.Komponen biologi yang
menjadi latar belakang KKP, antara lain, malnutrisi, penyakit infeksi, serta diet rendah energi
dan protein.Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh protein sebagai
agen penyakit, contoh penyakit, dan penanganannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan tugas mandiri ini adalah untuk mengetahui secara jelas apa itu :
1. Definisi Protein
2. Definisi Kekurangan Kalori Protein
3. Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein
4. Etiologi Kekurangan Kalori Protein
5. Manifestasi klinis Kekurangan Kalori protein
6. Patofisiologi Kekurangan Kalori protein
7. Epidemiologi
8. Komplikasi KKP
9. Pemeriksaan Penunjang KKP
10. Penatalaksanaan KKP
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Kekurangan Kalori Protein


2.1 Definisi protein
Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang lainnya.Sifat
dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping
itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing asam amino. Protein adalah
senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup.
Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein.Protein merupakan bahan pembangun tubuh
yang utama.Protein tersusun atas senyawa organic yang mengandung unsur-unsur karbon,
hydrogen, oksigen, dan nitrogen.Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari
karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan
komponen penting dari otot, kulit, dan tulang.

a. Macam Protein
Bahan sumber protein umumnya digunakan sebagai lauk-pauk. Protein dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Protein hewani: daging, ikan, telur, hati, dan susu
2. Protein nabati: tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

b. Fungsi Protein
Fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain:
1. Zat pembangun atau pembentukan sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak
2. Bahan pembentuk hormon atau antibodi enzim
3. Pengaturan proses dalam tubuh
4. Zat tenaga
5. Transportasi (Hb dalam darah)
6. Pembekuan darah dan mempengaruhi keturunan.
2.2 Definisi Kekurangan Kalori protein

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang
cukup lama (Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein
maupun energi (Sediatoema, 1999).

2.3 Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein

Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:

KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan.

KKP berat, meliputi:

 Kwashiorkor
 Marasmus
 Marasmik-kwashiorkor.

1. Kwashiorkor
a. Pengertian

Adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak
kecil umur 1 dan 3 tahun (Jelliffe, 1994).

Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan
(Behrman dan Vaughan, 1994).

Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan
perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu
yang lama (Ngastiyah, 1997).

b. Etiologi

Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung
protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus,
kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat.

Penyebab kwashiorkor yang lain yaitu:

1. Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena
alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang
makanan.
2. Adanya infeksi, misalnya:
 Diare akan mengganggu penyerapan makanan.
 Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh
akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan.
 Kekurangan ASI.

c. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda Klinik kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di berbagai negara,
dan dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Selalu ada

Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada anak umur 1-3 tahun
karena kemungkinan telah mendapat makanan yang mengandung banyak karbohidrat.

 Kegagalan pertumbuhan.
 Oedema pada tungkai bawah dan kaki, tangan, punggung bawah, kadang-kadang
muka.
 Otot-otot menyusut tetapi lemak di bawah kulit disimpan.
 Kesengsaraan
 Sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi rewel diikuti dengan perhatian yang
kurang.

2) Biasanya ada

Satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul, tetapi tidak satupun yang betul-betul
memerlukan diagnosis.

 Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan, mendekati putih), lurus, jarang halus,
mudah lepas bila ditarik.

 Warna kulit lebih muda


 Tinja lebih encer, Akibat gangguan penyerapan makanan, terutama gula.
 Anemia yang tidak berat, Jika berat biasanya ada kemungkinan infeksi cacing atau
malaria.

3) Kadang-kadang ada
Satu atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi tidak ada satupun yang
betul-betul membentuk diagnosis.

 Ruam/bercak-bercak berserpih.
 Ulkus dan retakan.
 Tanda-tanda vitamin, Misalnya luka di sudut mulut, lidah berwarna merah terang
karena kekurangan riboflavin.
 Pembesaran hati

Akibat perlemahan hati. Tanda-tanda yang lain yaitu:

 Secara umum anak nampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terserang. Pada
tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
 Pertumbuhan yang terhambat, berat badan dan tinggi badan lebih rendah
dibandingkan dengan berat badan baku. Jika ada edema anasarka maka penurunan
berat badan tidak begitu mencolok.
 Edema
 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis
dan lembek.
 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare.
 Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut.
 Kelainan kulit: kering, bersisik dengan garus-garis kulit yang dalam dan lebar,
disertai denitamin B kompleks, defisiensi eritropoetin dan kerusakan hati.
 Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare,
bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis).
 Defisiensi vitamin dan mineral, Defisiensi vitamin A, riboflavin (stomatitis
angularis), anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik.

2. Marasmus
a. Pengertian

Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan
kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).

Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem


(Sediaoetama, 1999).

b. Etiologi

Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya
terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan
tambahan.

c. Manifestasi Klinik

Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Selalu ada
Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa:
 Gangguan perkembangan
 Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.
2. Kadang-kadang ada
 Mencret/diare atau konstipasi.
 Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor.
 Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.
 Dehidrasi.

Tanda dan Gejala yang lain yaitu:

a. Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam.


b. Turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput.
c. Pipi terlihat kempot.
d. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
e. Ubun-ubun besar cekung.
f. Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol.
g. Mata tampak besar dan dalam.
h. Sianosis.
i. Ekstremitas dingin.
j. Perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas.
k. Atrofi otot.
l. Apatis.
m. Bayi kurus kering.

3. Marasmik – Kwashiorkor

a. Pengertian

1. Marasmik – kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis


campuran antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum, 1996)
2. Marasmik – kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami
kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta
kemunduran fungsi fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).
3. Marasmik – kwashiorkor merupaan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori,
maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan dehidrasi. (http.www.yahoo.com. Search engine by keywords:
malnutrisi pada anak)

b. Etiologi

Penyebab dari marasmik – kwashiorkor sama pada marasmus dan kwashiorkor.

2.4 Etiologi Kekurangan Kalori Protein

1. Ekonomi Negara rendah


2. Pendidikan umum kurang
3. Peroduksi bahan pangan kurang
4. Hygiene rendah
5. Pekerjaan rendah
6. Pasca panen kurang baik
7. System perdagangan dan distribusi tidak lancer
8. Daya beli rendah
9. Persediaan pangan kurang
10. Penyakit infeksi dan infestasi cacing
11. Konsumsi kurang
12. Absorpsi terganggu
13. Utilitas terganggu KKP terganggu
14. Pengetahuan gizi kurang
15. Anak terlalu banyak

2.5 Manifestasi Klinis Kekurangan Kalori Protein

1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu.
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun.
d. Maturasi tulang terlambat.
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
f. Anemia ringan atau pucat.
g. Aktifitas berkurang.
h. Kelainan kulit (kering, kusam).
i. Rambut kemerahan.

2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan.
b. Mudah sakit.
c. Kurang cerdas.
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian

2.6 Patofisiologi KKP

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan makanan, tubuh
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi,
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk memepertahankan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah terjadi kekurangan.

Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan asam
amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa lemak di
pecah menjadi asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat memepergunakan asam lemak
dan keton bodies,sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh dari tubuh.
2.7 Epidemiologi

Penyakit KKP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan
hasil penyelidikan di 254 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo, dkk (1999), memperkirakan
bahwa 30 % atau 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9
juta diantara anak-anak balita menderita gizi buruk. Berdasarkan “Rekapitulasi Data Dasar Desa
Baru UPGK 1982/1983” menunjukkan bahwa prevalensi penderita KKP di Indonesia belum
menurun. Hasil pengukuran secara antropometri pada anak-anak balita dari 642 desa
menunjukkan angka-angka sebagai berikut: diantara 119.463 anak balita yang diukur, terdapat
status gizi baik 57,1%, gizi kurang 35,9%, dan gizi buruk 5,9%.

Tingginya prevalensi penyakit KKP disebabkan pula oleh faktor tingginya angka
kelahiran. Menurun Morley (1968) dalam studinya di Nigeria, insidensi kwashiorkor meninggi
pada keluarga dengan 7 anak atau lebih. Studi lapangan yang dilakukan oleh Gopalan (1964)
pada 1400 anak prasekolah menunjukkan bahwa 32% diantara anak-anak yang dilahirkan
sebagai anak keempat dan berikutnya memperlihatkan tanda-tanda KKP yang jelas, sedangkan
anak-anak yang dilahirkan terlebih dahulu hanya 17% memperlihatkan gejala KKP. Ia
berkesimpulan bahwa 62% dari semua kasus kekurangan gizi pada anak prasekolah terdapat
pada anak-anak keempat dan berikutnya.

Mortalitas KKP berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil penyelidikan yang dilakukan
pada tahun 1955/1956 (Poey, 1957) menunjukkan angka kematian sebanyak 55%, 35% diantara
mereka meninggal dalam perawatan minggu pertama, dan 20% sesudahnya.

Menurut WHO, 150 juga anak berumur di bawah 5 tahun menderita KKP dan 49% dari
10,4 juga anak berumur di bawah 5 tahun meninggal karena KKP yang kebanyakan terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang.

2.8 Komplikasi KKP


1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia)
Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata
terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi
buta).

2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis.

Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin


B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.

3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis)

Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2


menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan
mata.

4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.

5. Defisiensi Vitamin B12

Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12
dapat menyebabkan anemia pernisiosa.

6. Defisit Asam Folat

Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia,


trombositopenia.

7. Defisiensi Vitamin C

Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C


diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam
pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.

8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium


Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh
kembang anak.

9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.

10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat

Noma atau stomatitis merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif
sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang
menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.

2.9 Pemeriksaan Penunjang KKP

1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya


berupa anemia hipokronik atau normokromik.
b. Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal,
dan kolesterol normal atau merendah.
c. Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d. Kadar gula darah umumnya rendah.
e. Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f. Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g. Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah
maupun meninggi.
h. Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan
indeks hidroksiprolin menurun.
i. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan
kasus perlemakan berat.
j. Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k. Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l. Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase, esterase, kolin
esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin
oksidase berkurang.
m. Defisiensi asam folat, protein, besi.
n.Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam
amino meningkat.

3. Pemeriksaan Radiologik, Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan


osteoporosis ringan.

2.10 Penatalaksanaan KKP


a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik tinggi,
tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
b. Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap.
c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari, dan kalori 160-175 kalori.
d. Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.
e. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
keluarga.

Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian cairan parenteral adalah
sebagai berikut:

a. Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor,
dan 250 ml/kg BB/hari untuk marasmus.
b. Jenis cairan yang dipilah adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan
menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
c. Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam pertama,
kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya.
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang
dianjurkan adalah 3,0-5,0 gr/kg BB dan jumlah kalori 150-200 kkal/kg BB sehari.

Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3×5 mg/hari pada anak kecil
dan 3×15 mg/hari pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral
sebanyak 75-150mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2 mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda
hipokalemia diberikan KCl secara intravena dengan dosis intramuskular atau intravena dalam
bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kgBB/hari selama 4-5 hari pertama
perawatan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEKURANGAN KALORI
PROTEIN (KKP)

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama, Umur, Tempat Tanggal Lahir, Alamat, Nama Orang tua, Alamat Orang tua

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama : ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kakidan tangan,
tidak nafsu makan, muntah, dan kondisi lemah
b. Keluhan Sekarang : ibu mengatakan anaknya lemas, tidak nafsu makan, kondisi
lemah dan rewel
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : ibu mengatakan anaknya tidak ada riwayat penyakit
seperti ini
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami
kekurangan Kalori Protein

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien,biasanya klien dengan gangguan KKP ini cendrung lemah
karena dia kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan
kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama.
b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri,pada anak KKP ini gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya
hambatan pertumbuhan,tinggi badan dan berat badan sangat jauh dari normal nya.
Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Sistem pernapasan,yang perlu di kaji yaitu
1. Hidung : simetris,pernapasan cuping hidung,secret,polip.
2. Leher : pembesaran kelenjer,tumor.
3. Dada : bentuk dada,perbandingan ukuran AP dengan transversal,gerakan dada,dan
suara napas.
e. Sistem kardiovaskuler. Yang perlu dikaji yaitu:
1. Conjunktiva anemis,pada anak KKP ini anemis,cyanosisarteri carotis sangat
lemah
2. Ukuran jantung
3. Suara jantung
f. Sistem pencernaan
1. Sklera biasanya ikterik,bibir kering dan pecah-pecah.
2. Mulut biasanya stomatitis
3. Gaster biasanya kembung

2. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya


berupa anemia hipokronik atau normokromik.
b. Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal,
dan kolesterol normal atau merendah.
c. Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d. Kadar gula darah umumnya rendah.
e. Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f. Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g. Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah
maupun meninggi.
h. Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan
indeks hidroksiprolin menurun.
i. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan
kasus perlemakan berat.
j. Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k. Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l. Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase, esterase, kolin
esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin
oksidase berkurang.
m. Defisiensi asam folat, protein, besi).
n. Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam
amino meningkat.

2) Pemeriksaan Radiologik, Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan


osteoporosis ringan.
II. DIAGNOSA

1. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan

 Gejala dan tanda Mayor :

Subjektif : (Tidak tersedia)

Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

 Gejala dan tanda Minor :

Subjektif :

1. Cepat kenyang setelah makan


2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun

Objektif :

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

2. Hipovolemia b/d kekurangan intake cairan


 Gejala dan tanda Mayor :

Subjektif : ( Tidak Tersedia)

Objektif :

1. Frekuensi nadi meningkat


2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membrane mukosa kering
7. Volume urine menurun
8. Hematocrit meningkat

 Gejala dan tanda Minor :

Subjektif :

1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus

Objektif :

1. Pengisian vena menurun


2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. BB turun tiba-tiba

3. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan

 Gejala dan tanda Mayor :

Subjektif :
1. Mengeluh lelah

Objektif :

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

 Gejala dan tanda Minor :

Subjektif :

1. Dispnea saat/ setelah aktifitas


2. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
3. Merasa lemah

Objektif :

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG menunjukkan Aritmia saat/ setelah aktifitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

III. INTERVENSI

1. Deficit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan

Intervensi : NIC : Manajemen Nutrisi

1. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
2. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia
3. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
4. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi
5. Monitor kalori dan asupan makanan

Rasional :

1. Menentukan jumlah kalori untuk memenuhi kebutuhan asupan yang pasien perlukan
dengan kolaborasi dengan tim gizi
2. Menganjurkan pasien untuk makan makanan bergizi sesuai usia agar status nutrisi
terpenuhi untuk tubuh
3. Makanan ringan seperti roti-roti atau kesukaan pasien yang banyak gizi
4. Diet makanan tinggi kandungan serat seperti sayuran dan buah-buahan
5. Monitor kalori dengan cara kolaborasi dengan tim Gizi

2. Hipovolemia b/d kekurangan intake cairan

Intervensi : NIC : Manajemen Cairan

1. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian


2. Berikan cairan dengan tepat
3. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
4. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik
5. Tawari makanan ringan (misalnya, minuman ringan dan buah-buahan segar/jus buah)
6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk

Rasional :

1. Memantau dan menghitung makan/cairan yang telah dikonsumsi oleh pasien perhari

2. Memberikan cairan dengan tepat sehingga pasien mendapatkan cairan yang dibutuhkan

3. Memberikan cairan kepada pasien dalam 24 jam sehingga pasien mengurangi


terjadinya kekerugan cairan
4. Memberi motivasi kepada pasien serta keluarga dalm meningkatkan pemberian
makanan/caira

5. Memberikan makanan yang ringan dalam memenuhi kebutuhan cairan pasien2

6. Melakukakn konsultasi kepada dokter apabila cairan di dalam tubuh mngalami caira
pemenuhan atau atau membaik

3. Intoleransi akrifitas b/d Kelemahan

Intervensi : NIC : Terapi Aktifitas

1. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumber-sumber yang diperlukan


untuk aktifitas-aktifitas yang diinginkan

2. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level aktivitas
tertentu

3. Bantu dengan aktifitas fisik secara teratur (misalnya, ambulasi, transfer/berpindah,


berputar dan kebersihan diri), sesuai dengan kebutuhan

4. Bantu klien untuk meningkatkan motivasi diri dan penguatan

5. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

Rasional :

1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang diinginkan oleh pasien

2. Membantu klien dalam menentukan kelemahan dalam melakukan aktivitas tertentu


3. Memberikan bantuan kepada klien dalam memberikan aktivitas fisik secara teratur
seperti, melakukan gerakan bepindah, berputar dan membersihkan diri

4. Memberikan motivasi kepada klien dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam


melakukan aktivitas

5. Melihat respon hasil klien perihal terhadap aktivitas yang telah dilakukan
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup,
makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru
banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.

KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus.dan faktor penyebab
nya yaitu masalah sosial,masalah ekonomi,masalah biologi dan masalah lingkungan.

3.2 SARAN

Diharapkan di Indonesia bisa tingkat KKP bisa diturunkan sehingga sedikit anak yang
menderita gizi buruk
DAFTAR PUSTAKA

1. Catzel, Pincus. 1990. Kapita Selekta Pediatri, Edisi II. Jakarta: EGC.
2. Hill, Graham L. 2000. Buku Ajar Nutrisi Bedah. Jakarta: Farmamedia.
3. Jelliffe, DB. 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis, Edisi IV. Jakarta: Bumi Aksara.
4. Markum. 1996. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta: FKUI.
5. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
6. Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Edisi IV. Jakarta: FKUI.
7. Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC.
8. Sandra R. 1990. Nursing Care of Children and Families, 2nd Edition. California: A
Division of the Benjamin Cummings Publishing Company.
9. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Hipokrates.
10. Wong’s and Whaley. 1995. Nursing Care of Infant and Children 5th Edition. Missouri:
Westline Industrial Drive.

Anda mungkin juga menyukai