TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
(FKUI, 2013).
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah
lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
National Cancer Institute (2013), kanker adalah suatu istilah untuk penyakit
2013).
neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak
bersifat kanker (Price et. al., 2006). Neoplasma secara harfiah berarti
9
10
mengacu pada sel-sel neoplastik yang tidak menginvasi jaringan sekitar dan
untuk menyusup dan membangun pertumbuhan pada area tubuh lain yang
ganas. Berdasarkan asal, sifat dan pola kerjanya, faktor terkait dengan
faktor kimia.
nitrosam.
kulit.
oleh sel hidup dan berfungsi sebagai katalis dalam reaksi biokimia
2008).
2. Faktor Fisika
4) Kanker paru. Kanker paru akibat radiasi dapat timbul dari radiasi
menerima radiasi.
6) Tumor tulang. Bila radiasi LET rendah yaitu radiasi gama atau
akibat radiasi internal seperti radiasi alfa dari Ra-224 dan Ra-226
Jika pada sinar ultraviolet, paparan radiasi matahari dalam jangka waktu
jenis kanker kulit serta menimbulkan kerusakan DNA dari sel-sel kulit
(Miller, 2008).
3. Virus DNA
Virus DNA bisa masuk ke dalam sel lewat onkogen dan contohnya
Contoh dari virus lainnya adalah Human Papilloma Viruses (HPV) dan
telah ditemukan bahwa virus HPV ini memiliki banyak jenis, dan dua
ada faktor lain yang ikut menyebabkan infeksi ini sehingga bisa
4. Virus RNA
5. Faktor Genetis
individu bisa memiliki pola gen turunan. Sudut pandang genetik, kanker
2.1.5 Karsinogenesis
dikontrol secara ketat (Price et. al., 2006). Kerusakan genetik nonletal
kimia, radiasi, atau virus, atau diwariskan dalam sel germinativum (Kumar
death), atau apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak
(Kumar et. al., 2007; Price et. al., 2006). Karsinogenesis adalah suatu proses
banyak tahap, baik pada tingkat fenotipe maupun genotipe. Suatu neoplasma
sifat invasi lokal dan kemampuan metastasis jauh. Sifat ini diperoleh secara
molekular, progresi ini terjadi akibat akumulasi kelainan genetik yang pada
tidak saja gen yang mengendalikan angiogenesis, invasi, dan metastasis. Sel
pembelahan sel (Kumar et. al., 2007). Dalam kondisi fisiologis normal,
mekanisme sinyal sel yang memulai proliferasi sel dapat dibagi menjadi
inti sel; (4) faktor transkripsi inti yang memulai pengaktifan transkripsi
pertumbuhan sel, sel terus melalui fase replikasi sel, Siklus sel tersebut
dibagi menjadi empat fase: G1 (gap 1), S (sintesis), G2 (gap 2), dan M
(mitosis). Sel tidak aktif yang terdapat dalam keadaan tidak membelah
penekan tumor yang pertama kali ditemukan. Produk gen RB adalah suatu
untuk menghambat melajunya sel dari fase G1 ke S pada siklus sel. Apabila
fosforilasi, rem dilepas, dan sel melewati tahap G1 ke S. Saat masuk fase S,
secara rinci dan elegan. Sel tenang (quiescent, pada G0 atau G1)
sekuestrasi, family E2F dari faktor transkripsi. Apabila sel yang tenang ini
dan aktivasi siklin D/CDK4, siklin D/CDK6, dan siklin E/CDK2 yang
gen sasaran. Apabila tidak terdapat protein RB, atau apabila kemampuannya
molekular terhadap siklus sel akan lepas, dan sel berpindah secara
Gambar 2.2 Skema Sederhana Dasar Molekular Kanker. (Kumar et. al., 2007).
bersifat spesifik bagi penyakit ini daripada penyakit lain. Hal semacam ini
tidak hanya terjadi pada klien saja tapi juga berlaku bagi keluarga. Memiliki
dan keluarganya bisa mendapatan stres yang sama. Proses dalam menjalani
penyakit kanker akan dapat lebih mudah ditanggung oleh semua orang yang
terkait jika kondisi psikologis dari mereka ditunjang dan dijaga dengan baik.
perasaan ini muncul saat awal di diagnosis, hal ini bisa dirasakan oleh klien
(2) rasa marah merupakan jenis respon yang sering kali muncul, hal ini
Amarah ini dapat muncul dalam bentuk sikap marah karena hal kecil, iri
2013). (3) depresi adalah masalah yang cukup berat yang bisa terjadi pada
priode reaksi psikolgis ini. Sikap yang ditujukan baik klien maupun
keluarga adalah susah tidur, mudah capek, merasa tidak punya harapan,
bahkan timbul pula ide atau perilaku pesimistis. Oleh sebab itu, ada
diarahkan pada beberapa hal tertentu yang positif, (2) relaksasi, teknik
2009). Koping juga diartikan sebagai upaya baik mental maupun prilaku,
situasi atau kejadian yang penuh tekanan, atau juga bisa dikatakan sebagai
mengarah pada suatu jawaban atau kearah sasaran pemecahan masalah yang
tepat (Zainun,2003).
seseorang, dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau
25
strategi, yaitu:
masalah
5) Cendrung realistik
aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang
aktivitas lain
5) Makan berlebihan
dilihat dari mekanisme koping fokus pada masalah (problem solving focused
coping) dan orientasi pada emosi (emotion focused coping). Menurut Stuart
keyakinan dan berpikir postif bahwa masalah yang menimpa akan dapat
diselesaikan.
berlaku di masyarakat
dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua,
sekitarnya.
2.3 Resiliensi
2.3.1 Definisi
dan psikososial secara optimal ketika dihadapkan dengan suatu masalah atau
sesuatu kegiatan.
memberikan rasa percaya diri untuk mengambil tanggung jawab baru dalam
mempelajari tentang diri sendiri dan berhubungan lebih dalam lagi dengan
orang lain atau orang yang ada disekitar kita (Back, Steinhauser, Kamal, &
29
dimiliki.
resiliensi yang disebut dengan three sourses of resilience, yaitu aku punya (I
have), aku ini (I am), aku dapat (I can). I have (aku punya) merupakan
3. Model peran
kesejahteraan.
30
konsekuensinya
1. Berkomunikasi
2. Memecahkan masalah
Menurut teori resilience oleh Back (2016) bahwa factor positif dan factor
resiko berhubungan satu sama lain dan sumber pelindung akan menurun jika
diantaranya yaitu:
31
1) Stres emosional
pasien kanker lainnya (Miller, 2012). Mereka sangat ingin tahu apa
yang akan mereka derita dari perawatan dan apakah mereka akan
impulsif, dan berlaku agresif. Tentu perilaku yang ditampakkan ini akan
3) Optimisme
kesehatan. Individu yang optimis percaya bahwa situasi yang sulit suatu
saat akan berubah menjadi situasi yang lebih baik. Mereka memiliki
4) Self efficacy
masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan (Reivich & Shatte,
ketidakmampuan dan depresi yang tinggi dan tingkat self efficacy yang
kemalangan yang menimpa mereka, tanpa terjebak pada salah satu gaya
6) Empati
orang lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara, bahasa tubuh dan
mampu menangkap apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Oleh
7) Reaching out
hingga batas akhir. Gaya berpikir ini memberikan batasan bagi diri
1. Tahapan resiliensi
wajar.
kembali pada fungsi psikologis dan emosi secara wajar dan mampu
2.4.1 Definisi
memusatkan pada tubuh, terutama otak, dan sistem syaraf (King, 2012).
Psikologi menjadi tumpuan dalam teks ini. Psikologi adalah studi ilmiah
yang kasat mata) dari organisme maupun proses - proses internal yang
Ada tiga konsep utama dari ilmu biologi yang mendukung untuk
1. Genetik
diwariskan pada anaknya. Salah satu hal yang identik dengan genetika
2012).
2. Evolusi
seseorang juga bisa didapat dari orang lain dan menyarap norma dan
3. Neurofisiologi
1) Medulla
2) Cerebellum
3) Diencephalon
39
4) Lobus temporal
axis). ACTH yang disekresi oleh hipofisis anterior akan terikat dengan
reseptornya pada membran sel korteks adrenal, untuk ini dibutuhkan ion kalsium
menjadi kolesterol bebas (Guyton 2000; Cance et al. 1994; Fox 1996). Kortisol
esterase dan disimpan dalam lipid droplet. Pembentukan kolesterol bebas pada
2000).
terikat dengan reseptor dalam sitoplasma. Ikatan tersebut akan bergerak ke dalam
inti sel dan berinteraksi dengan kromatin. Interaksi kortisol dengan reseptornya
jaringan. Respon tersebut dapat bersifat stimulasi atau inhibisi, tergantung dari
hormon mana jaringan tersebut bekerja. Reseptor kortisol sama di semua jaringan,
namun terdapat variasi sintesis akibat ekspresi gen spesifik pada berbagai
efek fisiologis (Guyton 2000). Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk fraksi
bebas dan terikat dengan molekul protein transkortin atau globulin pengikat
41
Tingkat plasma ini hormon dapat meningkat dua hingga lima kali lipat
(Ranabir, 2011).
2.6 Mindfulness
pikiran, perasaan, situasi saat ini dan berpikir secara sadar untuk membuat
perasaan atau situasi yang tenang (Cambridge Advance Learners Dictionary &
pikiran, tubuh, dan emosi (Poulin et al, 2008). Pengertian tersebut bisa
tujuan yang disadari dan fokus pada pencapaian sehingga kegiatan yang
dilakukan mampu memberikan arti dari apa yang dialami oleh pemikiran
tubuh dan emosi. Tuntutan norma budaya dan sosial saat ini adalah di mana
setiap orang harus menyelesaikan masalah dengan cepat, selalu sibuk dan
dengan keharusan untuk berada atau sadar berada pada situasi tersebut
pada situasi tersebut dengan baik (Day & Horton-Deutsch, 2004; Smith et al,
20015).
2. Manfaat Mindfulness
mindfulness dapat tidur dengan baik, memiliki vitalitas yang lebih baik dan
Penurunan tingkat stress, ansietas, depresi dan beban juga dinyatakan sebagai
43
spesifik dan untuk pemberi layanan kesehatan itu sendiri (Colen Katz et al.,
2005; York, 2007; Andi et al, 2009; Kan et al, 2009; Pipe et al, 2009).
penelitian juga mengalami penurunan distress dan ansietas yang terjadi karena
partisipan mampu melihat dan sadar akan kondisi yang dialaminya sadar apa yang
dipikirkan dan perilakunya telah lebih jelas dan baik (Davis, et al, i2007; Klainin
1. Kesadaran (Awareness)
setiap kejadian/ peristiwa merupakan bagian lain dari mindfulness. Tusaie dan
merefleksikan dan merespon dengan cara hidup yang sehat pada setiap
peristiwa yang mereka alami. Seseorang bisa belajar dari setiap perisiwa yang
masalah. Contoh kasus di lapangan yaitu seseorang ibu rumah tangga dengan
keluhan fisik stress, sulit untuk tidur dan tidak bisa mengontrol emosi dilatih
2. Penerimaan (Acceptance)
Catz et al, 2004; Cacciatore & Fllint, 2012) seseorang juga membentuk
masalah yang muncul dan belajar untuk merespon bukan bereaksi seperti
pada diri sendiri dan orang lain di tengah munculnya banyak beragam
malah menjadi sebuah tantangan (Ott, 2004; York, 2007). Ketika seseorang
mampu menerima momen momen situasi atau masalah yang terjadi tanpa
menilainya sebagai sesuatu yang baik atau buruk, membuat seseorang lebih
sendiri dan orang lain (Matchin et al, 2011; Pipe, 2008). Penerimaan terhadap
3. Perhatian (Attention)
perhatiannya pada hal yang individu tersebut sadari (White, 2014). Perhatian
mana seseorang dapat mengatur fokus pada hal yang muncul tanpa
Attention adalah sebuah solusi yang mencari perhatian untuk mengatasi stress
4. Transformatife Process
(Cohen-Katz et al., 2015; Mackenzin et al., 2016; cacciatore & Flint 2012).
langsung pada sumber kekuatan yang ada dalam diri kita sendiri,
penyebab masalah, bagian mindfulness dan konsekuensi yang sulit ketika hal
pikiran yang penuh distres. Hal ini dicapai dengan cara menurunkan reaksi
Astin, 2007).
menerima batas)
seorang pelatih adalah tanggung jawab terhadap terjadinya perubahan sikap dan
perilaku orang-orang yang dilatih. Karena sifat manusia dan prosesnya yang
dinamis, maka seorang pelatih harus terlibat di dalamnya sebagai pribadi, sebagai
pengalaman tersebut menjadi sangat penting untuk dihubungkan dengan apa yang
langsung, yaitu melalui indra dan secara tidak langsung, yaitu berupa bentuk
belajar bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%,
(Suherman, 2006). Jelas bahwa kegiatan belajar dengan peran aktif dalam
belajar.
jika konsep baru dapat diintegrasi dengan konsep yang ada di dalam struktur
experiential, yaitu (1) belajar paling baik diterima sebagai suatu proses,
konflik (Wirta et. al., 2007). Kolb dalam Adam, et. al (2004),
tepat dalam penerapan apa yang dipelajari, (2) memberikan arah cakupan
antara teori dan praktek, (4) dengan jelas merumuskan pentingnya untuk
berikut:
51
sendiri suatu fenomena yang akan dipelajari. Pebelajar dalam hal ini
dilakukan.
2006).
dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari teori planned behavior
ini sama seperti teori reason action yaitu intensi individu untuk melakukan
berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu
Reason action theory mengatakan ada dua faktor penentu intensi yaitu sikap
pribadi dan norma subjektif (Fishbein & Ajzen, 1975). Sikap merupakan evaluasi
positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Sedangkan norma subjektif
adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Namun Ajzen berpendapat
bahwa teori reason action belum dapat menjelaskan tingkah laku yang tidak
planned behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi yaitu
(Ajzen, 2005).
Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi individu mengenai mudah
refleksi dari pengalaman masa lalu dan juga hambatan yang diantisipasi. Menurut
Ajzen (2005) ketiga faktor ini yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived
tertentu.
55
seperti umur, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat
terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir
di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam
aspek O (organism). Dalam kategori ini Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor
latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap
hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain
adalah umur, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama.
Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media. (2)
mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku
atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam
56
bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut. (3) Keyakinan normatif
tegas dikemukakan oleh Lewin dalam field theory. Pendapat Lewin ini digaris
bawahi juga oleh Ajzen melalui perceived behavioral control. Menurut Ajzen
(4) Norma subjektif (subjective norm) sejauh mana seseorang memiliki motivasi
(normative belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk
menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain
disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. (5)
Keyakinan dari dalam diri individu bahwa suatu perilaku yang dilaksanakan
(control beliefs) dapat diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman
karena melihat orang lain misalnya, teman, keluarga dekat dalam melaksanakan
individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh
tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu,
melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu
memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana memilih untuk
melakukan perilaku tertentu itu mendapat dukungan dari orang-orang lain yang
intensi atau niatnya hanya jika memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen,
2002). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku
manusia, tetapi juga pada keyakinan bahwa target tingkah laku berada di bawah
kontrol kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku tidak hanya
bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada
untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005). Dari sini lah Ajzen
sosial dan ketiga berhubungan dengan masalah kontrol (Ajzen, 2005). Berikut ini
adalah penjabaran dari variabel utama dari theory of planned behavior yang terdiri
behavioral control.
2.8.1 Intensi
dengan cara tertentu, atau dorongan untuk melakukan suatu tindakan, baik
secara sadar atau tidak. Sudarsono (1993) berpendapat bahwa intensi adalah
akan tetap menjadi kecenderungan berperilaku sampai pada saat yang tepat
ada usaha yang dilakukan untuk mengubah intensi tersebut menjadi sebuah
dari sebuah perilaku yang nampak. Intensi dapat meramalkan secara akurat
intensi adalah fungsi dari tiga penentu utama, pertama adalah faktor
2.8.2 Sikap
merespon secara positif atau negatif suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku
didasarkan oleh belief yang disebut normative belief, yaitu belief mengenai
kesetujuan dan atau ketidaksetujuan yang berasal dari referent atau orang
orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja atau lainnya terhadap suatu
perilaku.
fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut sebagai control beliefs,
yaitu belief individu mengenai ada atau tidak adanya faktor yang
suatu perilaku, informasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku yang
maupun orang lain yang dikenal individu dan juga dari berbagai faktor lain
faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka lebih besar
kontrol yang mereka rasakan atas perilaku tersebut dan begitu juga
Metode
Judul Artikel;
No (Desain, Sampel, Variabel, Hasil Penelitian
Penulis; Tahun
Instrumen, Analisis)
1. Mindfulness D : non-randomized pre- Skor pre dan post
Education for Stress test/post-tet design mindfulness (MASS)
Reduction in Nursing S : 14 orang mahasiswa dan perceived stress
Students; Peterson keperawatan (PSS) tidak memiliki
KK. (2016) V : variabel independen perbedaan yang
adalah pendidikan tentang signifikan. Hal ini
stress dan mindfulness stress mungkin berkaitan
reduction dan variabel dengan jumlah
dependen adalah sampel yang sedikit,
mindfulness dan perceived Pada kuesioner post
stress intervensi didapatkan
I : form kuesioner efek positif pada
A : descriptive statistic intervensi MSR.
Caregiver Reaction
Assessment (CRA).
A : general linear models
5. Cancer caregiving D : cross-sectional Sebagian besar
tasks and questionnaire study, pendamping kanker
consequences and S : 590 pendamping pasien mengalami beban
their associations V : variabel independen : berat dalam
with caregiver status status pendamping melakukan
and the caregiver’s pendamping primer atau pendampingan
relationship to the penamping sekunder), pasien.
patient: a survey; hubungan pendamping
Lund,Line., Ross, dengan pasien dan variabel
Lone.,Petersen,M.A., dependen : tugas
Groenvoid,Mogens. pendamping, konsekuensi
(2014) pendamping, dan kebutuhan
pendamping
I : Cancer caregiving tasks,
consequences and needs
questionnaire (CaTCoN)
A : analisis regresi
Mindfulness-based D : integrative review with Terjadi peningkatan
6. Stress Reduction toolkit dengan kesadaran fakultas
(MBSR) in Reducing pre postdesign tentang masalah
Stress in Nursing S : lima fakultas pada stress yang dialami
Students: An University of California mahasiswa
Integrative Review V : variabel independen keperawatan.
and Toolkit; adalah toolkit yang terdiri
Petko, Donna J dari PSS dan handout MBSR
(2017) dan variabel dependen:
kesadaran tentang stress
melalui self-asssesment
I : pre-post kuesioner
A : komparasi
7. Inter-professional, D : non-comparative, Skor resiliensi pasien .
psycho-social randomized phase II trial tidak mencapai nilai
intervention to S : 94 orang pasien onkologi ambang.
facilitate resilience yang beru terdiagnosis tumor Namun didapatlan
and reduce solid atau limfoma yang bahwa skor resiliensi
supportive care needs sedang menjalani kemoterapi pada kelompok HI-
for patients with pertama IPSC-C lebih tinggi
cancer: Results of a V : variabel independen dari pada kelompok
non-comparative, adalah Low Inter- LI-IPSC-C.
randomized phase II professional supportive care Kelompok HI-IPSC-
trial ; in cancer (LI-IPSC-C), High C juga menunjukkan
Eicher, Manuela., et inter-professional supportive penurunan kebutuhan
al (2018) care in cancer (HI-IPSC-C). perawatan suportif,
dan variabel dependen peningkatan mood
adalah dan upaya koping
64
penelitian dengan
intervensi resiliensi.
Namun RS-SC
memiliki
keterbatasan yaitu