Anda di halaman 1dari 18

Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M.

Mulyadi) 523

POLEMIK A. HASSAN DAN MUCHTAR LUTHFI


MENGENAI PAHAM KEBANGSAAN (1929-1935)
POLEMIC OF A HASSAN AND MUCHTAR LUTHFI
IN NATIONALITY CONCEPT (1929-1935)

Faujian Esa Gumelar


R. M. Mulyadi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung Sumedang km. 21
e-mail: faujainesa792.unpad@gmail.com; r.m.mulyadi@unpad.ac.id

Naskah Diterima: 10 Agustus 2018 Naskah Direvisi: 3 November 2018 Naskah Disetujui: 8 November 2018

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti kepada Ahmad Hassan, karena
ketokohannya bisa membawa Persis yang merupakan organisasi yang relatif kecil secara
keanggotaan, dapat memiliki pengaruh yang luas lewat perdebatan dan penerbitan yang
dilakukannya. A. Hassan banyak melakukan polemik dengan berbagai tokoh penggerak paham
kebangsaan seperti Soekarno dan Muchtar Luthfi. Topik yang banyak diperdebatkannya adalah
mengenai paham kebangsaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
historis yang meliputi empat tahapan, yaitu: 1) heuristik, 2) kritik sumber, 3) interpretasi, dan 4)
historiografi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, A. Hassan berpandangan bahwa
umat Islam di Indonesia harus memperjuangkan asas Islam sebagai landasan perjuangan,
dikarenakan segala sesuatu dalam kehidupan manusia baik dalam aspek sosial, politik maupun
keagamaan harus selalu terintegrasi pada ajaran Allah dan semangat Islam. Pandangan A.
Hassan ini nantinya akan berseberangan dengan Muhtar Luthfi bahwa Islam dan kebangsaan
adalah satu napas perjuangan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, mencinta tanah air
artinya manusia sedang membumikan ajaran Islam di dunia. Persoalan mengenai Islam dan
kebangsaan ini nantinya akan mewarnai polemik antara golongan Islam dan golongan nasionalis
pada tahun 1930-an.
Kata kunci : Ahmad Hassan, Muchtar Luthfi, Persis, Pembaruan Islam.

Abstract
This research was motivated by the interest of researchers to Ahmad Hassan, because his
figure could bring Persis which is a relatively small organization in membership, could have a
broad influence through the debate and publishing he did. A. Hassan did a lot of polemic with
various national figures such as Soekarno and Muchtar Lutfi. The topic of much debate is about
nationalism. The method used in this study is the historical method which includes four stages,
namely: 1) heuristics, 2) source criticism, 3) interpretation, and 4) historiography. Based on the
results of the research that has been done, A. Hassan believes that Muslims in Indonesia must fight
the principles of Islam as the basis of the struggle, because everything in human life both in social,
political and religious aspects must always be integrated in the teachings of Allah and the spirit of
Islam. A. Hassan's view will later be contradicted by Muhtar Luthfi that Islam and nationality are
a breath of struggle that cannot be separated from each other, loving the homeland means that
humans are grounding the teachings of Islam in the world. The issue of Islam and nationality will
later color the polemic between Islamic groups and nationalists in the 1930s.
Keywords: Ahmad Hassan, Muchtar Luthfi, Persis and understand nationality.
524 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

A. PENDAHULUAN Persis). Kedua organisasi tersebut


Pada awal abad ke-20 Indonesia melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan
mengalami perubahan yang signifikan di masyarakat, dengan tujuan
dalam hal gagasan dan gerakan memperkenalkan paham yang dalam
nasionalisme. Hal ini dipengaruhi oleh pandangannya sesuai dengan Al Qur’an
mulai munculnya para elit baru di kalangan dan As Sunnah. Muhammadiyah dan
masyarakat Indonesia. Pada awalnya para Persis sama-sama berusaha menyebarkan
elit merupakan elit yang memiliki paham pembaruan, walaupun dengan cara
hubungan dekat dengan pemerintahan yang berbeda. Muhammadiyah lebih
Kolonial. Mereka merupakan penghubung berorientasi pada kegiatan sosial dalam
yang efektif antara rakyat pada umumnya masyarakat. Sesuai dengan penjelasan
dengan pemerintah kolonial (Sutherland. Federspiel (1996: 15) “bahwa
1983: 13). Bermunculannya para elit Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912
tersebut merupakan konsekuensi logis dari untuk kesejahteraan sosial dan aktivitas
diterapkannya Politik Etis. pendidikan”. Berbeda dengan Persis yang
Kehadiran elit baru modern ini lebih berorientasi pada pengenalan paham
telah melahirkan gagasan baru dalam keagamaan yang dilakukan dengan cara
bidang politik, yaitu munculnya organisasi seperti debat dan penerbitan majalah.
pergerakan. Salah satunya adalah ditandai Sebagaimana penjelasan Bachtiar dan
dengan munculnya organisasi Boedi Fauzan (2012: 1)
Oetomo pada 1908 yang digagas oleh bahwa Persis mencurahkan
Wahidin Soedirohoesodo dan Soetomo. perhatiannya terutama pada promosi
Pada awal berdirinya, Boedi Oetomo Islam puritan dan sebagaimana
memfokuskan gerakan organisasinya diketahui, menjalankan banyak
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan aktivitas penerbitan, debat publik, aksi
(Ricklefs, 2007: 344). Berbeda dengan politik, tabligh dan pendidikan untuk
organisasi Indische Partij yang lahir pada mencapai tujuannya.
1911 yang langsung memiliki orientasi Kemunculan Persis
sebuah gerakan kebangsaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh terbentuknya
dijelaskan oleh van Niel (1984: 91) bahwa perkumpulan tadarusan di Bandung, yang
kehadiran elit modern inilah yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan
memunculkan organisasi gerakan Muhammad Yunus. Topik yang selalu
kebangsaan, salah satunya adalah Indische didiskusikan dalam perkumpulan tersebut
Partij yang digagas oleh Douwes Dekker, berkaitan dengan masalah-masalah
dr Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi keagamaan dan isu-isu yang sedang
Suryaningrat. Selain itu, dampak dari berkembang pada 1920-an (Federspiel,
kemunculan elit modern ini juga 1996: 14). Diskusi-diskusi yang dilakukan
memberikan akibat lahirnya organisasi berkaitan dengan berbagai masalah
bercorak keislaman, seperti Sarekat Islam keagamaan yang dihadapi umat Islam
yang berdiri pada 1912 (Federspiel, 1996: dalam Majalah Al Manar yang diterbitkan
14). Sarekat Islam adalah organisasi yang di Mesir, masalah mengenai perselisihan
didirikan di Solo, Sebelumnya organisasi antara organisasi Al Irsyad dan Jamiat
tersebut bernama Sarekat Dagang Islam. Khair, masalah mengenai pemikiran Faqih
Perkembangan organisasi Hasyim dalam melakukan pembaruan
keagamaan di berbagai daerah Indonesia Islam di Surabaya, dan masalah
semakin pesat. Hal tersebut dibuktikan komunisme dalam organisasi Sarekat Islam
dengan bermunculannya organisasi- (Noer, 1996: 96).
organisasi yang berlatar belakang Perkembangan Persis juga tidak
pembaruan Islam, seperti Muhammadiyah terlepas dari peranan Ahmad Hassan
dan Persatuan Islam (selanjutnya ditulis (selanjutnya ditulis A. Hassan) yang
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 525

banyak memberikan pengaruh dalam Muhammad Ahsan, Suradal, Soekarno,


paham pembaruan Persis. A. Hassanlah bahkan dengan Muchar Luthfi yang
yang membawa Persis untuk menjadi merupakan tokoh dari PERMI.
gerakan islah. Dia sadar bahwa Berikutnya walaupun Persis itu
pemikirannya harus dituangkan kedalam merupakan organisasi sosial keagamaan,
sebuah gerakan, agar bisa berkembang tetapi sangat memperhatikan ide-ide politik
secara efektif (Fospi, 2000: 19). Selain itu, seperti yang tercermin dalam penerbitan
Hassan juga tokoh pertama dalam Persis, Persis yaitu Majalah Pembela Islam.
yang banyak berperan dengan cara Organisasi tersebut sangat sensitif terhadap
melakukan perdebatan dan memberikan berbagai kejadian aktual dan bersifat
ide untuk menerbitkan majalah. Seperti responsif terhadap kebijakan pemerintahan
yang diungkapkan oleh Wildan (1999:105) Kolonial. Pada dasarnya penekanan utama
“A. Hassan dengan Persisnya atau Persis dalam Majalah Pembela Islam adalah pada
dengan A. Hassannya banyak terlibat ketaatan ibadah dan amaliah dalam
dalam berbagai pertukaran pikiran, dialog kehidupan umat Islam Indonesia, dan juga
terbuka, perdebatan serta polemik pada peran agama dalam politik gerakan
diberbagai media massa”. nasionalis dan masalah-masalah
Sikap Hassan yang senang internasional. Akan tetapi, terkadang
berdebat dalam menyebarkan pemikiran majalah Pembela Islam juga memiliki
pembaruannya, menjadi salah satu daya sikap yang politis dan ideologis. Persis
tarik peneliti terhadap tokoh tersebut. A. tidak segan menyerang pihak-pihak lain
Hassan berbeda dengan ulama-ulama yang berseberangan pendapat dengan
kebanyakan di Indonesia seperti Ahmad mereka, salah satunya berkaitan dengan
Dahlan atau Hasyim Asy’ari, karena A. paham kebangsaan. Hal inilah yang
Hassan terkesan melakukan pendekatan nantinya membuat A. Hassan berpolemik
berupa debat dan penerbitan majalah, yang dengan Muchtar Luthfi. Pemasalahan yang
berakibat menimbulkan reaksi dari menarik adalah apa yang melatarbelakangi
golongan yang berlainan pendapat perbedaan antara A. Hassan dan Muctar
dengannya. Sebagaimana penjelasan Luthfi walaupun keduanya sama-sama
Wildan (2000: 50) mengenai A. Hassan pemuka agama tetapi memilih jalan yang
bahwa “dalam gerakan pemurnian ajaran berbeda. A. Hassan menolak paham
Islam, pada awalnya dilakukan dengan isu- kebangsaan sebagai ideologi perjuangan
isu kontroversial yang bersifat gebrakan bangsa, sedangkan Muchtar Luthfi
(shock therapy), dalam usaha pembaruan memilih paham kebangsaan sebagai
pemikiran di kalangan umat Islam dengan landasan perjuangan partainya.
polemik dan mengundang kontroversi Berdasarkan permasalahan dan
waktu itu, bahkan terkesan revolusioner, ketertarikan kepada polemik yang terjadi
membuat kedudukan dan peran Persis antara A. Hassan dan Muchtar Luthfi,
terasa unik”. Kebiasaan berdebat yang peneliti berusaha ingin mengkaji
dilakukan A. Hassan inilah yang menjadi pemikiran-pemikiran mengenai paham
ciri utama dari Persis. Selain menjadi Islam dan kebangsaan yang dianut oleh
sarana dakwah, kegiatan tersebut juga kedua tokoh tersebut. Alasan peneliti
digunakan A. Hassan sebagai daya tarik memasukkan paham kebangsaan dalam
bagi para pelajar saat itu. Hal tersebut kajian penelitian ini, dikarenakan ingin
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh melihat pandangan seorang ulama
Noer (1996: 103) bahwa “Persis seakan mengenai paham kebangsaan dan sudut
gembira dengan perdebatan-perdebatan pandangnya mengenai Islam dalam
dan polemik”. Kenyataannya A. Hassan konteks kenegaraan. Penolakan tersebut
sudah melakukan banyak perdebatan dapat menunjukkan bahwa A.Hassan tidak
dengan K.H. Sanusi, K.H. Abdul Wahab, hanya konsen terhadap masalah
526 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

keagamaan, tetapi juga berkaitan dengan yang akan peneliti cari berupa arsip,
Islam sebagai ideologi politik Indonesia. sumber resmi tercetak, dokumen, buku,
Sementara itu, peneliti mengakui dan sebagainya. Sumber-sumber berupa
bahwa banyaknya literatur yang telah arsip dicari di Arsip Nasional Republik
membahas mengenai Hassan, walaupun Indonesia yang berada di Jln. Ampera 111,
begitu peneliti menyadari bahwa Jakarta Selatan. Peneliti menemukan buku-
kebanyakan sumber tersebut lebih condong buku yang berkaitan dengan Persis seperti
kepada persepsi atau satu sudut pandang Buku karya A. Hassan yang berjudul At
tertentu. Peneliti akan membuat sebuah Tauhid, majalah-majalah yang diterbitkan
penelitian yang berbeda dari apa yang telah oleh Persis seperti Majalah Pembela Islam,
ditulis dari beberapa literatur yang dan Majalah Al Lisan.
membahas topik ini, karena peneliti Selain arsip, sumber buku dan
mencoba mengkajinya kedalam sebuah dokumen tercetak ditelusuri di berbagai
penelitian yang tidak hanya berorientasi perpustakaan, antara lain di Bandung:
pada pemikiran Hassan yang cenderung ke Perpustakaan Batu Api, Perpustakaan
arah fiqih, tetapi juga yang menyangkut Riyaadlul Jannah, Perpustakaan Persis di
polemik pemikiran Islam dan kebangsaan Viaduct, Perpustakaan FIB Universitas
antara Hassan dengan Muchtar Luthfi. Padjajaran, Perpustakaan STAI PERSIS
Adapun alasan peneliti membuat Ciganitri, Perpustakaan Universitas
batasan periode 1929-1935, dikarenakan Pendidikan Indonesia (UPI) dan di
pada tahun 1929 Hassan mendirikan Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik
Majalah Pembela Islam yang berguna Indonesia di Jln. Salemba Raya Jakarta
untuk memberikan pendapat mengenai Pusat. Dari perpustakaan tersebut peneliti
berbagai persoalan bangsa pada saat itu, menemukan Majalah Pembela Islam dan
salah satunya adalah mengenai paham Al Lisan, Buku karya Howard Federspiel
kebangsaan. Alasan selanjutnya yang berjudul Persatuan Islam Reform abad
membuat peneliti menjadikan tahun 1935 XIX, buku pemikiran politik A. Hassan
sebagai batas akhir penelitian ini, yang diedit oleh Anwar Bachtiar dan lain-
dikarenakan polemik yang terjadi antara lain.
A.Hassan dan Muchtar Luthfi mengenai Pada tahap heuristik telah
Islam dan kebangsaan berakhir pada tahun dilakukan dan sumber-sumber telah
itu. terhimpun, tahap selanjutnya adalah
melakukan kritik terhadap sumber yang
B. METODE PENELITIAN telah didapatkan. Dalam metode sejarah
Penelitian ini mempergunakan terdapat dua jenis kritik yaitu kritik
metode sejarah. Adapun metode sejarah eksternal dan kritik internal. Kritik
adalah proses menguji dan menganalisis eksternal dilakukan untuk meneliti
secara kritis rekaman dan peninggalan agar otentisitas sumber atau keaslian sumber
peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan cara memberikan penilaian
dapat direkonstruksi secara imajinatif terhadap kondisi fisik sumber yang
(Gottschalk, 1975: 32). ditemukan seperti penilaian dari bahan
Tahap pertama dari metode sejarah atau materi pada sumber tersebut, baik itu
adalah heuristik yaitu proses mencari, kertas yang dipakai, tinta, tulisan tangan,
menemukan, dan menghimpun sumber materai, jenis huruf, ataupun watermerk
sejarah yang relevan dengan penelitian dan sebagainya. Kritik dilakukan
yang sedang dikaji dan masalah yang terhadap Majalah Pembela Islam No 19
sedang diteliti. Berkaitan dengan heuristik, dan No 35 yang diterbitkan di Bandung
pada umumnya sumber-sumber yang dicari tahun 1931, Majalah Pembela Islam No 61
dapat berupa sumber tertulis, kebendaan, yang dicetak di Bandung dan diterbitkan
dan lisan. Untuk sumber tertulis, sumber pada tanggal 9 Mei tahun 1933. Ketiga
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 527

majalah ini akan sangat berkaitan dengan pendekatan sosiologi dan pendekatan ilmu
topik penelitian peneliti, karena majalah ini politik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
adalah majalah-majalah yang dikeluarkan pada dasarnya studi sejarah tidak hanya
oleh Hassan ketika masih hidup, seperti mencakup apa, siapa, kapan, dan
dapat dilihat pada tahun terbit Majalah bagaimana peristiwa terjadi, tetapi juga
Pembela Islam No 19 dan 35 pada tahun ingin mencakup berbagai struktur
1931, dan Majalah Pembela Islam No. 61 masyarakat, pola kelakuan, proses
yang diterbitkan pada tahun 1933. Dari peristiwa dan lain-lain (Kartodjirjo, 1992:
ketiga sumber ini, peneliti 120). Dengan menggunakan bantuan dari
mendapatkannya dalam bentuk salinan ilmu sosial diharapkan peneliti akan
atau fotocopy. Peneliti melihat dari kertas mampu menganalisis secara mendalam
yang dipakai asli atau tidaknya peneliti berbagai fakta terkait dengan polemik yang
tidak mengetahui, tetapi dari jenis huruf terjadi.
dan gaya bahasa yang dipakai sesuai Untuk menjawab berbagai
dengan tahun diterbitkannya karena masih pertanyaan yang relevan dengan penelitian,
menggunakan ejaan lama, sehingga sangat peneliti memerlukan berbagai pendekatan
relevan jika digunakan sebagai bukti uji dari bidang ilmu sosial. Peneliti
keabsahan dan dijadikan rujukan penelitian menggunakan teori dan konsep yang
oleh peneliti.Adapun kritik internal menyangkut aspek komunikasi politik1.
dilakukan untuk memeriksa kredibilitas Komunikasi politik sendiri dapat diartikan
sumber dengan melakukan penilaian sebagai segala bentuk pertukaran pesan
intrinsik terhadap sumber tersebut. Selain yang sampai tingkat tertentu dipengaruhi
itu, dilakukan juga proses koroborasi yaitu atau mempengaruhi berfungsinya sistem
pendukungan suatu data dalam suatu politik (Pawito, 2009: 2). Adapun konsep-
sumber dengan data yang ada dari sumber konsep yang digunakan dalam penelitian
lain yang independen. Dengan proses ini adalah konsep Ahmad Hassan, Persis
koroborasi akan diperoleh fakta yang dan Paham Kebangsaan. Sementara itu,
mendekati kepastian. dalam penulisan penelitian ini metode,
Tahapan ketiga adalah interpretasi sumber dan pendekatan yang digunakan
yaitu proses menafsirkan berbagai fakta. terbatas. Pengertian terbatas ini dalam
Interpretasi itu ada dua macam yaitu perolehan sumber dan analisis, sehingga
analisis dan sintesis. Analisis berarti tidak seluruh materi terkait penulisan
menguraikan fakta yang telah ditemukan mengenai polemik Ahmad Hassan dan
oleh peneliti, sedangkan sintesis adalah Muchtar Luthfi dapat dibicarakan.
menyatukan atau menghimpun fakta.
Untuk memahami informasi dalam A. HASIL DAN BAHASAN
sumber-sumber yang relevan dengan 1. Latar Belakang Munculnya Persis
penelitian, dilakukan interpretasi. Ada Perkembangan Islam di Indonesia
berbagai macam interpretasi yaitu verbal, tidak dapat dilepaskan dari munculnya
teknis, faktual, logis, maupun psikologis. gerakan-gerakan pembaruan. Gerakan
Tahap terakhir adalah historiografi Pembaruan menurut Anshari (2004: 171)
yakni proses penulisan menjadi sebuah
kisah sejarah yang kronologis dan 1
Istilah Komunikasi Politik dalam ilmu politik
imajinatif. Historiografi yang akan
mulai banyak disebut sejak tahun 1960an
dihasilkan dibagi menjadi beberapa bab ketika Gabriel Almond menerbitkan bukunya
dan subbab yang secara keseluruhan “The Politics of Development Area”, dimana
merupakan satu kesatuan yang utuh. dia menyebutkan bahwa komunikasi politik
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan salah satu fungsi yang selalu ada
menggunakan tinjauan dari berbagai sudut dalam setiap sistem politik (Harun dan
pandang ilmu yang relevan seperti Sumarno, 2008: 12).
528 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

Gerakan yang memiliki tujuan berdasarkan Indonesia setelah kembali dari Mesir telah
asas ajaran Islam yang bersumber dari Al- terpengaruhi oleh pemikiran dalam
Qur’an dan As-Sunnah. Latar belakang Majalah Al Manar (Soeminto, 1985: 94).
kemunculan gerakan pembaruan ini, harus Pengaruh ini dapat dilihat dari pemikiran-
dicari baik di Indonesia maupun di Timur pemikiran ulama Minangkabau seperti
Tengah. dalam aspek keagamaan umat Syeh Taher Jalaludin yang terkenal karena
Islam di Indonesia. Pengaruh munculnya membuat Majalah Al Imam. Menurut Noer
gerakan-gerakan pembaruan di Timur (1996:41) Al Imam berisi komentar
Tengah juga ikut mempengaruhi mengenai kejadian-kejadian aktual di
diperlukannya perubahan dalam dunia terutama berkaitan dengan dunia
keagamaan pada saat itu (Ricklefs:1990: Islam yang memuat tentang masalah-
225). Sebelum gerakan pembaruan masuk masalah agama. Dalam masalah agama ini
ke Indonesia, telah muncul gerakan Majalah Al Imam sering mengutip
pembaruan di Timur Tengah yang di pendapat yang dikemukakan oleh Majalah
pelopori oleh Jamaludim Al Afghani Al Manar di Mesir.
(1839-1896), Muhammad Abduh (18045- Dalam perkembangannya, gerakan
1905), dan Rasyid Ridho pada abad ke-19. pembaruan ini juga berkembang di
Ketiganya memiliki ide pemikiran yang Bandung. Diawali oleh suatu kelompok
sama yaitu berusaha untuk memberikan tadarusan yang digagas oleh Muhammad
inspirasi pembaruan baru bagi umat Islam Zamzam dan Muhammad Yunus.
di berbagai belahan dunia. Tadarusan tersebut banyak mengkaji
Menurut Pijper (1984: 104) Ciri mengenai persoalan-persoalan aktual yang
pemikiran pembaruan di Timur Tengah sedang terjadi pada umat Islam (Fospi,
adalah pertama, kecenderungan untuk 2014: 17). Muhammad Zamzam dan
mempertahankan sistem dari abad-abad Muhammad Yunus sebenarnya merupakan
permulaan Islam sebagai suatu sistem yang orang Palembang yang telah lama menetap
“benar” setelah dibersihkan dari bid’ah. di Bandung. Profesi Muhammad Zamzam
Kedua yang berusaha membangun kembali adalah seorang guru di Madrasah
agama Islam, juga didasarkan atas sendi- Muta’allimun Bandung dan juga sahabat
sendi ajaran yang “benar”, kalau perlu dekat Ahmad Soekarti, sedangkan
dapat disesuaikan dengan pengertian- Muhammad Yunus 4adalah seorang
pengertian masa kini yang mencakup segi- pedagang kaya yang tertarik pada
segi agama, kesusilaan dan masalah-masalah keagamaan dan senang
kemasyarakatan. Ketiga, yang berpegang mengoleksi karya-karya tentang Islam
teguh kepada dasar-dasar agama Islam (Federspiel. 1996: 16). Dalam setiap
yang diakui pada umumnya tetapi tidak diskusi baik H. Zamzam dan Muhammad
menutup pintu bagi pandangan-pandangan Yunus merupakan pembicara utama.
baru yang biasanya datang dari barat. Keduanya banyak memberikan ide-ide
Ide-ide pemikiran pembaruan Di pemikiran Islam yang baru memiliki latar
Timur Tengah menyebar ke Indonesia
melalui Majalah Al Urwatul Wustqa2dan
Al Manar3. Hal tersebut sesuai dengan 4
penjelasan C.C Berg, bahwa orang-orang Muhammad Yunus adalah seorang donator
tetap dalam proses lahirnya Majalah Pembela
Islam dan juga tokoh yang membantu
2
Majalah Al Urwhatul Wustqa adalah majalah mendanai Pendidikan Islam yang dipimpin
yang dikelarkan oleh Jamaludin Al Afghani oleh M. Natsir pada tahun 1932. Dia membantu
dan Muhammad Abduh di Paris pada tahun sepenuhnya biaya yang diperlukan M.Natsir
1884 (Hamka, 1982: 93). dalam menyelenggarakan pendidikan Islam ini
3
Majalah Al Manar adalah majalah yang hingga wafatnya. Lihat buku Muhammad
dterbitkan oleh Rasyid Ridha pada tahun 1898 Natsir yang ditulis Puar pada tahun 1978
(Hamka, 1982:93). halaman 29.
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 529

belakang pendidikan agama yang cukup mulai tahun 1926 menjadi salah satu guru
kuat (Khaeruman. 2010: 46). tetap di organisasi tersebut (Rosidi, 1990:
Dalam pertemuan yang diadakan 27). Sebelum kedatangan A. Hassan,
oleh Haji Zamzam dan Muhammad Yunus Muhammad Zamzam menjadi pembicara
tersebut dibicarakan antara lain masalah- penting yang menguraikan perihal aqidah
masalah yang dibahas dalam Majalah Al dan tatacara beribadah dalam Islam. Baru
Munir di Padang, Al Manar di Kairo dan kemudian setelah Hassan bergabung maka
pertikaian yang terjadi antara Jamiat Khair penyebaran pemikiran Persis yang
dengan Al-Irsyad. Selain itu dalam berorientasi pada Al Qur’an dan As Sunah
pertemuan tersebut juga dijelaskan semakin meluas. A.Hassan sangat
mengenai pertikaian yang terjadi antara menaruh perhatian pada para pemuda yang
“kaum tua” dan “kaum muda” di Surabaya bersekolah di Bandung. Sebagaimana
dan mengenai perpecahan yang terjadi menurut Al Ghifari dan Asmara (2002:23)
ditubuh Syarekat Islam (Noer. 1996: 96). bahwa A. Hassan menyadari bahwa anak-
Pertemuan dalam tadarusan ini nantinya anak muda yang tengah menuntut ilmu
akan berkembang menjadi sebuah adalah calon pemimpin yang akan datang.
kelompok studi yang secara rutin Disini terlihat bahwa setelah kedatangan
menelaah, mengkaji dan menguji ajaran- A. Hassan kegiatan yang dilakukan oleh
ajaran yang diterimanya (Wildan, 2000: Persis pada awalnya hanya terbatas kepada
33). para anggotanya saja. Dengan adanya dia,
Organisasi Persis didirikan pada Persis semakin berani meyebarkan
17 September 1923 di Bandung. Pendirian pahamnya pada masyarakat umum.
Persis ini merupakan usaha sejumlah umat
Islam untuk memperluas diskusi-diskusi 2. Latar Belakang Kehidupan A.
mengenai topik-topik keagamaan yang Hassan
sedang diperdebatkan pada masanya Perkembangan organisasi Persis
(Federspiel, 1996: 15). Kegiatan utama tidak dapat dilepaskan dari sosok A.
dalam Persis ini adalah diskusi. Setiap Hassan. Nama A. Hassan ini sebenarnya
anggota berhak mengajukan masalah- adalah Hassan bin Ahmad, dia lahir di
masalah keagamaan yang dihadapinya Singapura pada tahun 1887. Sejak kecil dia
dalam kehidupan sehari-hari. Persis sering dipanggil dengan sebutan A.
semakin berkembang dengan kehadiran Hassan. A Hassan dikenal berasal dari
Hassan pada tahun 1926. Hassan membuat keluarga muslim yang taat. Kedua
Persis menjadi organisasi yang berorientasi orangtuanya memberikan pendidikan
pada gerakan pembaruan. Bersama Persis, agama kepada A. Hassan sejak dini. Hal
Hassan fokus dalam konteks pembenahan ini dilakukan dengan tujuan agar A.
keagamaan. Hal tersebut dilatarbelakangi Hassan memiliki pengetahuan yang baik
oleh keinginan Hassan dalam dalam ilmu agama. Sebagaimana yang
mengembalikan umat Islam pada ajaran dijelaskan oleh Burhanuddin dalam Fospi
yang murni. Hassan menginginkan (2000: 70), pendidikan Hassan sejak kecil
terciptanya pedoman pokok yang di berada ditangan ayahnya, beliau telah
dalamnya terkandung prinsip-prinsip ditanamkan kecintaannya kepada Islam,
perjuangan kembali ke dalam Al Qur’an namun pendidikan Islam yang beliau
dan As Sunnah, sekaligus sebagai identitas dapatkan adalah pendidikan Islam yang
yang mewarnai seluruh gerak langkah beraliran konservatif”.
organisasi dan anggota-anggotanya A. Hassan merupakan anak dari
(Khaeruman, 2010: 50). A. Hassan pasangan Ahmad dan Muznah. Kedua
sebenarnya pertama kali datang ke orangtuanya menikah di Surabaya. Ketika
Bandung pada tahun 1924, kemudian atas tinggal di Surabaya Ahmad berprofesi
permintaan ketua dan pengurus Persis, menjadi pedagang. Setelah menikah
530 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

mereka pergi dan menetap di Singapura. Peringatan dari pemerintah tersebut tidak
Kedua orang tuanya berasal dari bangsa pernah dihiraukan oleh Hassan. Pekerjaan
yang berbeda. Ibunya berasal dari ini, justru membawa pengaruh bagi Hassan
Indonesia sedangkan ayahnya berasal dari karena membuatnya semakin produktif dan
India. Ahmad juga memiliki nama India kritis dalam membuat artikel.
yaitu Sinna Vappu Maricar (Daras, 2011: Hassan bersama keluarganya
208). Beliau memiliki latar belakang pindah ke Surabaya dan tinggal di rumah
keluarga yang sederhana, Ayahnya pamannya Abdullah Hakim pada tahun
merupakan seorang yang memiliki 1921. Kepindahan tersebut dimaksudkan
perhatian di bidang penulisan. Ahmad agar Hassan dapat belajar bisnis batik
adalah seorang penulis dan wartawan yang kepada pamannya. Selama berada di
memimpin majalah bulanan “Nurul Islam” Surabaya Hassan selalu mengikuti diskusi-
di Singapura (Saydam, 2010: 512). Dalam diskusi keagamaan yang diselenggarakan
majalah tersebut Ahmad menulis kolom oleh ulama-ulama di kota tersebut. Hassan
mengenai sastra dan agama. Ahmad juga mengetahui bahwa di Surabaya telah
pernah menulis buku-buku dalam bahasa terjadi pertentangan antara kaum tua yang
Tamil. Sebagai seorang penulis Ahmad mencoba mempertahankan praktik ibadah
ingin anaknya tumbuh menjadi penulis tradisional dan kaum muda yang
seperti dirinya. sebaliknya mencoba untuk memperbarui
Pada tahun 1911, Hassan menikah praktik ibadah yang dianggap kurang
dengan Maryam di Singapura. Keduanya sesuai dengan ajaran Islam. Kaum tua
menikah setelah melalui masa perkenalan memiliki corak pemikiran yang tradisional.
yang sangat singkat. Maryam adalah Hal itu dijelaskan Subhan (2000: 85)
seorang keturunan India dan berprofesi “Kaum tua mempertahankan tradisi
sebagai pedagang. Pernikahan keduanya keagamaan yang telah mapan dan
diadakan dengan cara yang sederhana. berkembang di masyarakat”. Berbeda
Hassan dikaruniai tujuh orang putra-putri dengan kaum muda yang dikenal memiliki
yakni Abdul Qadir, Jamilah, Abdul Hakim, pemikiran yang modernis karena mereka
Zulaikha, Ahmad, M. Said dan Mansyur mendukung perubahan-perubahan radikal
(Subhan, 2000: 83). Hassan memiliki dalam pemikiran dan praktik keagamaan
keinginan agar nanti anaknya dapat (Federspiel, 1996: 60). Permasalahan yang
menjadi orang-orang yang ahli dalam ilmu dipertentangkan antara kaum muda dan tua
agama. adalah masalah praktik-praktik agama
Pada tahun 1912, Hassan menjadi seperti talqin, tahlilan, ushalli dan
redaktur pada Surat Kabar Utusan Melayu slametan . Hal tersebut biasanya dilakukan
di bawah naungan Singapore Press. oleh kaum tua ketika beribadah. Pendapat
Pekerjaan ini sudah lama diinginkan dari kaum muda dijelaskan oleh Wildan
Hassan karena dapat menunjang (2000: 44) “ Agama, agar dapat dikatakan
kemampuannya dalam bidang bahasa dan agama, hendaklah didasarkan atas Al
kepenulisan. Hassan menulis artikel Qur’an dan Hadis sohih”. Kaum muda
mengenai agama dan etika dalam surat mengungkapkan bahwa praktik-praktik
kabar tersebut. Tulisan Hassan dalam Surat tersebut tidak sesuai dalam kedua sumber
Kabar Utusan Melayu bersifat kritis karena tersebut. Pemikiran kaum muda mengubah
selalu memberikan kecaman kepada pandangan Hassan pada praktik-praktik
kebiasaan-kebiasaan masyarakat Singapura ibadah agama Islam. Diskusi-diskusi di
yang bertentangan dengan ajaran Islam. Surabaya ini jelas mendapatkan sambutan
Akibatnya, Hassan mendapatkan A. Hassan, Sehingga dia mengembangkan
peringatan dari pemerintah karena tulisan- sudut pandang yang sejalan dengan kaum
tulisannya yang dianggap berbahaya dan muda (Federspiel, 1996: 17). Hassan
meresahkan masyarakat (Fospi, 2000: 70). tertarik pada pemikiran pembaruan yang
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 531

digagas oleh kaum muda, karena semangat Islamnya dilakukan dengan pendekatan
pengkajian agamanya. Hal tersebut yang yang lebih polemik dan mengandung
menyebabkan Hassan banyak berdiskusi kontroversi pada waktu itu (Wildan, 2000:
dengan tokoh-tokoh dari kaum muda 20). Salah satu polemik yang melibatkan
seperti Faqih Hasyim. Persis dengan A. Hassan adalah topik
Pada tahun 1924, Hassan pergi ke mengenai Islam dan kebangsaan. Dalam
Bandung untuk belajar bisnis pertenunan. perdebatan ini, Persis seringkali
Hassan kemudian melanjutkan belajarnya mengalami polemik dengan Soekarno. Hal
ke sekolah pertenunan pemerintah di tersebut dilandasi terlebih dahulu oleh
Bandung (Wildan, 1995: 45) Selama di pertentangan yang terjadi antara Soekarno
Bandung, Hassan tinggal di rumah dengan salah satu tokoh Islam yaitu Haji
Muhammad Yunus yang merupakan salah Agus Salim. Pertentangan yang terjadi
seorang pendiri dari Persis. Hassan selalu adalah seputar nasionalisme atau juga
mengikuti diskusi keagamaan dan paham kebangsaan. Bagi Soekarno
pengajian Persis yang sering nasionalisme yang memisahkan agama dari
diselenggarakan oleh Muhammad Yunus. negara adalah pilihan yang tepat. Soekarno
Persis pada waktu itu bukan termasuk menjelaskan dalam Suhelmi (2002: 80)
organisasi dengan banyak anggota, tetapi “bahwa agama itu perlu dimerdekakan dari
organisasi ini menarik bagi Hassan karena asuhannya (negara) supaya menjadi
peduli mengenai kajian studi keIslaman. subur”.
Tanpa sengaja A. Hassan telah Alasan Soekarno memilih paham
mendekatkan dirinya pada pusat kegiatan kebangsaan atau nasionalisme sebagai
penelaahan agama (dalam organisasi dasar perjuangannya, dilatarbelakangi oleh
Persis), dia sangat tertarik dalam masalah- kehendak Soekarno yang menginginkan
masalah keagamaan dan tidak ingin persatuan Indonesia ditengah-tengah
ditinggalkannya (Wildan, 1995: 34). perbedaan baik dalam budaya, agama
Pergaulan Hassan selama di Bandung maupun suku bangsa. Sesuai dengan
membuat Hassan dipercaya sebagai salah penjelasan Soekarno dalam Kasenda (2014
seorang tokoh di Persis. Hassan selalu :133) “lewat nasionalisme ini memiliki
mengikuti diskusi-diskusi keagamaan yang tugas, tujuan, dan musuh yang sama, yaitu
diselenggarakan Persis sebagai mengusahakan kesatuan, Indonesia
penceramah menggantikan Muhammad merdeka dan Belanda”. Paham kebangsaan
Zamzam. Pengetahuan agama Hassan yang yang dimaksud Soekarno, merupakan
luas dan gaya ceramahnya yang khas sebuah gagasan yang berkembang di
membuat Hassan diterima oleh para negara-negara barat. Sebuah gerakan yang
simpatisan Persis. Bersama Persis berhaluan tentang solidaritas yang
pemikiran pembaruan Hassan berkembang dibangun berdasarkan konsep kebangsaan
dengan baik. Perhatian Hassan atau cinta tanah air. Hal tersebut sesuai
ditumpahkan pada penelitian agama Islam dengan penjelasan Soekarno dalam
langsung dari sumber pokoknya Al Qur’an bukunya Di Bawah Bendera Revolusi
dan As Sunnah (Amien, 2007:104). (1963, hlm. 3).
Ernest Renan telah membuka
3. Polemik Mengenai Islam dan
pendapatnya tentang paham
Kebangsaan
“bangsa” itu menurut pujangga ini
Sejak bergabungnya A. Hassan ke
ada suatu nyawa, suatu asas akal,
Persis, dia memiliki etos perjuangan yang
yang terjadi dari dua hal: pertama-
unik. Pendekatan yang digunakan dalam
tama rakyatnya itu dulunya harus
menyampaikan pikirannya dilakukan
bersama-sama menjalani suatu
dengan cara perdebatan dan senantiasa
riwayat. Kedua, rakyat itu
menantang konflik. Usaha pembaruan
sekarang harus mempunyai
532 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

kemauan, keinginan hidup menjadi Dawud dan yang kedua yang diriwayatkan
satu. Bukannya jenis (ras), oleh Muslim.
bukannya bahasa, bukannya Orang Arab tidak lebih mulia
agama, bukannya persamaan daripada orang yang bukan Arab,
butuh, bukannya pula batas-batas melainkan dengan kebaktian (H.
negeri yang menjadikan “bangsa” R. Abu Dawud).
itu. Dan barang siapa yang berperang
Pemikiran Soekarno mengenai dibawah bendera kesesatan (yaitu)
paham kebangsaan tersebut, ditentang oleh ia marah karena kebangsaan atau
Hassan. Hassan menjelaskan bahwa paham mengajak orang-orang kepada
kebangsaan atau nasionalisme itu sebagai kebangsaan atau menolong
bentuk pejuangan membesar-besarkan kebangsaan, lalu ia terbunuh, maka
bangsa sendiri. Hal tersebut sesuai dengan bangkainya itu, ialah bangkai
penjelasan Hassan dalam Djaja (1980: 42) Djahiliyah (H.R. Muslim).
“nasionalisme itu adalah asabiyah yang (Pembela Islam, No. 6, Maret
berarti right or wrong my country, orang 1930:10).
yang berjiwa nasionalisme amat taqlid
Dalam tulisannya tersebut A.
sehingga mempunyai pendirian, benar atau
Hassan ingin menunjukkan bahwa gerakan
salah namun aku tetap mencintai
kebangsaan yang didegungkan oleh tokoh-
bangsaku”. Bagi Hassan, dalam
tokoh kebangsaan tidak sesuai dengan
pemikirannya mengenai paham
semangat keislaman yang tercantum dalam
kebangsaan ini, dapat memunculkan sikap
kedua hadis tersebut. Bagi A. Hassan
kesukuan yang dulu pernah timbul di
perjuangan nasionalisme tidak berbeda
bangsa Arab pada masa nabi Muhammad
dengan ego kesukuan orang Arab zaman
SAW, mereka akan lebih mementingkan
dulu sebelum Nabi Muhammad datang
sukunya sendiri dibandingkan solidaritas
memberi hidayah kepada mereka.
keagamaan dalam Islam. Menurut Hassan
Dikarenakan asas kebangsaan berlawanan
dalam (Khaeruman, 2010: 223).
dengan asas Islam, maka orang keluar dari
Posisi nasionalistik seperti yang partai Islam dan memilih partai yang
dikemukakan Soekarno itu berlandaskan kebangsaan itu sudah keluar
sebanding dengan faham-faham dari Islam. Pendirian A. Hassan dalam
orang arab mengenai chauvinisme Majalah Pembela Islam tegas mengatakan
kesukuan (ashabiyah) sebelum bahwa mereka yang berjuang berlandaskan
datangnya Islam. Hal ini tentu paham kebangsaan tanpa vertikal dengan
dilarang oleh Islam, karena praktik semangat keislaman itu adalah Ashabiyah.
itu akan menjadi dinding pemisah Menurut A Hassan orang yang
antara sesama umat Islam menyerukan ashbaiyah, berperang karena
Indonesia dan umat Islam di ashabiyah, atau berjuang atas asas
belahan dunia lain. ashabiyah tidak termasuk umat Nabi
Muhammad. Bagi A. Hassan mendirikan
Kritikan A. Hassan terhadap perkumpulan (vereninging) kebangsaan
Soekarno semakin keras. Dia dan menolong kebangsaan merupakan
mempertanyakan bahwa nasionalisme perbuatan yang dilarang oleh agama Islam
yang diperjuangkan oleh Soekarno adalah (Noer, 1996: 280).
sebagai sifat fanatik seperti yang pernah
terjadi pada masa Arab jahiliyah. A. 4. Polemik antara A. Hassan dan
Hassan menyandarkan ashabiyah (sifat Muchtar Luthfi
kesukuan) pada dua buah hadis, yang
Selain itu, perdebatan mengenai
pertama yang diriwayatkan oleh Abu
Islam dan kebangsaan ini bukan hanya
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 533

terjadi dengan Soekarno, akan tetapi yaitu Islam mulia. Kebangsaan,


dengan organisasi-organisasi yang hanyalah sekedar mencapai
memiliki perbedaan pokok perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dan
sendiri. Dalam gerakannya, setiap dengan Indonesia merdeka itulah
organisasi membawa sifat dan fokus kita bisa mencapai Islam mulia.
pergerakan yang berbeda-beda. Hal itu Tanpa kemerdekaan Indonesia,
sesuai dengan penjelasan dari Noer (1996 cita-cita Islam mulia takkan bisa
:19-20). tercapai.
Contohnya adalah di Indonesia ada
partai yang pro golongan Muchtar Luthfi menjelaskan
kebangsaan (Persatuan Muslimin bahwa paham kebangsaan yang dianut
Indonesia) dan organisasi yang PERMI hanya sebuah strategi perjuangan.
tempatnya anti golongan Paham kebangsaan hanya digunakan
kebangsaan (umpamanya sebagai alat untuk memperjuangkan
Persatuan Islam), serta adanya kemerdekaan Indonesia, agar bangsa
organisasi yang bersifat toleransi Indonesia memiliki kepedulian dan usaha
(Muhammadiyah) disamping yang yang sama untuk mencapai tujuannya
keras (Persatuan Islam), semuanya tersebut. Setelah merdeka dia memiliki
memperlihatkan berbagai gerakan. persamaan tujuan dengan Hassan yang
menginginkan agar Islam dapat menjadi
Keragaman ini tidak terlepas dari
dasar negara.
pengambilan pandangan mengenai asas
Pemikiran Muhtar Luthfi dijawab
dan tujuan yang akan digunakan dalam
Persis di dalam majalah Pembela Islam
pergerakan sebuah perjuangan. Untuk
dengan kritikan. Persis menganggap
mencapainya, setiap tokoh perjuangan
persetujuan Muhtar Luthfi dalam asas
kerap mengemukakan pemikiran yang
kebangsaan sangatlah berseberangan
dimiliki. Salah satunya adalah Hassan yang
dengan pendapat Persis mengenai asas
ikut serta memberikan pandangannya
Islam. Komite Pembela Islam akhirnya
mengenai situasi politik Indonesia pada
menulis sebuah artikel yang berjudul Bung
saat itu, yaitu mengenai penolakannya
Hadji alias H. Muhtar Lutfi. Artikelnya
terhadap paham kebangsaan dan
adalah sebagai berikut:
pemikirannya mengenai asas Islam.
Pemikiran mengenai Islam dan Salah seorang dari teman si
kebangsaan inilah yang nantinya Goblok yang duduk di meja
membawa A. Hassan juga berdebat dengan pengurus besar dari salah satu
Mukhtar Luthfi yang merupakan pemimpin partai nasional disini mengatakan
dari organisasi PERMI (Persatuan Muslim bahwa bung haji waktu ada di
Indonesia) pada tahun 1933. PERMI Bandung. Bangunnya pukul
adalah sebuah organisasi yang berpusat di delapan. Sembilan Pagi.
Sumatera Barat. Perdebatan yang terjadi Rupanya bangun hari itu, sehingga
dikarenakan oleh ketidaksetujuan Hassan subuh lepas. Tersebut karena tidak
dengan paham kebangsaan yang dianut bisa tidur di waktu malam. Karena
oleh PERMI. Debat tersebut terjadi di memikirkan Indonesia belum
Bandung dan diselenggarakan langsung merdeka. Kepala bung haji telah
oleh Soekarno. Perdebatan tersebut botak karena itu. Kasian! Seorang
dijelaskan oleh Muhtar Lutfi di dalam bapa pergerakan. Sekarang kepala
Djaja. (1980 :61) si goblok mulai akan botak, karena
memikirkan tingkah lakunya si
Kebangsaan bagi PERMI adalah
botak itu! Belum berani jawab:
merupakan jalan saya untuk
sering anak-anaknya “bapa
mencapai tujuan yang lebih jauh
kebangsaan” dan “Bapa Islam”…
534 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

“Bertanya: apa H.M Luthfi itu Baik, mengapa Borneo yang


tidak Islam? Pertanyaan ini si dibawa satu pemerintahan Inggris,
Goblok belum berani jawab. kamu tidak akui sebagai
Tetapi kalau ditanya bagaimana Indonesier? Orang Indonesia mesti
Islamnya bung haji itu, ini dengan ingat bahwa kebangsaan yang
lantang si Goblok bisa kasih diatur-atur ini semua omong
jawaban (Majalah Pembela Islam kosong belaka (Majalah Pembela
No. 62, 9 Juni 1933: 15). Islam No. 19: Februarui 1931:3-4).

Kritikan keras dilakukan oleh A. Kritikan terhadap Muchtar Luthfi


Hassan terhadap Muchtar Luthfi. Dia juga disampaikan oleh M.Natsir. M. Natsir
berpendapat bahwa orang-orang berpaham tidak menyalahkan asas kebangsaan karena
kebangsaan selalu memuji sikap Muhtar kecintaan terhadap bangsa sudah mendarah
Luthfi yang menerima asas kebangsaan daging pada diri manusia. Hal tersebut
dalam PERMI. Menurut A. Hassan dalam sudah menjadi watak yang tidak mungkin
kritikannya tersebut Muhtar Luthfi masih dapat dilepaskan begitu saja. Akan tetapi,
samar memahami nasionalisme. M.Natsir berargumen bahwa umat Islam
Bagaimana bisa menurut A. Hassan tujuan tentunya harus lebih memilih ajaran Islam
agama tidak lebih didahulukan karena agama memiliki kedudukan yang
dibandingkan kebangsaan. lebih tinggi dengan kecintaan apapun. Atas
Kritikan A. Hassan terhadap dasar itu M. Natsir menolak asas
Muhtar Luthfi menyangkut masalah agama kebangsaan. Dia melarang segala asas
kembali dimunculkan. Menurut A. Hassan yang dapat membatasi setiap umat manusia
kebangsaan yang diungkapkan oleh untuk turut memperjuangkan agamanya.
Muhtar Luthfi masih samar dan dia Hal tersebut djelaskan dalam majalah
menyeru umat Islam untuk kembali pembela Islam No. 35, Oktober 1931.
berjuang menggunakan asas Islam yang
Dalam pada itu Islam mendidik si
memiliki tujuan untuk kepentingan umat
Jawa, si Arab, dan sebagainya itu,
Islam secara keseluruhan bukan hanya
dengan peraturan-peraturan yang
sebagian umat saja. Dalam Majalah
dinamakan “ibadah” supaya
Pembela Islam A. Hassan secara keras
meninggikan keutamaan dan
mengupas asas kebangsaan yang masih
kemanusiaan dari segala macam
samar tersebut.
nafsu.
1. Apakah yang bersatu tanah? Kalau Hanya dengan inilah cinta kepada
begitu, apakah orang Belgie dan diri sendiri itu yang memang tabiat
Belanda satu bangsa lantaran satu dari tiap-tiap manusia dan
tanah? ketidakbisa dimusnahkan, tetapi
2. Apakah yang berbahasa satu? terpelihara dari keutamaan dan
Kalau begitu, apakah Inggris dan kemanusiaan dari segala macam
Amerika satu bangsa, lantaran satu nafsu.
bahasa. Sekali lagi: “Kalau cinta bangsa”
3. Apakah yang bersatu maksud? ini, dan “semangat hendak
Kalau begitu, apakah Indonesia membuktikan Cinta ini, yang akan
dan Manila satu bangsa, lantaran ditanam dalam dada kaum
satu maksud hendak merdeka? muslimin, yang akan ditanam
4. Apakah dibawah satu dalam dada kaum muslimin,
pemerintahan? Kalau begitu, memang agak janggal kalau Islam
apakah India dan Mesir satu mengemukakan “kebangsaannya
bangsa, lantaran dibawah satu sesudah Islamnya”. Seolah-olah
pemerintahan? belum merasa puas dengan
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 535

keislaman mereka, seolah-olah berhaluan pada pandangan


masih merasa perlu menambah, internasionalisme dalam Islam yang
karena merasa kekurangan menghendaki Islam sebagai asas utama
(Pembela Islam No. 35, Oktober pergerakan umat Islam. Menurut Hassan
1931:4). dalam Djaja (1980: 42). “tidak ada
nasionalisme dalam Islam yang ada ialah
Islam dalam pandangan M.Natsir internasionalisme. Islam tidaklah teruntuk
merupakan sebuah pokok yang utama, bagi sesuatu bangsa, tetapi untuk seluruh
sedangkan kebangsaan baru bisa bangsa, internasionalisme”. Dalam
ditempatkan setelah kebangsaannya padangannya mengenai internasionalisme
tersebut. Baginya sudah seharusnya Islam Islam, Hassan menghendaki perjuangan
ditempatkan untuk segala urusan yang ada yang dilatarbelakangi oleh persaudaraan
di dunia pada tempat yang pertama bukan dan persamaan dalam hal agama yaitu
malah sesudahnya. Tidak mungkin yang Islam. Persaudaraan dalam Islam ini,
pokok atau yang utama dikalahkan dari sesuai penjelasan Hassan dalam bukunya
yang bersifat tambahan seperti yang Islam dan Kebangsaan (1972: 11).
tercermin dalam asas kebangsaan.
Jadi, buat kemegahan terhadap
Muchtar Luthfi memberikan
orang lain agama boleh seseorang
bantahannya terhadap pemikiran dari M.
sebut:”Saya seorang Islam” Tetapi
Natsir dan A.Hassan. bagi Muchtar Luthfi
tidak boleh ia sebut” Saya seorang
paham kebangsaan yang dianutnya tidak
Arab”, “Saya seorang Persia”,
bertentangan dengan Islam. Hal tersebut
“Saya seorang Indonesia” karena
dijelaskannya dalam Djaja (1980:61).
tidak ada kemegahan sebab jadi
Jadi PERMI ini berjuang memang Arab, Persia, Hindi, Indonesia.
lebih dulu di Indonesia tidak Adapun terhadap orang-orang
langsung menunjukkan Islam sendiri, tidak ada kalimat
perjuangannya ke seluruh dunia kemegahan yang boleh diucapkan
sebagai tujuan Islam yang karena apabila seseorang
internasionalisme itu. Bukankah bermegahan yang ia Anshari dan
Nabi Muhammad sendiri memulai yang lain bermegahan yang ia
perjuangannya di tanah airnya Muhajir, akan timbul Ashabiyah
Mekah juga lebih dulu? Barulah Jahaliyah pula dalam di dalam
setelah Mekah selesai dilanjutkan Islam.
keseluruh dunia?
Hassan lebih memandang
Menurut Muchtar Luthfi penerimaannya
pergerakan Islam dalam sudut pandang
terhadap paham kebangsaan bukanlah
yang universal. Kondisi umat Islam harus
sesuatu yang salah. Bagi Muhtar Luthfi
dapat menjadikan Islam sebagai inti dari
apa yang dilakukannya itu mencontoh apa
perjuangan dan pergerakan yang
yang di lakukan oleh Nabi Muhammad.
dilakukannya. Hassan memandang
Sebelum memperjuangkan Islam ke
persaudaraan Islam adalah konsepsi yang
seluruh dunia, Nabi Muhammad telah
harus diperjuangkan tidak didasarkan atas
terlebih dahulu menyebarkan Islam di
kebanggaan kesukuan seperti pengakuan
ruang lingkup sempit yaitu di Mekah.
antara orang Arab, Persia, Indonesia dan
Menyikapi pandangan dari
lain-lain. Pandangan ini sekaligus
Muchtar Luthfi, Hassan tetap teguh
dijadikan kritikan Hassan terhadap
menyatakan bahwa nasionalisme adalah
nasionalisme yang dipandang sempit
bagian dari chauvinisme atau
karena hanya berguna untuk
mengagungkan paham kesukuan. A.
memperjuangkan bangsa, tanpa
Hassan memiliki pendapat lain yaitu lebih
memandang solidaritas agama di berbagai
536 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

negara. Hassan lebih memilih paham tetap tidak Islam 100% (Pembela
internasionalisme Islam yang muncul Islam No. 60, 9 April 1933: 6).
dengan gagasan persatuan dan rasa yang
kuat untuk kembali menjadikan Islam maju Dalam tulisannya A. Hassan secara
seperti pada kemajuan yang pernah terjadi tegas mengatakan bahwa alat dan ideologi
pada masa-masa Islam klasik. perjuangan bangsa Indonesia yang paling
Kritikan A.Hassan mengenai tepat adalah Islam. Dengan Islam inilah
nasionalisme sebagai bentuk paham rakyat Indonesia dapat mencapai tujuan
kesukuan dibalas oleh Muchtar Luthfi. utamanya untuk mendapatkan
Bagi Muchtar Luthfi penerimaan terhadap kemerdekaan dan mendapatkan landasan
paham kebangsaan adalah kompromi logis bernegara yang menggunakan asas Islam.
terhadap unsur agama lainnya untuk Pemikiran Hassan selanjutnya
bersama-sama memperjuangkan Islam. tentang asas Islam yang dikemukakannya
Menurut Muchtar Luthfi “nasiolisme kepada Muhctar Luthfi adalah berkaitan
dalam PERMI bukanlah nasionalisme dengan pemikirannya mengenai sumber
ashabiyah yang tidak disetujui dalam peraturan kenegaraan yang akan dipakai
Islam, bukanlah sebuah nasionalisme yang jika sebuah negara berasaskan Islam.
buta dan tuli, akan tetapi kebangsaan Menurut Hassan, Islam juga memiliki
PERMI adalah jalan untuk membumikan aturan yang jelas menyangkut kenegaraan.
Islam yang mulia”. Cara ini dipandang Sebagaimana penjelasan Hassan dalam
Muchtar Luthfi sangat efektif untuk Bachtiar (2013: 7)
merangkul kaum nasionalisme dan Islam
Dalam Islam, ada qanun-qanun
untuk sama-sama memperjuangkan
kenegaraan yang boleh kita
kemerdekaaan dalam posisi yang sejajar.
namakan undang-undang dasar
Lebih jauhnya, sikap A. Hassan
atau undang-undang pokok yang
terhadap pemikiran Muchtar Luthfi
penting. Kitab Undang-undang
jelaslah sangat bertentangan. A. Hassan
Islam ialah Al Qur’an dan Hadis.
justru memandang bahwa Islamlah
Undang-undang Islam tersebut,
ideologi yang cocok yang dapat membawa
dengan ringkas, terdiri dari 3 fasal:
rakyat Indonesia menuju jalan yang lebih
a. Perintah-perintah
maju. A. Hassan juga kembali melakukan
b. Larangan-larangan dan
kritikan Dia berpendapat bahwa Islamlah
c. Hukuman atas yang
yang dapat membawa Islam ke dalam
melalaikan perintah dan atas
kemerdekaan. Hal tersebut dijelaskan
yang melanggar larangan.
M.Natsir dalam Majalah Pembela Islam
Undang-undang yang dihayati
No. 60
yang dibutuhkan oleh negara,
Dan kita berkata: selain dari yang tersebut dalam dua
Muslimin Indonesia menuntut kitab tadi (Al Qur’an dan Hadis),
kemerdekaan Indonesia yang Islam sendiri memerintahkan
berdasar Islam 100% tidak kurang! pemeluknya bermusyawarah dalam
Apakah begitu juga tujuannya menetapkannya. Kecuali Islam,
Nasionalis Indonesia? tampaknya tidak ada satupun
Tidak! Tidak! Buat sekalian agama mempunyai Undang-
kalinya kita serukan tidak! Mereka Undang negara.
menuntut kemerdekaan Indonesia
yang berdasar nasional 100% tidak Hassan menjelaskan bahwa negara
kurang! Islam dibangun berdasarkan undang-
Umat Islam Indonesia tidak undang yang terdapat Al Qur’an dan
merdeka kalau pemerintahannya Hadis. Dalam undang-undang Islam,
Hassan menunjukkan bahwa Al Qur’an
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 537

dan Hadis sudah menetapkan aturan-aturan konservatif dari Ayahnya yang


yang berasal dari Allah SWT yang dapat mengharuskan berbagai praktik ibadah
dijadikan sebagai standar dalam bertindak umat Islam jelas sumber hukumnya.
dan bertingkah laku. Atas dasar tersebut, Sejalan dengan itu setelah dewasa A.
Al Qur’an dan As Sunnah sudah Hassan aktif dalam Persis yang
mengandung hukum yang jelas karena notabenenya merupakan organisasi
sudah berisi setiap perintah-perintah yang berpaham pembaruan. Dalam Persis ini A.
harus dikerjakan dan larangan-larangan Hassan banyak membahas mengenai
yang harus dijauhi. persoalan dalam masalah agama yang
Kritik yang dilontarkan A. Hassan sedang dihadapi umat Islam. Selain itu, A
dan M. Natsir akhirnya dijawab oleh Hassan banyak juga melakukan kritikan
Muchtar Luthfi. Dengan menggunakan pada kebiasaan-kebiasaan umat Islam,
dalil-dalil naqli. Muchtar Luthfi yang dalam pandangannya berbeda dengan
menjelaskan bahwa nasionalisme yang apa yang terdapat dalam Al Qur’an dan As
dimaksud itu bukan Chauvinisme. Sunnah.
Menurutnya Islam dan nasionalisme dapat Berikutnya A. Hassan juga banyak
diibaratkan seperti kaki kanan dan kaki terlibat dalam perdebatan mengenai Islam
kiri. Cinta tanah air adalah perasaan yang dan kebangsaan yang banyak dikemukakan
dikaruniakan Tuhan. Kata Muchtar Luthfi oleh tokoh-tokoh kebangsaan seperti
ingatlah tatkala Nabi Muhammad hijrah ke Soekarno maupun Muchtar Luthfi dari
Madinah, beliau bersabda, cintaku PERMI. Dalam pemikiran Islam mengenai
terhadap Madinah sama dengan cintaku kenegaraan, Hassan menolak paham
terhadap Mekah (Subhan, 2000: 107). kebangsaan. Bagi Hassan memperjuangkan
Muchtar Luthfi mengungkapkan bahwa pergerakan kebangsaan dapat menzalimi
mengapa dia mengakui paham kebangsaan, mayoritas masyarakat Indonesia yang
itu hanyalah sebagai landasan beragam Islam. Baginya, perjuangan
perjuangannya saja agar dapat diterima dilakukan untuk Allah bukan untuk sebuah
oleh masyarakat Indonesia yang plural, bangsa. Dalam menyebarkan paham-
akan tetapi tujuannya tetaplah sama ingin pahamnya tersebut, Hassan banyak
menjadikan Islam sebagai ideologi bangsa mengaplikasikannya dengan cara tukar
Indonesia di masa depan. Perdebatan pikiran seperti diskusi dan tabligh, atau
antara A. Hassan dan Muchtar Luhfi lewat cara yang tidak kompromis seperti
selesai, setelah Muchtar Lutfhi perdebatan dan penerbitan majalah yang
mengungkapkan perjuangan yang dia kritis.
lakukan sama dengan A. Hassan yaitu Dalam perdebatannya mengenai
untuk membumikan asas Islam di Islam kebangsaan, Muchtar Luthfi
Indonesia. Sikap Muchtar Luthfi tersebut memiliki pendapat bahwa cinta tanah air
membuat Hassan mengerti. Hassan adalah sebuah bentuk kecintaan pada
akhirnya mengingatkan Muchtar Luthfi Islam. Mencintai paham kebangsaan
bahwa orang Islam tidak boleh menjadikan artinya mencintai Islam sebagai sebuah
asas yang lain dari Islam menjadi simbol agama. Perjuangan dengan menggunakan
perjuangan organisasinya. Setelah paham kebangsaan dapat dilakukan jika
keduanya saling mengerti akhirnya tujuannya untuk menjadikan Islam sebagai
perdebatan tersebut dapat diselesaikan ideologi dalam konteks kenegaraan.
dengan baik oleh kedua belah pihak. Berbeda dengan Muchtar Luthfi, bagi A.
Hassan sudah seharusnya Islam
D. PENUTUP ditempatkan untuk segala urusan yang ada
1. Simpulan di dunia pada tempat yang pertama bukan
Pemikiran pembaruan Islam A. malah sesudahnya. Tidak mungkin yang
Hassan dilatarbelakangi oleh ajaran pokok atau yang utama dikalahkan dari
538 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

yang bersifat tambahan seperti yang Daras, Roros. 2011.


tercermin dalam asas kebangsaan. Bung Karno vs Kartosuwiryo. Depok:
Imania.
2. Saran Djaja, Tamar. 1980.
Pertama, penelitian ini dapat Riwayat Hidup A.Hassan. Jakarta:
direkomendasikan sebagai bahan bacaan Mutiara.
atau tambahan wawasan untuk para Federspiel, Howard.M. 1996.
akademi maupun para pembaca lainnya, Persatuan Islam: Pembaharuan Islam di
sehingga dapat menjadi sumber rujukan Indonesia Abad XX. Yogyakarta: Gadjah
dalam mengkaji berbagai materi yang Mada University Press.
berkaitan dengan A. Hassan, Persis Fospi. (2000).
maupun Sejarah Perkembangan Organisasi Siapakah Persis menjadi Mujadid lagi?.
Keislaman di Indonesia. Bandung: Alqa.
Kedua, penelitian ini juga dapat
direkomendasikan sebagai upaya untuk Gottschalk, Louis. 1975.
Mengerti Sejarah: Pengantar Metode
memberikan sumbangan bagi penelitian
Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit
sejarah yang bersifat Religious History Universitas Indonesia.
karena berisi mengenai Sejarah
Perkembangan Keagamaan di Indonesia. Hamka. 1982.
Ketiga, berdasarkan dari penelitian Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul
Karim Abdullah dan Perjuangan Kaum
yang telah dikaji oleh peneliti, peneliti
Agama di Sumatera. Jakarta: Umminda.
memberi rekomendasi dasar mengenai
A.Hassan agar lebih dikali, diperdalam, Harun dan Sumarno. 2006.
dan diangkat kembali. Beberapa hal yang Komunikasi Politik sebagai Suatu
perlu digali adalah polemik yang Pengantar. Bandung: Mandar Maju.
melibatkan A. Hassan dengan pihak Hassan, Ahmad. 1972.
Kristen mengenai kenabian Yesus, dengan Islam dan Kebangsaan. Bangil:
Ahmadiyah Qadiyan mengenai kenabian Pesantren Persis Bangil.
Mirza Ghulam Ahmad, bahkan dengan Kartodirdjo,S. 1992.
Nahdlatul Ulama mengenai aktivitas Pendekatan Ilmu Sosial Dalam
ibadah umat Islam. Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
DAFTAR SUMBER Kasenda, Peter. 2014.
1. Buku Bung Karno Panglima Revolusi.
Al Ghifari dan Asmara. 2002. Yogyakarta: Galang Pustaka.
Sejarah Perjuangan Pemuda Persis.
Bandung: Mujahid Press. Khaeruman, Badri. 2010.
Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan
Amien dkk. 2007. Pemikiran. Bandung: FAPPI dan IRIS
Panduan Hidup Berjamaah Dalam press.
Jam’iyah Persis. Bandung: Tafakur.
Noer, Deliar. 1996.
Anshari, Saifuddin. 2004. Gerakan Modern Islam di Indonesia
Wawasan Islam. Jakarta: Gema Insani. 1900-1942. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.
Bachtiar, Tiar Anwar dan Fauzan, Pepen Irfan. Pawito. 2009.
2012. Komunikasi Politik. Jakarta: LKIS.
Sejarah Pemikiran dan Aksi Politik
Persis 1923-1997. Jakarta: Pembela Pijper. 1984.
Islam Media. Beberapa Studi Tentang: Sejarah Islam
di Indonesia 1900-1950. Depok:
Bachtiar, Tiar Anwar. 2013. Universitas Indonesia (UI-Press).
Risalah Politik A.Hassan. Jakarta:
Pembela Islam.
Polemik A. Hassan..... (Faujian Esa G. dan R. M. Mulyadi) 539

Puar, Yusuf Abdullah. 1978.


Muhammad Natsir 70 Tahun: Kenang- ________. 1933.
kenangan Kehidupan dan Perjuangan. “ Kebangsaan Islam dan Cara Kita
Jakarta: Pustaka Antara. Bercampur Tangan”. Majalah Pembela
Islam No 61.
Ricklefs. 2007.
Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: ________. 1933.
Gadjah Mada University Press. “Bung Hadji Alias H. Mochtar Luthfi”.
Majalah Pembela Islam No 62.
Rosidi, Ajip. 1988.
M. Natsir Sebuah Biografi. Jakarta:
Girimukti Pusaka.
Sumiento, H Aqib. 1985.
Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta:
LP3ES.
Sutherland. 1983.
Terbentuknya Sebuah Elite Birokrasi.
Jakarta: Putaka Jaya.
Saydam, Ghouzali. 2010.
Ensiklopedi Tokoh Profesional
Indonesia. Jakarta: Pustaka Reka Cipta.
Soekarno. 1963.
Di Bawah Bendera Revolusi. Jakarta: Di
Bawah Bendera Revolusi.
Subhan SD. 2000.
Ulama-ulama Oposan. Bandung:
Pustaka Hidayah.
Suhelmi, Ahmad. 2002. Polemik Negara Islam.
Jakarta: Teraju.
Wildan, Dadan. 1995.
Sejarah Perjuangan Persis 1923-1983.
Bandung: Gema Syahida.
________. 2000.
Pasang Surut Gerakan Pembaruan
Islam di Indonesia. Bandung: Persis
Press.
Van Niel. 1984.
Munculnya Elit Modern Indonesia.
Jakarta: Pustaka Jaya.

2. Suat Kabar dan Majalah


Hassan, A. 1930.
“Rubrik Islam, Agama, Politik, Sosial”.
Majalah Pembela Islam No. 6. Hlm.10.
________. 1931.
“Rubrik Islam, Agama, Politik, Sosial”.
Majalah Pembela Islam No. 35.
________. 1933.
“Pentjela Kebangsaan”. Majalah
Pembela Islam No. 19. Hlm. 3-4.
540 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 523 - 540

Anda mungkin juga menyukai