Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BAHASA INDONESIA

“HOMOSEKSUAL”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibimbing oleh :
Muhammad Hambali S.S, M.pd

Disusun Oleh :

Setya Wahyu Lestari Novia

Psikologi B-1

(145120301111048)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pada saat ini Homoseksual telah menjadi hal yang dianggap wajar dan umum disetiap
Negara,lebih parahnya lagi homoseksual telah menyebar di berbagai daerah terutama pada
kota-kota besar disetiap Negara. Homoseksualitas adalah rasa
ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis
kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada
"pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan
romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama,
"Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial
berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang
berbagi ituPada riset terakhir homoseksual sudah tidak dianggap sebagai gangguan
kejiwaan,tentu saja acuan dari pernyataan diatas adalah DSM (Diagnostic and Statistikal
Manual of Mental Disorder/Buku acuan diagnostik tentang statistical untuk menentukan
gangguan kejiwaan).Yang dibuat oleh APA (ASOSIASO PSIKIATRIK
AMERIKA).homoseksualitas sudah tidak termasuk dalam kategori gangguan kejiwaan
manapun,karena pelaku pada homoseksual merasa senang dan nyaman dengan yang mereka
lakukan,mereka menganggap itu sebagai hal yang wajar sebagaiman para pasangan yang
normal.Para pelaku homoseksual dapat hidup dengan normal dan bahagia dengan pasangan
masing-masing.Tentu saja juga banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
homoseksual,entah itu faktor internal maupun faktor eksternal.Namun yang pasti
homoseksual sudah menyebar keberbagai lapisan masyarakat kota dan mereka menganggap
itu adalah sesuatu yang wajar dan layak dilakukan.Selain itu dalam makalah ini juga akan
dibahas bagaimana kehidupan para pelaku homoseksual yang dianggap sama seperti orang-
orang yang menjalani hubungan dengan lawan jenis.
B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam makalah ini adalah:

1.Apakah faktor yang menyebabkan individu melakukan homoseksual?

2.Mengapa homoseksual bukan sebuah gangguan kejiwaan?

3.Bagaimana kehidupan para homoseksual?

C.TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1.Untuk mengetahui faktor penyebab individu melakukan homoseksualitas

2.Untuk menganalisis mengapa homoseksual bukan sebuah gangguan kejiwaan.

3.Untuk mengetahui kehidupan para homoseksual.


BAB II

PEMBAHASAN

1.FAKTOR PENYEBAB HOMOSEKSUAL

Dari hasil penelitian diperoleh faktor-faktor penyebab individu menjadi homoseksual.


Tidak ada faktor tugggal yang menyebabkan subjek menjadi homoseksual. Salah satu
peristiwa pemicu yang dialami subjek berupa pengalaman homoseksual pada usia kanak-
kanak. Pengalaman homoseksual pada usia kanak-kanak yang dialami subjek dilakukan oleh
orang terdekat. Pengalaman ini yang kemudian menimbulkan ketertarikan seksual sejenis
pada tahapan perkembangan subjek selanjutnya.Pola asuh di dalam keluarga sangat
mempengaruhi orientasi seksual subjek. Subjek yang tumbuh di lingkungan keluarga yang
kurang harmonis. Dominasi ibu dan sikap pasif ayah dalam rumah tangga menimbulkan
kebingungan identifikasi pada subjek. Terlebih tindakan orang tua yang melakukan kekerasan
berpengaruh kepada kondisi psikis subjek.Akumulasi seringnya tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh orang tua membuat subjek merasa membutuhkan perlindungan oleh orang lain
yang lebih dewasa. Hubungan subjek dengan orang tua yang sudah buruk semenjak kecil
membuat subjek merasa jengkel dan tidak menyukai salah satu figur orang tua. Masalah
dalam keluarga membuat subjek mencari kasih sayang dari luar rumah. Banyak faktor yang
mempengaruhi sikap para homoseksual dan kecenderungan untuk berperilaku deskriminatif
terhadap kaum homoseksual.Ajzen (1991) mengungkapkan bahwa perilaku juga dipengaruhi
okeh kepribadian.begitu juga terhadap perilaku para homoseksual dapat dipengaruhi oleh
kepribadian individu masing-masing.Dari berbagai macam sumber diperoleh darihasil
penelitian penyebab individu melakukan homoseksual adalah karena adanya kenyamanan dan
ketertarikan secara perasaan ataupun secara erotik, baik secara predominan atau eksklusif
terhadap individu yang memiliki kesamaan jenis kelamin dengan ataupun tanpa melibatkan
hubungan fisik.Jadi para homoseksual lebih memiliki kenyamanan dalam berhubungan
dengan sesam jenisnya ketimbang dengan lawan jenis,mereka merasa menemukan kecocokan
yang membuatnya akan terus menjalin hubungan tersebut menjadi semakin dalam.
B. HOMOSEKSUAL BUKAN SEBUAH GANGGUAN KEJIWAAN

Salah satu alasan bahwa homoseksual bukan sebuah gangguan kejiwaan adalah
karena syarat bagi sebuah perilaku untuk diklasifikasikan sebagai gangguan kejiwaan yaitu
jika perilaku tersebut mengganggu kehidupan penderitanya.DSM-II yang diterbitkan tahun
1968 – menghapus homoseksual dari daftar penyakit sosiopath dan memindahkannya ke
daftar Sexual Deviation (penyimpangan seks).

DSM-III yang diterbitkan pada tahun 1973 – menyatakan bahwa homoseksualitas dinyatakan
sebagai sebuah gangguan hanya jika orientasi seksual homoseksual orang tersebut
mengganggu dirinya (dia tak mau menjadi homoseksual). DSM-III kemudian mengalami
revisi dan pada edisi revisi ini, homoseksualitas sudah tidak dianggap sebagai sebuah
gangguan sama sekali. Alasannya adalah, karena para komite DSM menyatakan bahwa
adalah normal bagi seorang homoseksual untuk merasa terganggu dengan orientasi
seksualnya pada saat ia pertama kali menyadari bahwa ia seorang homoseksual.Alasan yang
lain dari hal tersebut lebih dikarenakan oleh suatupandangan bahwa homoseksual merupakan
suatu gaya hidup alternatif dan bukan suatu gangguan psikopatologis, selain itu
homoseksualitas terjadi dengan keteraturan sebagai suatu varian seksualitas manusia.
Oleh karena itu perasaan terganggu yang dirasakan seorang homoseksual bukanlah sebuah
gangguan,melainkan sebuah perasaan yang sama yang dirasakan oleh pasangan yang
normal.,Para pelaku juga menganggap bahwa homoseksual merupakan pilihan hidup yang
mereka jalani.Mespun hal ini sudah jelas akan tetapi masyarakat dan para anggota keluarga
yang memiliki anggota keluarga seorang homoseksual masih saja melihat hal ini sebagai
kelainan jiwa.Dengan aanya sikap keluarga yang seperti ini membuat kaum homoseksual
tidak menyatakan secara pribadi dan terbuka tentang identitas dirinya kepada lingkungan dan
masyarakat.Kaum homoseksual mempertimbangkan mempertimbangkan konsekuensi-
konsekuensi negative yang mereka terima dari lingkungan terdekatnya jika mereka membuka
identitasnya
C.KEHIDUPAN PARA HOMOSEKSUAL

Keberadaan kaum homoseksual cenderung masih belum diterima masyarakat.


Realitas dalam masyarakat sampai saat ini menunjukkan bahwa kaum homoseksual tidak
mendapatkan kesempatan yang sama seperti orang-orang normal atau heteroseksual dalam
berbagai aspek kehidupan, misalnya ia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Selain itu mereka juga kerap mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan akibat
orientasi seksualnya sebagai penyuka sesama jenis, seperti dikucilkan dalam lingkungannya.
Hal ini tentu saja membuat kaum homoseksual mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan informasi mereka, khususnya dalam mencari informasi mengenai homoseksualitas
dan seluk beluknya. Kelompok homoseksual tidak begitu saja dengan mudah memperoleh
informasi yang mereka butuhkan, mereka cenderung bersifat inklusif sehingga penyebaran
dan akses informasi tidak semudah kalangan heteroseksual lain. Kecaman dari berbagai pihak
hetero yang homophobic menghalangi mereka untuk dapat segera coming out, membuat
mereka harus mengalami dilema atas keadaan orientasi seksual yang berbeda. Perlakuan
diskriminasi yang seringkali dihadapi membuat mereka cenderung memiliki kelompok
sendiri, yang kebanyakan dilandasi oleh kesamaan pandangan maupun latar belakang histori
kehidupan mereka. Kebanyakan dari mereka mengenal kehidupan gay secara inklusif, dalam
artian bahwa hanya segelintir orang yang menjadi teman dekat mereka (tentu saja telah
menjadi homoseksual sebelumnya) yang kemudian membantunya untuk menemukan dunia
homoseksual itu sendiri. Akses ini tidak mudah ditembus oleh orang awam (hetero) karena
tentu saja mereka sangat berhati-hati agar tak banyak orang mengetahui orientasi seksualnya,
demi alasan keamanan juga. Oleh sebab itu sikap tertutup yang dilakukan oleh sebagian besar
dari para pelaku homoseksual tersebut bukan tanpa sebab, mereka ingin melindungi diri dari
serangan pihak-pihak yang tidak menyukai keberadaan mereka. Diskriminasi yang kerap
dirasakan adalah di dalam lingkungan pekerjaan, mereka dituntut untuk dapat bersikap
professional, yang berarti dalam hal ini mereka harus menunjukkan perilaku sesuai dengan
gender mereka, laki-laki harus bersikap maskulin, keras, tegar dan bukannya feminin, lembut
dan halus. Tentu saja hal ini menyiksa batin mereka khususnya bagi homoseksual gay
feminim (kecenderungan menjadi pihak perempuan), transgender dan juga lesbian butchy
(kecenderungan menjadi pihak laki-laki).
Sumber:

http://ruangpsikologi.com/kesehatan/homoseksual/#ixzz3LZcofzwS

Julia T. Wood. 2005, Gendered Lives: Communication, Gender & Culture. America:
Wadsworth Engage Learning.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


Gangguan Jiwa Di Indonesia, Edisi ke III. Direktorat Kesehatan Jiwa, dan Dirjen
Pelayanan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai