Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LATAR BELAKANG

Puskesmas Karang Pule merupakan salah satu dari 11 puskesmas yang ada di Kota Mataram,
yang terletak di bagian selatan dan merupakan pintu gerbang Kota Mataram. Secara geografis,
letak Puskesmas Karang Pule yaitu di Jalan Gajahmada Nomor 14, Kelurahan Jempong Baru,
Kecamatan Sekarbela. Batas- batas wilayah kerja Puskesmas Karang Pule, yaitu :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Pagesangan wilayah kerja Puskesmas


Pagesangan
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat
 Sebelah timur berbatasan dengan Keluarahan Cakra Selatan wilayah kerja Puskesmas
Mataram
 Sebelah barat berbatasan dengan Pantai Mapak dan Kelurahan Tanjung Karang wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Karang

Di bawah ini, dipaparkan situasi sumberdaya kesehatan di Puskesmas Karang Pule

1. Sarana Kesehatan
a. Jumlah Jaringan Mitra Kerja Puskesmas
Puskesmas Karang Pule mempunyai jaringan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak
3 unit dan Polindes/Poskesdes sebanyak 4 unit.
 Puskesmas Pembantu (Pustu)
1) Pustu Pagutan
2) Pustu Petemon
3) Pustu Mapak
 Polindes (Pos Persalinan Desa)
1) Polindes Pagutan
2) Polindes Karang Pule
3) Polindes Pagutan Timur
4) Polindes Mapak (belum beroperasi)

1
Selain itu, di wilayah kerja Puslesmas Karang Pule terdapat Rumah Sakit Umum Swasta
sebanyak 2 unit, sebagai mitra kerja dalam pelayanan kesehatan.

b. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)


Jenis UKBM yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule diantaranya adalah
Posyandu, Poskesdes, Desa/Kelurahan Siaga, Posbindu, dan Polindes.
 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Jumlah posyandu yang aktif sebanyak 38 (100%) Posyandu yang tersebar di 5
kelurahan wilayah kerja puskesmas. Bila melihat rasio posyandu terhadap 100 balita pada
tahun 2018 adalah 0,8 per balita, dengan jumlah balita 4.795 orang. Idealnya, jumlah
Posyandu saat ini adalah 48 posyandu. Terdapat posyandu yang mempunyai sasaran lebih
dari 100 balita.
 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Pelayanan poskesdes meliputi, upaya promotif, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melihat kader atau tenaga
sukarela lainnya. Pada tahun 2018 di wilayah Puskesmas Karang Pule terdapat 3
Poskesdes yang tersebar di 3 kelurahan, yakni Kelurahan Karang Pule, Pagutan, dan
Pagutan Timur.
 Desa/Kelurahan Siaga
Desa/kelurahan siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana, dan kegwatdaruratan kesehatan secara mandiri. Pada tahun
2018, di Puskesmas Karang Pule terdapat 5 kelurahan siaga, yaitu Kelurahan Pagutan,
Pagutan Timur, Pagutan Barat, Jempong Baru, dan Karang Pule.

2. Tenaga
Jumlah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan keseluruhannya berjumlah 43
orang, sedangkan tenaga non kesehatan berjumlah 6 orang, bertugas sebagai administrasi di
loket 2 orang, pengelola keuangan 2 orang, sopir 1 orang, dan petugas administrasi di Pustu
Pagutan 1 orang.

2
3. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Karang Pule tahun 2018 diperoleh
dari berbagai sumber, yaitu APBD Kabupaten/kota, APBD Provinsi NTB, APBN (dana
dekonsentrasi), Tugas Pembantuan (TP) , Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan
Kesehatan Nasional, sumber pemerintah lainnya, swasta, serta masyarakat.
Anggaran pembiayaan kesehatan dari APBD Kota Mataram untuk Puskesmas Karang
Pule pada tahun anggaran 2018 berjumlah Rp. 2.513.545.000,-. Sehingga total anggaran
kesehatan di puskesmas tercatat sebanyak Rp. 5.144.839.756,- atau sekitar Rp. 84.967
perkapita/ tahun. Jika dibandingkan dengan pernyataan WHO bahwa anggaran kesehatan
yang ideal untuk menjamin pelayanan kesehatan esensial adalah sebesar USD 34 /kapita
atau sekitar Rp. 461.040/kapita, berarti anggaran kesehatan di puskesmas masih di bawah
patokan tentang kecukupan anggaran kesehatan di kabupaten/kota.

3
BAB II

PENGAMBILAN DATA

A. Gambaran Kondisi Lingkungan Wilayah Kerja PKM

Dari data yang didapatkan, wilayah kerja dari Puskesmas Karang Pule terdiri atas 5
kelurahan yakni, Jempong Baru, Karang Pule, Pagutan, Pagutan Timur, dan Pagutan
Barat. Untuk melihat gambaran kondisi lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Karang
Pule ini dapat dibagi menjadi 5 aspek utama yakni, yang pertama sarana kesehatan
lingkungan yang terdiri dari aspek jamban, sarana air bersih, pembuangan sampah, dan
pembuangan limbah. Kedua, dari segi keadaan rumah yang meliputi jendela ruang tidur,
kelembaban, dan kepadatan penghuni. Aspek ketiga, keempat, dan kelima adalah
binatang (terutama keberadaan tikus dan jentik nyamuk), kebersihan pekarangan, dan
keadaan kandang.

Jika dilihat berdasarkan data secara umum, masih terdapat banyak rumah yang dapat
dikategorikan sebagai rumah tidak sehat dari rentang 300-400 rumah yang dikunjungi di
ke-5 kelurahan tersebut rata-rata kurang lebih 100 rumah dikategorikan sebagai rumah
tidak sehat. Diantara penyakit yang di skrining oleh pihak puskesmas diare menempati
angka tertinggi di setiap kelurahannya, ini bisa diakibatkan oleh masih tingginya angka
rumah tidak sehat di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule. Dari segi jamban rata-rata
tiap rumah sudah memiliki jamban sehat baik permanen maupun semi permanen. Hanya
saja masih terdapat 6 rumah di kelurahan Jempong Baru yang masih melakukan buang air
besar sembarangan dan untuk binatang kebanyakan di ke-5 kelurahan tersebut sudah
bebas jentik namun untuk bebas tikus belum dapat dipastikan karena masih belum
dilakukan.

4
( Buku Profil Kesehatan PKM Karang Pule 2018 )

B. Kegiatan Pada Progran Kesehatan Lingkungan PKM


a. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Kegiatan ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya
berbudaya untuk hidup sehat, mengubah perilaku masyarakat dengan
menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Program STBM ini telah
dilakukan sejak tahun 2006. Lima pilar dalam STBM yang menjadi tujuan
penerapan program di pedesaan yaitu tidak buang air besar sembarangan, mecuci
tangan memakai sabun, mengelola air minum dan makanan di rumah tangga,
mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman serta pengelolaan sampah.
Capaian desa/kelurahan yang melaksanaan STBM pada tahun 2018 sebanyak 5
kelurahan dari 5 kelurahan yang ada (100%). Cakupan desa stop BABS (SBS)
sebanyak 5 kelurahan atau 100% dan kelurahan STBM sebanyak 3 kelurahan atau
100% dan kelurahan STBM sebanyak 3 kelurahan (Pagutan, Pagutan Timur,
Pagutan Barat) atau 60%.
b. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Upaya penyehatan lingkungan dilakukan untuk mewujudkan mutu
lingkungan yang lebih sehat, antara lain melalui pemberdayaan masyarakat dalam
penyedian air bersih dan sanitasi, sarana emeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan, pengendalian damoak resiko pencemaran lingkunagn dan
pengembangan wilayah sehat.

5
c. Peningkatan Perilaku Hidup bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah perilakuyang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri terutama tatanan masing masing dan masyarakat dapat
menerapkan cara cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mengetahui, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat berarti mampu menjaga,
meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari
gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup
sehat.
d. Kunjungan klinik sanitasi
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang
mengitegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang
difokuskan pada penduduk yang berisok tinggi untuk mengatasi masalah penyakit
berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkangan pemukiman yang
dilakukan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksankan
secara pasif dan aktif di dalam dan diluar puskesmas.
e. Pengawasan Tempat Pengelolan Peptisida (TP2)
Upaya pengawasan dan pengamanan peptisida meliputi pengawsan
terhadap tempat pengelolan peptisida, pengendalian paparan dan pengendalian
keracunan peptisida. Paparan peptisida menyebabkan gangguan kesehatan pada
diri seseorang yang bersangkutan. Peptisida merupakan bahan beracun dan
berbahaya (B3), apabila tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak
negative. Salah satu tempat yang mengelola peptisida adalah TempatPengelolaan
Petisida (TP2). TP2 adalah setiap unit usaha yang sebagaian atau seluruh
kegiatannya melakukan pengelolan petisida, mulai dari pembuatan, peracikan,
pengemasan, penyimpanan dan penjualan. Ruang lingkup pengawasan Tempat

6
pengelolan peptisida yaitu pabrik peptisida, perkebunan (gudang), toko/kios,
Koperasi Unit Desa (KUD).
f. Pengawasan Tempat Tempat Umum
Pengawasan sanitasi tempat tempat umum adalah kegiatan pengaswasan
terhadap tempat tempat umum agar tercipta kondisi tempat tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan, bebas dari faktor penyakit dan kecelakaan terhadap
masyarakat di dalam tempat tempat umum maupun terhadap masyarakat
sekitar/luas tempat tempat umum tersebut. Usaha-usaha yang dilakukan dalam
sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa :
 Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan faktor manusia
yang melakukan kegiatan pada tempat tempat umum.
 Penyuluhan terhadap masyarakat terutama menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat
tempat umum.
g. Pengawasan Tempat Pengelolan Makanan (TPM)
Kegiatan pengawasan TPM dilakukan dalam bentuk penyuluhan
keamanan pangan bagi pengelola TPM (restoran, rumah makan, kantin dan
sejenisnya). Sasaran pengawasan meliputi kebersihan lingkungan (tempat)
pegelolaan, kebersihan tenaga pengelola (food handler), kebersihan peralatan,
tempat penyimpanan makanan jadi (siap saji) dan penyajian makanan. Tujuannya
adalah untuk melindungi masyarakat agar terhindar dari penyakit yang
ditimbulakan makanan. Sasaran pengawasan higiene sanitasi makanan dan
minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah
oleh pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan
siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah
makan/restoran dan hotel).
h. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Sampah yang dikelola adalah sampah dari hasil aktifitas rumah tangga
berupa sampah basah dan sampah kering. Sampah basah adalah sampah organik
yang berasal dari pepohonan dan tumbuhan lainnya, sampah kering adalah
sampah yang dihasilkan sebagai akifitas rumah tangga yang berasal dari kertas

7
dan sejenisnya. Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk
menangani sampah sejak dihasilkan, dikumpulkan, pengangkutan sampai
pembuangan akhir. Pengelolan sampah bertujuan untuk mengubah sampah
menjadi material yang memiliki niali ekonomis, tidak membahayakan bagi
kesehatan masusia dan lingkungan hidup.
i. Pengawasan SPAL Rumah Tangga
Sarana Pembungan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang digunakan
untuk mengumpulkan air bungan atau limbah yang berasal dari aktivitas manusia
seperti : mencuci tangan, mandi, dapus dan ain-lain. Air limbah tersebut dapat
diresapkan ke dalam tanah agar tidak menimbulkan penyakit serta tidak
mengotori lingkungan sekitar.
C. Sumber Daya Manusia Kesehatan Lingkungan di PKM
Sumber daya manusia kesehatan yaitu berbagai jenis tenaga kesehatan klinik
maupun nonklinik yang melaksanakan upaya medis dan intervensi kesehatan masyarakat.
Untuk meningkatkan SDM Kesehatan, dalam SKN yang ditetapkan pada tahun 2009
pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan diselenggarakan melalui 4 (empat)
upaya pokok, yaitu : (1) Perencanaan SDM Kesehatan; (2) Pengadaan SDM Kesehatan;
(3) Pendayagunaan SDM Kesehatan; (4) Pemberdayaan (Pembinaan dan Pengawasan
Mutu) SDM Kesehatan
Terdapat 2 pihak yang berperan dalam melaksanakan tugas kesehatan lingkungan
yaitu peran dari pihak petugas kesehatan puskesmas dan peran dari pihak masyarakat.
Masyarakat yang mempunyai peran dalam kegiatan kesehatan lingkungan disebut kader.
Di PKM karang pule, kader-kader yang terpilih memiliki tugas sebagai pengawas harian
kegiatan program kerja kesehatan lingkungan, namun dalam beberapa kesempatan kader
bertugas untuk melakukan pendataan seperti pada saat terjadi out break BDB, selain
Kader tenaga kesehatan yang ada di PKM Karang Pule juga rutin 2 minggu sekali turun
langsung ke masyarakat unuk melakukan inspeksi lingkungan.

8
D. Capaian dan Indikator Pada Program Kerja Kersehatan Lingkungan

No. Indikator Target Realisasi/Capaian Keterangan


% Absolut Realisasi Capaian
(Realisasi
/Target*10
0)
1. % Sarana Air Minum 45 5.532 dari 4500 SAM 81,34% Renstra
yang dilakukan 12.293 SAM
pengawasan
2. % Akses Jamban 100 12.293 59401 98,10
3. Jumlah kelurahan yang 100 5 5 100
melakukan STBM
4. Sarana Pembuangan Air 75 1.897 1546 81,52
Limbah Rumah Tangga
5. Pengelolaan sampah 88 27 28 103
Rumah Tangga
6. Rumah Sehat 88 10.818 11.316 91,61
7. % Tempat Pengelolaan 100 155 140 90,32 *ada 15
Makanan (TPM) yang kantin
memenuhi syarat
kesehatan
8. % Tempat-tempat 80 41 51 100 +20% dari
Umum (TTU) yang target
memenuhi syarat
kesehatan
9. Pengawasan TP2 100 1 1 100
pestisida
10. Kunjungan klinik ≥2 832 320 38,46
sanitasi
11. Depo air isi ulang 100 20 20 100

E. Peran Serta Masyarakat di Bidang Kesahatan Lingkungan


Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu dari sekian banyak
kebijaksanaan pembangunan. Masyarakat berhak untuk memperoleh derajat kesehatan
yang sama dan berkewajiban ikut serta dalam usaha kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Untuk mencapainya, maka diperlukan berbagai usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, yang mencakup pemenuhan sandang,
pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Di bidang kesehatan, termasuk kesehatan
lingkungan, masyarakat harus ikut berperan dalam membantu terwujudnya lingkungan
yang sehat dan baik.

9
Masyarakat di kawasan kerja Puskesmas Karang Pule dapat dikatakan telah cukup
sadar akan pentingnya kesehatan lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan
Ibu Sukriah, salah satu pegawai di bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Karang
Pule, yang menyebutkan bahwa masyarakat di kawasan kerja Puskesmas tersebut sudah
tidak ada yang melakukan buang air besar (BAB) di kali. Namun, pada beberapa daerah
seperti Karang Pule dan Jempong, masih banyak masyarakat yang membuang air limbah
dan kotoran di selokan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat pada kawasan
kerja Puskesmas Karang Pule masih ada yang tidak mengerti akan peran mereka dalam
menjaga kesehatan lingkungan.

10
BAB III

ANALISIS PENGARUH KEBERSIHAN LINGKUNGAN dengan KESEHATAN


MASYARAKAT

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia
dimana dengan lingkungan yang bersih dan sehat diharapkan masyarakat dapat terhindar
dari berbagai sumber penyakit. Adapun upaya yang dilakukan di lingkungan Karang Pule
dalam meciptakan lingkungan yang bersih dan pengaruhnya terhadap kesehatan
masyarakat yaitu :

1. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat

Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi
yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan
keracunan akibat makanan yang disajikannya. Untuk itu TPM perlu dirawat dan
dibersihkan oleh masyarakat dan pengusaha sehingga tercipta keadaan hygiene
dan sanitasi yang bersih dan sehat.

Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas


Karang Pule diperoleh hasil bahwa TPM yang memenuhi syarat hygiene sanitasi
sebesar 76,77 % dan yang tidak memenuhi syarat 13,55 %.

11
Berikut adalah hal- hal yang perlu diperhatikan dalam menguji kelayakan
TPM:

(KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 715/MENKES/SK/V/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE
SANITASI JASABOGA)

12
(KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 715/MENKES/SK/V/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE
SANITASI JASABOGA)

13
(KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 715/MENKES/SK/V/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE
SANITASI JASABOGA)

14
2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Pengelolaan sampah bertujuan untuk mengubah sampah menjadi material


yang memiliki nilai ekonomis, tidak membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan
sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan
sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce
(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah),
sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R
selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam
kembali). Dari 1517 unit rumah yang dipantau, 1380 rumah dikategorikan
sebagai rumah sehat. Data ini menggambarkan bahwa pengelolaan sampah rumah
tangga sudah baik.

3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan


untuk merubah prilaku higiene melalui pemberdayaan masyarakat di lingkungan.
Adapun yang termasuk STBM yaitu :

 Tidak buang air besar (BAB) sembarangan,


 Mencuci tangan pakai sabun,
 Mengelola sampah dengan benar,
 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
 Mencuci tangan pakai sabun,

Lima prilaku diatas ketika dilakukan harapannya akan tercipta lingkungan


yang bersih dan sehat. Dari lima Kelurahan yang melaksanakan STBM di wilayah
kerja Puskesmas Karang Pule, didapatkan dengan rata-rata hasil yang cukup baik,
meskipun ada tiga pilar yang perlu ditingkatkan.

4. Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat


Tempat-tempat umum (TTU) memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat. TTU ini

15
meliputi sarana sekolah/pemdidikan, sarana kesahatan, dan hotel. Hasil inspeksi
sanitasi tahun 2018 di kelurahan diperoleh hasil bahwa TTU yang memenuhi
syarat kesehatan di Puskesmas Karang Pule sebanyak 51 (100%). Adapun syarat
TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan
dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat
sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah
kesehatan.
5. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah prilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Hasil pemantauan rumah tangga pada tahun 2018, dari 3300 rumah
tangga yang dipantau (26,71% dari jumlah rumah tangga yang ada) sebanyak 886
(27,12%) rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat. Angka ini terbilang
cukup kecil dan perlu ditingkatkan, sehingga masyarakat bisa terhindar dari
segala jenis penyakit. Adapun untuk tiap rumahnya, terdapat komponen-
komponen yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat seperti kondisi : langit-
langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi,
lubang asap dapur, pencahayaan, kandang, dan pemanfaatan perkarangan.
Dari kelima upaya yang dilakukan untuk mencipkan lingkungan yang
bersih dan sehat di lingkungan Karang Pule, masih didapatkan/ adanya penyakit
yang timbul di lingkungan masyarakat yang jumlahnya terbilang masih tergolong
tinggi seperti : DBD, diare, malaria dan TB. Sehingga untuk menekan dan
membatasi penyakit ini di lingkungan masyarakat, perlu ditingkatkan dan
dimaksimalkan program-program yang sudah ada dan kedepannya prevalensi
kejadian ini menurun dan bahkan tidak ada.

16
BAB IV
SIMPULAN

Puskesmas Karang Pule merupakan salah satu dari 11 puskesmas yang ada di
Kota Mataram, yang terletak di bagian selatan dan merupakan pintu gerbang Kota
Mataram.Dari data yang didapatkan, wilayah kerja dari Puskesmas Karang Pule terdiri
atas 5 kelurahan yakni, Jempong Baru, Karang Pule, Pagutan, Pagutan Timur, dan
Pagutan Barat. Untuk melihat gambaran kondisi lingkungan di wilayah kerja Puskesmas
Karang Pule ini dapat dibagi menjadi 5 aspek utama yakni, yang pertama sarana
kesehatan lingkungan yang terdiri dari aspek jamban, sarana air bersih, pembuangan
sampah, dan pembuangan limbah. Kedua, dari segi keadaan rumah yang meliputi jendela
ruang tidur, kelembaban, dan kepadatan penghuni. Aspek ketiga, keempat, dan kelima
adalah binatang (terutama keberadaan tikus dan jentik nyamuk), kebersihan pekarangan,
dan keadaan kandang.
Dari seluruh kegiatan dari program kerja Kesehatan Lingkungan, PKM Kr. Pule
didapatkan:
1. Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas
Karang Pule diperoleh hasil bahwa TPM yang memenuhi syarat hygiene
sanitasi sebesar 76,77 % dan yang tidak memenuhi syarat 13,55 %.
2. Dari 1517 unit rumah yang dipantau, 1380 rumah dikategorikan sebagai
rumah sehat.
3. Dari lima Kelurahan yang melaksanakan STBM di wilayah kerja Puskesmas
Karang Pule, didapatkan dengan rata-rata hasil yang cukup baik, walau di
kelurahan Karang Pule sendiri masih ada masyarakat yang membuang tinja di
sungai, untuk data seberapa banyak masyarakat yang melakukan hal tersebut,
data kuantitatif masih belum ada di PKM Karang Pule.
4. Hasil inspeksi sanitasi tahun 2018 di kelurahan diperoleh hasil bahwa TTU
yang memenuhi syarat kesehatan di Puskesmas Karang Pule sebanyak 51
(100%).

17
5. Hasil pemantauan rumah tangga pada tahun 2018, dari 3300 rumah tangga
yang dipantau (26,71% dari jumlah rumah tangga yang ada) sebanyak 886
(27,12%) rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat

18
DAFTAR PUSTAKA

Sikome J, Gosal R, Singkoh F. Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kesehatan


lingkungan di desa kisihang kecamatan tagulandang selatan kabupaten sitaro [Internet]. 2017.
Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/16334

Grace A. Salamate, A. J. M. Rattu, J. N. Pangemanan, Analisis Perencanaan Sumber Daya


Manusia Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara

Buku Profil Kesehatan PKM Karang Pule 2018

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


715/MENKES/SK/V/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI JASABOGA

Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005. Tentang
Kesehatan; Jakarta; Hal 1.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


829/MenKes/SK/VII/1989 Tentang Persyaratan Kesehtan Perumahan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Kesehatan Lingkungan 2016.

19
Lampiran

20

Anda mungkin juga menyukai