Anda di halaman 1dari 2

Kompetensi Guru dalam Pengajaran dan Pembelajaran Kimia Praktis

Dr Jimmi Copriady

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kontribusi kompetensi guru dalam mengajar
dan belajar kimia praktis dari aspek yang saling terkait dalam merancang, merencanakan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi pelatihan praktis atau percobaan dalam
meningkatkan kualitas dan standar pengajaran dan pembelajaran kimia praktis. Ini adalah
survei menggunakan kuesioner sebagai utama instrumen untuk menentukan empat aspek
dari kompetensi yang disebutkan sebelumnya. Sampel dipilih secara acak dari 234 guru
kimia di Riau, Indonesia. Data dianalisis menggunakan regresi berganda untuk menilai
kontribusi dari empat komponen kompetensi untuk menganalisis kualitas pengajaran dan
pembelajaran untuk kimia praktis. Temuan itu menunjukkan itu tingkat kompetensi dalam
semua aspek perancangan, perencanaan, penerapan dan evaluasi pelatihan praktik adalah
di tingkat sedang. Upaya yang solid dan strategis perlu diambil untuk meningkatkan
kompetensi dan perolehan guru lebih banyak bahan laboratorium canggih harus dilakukan.
Kreativitas dan inisiatif guru dalam membuat ilmu praktis menjadi lebih banyak berarti akan
dibahas dalam makalah ini.

Kata kunci: Kompetensi Guru, Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Praktis

1. Perkenalan

Kompetensi guru dalam mengajar dan belajar merupakan faktor penting dalam
menentukan keberhasilan sesi pengajaran. Kemampuan dan kebijaksanaan mereka dalam
menangani kegiatan pembelajaran akan berdampak langsung pada keterlibatan aktif siswa
dalam pembelajaran kegiatan. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi guru melibatkan
upaya membina sikap positif (Awang, Jindal-Snape & Barber, 2013) adalah agenda utama
untuk memperkuat profesi mengajar dan untuk memastikan hebat pengembangan kualitas
pendidikan di banyak negara di seluruh dunia. Dalam konteks Indonesia, pemerintah telah
menetapkan standar spesifik dalam menentukan pelaksanaan pendidikan yang berkualitas
sesuai dengan undang-undang pendidikan yang terkait dengan kurikulum pendidikan,
kompetensi guru, infrastruktur pendidikan, organisasi kegiatan pembelajaran dan penilaian
pendidikan. Semuanya saling terkait dalam menjamin standar kualitas. Untuk hal ini,
khususnya. Perhatian diberikan pada kualitas mata pelajaran sains untuk menciptakan
warga negara yang berpikiran ilmiah.

Subjek sains mencakup ilmu pengetahuan umum dan mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Biologi, Fisika dan Kimia murni. Ilmu subyek membutuhkan pelatihan praktis
serta studi teoritis. Oleh karena itu, agar kompeten, guru harus efisien dalam merancang,
merencanakan, dan mengimplementasikan pelajaran. Sebagian dari itu, guru perlu menilai
pelatihan praktis dan percobaan laboratorium. Negara ini membutuhkan lebih banyak orang
yang berpikiran ilmiah untuk mencapai misi nasional untuk Indonesia menjadi bangsa yang
maju. Oleh karena itu, siswa perlu dibina untuk mencintai sains dan secara positif berlatih
saintifik budaya. Menurut Kamisah, Zanaton dan Lilia (2007) sikap positif terhadap ilmu
pengetahuan dan kegiatan ilmiah akan ada melalui pemantauan konstan percobaan dan
penilaian berkelanjutan dari kegiatan praktis. Oleh karena itu, penelitian ini untuk
menentukan bagaimana guru menggunakan kompetensi mereka untuk melaksanakan
proses belajar mengajar, serta penilaian percobaan kimia di laboratorium.

Berbagai upaya dilakukan di tingkat sekolah untuk meningkatkan minat dan


kompetensi siswa dalam sains. Khusus Perhatian diberikan terutama pada efisiensi guru
dalam memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa sambil menjelajahi subjek sains.
Widyatiningtyas (2010) mengakui bahwa proses belajar sains perlu fokus pada penyediaan
nyata pengalaman bagi siswa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
lingkungan. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru terutama dalam bidang
kimia adalah para guru harus paham dengan baik dengan isi kurikulum Kimia, terampil
dalam menggunakan berbagai metode pengajaran dan alat peraga, efisien dalam
mengkoordinasikan semua peralatan yang diperlukan dan memastikan keamanan siswa
sambil melakukan eksperimen laboratorium.

Siswa tidak dapat melakukan eksperimen dan memprediksi hasilnya karena mereka
tidak terbiasa dengan kegiatan laboratorium. Selama kegiatan laboratorium, siswa harus
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, buat hipotesis, eksperimen dan
menyimpulkan hasil eksperimen melalui observasi, pemrosesan data dan membuat
kesimpulan (McDermott et al, 1997).

Anda mungkin juga menyukai