Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Menyutujui :
Mengetahui :
Kepala Bidang Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Oleh sebab itu setiap kritik dan saran akan menjadi hal yang penulis harapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
B. Teori Keperawatan....................................................................... 23
A. Pengkajian.................................................................................... 29
B. Analisa Data................................................................................. 40
C. Daftar Masalah............................................................................. 41
D. Pohon Masalah............................................................................. 41
E. Rumusan Diagnosa...................................................................... 42
F. Rencana Keperawatan.................................................................. 43
iv
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 65
A. Kesimpulan.................................................................................. 65
B. Saran............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gangguan jiwa adalah kondisi fisik yang tidak seimbang yang disebabkan
oleh faktor psikologis sehingga tidak memungkinkan perkembangan secara
optimal, kasus ini paling banyak dijumpai pada schizofrenia (W.F. Maramis,
2006). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah (Stuart, 2007).
Oleh sebab itu perawat memiliki peran dan fungsi, serta tanggung jawab
sebagai perawat psikiatrik dimasa sekarang ini dan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwa, memulihkan dan menghilangkan
penderita serta melaksanakan program rehabilitasi. Peran ini berdasarkan
pelayanan perawatan yang paripurna melalui proses keperawatan.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan pengalaman bekerja selama 1 tahun di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat tentang penerapan Asuhan Keperawatan klien
gangguan jiwa, penulis dapat memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan jiwa menggunakan pendekatan proses keperawatan
terkhusus asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi:
pendengaran.
2. Tujuan kusus
Setelah mendapatkan pengalaman bekerja di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat Penulis mampu :
1. Wawancara
Yaitu berbicara langsung dengan klien secara tatap muka sehingga
didapatkan data subjektif maupun objektif.
2. Studi dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan melihat dan mempelajari dokuman atau
catatan yang berhubungan dengan masalah klien untuk melengkapi data
yang dibutuhkan.
3. Preceptor dan Staf Karyawan
Masukan dan bimbingan dari staf yang telah lama mengikuti dan mengamati
Pasien dapat dijadikan perbandingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang
yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality)
(Maramis, 2008).
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai di
mana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin tidak ada kesatuan
pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang dinamakan
skizofrenia, (Yosep, 2010).
b. Etiologi
Menurut Kaplan & Sadock, (2003) ada beberapa teori yang menguraikan
factor-faktor yang menjadi penyebab skizofrenia, yaitu :
1) Diatesis-Stres Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan
lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang
sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia.
Dimana ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis.
2) Faktor Biologis
Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang
berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif
dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya
neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan
GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian
menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan
4
5
c. Manifestasi Klinik
1) Menurut Hawari (2009) perjalanan penyakit skizoprenia dapat dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase prodromal, pada fase ini biasanya timbul gejala-gejala non
spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu
tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut
meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-
perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah
keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak
seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya.
b) Fase aktif, pada fase Aktif gejala positif/ psikotik menjadi jelas
seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi
disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat
pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut
dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus
bertahan.
c) Fase residual, pada fase ini gejala-gejalanya sama dengan fase
prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di
samping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas,
pendenta skizoprenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan
dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
2) Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut
Bleuler dalam Maramis (2008) , yaitu :
a) Gejala primer.
b) Gangguan proses berpikir.
c) Gangguan emosi.
d) Gangguan kemauan
e) Autisme.
7
f) Gejala sekunder.
g) Waham
h) Halusinasi.
i) Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
d. Jenis-jenis skizofrenia
1) Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbul secara perlahan.
Pada permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan
keluarganya atau menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin
mundur dalam kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi
pengangguran (Maramis, 2008).
2) Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis
(2008) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah
gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku kekanak-
kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi banyak
sekali.
3) Skizofrenia katatonik
Menurut Maramis (2008) skizofrenia katatonik atau disebut juga
katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin
terjadi stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik
a) Stupor katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama
sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal.
8
e. Diagnosis skizofrenia
Menurut Maslim (2007) diagnosis skizofrenia ditegakkan berdasarkan
pedoman diagnostik PPDGJ III yaitu :
1) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) “thought echo” yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
b) “thought insertion or withdrawal” yaitu isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
c) “thought broadcasting” yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya.
d) “delusion of control” yaitu waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau.
e) “delusion of passivitiy” yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
f) “delusional perception” yaitu pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya
bersifatmistik atau mukjizat;
g) Halusinasi auditorik
h) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain).
10
h. Prognosa.
1) Kesembuhan total (total recovery), mungkin sembuh seterusnya dan
mungkin kambuh 1 – 2 kali.
2) Kesembuhan sosial (sosial recovery).
3) Keadaan kronis yang stabil.
4) Umur : makin muda umur permulaannya makin jelek prognosanya.
5) Kepribadian prepsikotik : bila skizoid dan hubungan antar manusia
kurang memuaskan maka prognosa lebih jelek.
6) Bila skizoprenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik
daripada bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan.
7) Prognosa pada jenis katatonik yang paling baik.
8) Pengobatan : makin cepat pengobatan makin baik prognosanya.
9) Bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit badaniah atau stres
psikologik maka prognosa lebih baik.
10) Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam
keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizoprenia.
c. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart, 2007 membagi halusinasi menjadi 6 jenis halusinasi,
yaitu:
1) Halusinasi Pendengaran / Audiotori
a) Karakteristik
Mendengar suara, paling sering suara orang. Suara dapat berkisar
dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai
pasien, untuk meyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih
tentang orang yang sedang berhalusinasi. Kadang-kadang
melakukan hal yang berbahaya.
b) Perilaku pasien yang teramati
(1) Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau
apa yang sedang berbicara.
(2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang
sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel.
15
2) Teori Psikoanalisa
Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi merupakan pertahanan ego
untuk melawan rangsangan dan luar yang ditekan tetapi mengancam
dalam alam dasar.
f. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang memperngaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
1) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan.
2) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
4) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
5) Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dakam skizofrenia belum diketahui, hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
g. Faktor Presipitasi
Respons klien terhadapo halusinasi dapat berusaha rasa curiga, takut,
tidak aman, gelisah dan bingung, berperilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat
20
3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
j. Prognosis
Klien dengan halusinasi bisa menjadi baik atau semakin buruk. Klien
dikatakan berat atau ringan yaitu halusinasi klien sedang bekerja atau
bicara untuk penetapan diagnosis kita harus mempertimbangkan semua
faktor ini:
1) Kepribadian prepsikotik, bila skizoid hubungan antara manusia kurang
memuaskan berarti prognosis jelek.
2) Bila skizofemia timbul secara akut, maka prognosis lebih dari pada
penyakit itu muncul secara pelan-pelan.
3) Jika prognosis katatonik adalah yang paling baik disemua jenis.
4) Umur semakin muda umur permulaannya maka semakin jelek
prognosisnya
5) Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus seperti penyakit
bawaan, prognosa lebih baik.
6) Faktor keturunan lebih di keluarga ada yang menderita skizotrenia 1-2
orang.
k. Penatalaksanaan
1) Farmakoterapi
Jenis obat psikofarma antara lain :
a) Chlopromazin
b) Halloperidol
c) Trihexylphenidil
d) Amitriptilin
e) Psikoterapi
f) Therapi Ocupasi
g) Terapi Kelompok.
23
B. Asuhan Keperawatan
1. Data Yang Perlu dikaji
a. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis sosial dan
kultural. Yang ditemukan pada klien perubahan sensori persepsi antara
lain :
1) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
2) Mengatakan, mendengar suara.
3) Merusak diri sendiri, orang lain/lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata. .
5) Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan.
8) Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9) Sulit membuat keputusan.
10) Ketakutan.
11) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi.
12) Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13) Menyalahkan diri sendiri/orang lain.
14) Muka merah, kadang pucat.
15) Ekspresi wajah tegang.
16) Tekanan darah meningkat.
17) Nafas terengah-engah
18) Nadi cepat
19) Keringat banyak
b. Perumusan masalah
Untuk merumuskan masalah, klien dapat mertgacu pada pohon masalah:
1) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2) Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
3) Kerusakan interaksi sosial.
4) Harga diri rendah.
24
5) Intoleransi aktivitas.
6) Sindrom defisit perawatan diri : mandi, kebersihan, berpakaian,
berhias.
2. Pohon Masalah
Perubahan sensori
Masalah Utama persepsi : halusinasi
3. Diagosa Keperawatan
a. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
4. Rencana Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
25
klien terhadap halusinasi dan dirasakan oleh klien
SP 1 : Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan level mengontrol Tindakan menghardik merupakan
Klien dapat menghardik menghardik halusinasi halusinasi salah satu upaya untuk
halusinasi Ajarkan cara menghardik mengontrol halusinasi
halusinasi
Demonstrasikan cara
menghardik halusinasi
Motivasi pasien melakukan
cara menghardik halusinasi
SP 1: Setelah ... x interaksi, Masukan cara menghardik Masukan kegiatan menghardik
Klien dapat memasukan klien dapat memasukan cara halusinasi dalam jadwal halusinasi ke dalam jadwal harian
cara menghardik menghardik halusinasi dalam kegiatan harian klien membantu mempercepat
halusinasi dalam jadwal jadwal kegiatan harian klien dapat mengontrol halusinasi
kegiatan harian
SP 1 Keluarga : Setelah x interaksi, keluarga Diskusikan bersama keluarga Membantu keluarga dalam
mampu mengungkapkan masalah tentang masalah-masalah yang mengungkapkan perasaanya
Mendiskusikan masalah
yang dirasakan dalam merawat dialami selama merawat pasien
yang dirasakan keluarga
pasien
dalam merawat pasien
SP 1 Keluarga :
Setelah x interaksi, keluarga Beri pemahaman kepada Memberikan pemahaman tentang
Menjelaskan pengertian
mampu mengerti dan memahami keluarga tentang pengertian , pengertian, tanda dan gejala,
halusinasi, tanda dan
tentang pengertian, tanda dan tanda dan gejala, serta proses proses terjadinya halusinasi
gejala, serta proses
gejala, serta proses terjadinya terjadinya halusinasi kepada keluarga
terjadinya halusinasi
halusinasi
SP 1 Keluarga :
Menjelaskan cara Setelah x interaksi, keluarga Diskusikan bersama keluarga Memberi pengetahuan kepada
merawat pasien dengan mengerti tentang cara merawat tentang cara merawat pasien keluarga tentang cara merawat
halusinasi pasien halusinasi halusinasi pasien
SP 2 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal kegiatan Evaluasi akan membantu untuk
26
Klien dapat Klien dapat mengevaluasi jadwal harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
kegiatan harian klien
Sp 2 : Setelah 3 x interaksi, Jelaskan level mengontrol Bercakap-cakap dengan orang lain
Klien dapat Klien dapat mengendalikan halusinasi merupakan salah satu tindakan
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap- Jelaskan cara bercakap-cakap yang dapat mengendalikan
halusinasi dengan cara cakap dengan orang lain dengan orang lain halusinasi
bercakap-cakap dengan Demonstrasikan cara bercakap-
orang lain cakap dengan orang lain
Minta pasien redemontrasi cara
bercakap-cakap dengan orang
lain
Sp 2 : Setelah 3 x interaksi, Masukan bercakap-cakap Membantu mempercepat klien
Klien dapat memasukan Klien dapa memasukan dalam dengan orang lain kedalam dapat mengontrol halusinasi
dalam jadwal kegiatan jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan harian klien
harian
SP 2 Keluaraga
x pertemuan keluarga Latih keluarga mempraktekkan Ketrampilan keluarga
Melatih keluarga Setelah
cara mampu mempraktekkan cara cara merawat pasien dengan mempercepat proses
mempraktekkan
merawat pasien dengan merawat pasien dengan halusinasi halusinasi penyembuhan pasien
halusinasi
SP 2 Keluarga Setelah x pertemuan keluarga Latih keluarga cara merawat Kemampuan keluarga merawat
Melatih keluarga cara mampu cara merawat langsung langsung pasien dengan pasien, mempercepat proses
merawat langsung pasien pasien dengan halusinasi halusinasi penyembuhan pasien
dengan halusinasi
SP 3 Keluarga
Kemampuan keluarga membuat
Membantu keluarga Setelah x pertemuan keluarga Ajarkan kepada keluarga cara
jadwal kegiatan pasien, membantu
membuat jadwal aktifitas mampu membuat jadwal aktifitas membuat jadwal aktifitas
pasien untuk selalu disiplin
dirumah termasuk dirumah termasuk minum obat dirumah termasuk minum obat
melakukan latihan sehingga
minum obat (discharge
27
plaining) (discharge plaining) (discharge plaining) mempercepat proses
penyembuhan
SP 3 Keluarga
pasien Dukungan
Menjelaskan follow up Setelah x pertemuan follow up Jelaskan follow keluaga dan
up
pasien setelah pulang pasien setelah pulang dapat setelah pulang lingkungan mempercepat proses
dilaksanakan penyembuhan pasien
28
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
A. Pengkajian
Tgl pengkajian : 2 Januari 2019 jam : 07.00WIB
Oleh : Moch. Nurhalim, S.Kep
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.K
Umur : 38 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bandung Barat
Ruang : Merak
Nomor CM : 073244
2. Alasan Masuk
Pasien mengatakan “dirumah saya bicara sendiri, senyum, tertawa sendiri,
dan dibawa kesini karena menggamuk sampai tangan saya di ikat”
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran dan Perilaku Kekerasan
3. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? “pasien mengatakan baru
pertama kali mengalami seperti ini sebelumnya kerja “
b. Pengobatan sebelumnya : “pasien mengatakan baru satu kali ke sakit
disini”
c. Trauma : Pasien mengatakan belum pernah mengalami trauma
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Anggota Keluarga yang gangguan jiwa? Pasien mengatakan tidak
memiliki keluarga dengan penyakit yang sama dengan pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? Pasien mengatakan
tidak memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa lalunya
29
30
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : TD : 120 / 70 mmHg
N : 88 x/mnt S : 36,70C P : 20 x/mnt
b. Ukuran
Berat Badan (BB) : 50 Kg Tinggi Badan (TB) : 158 cm
c. Keluhan Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan pada tubuhnya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. Psikososial
a. Genogram
Ket :
: laki -laki : perempuan
: L (meninggal) : P (meninggal)
: tinggal serumah : pasien
: menikah : garis keturunan
Jelaskan:
Pasien mengatakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Pasien sudah
menikah dan memiliki anak satu anak tinggal bersama istrinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
31
b. Konsep diri
1) Citra tubuh :
Pasien mengatakan “ saya menyukai seluruh anggota tubuh saya dan
tidak ada yang saya tidak suka.”
2) Identitas diri :
Pasien mengatakan “ saya puas menjadi seorang pria, dan saya senang
dengan nama saya, umur saya, saya juga senang dengan tempat
tinggal saya yang sekarang”
3) Peran :
“Saya sebagai ayah, jika saya pulang nanti saya ingin bekerja
membantu istri saya”
4) Ideal diri :
“Saya ingin cepat pulang karena nanti saya kangen dengan anak saya
dan ingin bekerja”
5) Harga diri :
“saya malu karena saya tidak bisa membantu istri saya untuk bekerja
mencari uang“
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti :
“Orang yang paling berarti bagi saya adalah anak dan istri saya”
2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : “saya pernah mengikuti
kegiatan kelompok /masyarakat”
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: ”selama di RS
pasien merasa malu untuk berkenalan dengan teman-teman lainnya”
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Muslim
2) Kegiatan ibadah : “ saya selama dirumah sholat 5 waktu, tetapi setelah
di RSJ saya juga rutin sholat dan berdoa”
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
32
6. Status Mental
a. Penampilan
Pakaian rapi, penggunaan pakaian sesuai, rajin untuk membersihkan diri,
mulut tidak berbau, rambut bersih.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Pembicaraan tidak lancar karena malu-malu saat menjawab, tidak ada
kontak mata saat dilakukan interaksi, suara lirih.
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
c. Aktivitas Motorik
Pasien aktif saat kegiatan, tidak lesu dan tidak bermalas-malasan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Afek dan Emosi
1) Afek
Afek pasien (Labil) kadang pasien merasa sedang senang, binggung
dan tiba-tiba sedih
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
2) Alam perasaan (emosi)
“Saya merasa minder”
Masalah Keperawatan : isolasi sosial
3) Interaksi Selama Wawancara :
Saat berbicara kontak mata kurang, sering menunduk dan terlihat
terlihat tegang serta menjawab dengar suara lirih
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
e. Persepsi Sensori
1) Apakah ada gangguan? Ada Tidak ada
2) Halusinasi : V Pendengaran Penglihatan
Pengecapan Penghidu Perabaan
3) Ilusi :
Ada Tidak ada
33
h. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Koafabulasi
Jelaskan : pasien ingat kapan pulang kerja, dan pasien masih ingat
kenapa dibawa kesini, serta pasien dapat menyebutkan aktivitas yang
dilakukan sejak pasien bangun tidur.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
i. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Lain-lain,jelaskan
Jelaskan: Pasien mampu berhitung mundur dari 20 sampai 1.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
j. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan: saat ditanya kalau sholat itu wudhu dulu atau sholat dulu baru
wudhu pasien menjawab wudhu dulu baru sholat, kalau bangun pagi itu
mandi dulu atau sarapan dulu pasien menjawab mandi dulu.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
k. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: saat ditanya kenapa dibawa kesini pasien menjawab karena saya
bicara sendiri, senyum-senyum dan tertawa.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
35
- Nafsu makan
Meningkat √ Menurun Berlebihan sedikit-
sedikit
- Berat badan
Meningkat Menurun
BB saat ini :50 Kg BB terendah :48 Kg
BB tertinggi 55 Kg
Jelaskan : selama di RSJ berat badan masih tetap.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3) Tidur
- Apakah ada masalah tidur?
√ Tidak ada
Ada
- Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
√ Segar
Tidak segar
- Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah tidur?
√ Tidak ada
Ada
- Tidur malam jam : 21.00 Bangun jam : 05.00 Rata-rata tidur
malam : 8 jam
- Apakah ada gangguan tidur?
Sulit untuk tidur Bangun terlalu pagi
Samnambulisme Terbangun saat tidur
Gelisah saat tidur Berbicara saat tidur
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
c. Kemampuan Pasien dalam Hal-Hal Berikut
1) Mengantisipasi kehidupan sehari-hari :
√ Ya Tidak
2) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri :
√ Ya Tidak
37
3) Terapis : √ Ya Tidak
4) Kelompok sosial : Ya √ Tidak
Jelaskan : pasien hanya dapat dukung dari keluarga, dan terapis, karena
malu bergaul pasien tidak memiliki teman sejawat dan kelompok social.
Masalah Keperawatan : Perilaku mencari bantuan kesehatan
e. Apakah Pasien Menikmati Saat Bekerja, Kegiatan Produktif atau Hobi?
√ Ya/menikmati
Tidak menikmati
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Pasien kurang mampu berbicara dengan orang lain. Belum mampu
menyelesaikan masalah sendiri, mampu melakukan aktivitas di rumah
dan saat di RSJ.
b. Maladaptif
Tidak ada reaksi maladaptif yang berlebihan, tidak mengkonsumsi
alhokohol, reaksi baik namun masih labil.
Masalah Keperawatan : Koping individu in efektif
9. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya pasien dibantu oleh
keluarga dan terapis untuk proses penyembuhannya
38
B. Analisa Data
No. DATA MASALAH
1. DS : Pasien mengatakan “ dirumah saya bicara Halusinasi :
sendiri, senyum, tertawa sendiri. Pasien Pendengaran
mengatakan mendengarkan dikelilingi oleh 3 orang
yang akan memberi kalung pada saya, akan
menjahati saya.
DO : pasien tampak binggung, tatapan kosong,
tidak fokus, saat bicara pasien kadang tersenyum
sendiri dan mondar-mandir
2. DS : “Saya merasa minder” Isolasi Sosial
DO : pasien kurang aktif dalam kegiatan kelompok
dan kurang berinteraksi dengan orang lain,
3. DS : Pasien mengatakan dibawa kesini karena Perilaku kekerasan
menggamuk sampai tangan saya di ikat”
DO : Ekspresi wajah tegang, pasien tampak
binggung, tatapan kosong dan tidak fokus
4 DS : pasien mengatakan “saya malu tidak bisa Harga diri rendah
membantu istri saya mencari uang, saya malah ada
disini”
DO : Saat berbicara kontak mata kurang, sering
menunduk dan menjawab dengar suara lirih
5 DS : pasien mengatakan “saya malu untuk Kerusakan Interaksi
berbincang-bincang dan takut jika nanti tiba-tiba Sosial
ada suara itu”
DO : pasien lebih sering tidur dan menyendiri,
kurang aktif dalam kelompok.
6 DS : pasien mengatakan “saya ingin lekas sembuh Perilku mencari
dan pulang” bantuan kesehatan
DO : pasien dibantu oleh terapis, keluarga belum
41
menjengguk pasien
7 DS : pasien mengatakan “saya malu dan takut Koping individu in
dengan teman-teman yang ada disini” efektif
DO : pasien tampak gelisah, menyendiri dan
mondar-mandir
D. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
HDR
E. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi pendengaran
2. Perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial
43
SP 1 : Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan level Tindakan menghardik merupakan salah satu
Klien dapat menghardik menghardik halusinasi mengontrol halusinasi upaya untuk mengontrol halusinasi
halusinasi Ajarkan cara
menghardik halusinasi
Demonstrasikan cara
menghardik halusinasi
Tanyakan pasien
melakukan cara
menghardik halusinasi
SP 1: Setelah 3 x interaksi, Masukan cara Masukan kegiatan menghardik halusinasi
Klien dapat memasukan klien dapat memasukan cara menghardik halusinasi ke dalam jadwal harian klien membantu
cara menghardik menghardik halusinasi dalam jadwal dalam jadwal kegiatan mempercepat klien dapat mengontrol
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian harian halusinasi
kegiatan harian
SP 2 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal Evaluasi akan membantu untuk
Klien dapat klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
kegiatan harian klien
44
halusinasi dengan yang sesuai dengan kegiatan yang kegiatan di RSJ yang yang dapat mengendalikan halusinasi.
melakukan kegiatan di biasa dilakukan klien di rumah sesuai dengan kegiatan
RSJ yang sesuai dengan yang biasa dilakukan
kegiatan yang biasa klien di rumah
dilakukan klien di Demonstrasikan cara
rumah melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan klien di
rumah
Motivasi pasien
melakukan cara
melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan klien di
rumah
SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Masukan kegiatan yang Memasukan kegiatan klien di RSJ ke dalam
Klien memasukan klien memasukan kegiatan di atas ke dilakukan klien di RSJ jadwal harian klien membantu
kegiatan di atas ke dalam jadwal kegiatan harian ke dalam jadwal mempercepat klien dapat mengontrol
dalam jadwal kegiatan kegiatan harian halusinasi
harian
SP 4 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal Evaluasi akan membantu untuk
Klien dapat klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan hariannya
kegiatan hariannya
SP 4: Setelah 3 x interaksi, Dorong klien untuk Menggunakan obat secara teratur
Klien dapat klien dapat menggunakan obat secara menggunakan obat merupakan salah satu tindakan yang dapat
menggunakan obat teratur secara teratur mengendalikan halusinasi
secara teratur
SP 4 : Setelah 3 x interaksi, Masukan kegiatan Masukan kegiatan menggunakan obat
45
Klien dapat memasukan klien dapat memasukan kegiatan menggunakan obat secara teratur ke dalam jadwal harian klien
kegiatan menggunakan menggunakan obat secara teratur ke secara teratur ke dalam membantu mempercepat klien dapat
obat secara teratur ke dalam jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan harian mengontrol halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian
SP 1 Keluarga : Setelah 1 x interaksi, keluarga Diskusikan bersama Membantu keluarga dalam mengungkapkan
Mendiskusikan mampu mengungkapkan masalah keluarga tentang perasaanya
masalah yang dirasakan yang dirasakan dalam merawat masalah-masalah yang
keluarga dalam pasien dialami selama merawat
merawat pasien pasien
Setelah 1 x interaksi, keluarga
SP 1 Keluarga : mampu mengerti dan memahami Beri pemahaman kepada Memberikan pemahaman tentang
Menjelaskan pengertian tentang pengertian, tanda dan gejala, keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, proses
halusinasi, tanda dan serta proses terjadinya halusinasi pengertian , tanda dan terjadinya halusinasi kepada keluarga
gejala, serta proses gejala, serta proses
terjadinya halusinasi Setelah 1 x interaksi, keluarga terjadinya halusinasi
mengerti tentang cara merawat
pasien halusinasi Memberi pengetahuan kepada keluarga
Diskusikan bersama tentang cara merawat pasien
SP 1 Keluarga : keluarga tentang cara
Menjelaskan cara merawat pasien
merawat pasien dengan halusinasi
halusinasi
SP 2 Keluaraga Setelah 1 x pertemuan keluarga Latih keluarga Ketrampilan keluarga mempercepat proses
Melatih keluarga mampu mempraktekkan cara mempraktekkan cara penyembuhan pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi merawat pasien dengan
merawat pasien dengan halusinasi
halusinasi Setelah 1 x pertemuan keluarga
mampu cara merawat langsung Kemampuan keluarga merawat pasien,
SP 2 Keluarga pasien dengan halusinasi Latih keluarga cara mempercepat proses penyembuhan pasien
46
Melatih keluarga cara merawat langsung
merawat langsung pasien dengan halusinasi
pasien dengan halusinasi
SP 3 Keluarga
Membantu keluarga Setelah 1 x pertemuan keluarga Ajarkan kepada Kemampuan keluarga membuat jadwal
membuat jadwal mampu membuat jadwal aktifitas keluarga cara membuat kegiatan pasien, membantu pasien untuk
aktifitas dirumah dirumah termasuk minum obat jadwal aktifitas dirumah selalu disiplin melakukan latihan sehingga
termasuk minum obat (discharge plaining) termasuk minum obat mempercepat proses penyembuhan
(discharge plaining) (discharge plaining) Dukungan keluaga dan lingkungan
Setelah 1 x pertemuan follow up mempercepat proses penyembuhan pasien
SP 3 Keluarga pasien setelah pulang dapat Jelaskan follow up
Menjelaskan follow up dilaksanakan pasien setelah pulang
pasien setelah pulang
Isolasi sosial SP 1 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien mampu Diskusika dan Tanyakan Dengan mengetahui penyebab klien
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri kepada klien untuk menarik diri dapat ditemukan mekanisme
menyebutkan penyebab menyebutkan penyebab koping klien dalam berinteraksi sosail, serta
isolasi sosial menarik diri strategi apa yang diterapkan pada klien
SP 1 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui keuntungan
Berdiskusi dengan klien menyebutkan keuntungan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, maka klien
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain berinteraksi dengan akan termotivasi untuk berinteraksi dengan
berinteraksi dengan orang lain orang lain
orang lain
SP 1 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui kerugian berinteraksi
Berdiskusi dengan klien menyebutkan kerugian berinteraksi tentang kerugian dengan orang lain, maka klien akan
tentang kerugian dengan orang lain berinteraksi dengan termotivasi untuk berinteraksi dengan orang
berinteraksi dengan orang lain lain
orang lain
SP 1 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan level Melibatkan klien dalam interaksi sosial
klien diajarkan oleh mengetahui cara berkenalan dengan bersosialisasi akan mendorong klien melihat dan
perawat tentang cara satu orang Ajarkan cara merasakan secara langsung keuntungan dari
berkenalan dengan satu bersosialisai atau berinteraksi sosial serta meningkatkan
47
orang berkenaan konsep diri klien
Demonstrasikan cara
berkenalan
Motivasi pasien untuk
berkenalan dengan satu
orang
SP 1 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Masukan kegiatan Memasukan kegiatan berbincang-bincang
Klien dapat memasukan memasukan kegiatan berbincang- berbincang-bincang dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian
kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain ke jadwal dengan orang lain ke akan mencapai interaksi soasial klien secara
bincang dengan orang kegiatan harian jadwal kegiatan harian bertahap
lain ke jadwal kegiatan
harian
SP 2 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Evaluasi kegiatan harian Evaluasi sangat penting untuk membuat
Jadwal kegiatan harian mengevaluasi mengenai kegiatan klien mengenai kegiatan rencana selanjutnya, apakah klien dapat
klien dapat terevaluasi berbincang-bincang dengan orang berbincang-bincang melakukan interaksi sosial dengan dua
mengenai kegiatan lain dengan orang lain orang atau lebih
berbincang-bincang
dengan orang lain
SP 2 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan level Melibatkan klien dalam interaksi sosial
Klien dapat mempraktekan cara berkenalan bersosialisasi akan mendorong klien melihat dan
mempraktekan cara dengan dua orang atau lebih Ajarkan cara merasakan secara langsung keuntungan dari
berkenalan dengan dua bersosialisai atau berinteraksi sosial serta meningkatkan
orang atau lebih berkenaan konsep diri klien
Demonstrasikan cara
berkenalan dengan dua
orang
Motivasi pasien untuk
berkenalan dengan dua
orang
SP 2 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien dapat Masukan kegiatan Memasukan kegiatan berbincang-bincang
Klien dapat memasukan memasukan kegiatan berbincang- berbincang-bincang dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian
48
kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain ke jadwal dengan orang lain ke akan mencapai interaksi soasial klien secara
bincang dengan orang kegiatan harian jadwal kegiatan harian bertahap
lain ke jadwal kegiatan
harian
SP 3 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Evaluasi jadwal Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian kegiatan harian klien rencana selanjutnya, apakah klien dapat
mengevaluasi jadwal klien melakukan interaksi sosial dengan dua
kegiatan harian klien orang atau lebih
SP 3 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan level Melibatkan klien dalam interaksi sosial
Klien dapat berinteraksi berinteraksi dalam kelompok bersosialisasi akan mendorong klien melihat dan
dalam kelompok Ajarkan cara merasakan secara langsung keuntungan dari
bersosialisai atau berinteraksi sosial serta meningkatkan
berkenaan konsep diri klien
Demonstrasikan cara
berinteraksi dalam
kelompok
Motivasi pasien untuk
berinteraksi dalam
kelompok
SP 3 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Masukan kegiatan memasukan kegiatan berbincang-bincang
Klien dapat memasukan memasukan kegiatan berbincang- berbincang-bincang dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian
kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain ke jadwal dengan orang lain ke akan mencapai interaksi soasial klien secara
bincang dengan orang kegiatan harian jadwal kegiatan harian bertahap
lain ke jadwal kegiatan
harian
SP 1 Keluarga : Setelah 1 x interaksi, keluarga Diskusikan bersama Membantu keluarga dalam mengungkapkan
Mendiskusikan mampu mengungkapkan masalah keluarga tentang perasaanya
masalah yang dirasakan yang dirasakan dalam merawat masalah-masalah yang
keluarga dalam pasien dialami selama merawat
merawat pasien pasien
49
Setelah 1 x interaksi, keluarga
mampu mengerti dan memahami Memberikan pemahaman tentang
SP 1 Keluarga : tentang pengertian, tanda dan gejala, Beri pemahaman kepada pengertian, tanda dan gejala, proses
Menjelaskan pengertian serta proses terjadinya isolasi social. keluarga tentang terjadinya isolasi sosial kepada keluarga
isolasi sosial, tanda dan pengertian , tanda dan
gejala, serta proses Setelah 1 x interaksi, keluarga gejala, serta proses
terjadinya isolasi sosial mengerti tentang cara merawat terjadinya isolasi sosial
pasien isolasi sosial Memberi pengetahuan kepada keluarga
tentang cara merawat pasien
SP 1 Keluarga : Diskusikan bersama
Menjelaskan cara keluarga tentang cara
merawat pasien dengan merawat pasien isolasi
isolasi social social
SP 2 Keluaraga Setelah 1 x pertemuan keluarga Latih keluarga Ketrampilan keluarga mempercepat proses
Melatih keluarga mampu mempraktekkan cara mempraktekkan cara penyembuhan pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social merawat pasien dengan
merawat pasien dengan isolasi social
isolasi social Setelah 1 x pertemuan keluarga
mampu cara merawat langsung Kemampuan keluarga merawat pasien,
SP 2 Keluarga pasien dengan isolasi social Latih keluarga cara mempercepat proses penyembuhan pasien
Melatih keluarga cara merawat langsung
merawat langsung pasien dengan isolasi
pasien dengan isolasi sosial
social
SP 3 Keluarga Setelah 1 x pertemuan keluarga Ajarkan kepada Kemampuan keluarga membuat jadwal
Membantu keluarga mampu membuat jadwal aktifitas keluarga cara membuat kegiatan pasien, membantu pasien untuk
membuat jadwal dirumah termasuk minum obat jadwal aktifitas dirumah selalu disiplin melakukan latihan sehingga
aktifitas dirumah (discharge plaining) termasuk minum obat mempercepat proses penyembuhan
termasuk minum obat (discharge plaining)
(discharge plaining) Dukungan keluaga dan lingkungan
Setelah 1 x pertemuan follow up mempercepat proses penyembuhan pasien
50
SP 3 Keluarga pasien setelah pulang dapat Jelaskan follow up
Menjelaskan follow up dilaksanakan pasien setelah pulang
pasien setelah pulang
Harga diri SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien mampu 1. Diskusikan bahwa Aspek positif penting untuk meningkatkan
Rendah Klien dapat mengidentifikasi : klien masih memiliki percaya diri serta harga diri.
mengidentifikasi Kemampuan yang dimiliki klien; sejumlah
kemampuan dan aspek Aspek positif yang dimiliki klien. kemampuan dan
positif yang dimilikinya aspek positif seperti
kegiatan klien
dirumah, adanya
keluarga dan
lingkungan terdekat
klien.
2. Beri pujian yang
realistis/nyata dan
hindarkan setiap kali
bertemu dengan
klien yang memiliki
penilaian yang
negatif.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien mampu 1. Diskusikan dengan Mencari cara yang konstruktif dan
Klien dapat menilai menilai kemampuan yang masih klien kemampuan menunjukkan potensi yang dimiliki klien
kemampuan yang maih dapat dilakukan. yang masih dapat untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik
dapat dilakukan digunakan saat ini dan berharga.
setelah mengalami
masalah.
2. Bantu klien
menyebutkan dan
memberi penguatan
terhadap
kemampuan diri
51
yang diungkapkan
klien
3. Perlihatkan respons
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien mampu 1. Diskusikan dengan Menghindari adanya kehilangan/perubahan
Klien dapat menentukan menentukan kegiatan yang akan klien beberapa peran akibat perasaan HDR yang dialami
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan aktivitas yang dapat klien serta mencari alternatif koping untuk
dilatih sesuai dengan klien dilakukan dan dipilih meningkatkan harga diri.
kemampuan klien sebagai kegiatan
yang akan dilakukan
klien lakukan sehari- Meningkatkan pengetahuan klien akan
hari. mekanisme koping yang konstruktif dalam
2. Bantu klien menghargai diri sendiri.
menetapkan aktivitas
mana yang dapat
klien lakukan secara
mandiri , mana
aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari
keluarga dan
aktivitas apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari keluarga
atau lingkungan
terdekat klien.
3. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas
yang dapat
52
dilakukan klien.
4. Susun bersama klien
dan buat daftar
aktivitas atau
kegiatan sehari-hari
klien.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien dapat 1. Diskusikan dengan Menghargai kemampuan klien serta
Klien dapat melatih melatih diri sesuai dengan klien untuk menunjukkan kemampuan yang klien
kemampuan yang dipilih kemampuan yang dipilih menetapkan urutan miliki.
kegiatan (yang
sudah dipilih klien)
yang akan
dilatihkan.
2. Bersama klien dan
keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan dilakukan
klien.
3. Berikan dukungan
dan pujian yang
nyata setiap
kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien Berikan pujian yang Pujian yang wajar akan meningkatkan
Klien mendapatkan mendapatkan pujian yang wajar dari wajar dari perawat untuk harga diri klien.
pujian yang wajar dari perawat untuk kegiatan yang dapat kegiatan yang dapat
perawat untuk kegiatan dilakukannya dilakukannya.
yang dapat
dilakukannya
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Masukkan kegiatan Memasukkan kegiatan ke dalam jadwal
53
Klien memasukkan memasukkan kegiatan yang akan yang dilatih ke dalam harian merupakan proses untuk
kegiatan yang akan dilatih ke dalam jadwal kegiatan jadwal kegiatan harian membiasakan klien melakukan aktivitas
dilatih ke dalam jadwal harian rutin yang dapat meningkatkan harga diri
kegiatan harian klien.
SP 2: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Evaluasi jadwal harian Evaluasi jadwal harian klien oleh perawat
Jadwal kegiatan harian mengevaluasi kegiatan hariannya klien oleh perawat. akan membantu perawat untuk melihat
klien terevaluasi oleh perkembangan harga diri klien.
perawat
SP 2: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Latih kemampuan kedua Menghargai kemampuan klien serta
Klien dapat melatih melatih kemampuan kedua yang klien yang dapat menunjukkan kemampuan yang klien miliki
kemampuan kedua yang dapat dilakukan dilakukan. selain kemampuan sebelumnya.
dapat dilakukan
SP 2: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Anjurkan klien untuk Memasukkan kegiatan ke dalam jadwal
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan memasukkan harian merupakan proses untuk
memasukkan dalam harian kemampuan kedua ke membiasakan klien melakukan aktivitas
jadwal kegiatan harian dalam jadwal kegiatan rutin yang dapat meningkatkan harga diri.
harian.
SP 1 Keluarga : Setelah 1 x interaksi, keluarga Diskusikan bersama Membantu keluarga dalam mengungkapkan
Mendiskusikan mampu mengungkapkan masalah keluarga tentang perasaanya
masalah yang dirasakan yang dirasakan dalam merawat masalah-masalah yang
keluarga dalam pasien dialami selama merawat
merawat pasien pasien
Setelah 1 x interaksi, keluarga
mampu mengerti dan memahami Memberikan pemahaman tentang
SP 1 Keluarga : tentang pengertian, tanda dan gejala, Beri pemahaman kepada pengertian, tanda dan gejala, proses
Menjelaskan pengertian serta proses terjadinya harga diri keluarga tentang terjadinya harga diri rendah kepada
harga diri rendah, tanda rendah pengertian , tanda dan keluarga
dan gejala, serta proses gejala, serta proses
terjadinya harga diri Setelah 1 x interaksi, keluarga terjadinya harga diri
rendah mengerti tentang cara merawat rendah
pasien harga diri rendah Memberi pengetahuan kepada keluarga
54
SP 1 Keluarga : Diskusikan bersama tentang cara merawat pasien
Menjelaskan cara keluarga tentang cara
merawat pasien dengan merawat pasien harga
harga diri rendah diri rendah
SP 2 Keluaraga Setelah 1 x pertemuan keluarga Latih keluarga Ketrampilan keluarga mempercepat proses
Melatih keluarga mampu mempraktekkan cara mempraktekkan cara penyembuhan pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri merawat pasien dengan
merawat pasien dengan rendah harga diri rendah
harga diri rendah
Setelah 1 x pertemuan keluarga Kemampuan keluarga merawat pasien,
SP 2 Keluarga mampu cara merawat langsung Latih keluarga cara mempercepat proses penyembuhan pasien
Melatih keluarga cara pasien dengan harga diri rendah merawat langsung
merawat langsung pasien dengan harga diri
pasien dengan harga diri rendah
rendah
SP 3 Keluarga
Membantu keluarga Setelah 1 x pertemuan keluarga Ajarkan kepada Kemampuan keluarga membuat jadwal
membuat jadwal mampu membuat jadwal aktifitas keluarga cara membuat kegiatan pasien, membantu pasien untuk
aktifitas dirumah dirumah termasuk minum obat jadwal aktifitas dirumah selalu disiplin melakukan latihan sehingga
termasuk minum obat (discharge plaining) termasuk minum obat mempercepat proses penyembuhan
(discharge plaining) (discharge plaining)
Dukungan keluaga dan lingkungan
Setelah 1 x pertemuan follow up mempercepat proses penyembuhan pasien
SP 3 Keluarga pasien setelah pulang dapat Jelaskan follow up
Menjelaskan follow up dilaksanakan pasien setelah pulang
pasien setelah pulang
55
Perilaku SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien menemukan Menentukanan mekanisme koping yang
Kekerasan Klien dapat mengidenttifikasi penyebab perilaku penyebab perilaku dimililiki klien dalam mengahadapi
mengidentifikasi kekerasan kekerasan klien masalah serta sebagai langkah awal dalam
penyebab perilaku menyyusun strategi berikutnya
kekerasan
SP 1 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Jelaskan tanda dan Deteksi dini dapat mencegah tindakan yang
Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala gejala perilaku dapat membahayakan klien dan lingkungan
mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan kekerasan klien sekitar
dan gejala perilaku
kekerasan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Tanyakan perilaku Melihat mekanisme koping klien dalam
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan kekerasan yang menyelesaikan masalah yang dihadapinya
mengidentifikasi yang dilakukan dilakukan klien
perilaku kekerasan yang
dilakukan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Jelaskan akibat perilaku Membantu klien melihat dampak yang
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang telah ditimbulkan akibat perilaku kekerasan yang
mengidentifikasi akibat kekerasan klien lakukan dilakukan klien
perilaku kekerasan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Menurunkan perilaku destruktif yang akan
Klien dapat menyebutkan cara mengontrol menyebutkan cara mencederai klien dan lingkungan sekitar
menyebutkan cara perilaku kekerasan mengontrol perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Ajarkan klien untuk Tarik nafas dalam dapat mengurangi
Klien dapat mempraktikan cara mengontrol mempraktikan cara keinginan klien untuk melakukan perilaku
mempraktikan cara perilaku kekerasan dengan cara fisik mengontrol perilaku kekerasan
mengontrol perilaku 1( tarik nafas dalam) kekerasan dengan cara
kekerasan dengan cara fisik 1( tarik nafas
fisik 1( tarik nafas dalam)
dalam)
56
SP 1: Setelah 2x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan cara fisik 1( tarik memasukan latihan cara perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan cara fisik 1( tarik nafas dalam) kedalam jadwal fisik 1( tarik nafas kegiatan harian merupakan upaya untuk
nafas dalam) kedalam kegiatan harian dalam) kedalam jadwal membiasakan diri melatih dan
jadwal kegiatan harian kegiatan harian mengaplikasikan cara fisik 1 saat klien
marah
SP 2: Setelah 3x interaksi, klien dapat Evaluasi jadwal Evaluasi sangat penting untuk membuat
Mengevaluasi jadwal memasukan latihan cara fisik 1( tarik kegiatan harian klien rencana selanjutnya
kegiatan harian klien nafas dalam) kedalam jadwal
kegiatan
SP 2 Setelah 3x interaksi, klien dapat Latih klien untuk Memukul bantal atau guling yang empuk
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan mengontrol perilaku dapat mengurangi keinginan klien untuk
perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 (memukul bantal kekerasan dengan cara melakukan perilaku kekerasan
dengan cara fisik 2 atau benda lain yang empuk) fisik 2 (memukul bantal
(memukul bantal atau atau benda lain yang
benda lain yang empuk) empuk)
SP 2: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan perilaku memasukan latihan perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 perilaku kekerasan kegiatan harian merupakan upaya untuk
kekerasan dengan cara kedalam jadwal kegiatan harian dengan cara fisik 2 membiasakan diri melatih dan
fisik 2 kedalam jadwal kedalam jadwal kegiatan mengaplikasikan cara fisik 2 saat klien
kegiatan harian harian marah
SP 3: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi cara mengontrol mengevaluasi cara rencana selanjutnya
mengevaluasi cara perilaku kekerasan cara fisik 2 mengontrol perilaku
mengontrol perilaku kedalam jadwal kegiatan hariannya kekerasan cara fisik 2
kekerasan cara fisik 2 kedalam jadwal kegiatan
kedalam jadwal kegiatan hariannya
hariannya
SP 3 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Demonstrasikan kepada Cara verbal (mengungkapkan/menolak
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekkerasan klien untuk mengontrol dengancara yang baik) dapat mengurangi
57
perilaku kekkerasan dengan cara verbal perilaku kekerasan keinginan klien untuk melakukan perilaku
dengan cara verbal dengan cara verbal kekerasan
SP 3: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien memasukan Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan perilaku latihan perilaku perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan perilaku kekerasan dengan cara verbal kekerasan dengan cara kegiatan harian merupakan upaya untuk
kekerasan dengan cara kedalam jadwal kegiatan harian verbal kedalam jadwal membiasakan diri melatih dan
verbal kedalam jadwal kegiatan harian mengaplikasikan cara verbal saat klien
kegiatan harian marah
SP 4: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi latihan perilaku mengevaluasi latihan rencana selanjutnya
mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara verbal perilaku kekerasan
perilaku kekerasan kedalam jadwal kegiatan hariannya dengan cara verbal
dengan cara verbal kedalam jadwal kegiatan
kedalam jadwal kegiatan hariannya
hariannya
SP 4: Setelah 3x interaksi, klien dapat Demonstrasikan kepada Cara spiritual (berwudhu atau shalat) dapat
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan klien untuk mengontrol mengurangi keinginan klien untuk
perilaku kekerasan dengan cara spiritual perilaku kekerasan melakukan perilaku kekerasan
dengan cara spiritual dengan cara spiritual
(berdoa)
SP 4 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat mengevaluasi latihan perilaku mengevaluasi latihan perilakuk kekerasan kedalam jadwal
mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara spiritual perilaku kekerasan kegiatan harian merupakan upaya untuk
perilaku kekerasan kedalam jadwal kegiatan hariannya dengan cara spiritual membiasakan diri melatih dan
dengan cara spiritual kedalam jadwal kegiatan mengaplikasikan cara spiritual saat klien
kedalam jadwal kegiatan hariannya marah
hariannya
SP 5 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Latih klien untuk Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi latihan perilaku mengevaluasi latihan rencana selanjutnya
mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara spiritual perilaku kekerasan
perilaku kekerasan kedalam jadwal kegiatan harian klien dengan cara spiritual
58
dengan cara spiritual kedalam jadwal kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian klien
harian
SP 5 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Latih klien untuk Meminum obat dapat mengurangi
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan mengontrol perilaku keinginan klien untuk melakukan perilaku
perilaku kekerasan dengan minum obat kekerasan dengan kekerasan
dengan minum obat minum obat
SP 5: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan perilaku memasukan latihan perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan perilaku kekerasan dengan cara meminum perilaku kekerasan kegiatan harian merupakan upaya untuk
kekerasan dengan cara obat kedalam jadwal kegiatan dengan cara meminum membiasakan diri melatih dan
meminum obat kedalam hariannya obat kedalam jadwal mengaplikasikan cara minum obat saat
jadwal kegiatan kegiatan hariannya klien marah
hariannya
59
G. Implementasi dan Evaluasi
60
2. 02-01-19 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S : pasien mengatakan tidak
Setelah 1 x interaksi, a. Mendiskusika dan Tanyakan kepada berinteraksi karena malu dan takut.
klien dapat klien untuk menyebutkan penyebab Pasien tahu bahwa jika mau
mengidentifikasi menarik diri berinteraksi maka pasien punya
penyebab isolasi b. Mendiskusikan dengan klien tentang
teman, jika tidak maka tidak ada
sosial, keuntungan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain teman, pasien masih takut untuk
berintraksi, kerugian
c. Mendiskusikan dengan klien tentang berkenalan.
tidak berinteraksi,
kerugian berinteraksi dengan orang O : pasien tampak malu dan
melatih berkenalan dan
lain belumberani berkenalan pasien
memasukkan dalam
d. Mendiskusikan level bersosialisasi langsung ke kasurnya kembali untuk
jadwal dan mengajarkan cara bersosialisai tidur.
atau berkenaan serta
A : pasien belum mampu untuk
mendemonstrasikan cara berkenalan
dan memotivasi pasien untuk berkenalan dengan satu orang
berkenalan dengan satu orang P:
e. Memasukan kegiatan berbincang- Perawat : Latih lagi untuk berkenalan
bincang dengan orang lain ke jadwal pada satu orang supaya pasien
kegiatan harian klien memiliki teman.
Pasien : Anjurkan pasien untuk tetap
berkenalan pada teman sesuai jadwal
yang telah dibuat.
61
Catatan Perkembangan Hari ke 2
62
penyebab isolasi b. Mendiskusikan dengan klien tentang A : pasien mampu untuk berkenalan
sosial, keuntungan keuntungan berinteraksi dengan dengan satu orang
berintraksi, kerugian orang lain P:
tidak berinteraksi, c. Mendiskusikan dengan klien tentang
Perawat : Latih lagi untuk berkenalan
melatih berkenalan dan kerugian berinteraksi dengan orang
pada dua orang supaya pasien
lain
memasukkan dalam memiliki teman.
d. Mendiskusikan level bersosialisasi
jadwal Pasien : Anjurkan pasien untuk tetap
dan mengajarkan cara bersosialisai
atau berkenaan serta berkenalan pada teman sesuai jadwal
mendemonstrasikan cara berkenalan yang telah dibuat.
dan memotivasi pasien untuk
berkenalan dengan satu orang
e. Memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain ke jadwal
kegiatan harian klien
63
dengan kegiatan dan menimbulkan halusinasi pada klien jadwal
memasukkan dalam f. Mendiskusikan respon klien P:
jadwal kegiatan terhadap halusinasi Perawat : Latih cara keempat : minum
g. Mendiskusikan mengontrol obat.
halusinasi: Mengajarkan cara Pasien : Anjurkan pasien untuk
menghardik, dan
mengunakan cara berkegiatan sesuai
mendemonstrasikan cara
menghardik, kemudian tanyakan jadwal yang telah dibuat.
klien untuk melakukan cara
menghardik halusinasi
h. Memasukan cara menghardik
kedalam jadwal kegiatan harian
klien
2. 04-01-19 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S : pasien mengatakan berkenalan
Setelah 1 x interaksi, a. Mendiskusika dan Tanyakan kepada dengan Tn A
klien dapat klien untuk menyebutkan penyebab O : pasien berinteraksi dengan Tn. A
memvalidasi masalah menarik diri A : pasien mampu untuk berkenalan
dan latihan b. Mendiskusikan dengan klien tentang
dengan dua orang
sebelumnya, melatih keuntungan berinteraksi dengan
orang lain P:
berkenalan dengan dua Perawat : Latih lagi untuk berkenalan
c. Mendiskusikan dengan klien tentang
orang atau lebih dan pada dua atau lebih orang supaya
kerugian berinteraksi dengan orang
memasukkan dalam lain pasien memiliki teman.
jadwal d. Mendiskusikan level bersosialisasi Pasien : Anjurkan pasien untuk tetap
dan mengajarkan cara bersosialisai berkenalan pada teman sesuai jadwal
atau berkenaan serta yang telah dibuat.
mendemonstrasikan cara berkenalan
dan memotivasi pasien untuk
berkenalan dengan satu orang
e. Memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain ke jadwal
kegiatan harian klien
64
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007). Pengkajian yang dilakukan pada Tn K penulis
menemukan data sebagai berikut, pasien mengatakan di rumah saya bicara
sendiri, senyum, tertawa sendiri, dan dibawa kesini karena menggamuk
sampai tangan saya diikat. Pasien juga mengatakan minder dengan
kondisinya yang tidak bisa membantu mencari uang. Diagnosa keperawatan
yang didapat pada Tn. K adalah Halusinasi pendengaran, Perilaku
kekerasan, Harga diri rendah, Isolasi sosial, Kerusakan interaksi sosial,
Perilaku mencari bantuan kesehatan, Koping individu in efektif Rencana
tindakan yang dilakukan pada Tn.K dengan halusinasi : pendengaran adalah
melatih cara menggontol halusinasi dengan cara menghardik, berbincang-
bincang dengan orang lain, berkegiatan (yang bisa dilakukan pasien), dan
dengan teratur minum obat. Selama 3 hari asuhan keperawatan pasien
mampu mencapai SP Halusinasi 2 yaitu berbincang-bincang dengan orang
lain.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada bab sebelumnya, kami mengajukan
beberapa saran untuk dijadikan bahan evaluasi antara lain :
65
66
Aziz. (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, BA. (2010). Model Praktek Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta: EGC
A. Proses Keperawatan
Masalah : Halusinasi Pendengaran
Pertemuan ke : 2 (dua)
Nama Klien : Tn. K
1. Kondisi klien
a. Data subyektif :
Tn. K mengatakan “ dirumah saya bicara sendiri, senyum, tertawa
sendiri. Pasien mengatakan mendengarkan dikelilingi oleh 3 orang
yang akan memberi kalung pada saya, akan menjahati saya.
b. Data objektif :
pasien tampak binggung, tatapan kosong, tidak fokus, saat bicara
pasien kadang tersenyum sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan SP 2
a. Pasien dapat menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
c. Pasien dapat memasukkan kegiatan yang akan dilatih ke dalam
jadwal kegiatan harian
4. Waktu : Tanggal 15 Juli 2016 Jam 07.00 sampai dengan jam 07.20
5. Rencana Tindakan Keperawatan
SP 2:
a. Menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
1) Membantu klien mengingat kembali pembahasan tentang
Halusinasi dan latihan menghardik halusinasi
2) Beri pujian yang realistik/nyata
b. Melatih mengobrol dengan orang lain yang dipilih pasien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk mengobrol dengan orang
lain
2) Bersama pasien memperagakan mengobrol dengan orang lain
3) memberikan dukungan dan pujian pada mengobrol dengan
orang lain
c. Membantu menyusun jadwal kegiatan yang dilatih
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan
2) memberi pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
3) meningkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
4) menyusun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih
B. Stategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak K ??? Apakah bapak K masih ingat dengan
saya? wah, ingatan bapak K bagus sekali. Iya benar saya perawat
Naro”
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan bapakK hari ini ? Apakah sudah bisa
mempraktekkan “menghardik halusinasi dengan menutup telinga
dan bilang pergi-pergi kamu tidak nyata” yang kemarin saya
ajarkan?
c. Kontrak
1) Topik : Bapak K sekarang kita akan mendiskusikan tentang
cara selanjutnya yaitu dengan berbincang-bincang dengan
orang lain, sebelumnya kita akan membahas kembali apa yang
sudah kita bicarakan kemarin lalu belajar berbincang-bincang
dengan orang lain dan memasukkan dalam jadwal harian
bapak”
2) Tempat : Menurut bapak K dimana kita mau berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruangan ini?
3) Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Fase Kerja
a. SP 2 : Menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya, Melatih
pasien cara mengontrol halusinasi dengan berbincang dengan
orang lain dan memasukkan kegiatan yang akan dilatih ke dalam
jadwal kegiatan harian.
“Bapak K masih ingat apa yang telah kemarin kita pelajari? Iya
bagus bapak masih ingat dan bagaimana dengan cara tersebut
apakah bapak sudah memperaktekkannya jika suara-suara itu
datang lagi? Bagus bapak sudah bisa menggunakannya. Baik bapak
sekarang kita akan mencoba belajar kembali yaitu dengan
berbincang-bincang dengan orang lain, jadi ketika suara-suara itu
datang bapak coba untuk mengajak bicara teman yang ada disekitar
bapak, bagaimana bapak bersedia? Baik kita coba ya pak, dengan
pak S, yak benar begitu pak nah sekarang bapak akan melakukan
hal tersebut kapan saja? Kita akan masukkan dalam jadwa harian
bapak. Bagus bapak K setelah dari rehap, sore dan malam. Iya
boleh seperti itu ya pak.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bapak K, sekarang kita telah selesai belajar tentang cara
berbincang-bincang dengan teman ketika timbul suara-suara itu.
Bagaimana, apakah bapak senang berbincang-bincang dengan saya
dan mendiskusikan topik hari ini? Wah, terima kasih. Saya juga
senang bisa membahas topik ini bersama bapak.”
b. Evaluasi objektif
“Tadi kita sudah mendiskusikan banyak hal ya? Sekarang, saya
akan menanyakan beberapa hal agar bapak K tetap ingat akan topik
kita hari ini dan mampu menerapkannya. Apakah setuju?”
“Baik kalau begitu saya ingin Bapak menceritakan kembali kepada
saya tentang apa yang sudah kita pelajari kemarin dan hari ini? Ya
baik, lalu sesuai jadwal yang tadi kita buat, kapan saja bapak K
akan melakukannya?”
“Wah, ternyata bapak masih ingat dan jawabannya sangat benar.”
c. Rencana tindak lanjut
"Mulai saat ini coba bapak K melakukan apa yang telah kita
pelajari itu ketika suara-suara muncul lagi seperti tadi ya pak,.”
d. Kontrak
1) Topik
“Bapak K untuk pertemuan selanjutnya kita akan mengevaluasi
apa yang sudah diajarkan kembali, selain itu kita juga akan
belajar cara selanjutnya yaitu dengan mengisi kegiatan dan
memasukkan dalam jadwal kembali. Bagaimana apakah bapak
K setuju?”
2) Waktu
“Kira-kira bapak K mau mulai jam berapa ya? Bagaimana
kalau jam 07.00 seperti hari ini?”
3) Tempat
“Bapak K besok ingin bertemu dimana? Bagaimana kalau kita
besok ngobrol di ruang ini saja seperti hari ini? Oke, sampai
bertemu besok Pak”
ANALISA PROSES INTERAKSI
K: “Iya saya masih K: menjawab dengan Ada keinginan banyak Daya ingat pasien
ingat, tenang dan kontak mata untuk mengungkapkan dapat dikaji dengan
kurang. perasaan menanyakan data-data
pasien yang
P: Memperhatikan tingkah Berharap pasien
sederhana.
laku pasien. mengungkapkan
perasaannya sesuai
dengan yang dialami.
P: “pak, masih ingat P: Kontak mata Menanyakan kegiatan memotivasi pasien
cara yang kemarin kita dipertahankan yang sudah diajarkan untuk mengingat yang
pelajari? Lalu apakah kemarin telah diajarkan
sudah dipraktekkan” K : Tersenyum Bersedia berbincang-
bincang dengan
perawat
K: “Saya menutup K: Kontak mata lama, Memperagakan yang Pasien mampu
telinga lalu bilang bicara pelan. telah diajarkan memperagakan apa
pergi-pergi kamu tidak yang sudah diajarkan.
nyata aku tidak mau P: Mengamati non verbal Menilai kemampuan
berbicara dan pasien yang kemarin sudah
mendengarkan lalu diajarkan pada pasien
berdoa, saya lakukan
ketika suara datang.”
P: “betul sekali, P: Kontak mata, Mengajarkan cara Kemampuan positif
sekarang kita belajar tersenyum selanjutnya : mengobrol yang dimiliki dapat
mengobrol dengan dengan orang lain meningkatkan harga
teman ya pak, mau?” K: Diam menunduk Melihat apa yang diri seseorang
sedang diajarkan
perawat mengobrol
dengan yang lain
K: “mau....” K: Bicara lancar kontak Pasien Kegiatan yang
mata cukup. mengungkapkan dilakukan pasien
keinginanya untuk dapat meningkatkan
belajar cara lain untuk kemampuan pasien
mengusir suara-suara dalam mengusir
P: Mengamati non verbal Senang pasien mau untuk suara-suara
pasien. belajar kembali
P: “ayo kita contohkan P : Kontak mata hangat Melihat pasien Memberikan contoh
ngobrol dengan Tn D sambil mempersilahkan untuk mempermudah
tentang hoby atau yang mencontohkan ngobrol pasien melakukannya
lainny bisa?” dengan Tn. D