Anda di halaman 1dari 84

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

K DENGAN MASALAH UTAMA

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG MERAK RSJ PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Oleh :

MOCH. NURHALIM, S.Kep

NIP. 19800314 200902 1 002

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT


BANDUNG BARAT
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Menyutujui :

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

Metty Widiastuti, S.Kep. Ners. M.Kep


NIP. 19640308 198603 2 008

Mengetahui :
Kepala Bidang Keperawatan

Hj. Nining Mariam, S.Pd, MM


NIP. 19620412 198110 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Piji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan anugrah-

Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan

Jiwa di RSJ Provinsi Jawa Barat.

Penulis menyadari dalam menyusun laporan ini masih terdapat kekurangan.

Oleh sebab itu setiap kritik dan saran akan menjadi hal yang penulis harapkan.

Bandung Barat, Desember 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2

C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4

A. Teori Medis …............................................................................. 4

B. Teori Keperawatan....................................................................... 23

BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 29

A. Pengkajian.................................................................................... 29

B. Analisa Data................................................................................. 40

C. Daftar Masalah............................................................................. 41

D. Pohon Masalah............................................................................. 41

E. Rumusan Diagnosa...................................................................... 42

F. Rencana Keperawatan.................................................................. 43

G. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi).................. 60

iv
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 65

A. Kesimpulan.................................................................................. 65

B. Saran............................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gangguan jiwa adalah kondisi fisik yang tidak seimbang yang disebabkan
oleh faktor psikologis sehingga tidak memungkinkan perkembangan secara
optimal, kasus ini paling banyak dijumpai pada schizofrenia (W.F. Maramis,
2006). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah (Stuart, 2007).

Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama


perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien. Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah
sakit jiwa terhadap halusinasi perlu ditingkatkan serta dengan perawatan
intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan halusinasi yaitu asuhan
keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol halusinasinya dan
pendidikan kesehatan tentang keperawatan halusinasi pada keluarga. Seluruh
asuhan keperawtan ini dapat dituangkan menjadi proses keperawatan.

Oleh sebab itu perawat memiliki peran dan fungsi, serta tanggung jawab
sebagai perawat psikiatrik dimasa sekarang ini dan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwa, memulihkan dan menghilangkan
penderita serta melaksanakan program rehabilitasi. Peran ini berdasarkan
pelayanan perawatan yang paripurna melalui proses keperawatan.

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan pengalaman bekerja selama 1 tahun di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat tentang penerapan Asuhan Keperawatan klien
gangguan jiwa, penulis dapat memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan jiwa menggunakan pendekatan proses keperawatan
terkhusus asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi:
pendengaran.

2. Tujuan kusus
Setelah mendapatkan pengalaman bekerja di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat Penulis mampu :

a. Menciptakan hubungan yang serasi dengan petugas di Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Jawa Barat, pasien, maupun keluarganya.
b. Mendapatkan gambaran tentang sistem pelayanan kesehatan yang
diterapkan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat.
c. Penulis dapat melaksanakan pengkajian pada pasien dengan
Halusinasi : pendengaran.
d. Penulis dapat melakukan analisa data pada pasien dengan
Halusinasi: pendengaran.
e. Penulis dapat menyusun daftar masalah keperawatan pada pasien
dengan Halusinasi : pendengaran.
f. Penulis dapat membuat pohon masalah pada pasien dengan
Halusinasi : pendengaran.
g. Penulis dapat menyusun diagnosa pada pasien dengan Halusinasi:
pendengaran.
h. Penulis dapat merencanakan tindakan keperawatan Penulis dapat
membuat pohon masalah pada pasien dengan Halusinasi:
pendengaran.
3

i. Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan Penulis dapat


membuat pohon masalah pada pasien dengan Halusinasi:
pendengaran.
j. Penulis dapat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
k. Penulis dapat mendokumentasikan proses keperawatan Penulis dapat
membuat pohon masalah pada pasien dengan Halusinasi:
pendengaran.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan ini, penulis mencoba menerapkan beberapa metode,
antara lain :

1. Wawancara
Yaitu berbicara langsung dengan klien secara tatap muka sehingga
didapatkan data subjektif maupun objektif.

2. Studi dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan melihat dan mempelajari dokuman atau
catatan yang berhubungan dengan masalah klien untuk melengkapi data
yang dibutuhkan.
3. Preceptor dan Staf Karyawan
Masukan dan bimbingan dari staf yang telah lama mengikuti dan mengamati
Pasien dapat dijadikan perbandingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang
yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality)
(Maramis, 2008).
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai di
mana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin tidak ada kesatuan
pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang dinamakan
skizofrenia, (Yosep, 2010).
b. Etiologi
Menurut Kaplan & Sadock, (2003) ada beberapa teori yang menguraikan
factor-faktor yang menjadi penyebab skizofrenia, yaitu :
1) Diatesis-Stres Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan
lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang
sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia.
Dimana ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis.
2) Faktor Biologis
Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang
berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif
dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya
neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan
GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian
menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan

4
5

3) Anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau


atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis
skizofrenia.
4) Genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko
masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara
kandung 8% dan pada anak 12% apabila salah satu orang tua
menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua
sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar
monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12%.
5) Faktor Psikososial
Menurut Sirait, (2008) teori yang terkait dengan factor psikososial
yaitu :
a) Teori perkembangan
Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya
perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal
kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri,
salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan
sosial pada penderita skizofrenia.
b) Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang
menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional
orang tua yang mungkin memiliki masalah emosional yang
bermakna. Hubungan interpersonal yang buruk dari penderita
skizofrenia akan berkembang karena mempelajari model yang
buruk selama anak-anak.
c) Teori keluarga
Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam
menimbulkan skizofrenia. Namun beberapa penderita skizofrenia
berasal dari keluarga yang disfungsional.
6

c. Manifestasi Klinik
1) Menurut Hawari (2009) perjalanan penyakit skizoprenia dapat dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase prodromal, pada fase ini biasanya timbul gejala-gejala non
spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu
tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut
meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-
perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah
keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak
seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya.
b) Fase aktif, pada fase Aktif gejala positif/ psikotik menjadi jelas
seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi
disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat
pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut
dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus
bertahan.
c) Fase residual, pada fase ini gejala-gejalanya sama dengan fase
prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di
samping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas,
pendenta skizoprenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan
dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
2) Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut
Bleuler dalam Maramis (2008) , yaitu :
a) Gejala primer.
b) Gangguan proses berpikir.
c) Gangguan emosi.
d) Gangguan kemauan
e) Autisme.
7

f) Gejala sekunder.
g) Waham
h) Halusinasi.
i) Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
d. Jenis-jenis skizofrenia
1) Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbul secara perlahan.
Pada permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan
keluarganya atau menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin
mundur dalam kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi
pengangguran (Maramis, 2008).
2) Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis
(2008) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah
gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku kekanak-
kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi banyak
sekali.
3) Skizofrenia katatonik
Menurut Maramis (2008) skizofrenia katatonik atau disebut juga
katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin
terjadi stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik
a) Stupor katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama
sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal.
8

Secara tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan


stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.
b) Gaduh gelisah katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi
tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi
oleh rangsangan dari luar.
d) Skizofrenia paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan
penyakit. Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan
menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplek atau gejala
campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak demikian halnya dengan
skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan, (Maramis, 2008).
4) Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah.
Semuanya seakan-akan mempunyai arti yang khusus baginya.
Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu atau biasanya
kurang dari enam bulan penderita sudah baik. Kadang-kadang bila
kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul gejala-gejala salah
satu jenis skizofrenia yang lainnya, (Maramis, 2008).
5) Skizofrenia residual
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-
gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala
sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
skizofrenia, (Maramis, 2008).
6) Skizofrenia skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau
gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2008).
9

e. Diagnosis skizofrenia
Menurut Maslim (2007) diagnosis skizofrenia ditegakkan berdasarkan
pedoman diagnostik PPDGJ III yaitu :
1) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) “thought echo” yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
b) “thought insertion or withdrawal” yaitu isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
c) “thought broadcasting” yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya.
d) “delusion of control” yaitu waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau.
e) “delusion of passivitiy” yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
f) “delusional perception” yaitu pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya
bersifatmistik atau mukjizat;
g) Halusinasi auditorik
h) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain).
10

Menurut Maramis, (2008) membuat diagnosa skizoprenia dengan


memperhatikan gejala-gejala pada tiga buah koordinat. Koordinat
pertama (organobiologik) yaitu, autisme, gangguan afek dan emosi,
gangguan asosiasi (proses berfikir), ambivalensi (gangguan kemauan)
serta gangguan aktifitas maupun gangguan konsentrasi. Koordinat
kedua (psikologik) yaitu, gangguan pada cara berfikir yang tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keperibadian, dengan memperhatikan
perkembangan ego, sistematik motivasi dan psikodinamika dalam
interaksi dengan lingkungan. Koordinat ketiga (sosial) yaitu, gangguan
pada kehidupan sosial penderita yang diperhatikan secara
fenomenologik.
f. Prognosis skizofrenia
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada,
kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang
bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40%
mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampai saat
ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi
sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut,
riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah,
riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala
positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan onset muda,
tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik,
tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem
pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi
dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan
prognosis yang buruk (Luana, 2007).
g. Pengobatan skizofrenia
1) Psikofarmaka
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek
11

sekunder (efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).


Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis
ekuivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan
respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu
yang tepat, dapat diganti dengan obat anti psikosis lain (sebaiknya dan
golongan yang tidak sama) dengan dosis ekuivalennya. Apabila dalam
riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya sudah terbukti
efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali
untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari
gejala positif pilihannya adalah obat anti psikosis atipikal. Sebaliknya
bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif
pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek
samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal (Maramis,
2008).
Obat antipsikotik yang beredar di pasaran dapat di kelompokkan
menjadi dua bagian yaitu anti psikotik generasi pertama (APG I) dan
anti psikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan
memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoin fundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif
tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa:
gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar
prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual/peningkatan berat
badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu
APG I menimbulkan efek samping anti kolinergik seperti mulut
kering pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG
I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan
kurang atau sama dengan 10 mg di antaranya adalah trifluoperazine,
fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan
untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila
12

dosisnya lebih dan 50 mg di antaranya adalah chlorpromazine dan


thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh
gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai
serotonin dopamin antagonis (SDA) atau anti psikotik atipikal.
Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur
dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping
extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang
tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine
dan rispendon, (Luana, 2007).
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
a) Onset efek primer (efek klinis): 2-4 minggu. Onset efek sekunder
(efek samping): 2-6 jam.
b) Waktu paruh: 12-24 jam (pemberian 1-2x per hari)
c) Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
d) Obat anti psikosis long acting: fluphenazine decanoate 25 mg/cc
atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna
untuk pasien yang tidak/sulit minum obat, dan untuk terapi
pemeliharaan.
2) Psikososial
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain:
a) Psikoterapi individual
b) Terapi suportif
c) Sosial skill training
d) Terapi okupasi
e) Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
3) Psikoterapi kelompok
4) Psikoterapi keluarga
5) Manajemen kasus : Assertive Community Treatment (ACT)
13

h. Prognosa.
1) Kesembuhan total (total recovery), mungkin sembuh seterusnya dan
mungkin kambuh 1 – 2 kali.
2) Kesembuhan sosial (sosial recovery).
3) Keadaan kronis yang stabil.
4) Umur : makin muda umur permulaannya makin jelek prognosanya.
5) Kepribadian prepsikotik : bila skizoid dan hubungan antar manusia
kurang memuaskan maka prognosa lebih jelek.
6) Bila skizoprenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik
daripada bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan.
7) Prognosa pada jenis katatonik yang paling baik.
8) Pengobatan : makin cepat pengobatan makin baik prognosanya.
9) Bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit badaniah atau stres
psikologik maka prognosa lebih baik.
10) Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam
keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizoprenia.

2. Konsep Dasar Halusinasi


a. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan
pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
b. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang
berada dalam rentang respon neurobiology (Stuart, 2007). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaplive. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprelasikan stimulius
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran,
14

penglihatan, pengindung, pengecap, dan perata). Klien dengan halusinasi


mempersepsikan suatu stimulus panca indra walau sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu
yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi.
Klien mengalami ilusi jika interpretasi dilakukannya terhadap stimulus
panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima rentang respon
tersebut digambarkan seperti di bawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai berlebihan Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Perilaku aneh/tidak Menarik diri
biasa isolasi sosial

c. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart, 2007 membagi halusinasi menjadi 6 jenis halusinasi,
yaitu:
1) Halusinasi Pendengaran / Audiotori
a) Karakteristik
Mendengar suara, paling sering suara orang. Suara dapat berkisar
dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai
pasien, untuk meyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih
tentang orang yang sedang berhalusinasi. Kadang-kadang
melakukan hal yang berbahaya.
b) Perilaku pasien yang teramati
(1) Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau
apa yang sedang berbicara.
(2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang
sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel.
15

(3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengar seseorang


yang tidak tampak.
(4) Mengerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
2) Halusinasi Visual/Penglihatan
a) Karakteristik
Simulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar
geometric, gambar karton. Dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan
atau yang menakutkan.
b) Perilaku pasien yang teramati
Tiba-tiba tampak tergagap ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,
benda mati atau oleh stimulus yang tidak terlihat. Tiba-tiba berlari
ke ruang lain
3) Halusinasi Penghidung/Orlifaktori
a) Karakteristik
Bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti darah, urin, atau
feses. Kadang-kadang terhidung bau harum. Halusinasi
penghidung khususnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan demcnsia.
b) Perilaku pasien yang teramati
1) Hidung yang dikerutkan seperti menghidung bau yang sangat
tidak enak.
2) Berespon terhadap bau dengan panik, seperti menghidung api
atau darah.
3) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan
sedang memadamkan api.
4) Halusinasi Pengecap/Gustotorik
Karakteristik
a) Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa
darah atau feses.
16

b) Perilaku pasien yang teramati


c) Melempar diri sendiri seakan sedang memadamkan api
d) Melompat-lompat di lantai seperti sedang menghindari nyeri atau
simulus lain di kaki.
5) Halusinasi Sinestetik
a) Memverbalisasi dan atau obsesi terhadap proses tubuh
b) Menolak untuk menyelesaikan tugas yang memalukan tubuh
pasien yang diyakini pasien tidak berfungsi.
6) Peraba/Taktil
Klien merasakan sesuat pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
Karakteristik :
a) Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
b) Perilaku : menampar diri sendiri seakan sedang memadamkan api,
melompat-lompat di lanatai seperti menghindari nyeri atau
stimulus lain pada kaki
d. Fase-fase Halusinasi
Ada 5 fase proses terjadinya halusinasi (Stuart, 2007) :
1) Fase pertama : sleep disorder
Fase awal sesorang sebelum muncul halusinasi.
Perilaku :
a) Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
b) Masalah mungkin terasa sulit karena berbagai stresor terakumulasi,
misal terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah kampus,
penyakit, hutang, dan lain-lain.
c) Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
d) Sulit tidur yang berlangsung lama sehingga terbiasa menghayal.
e) Menganggap lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
17

2) Fase kedua : Comforting


Pada fase ini mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah,
kesepian. Klien mulai melamun dan memfokuskan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara
ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya
yang mengenal pikirannya tapi persepsi meningkat.
3) Fase ketiga : Condemning (hukuman)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman pada
internal dan eksternal. Klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi pada pemikiran internal menjadi menonjol. Gambaran suara
dan sensasi halusinasinya dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien
takut apabila mendengar klien merasa tidak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara halusinasi dan dirinya dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasinya dengan memproyeksikan
halusinasinya datang dari orang lain atau tempat lain.
4) Fase keempat : Controlling (Pengawasan)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrolnya. Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Klien mungkin
mengatasi kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
5) Fase kelima: Conquering (Kekalahan)
Klien terpalu dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasi. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya.
e. Etiologi
Penyebab terjadinya halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi terjadi karena respon
metabolic terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat
halusinogen neurokin dan dimetil transference.
18

2) Teori Psikoanalisa
Teori ini mengemukakan bahwa halusinasi merupakan pertahanan ego
untuk melawan rangsangan dan luar yang ditekan tetapi mengancam
dalam alam dasar.

Selain penyebab di atas halusinasi dapat muncul karena penyebab sebagai


berikut:
1) Gejala yang meningkatkan kccemasan, kemampuan untuk
memisahkan, dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa
yang dipikirkan dan perasaanya sehingga segala sesuatu diartikan
berbeda dengan perasaan rasionalisasi tidak efektif lagi, hal ini
mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangan yang
bersal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungannya.
2) Panik
3) Menarik diri
4) Stress berat (mengancam ego yang lemah)
Rangsangan primer yang muncul sebagai penyebab adalah kebutuhan
perlindungi secara psikologis terhadap kejadian traumatic, rasa
bersalah, rasa gembira, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang
dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego pikiran dan
perasaan sendiri.
Hal-hal yang juga mempengaruhi halusinasi sebagai berikut : Keadaan
efek seseorang waham, indera kurang dirangsang adanya kerusakan
pada otak
19

f. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang memperngaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
1) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan.
2) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
4) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
5) Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dakam skizofrenia belum diketahui, hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
g. Faktor Presipitasi
Respons klien terhadapo halusinasi dapat berusaha rasa curiga, takut,
tidak aman, gelisah dan bingung, berperilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat
20

membedakan keadaaan nyata dan tidak nyata, halusinasi dapat dilihat


dari lima dimensi, yaitu :
1) Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi rangsangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisifisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu
terhadap ketakutannya.
3) Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual menerangkan bahwa individu yang mengalami
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu yang mengalami halusinasi menunjukkan
kecenderungan untuk menyendiri. Individu lebih asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interkasi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam dirinya atau orang lain.
Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi adalah dengan
21

mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman


interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar klien tidak
menyendiri. Jika klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
diharapkan halusinasi tidak terjadi.
5) Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien
yang mengalami halusinasi cenderung menyendiri hingga proses di
atas tidak terjadi. Individu tidak sadar dengan keberadaannya dan
halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat
halusinasi menguasai dirinya, individu kehilangan kontrol terhadap
kehidupan nyata.
h. Gejala
1) Gejala halusinasi pendengaran adalah memutarkan mata ke kiri dan ke
kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara.
2) Perubahan sensorik
3) Perubahan proses piker
4) Gangguan orientasi waktu, tempat, orang dan suasana perubahan
besar, penurunan kemampuan memecahkan masalah.
5) Perubahan emosi
6) Respon emosi yang berlebihan, cemas, takut, apatis, efek datar, marah
7) Penurunan perhatian
8) Gelisah, kurang konsentrasi dan melamun terus
9) Perubahan pola lingkah laku
10) Penurunan terhadap respon, perubahan pola tidur dan komunikasi.
i. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
meliputi :
1) Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2) Proyeksi mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
22

3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
j. Prognosis
Klien dengan halusinasi bisa menjadi baik atau semakin buruk. Klien
dikatakan berat atau ringan yaitu halusinasi klien sedang bekerja atau
bicara untuk penetapan diagnosis kita harus mempertimbangkan semua
faktor ini:
1) Kepribadian prepsikotik, bila skizoid hubungan antara manusia kurang
memuaskan berarti prognosis jelek.
2) Bila skizofemia timbul secara akut, maka prognosis lebih dari pada
penyakit itu muncul secara pelan-pelan.
3) Jika prognosis katatonik adalah yang paling baik disemua jenis.
4) Umur semakin muda umur permulaannya maka semakin jelek
prognosisnya
5) Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus seperti penyakit
bawaan, prognosa lebih baik.
6) Faktor keturunan lebih di keluarga ada yang menderita skizotrenia 1-2
orang.
k. Penatalaksanaan
1) Farmakoterapi
Jenis obat psikofarma antara lain :
a) Chlopromazin
b) Halloperidol
c) Trihexylphenidil
d) Amitriptilin
e) Psikoterapi
f) Therapi Ocupasi
g) Terapi Kelompok.
23

B. Asuhan Keperawatan
1. Data Yang Perlu dikaji
a. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis sosial dan
kultural. Yang ditemukan pada klien perubahan sensori persepsi antara
lain :
1) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
2) Mengatakan, mendengar suara.
3) Merusak diri sendiri, orang lain/lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata. .
5) Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan.
8) Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9) Sulit membuat keputusan.
10) Ketakutan.
11) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi.
12) Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13) Menyalahkan diri sendiri/orang lain.
14) Muka merah, kadang pucat.
15) Ekspresi wajah tegang.
16) Tekanan darah meningkat.
17) Nafas terengah-engah
18) Nadi cepat
19) Keringat banyak
b. Perumusan masalah
Untuk merumuskan masalah, klien dapat mertgacu pada pohon masalah:
1) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2) Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
3) Kerusakan interaksi sosial.
4) Harga diri rendah.
24

5) Intoleransi aktivitas.
6) Sindrom defisit perawatan diri : mandi, kebersihan, berpakaian,
berhias.
2. Pohon Masalah

Akibat Perilaku kekerasan

Perubahan sensori
Masalah Utama persepsi : halusinasi

Penyebab Menarik diri

Harga diri rendah

3. Diagosa Keperawatan
a. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
4. Rencana Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

Diagnosis Tujuan Perencanaan Rasional


Keperawatan Kriteria evaluasi Intervensi
Perubahan SP 1: Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan jenis halusinasi Ungkapan dari klien mengenai
persepsi Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi klien jenis halusinasi menunjukan apa
sensori: mengidentifikasi jenis yang dibutuhkan dan dirasakan
Halusinasi halusinasi oleh klien
SP 1 : Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan isi halusinasi klien Ungkapan dari klien mengenai isi
Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi halusinasi menunjukan apa yang
mengidentifikasi isi dibutuhkan dan dirasakan oleh
halusinasi klien
SP 1: Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan waktu halusinasi Ungkapan dari klien mengenai
Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi klien waktu halusinasi menunjukan apa
mengidentifikasi waktu yang dibutuhkan dan dirasakan
halusinasi oleh klien
SP 1: Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan frekuensi Ungkapan dari klien mengenai
Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien frekuensi terjadinya halusinasi
mengidentifikasi halusinasi menunjukan apa yang dibutuhkan
frekuensi halusinasi dan dirasakan oleh klien
SP 1 : Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan situasi yang Ungkapan dari klien mengenai
Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi pada situasi halusinasi menunjukan apa
mengidentifikasi situasi menimbulkan halusinasi klien yang dibutuhkan dan dirasakan
yang menimbulkan oleh klien
halusinasi
SP 1 : Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan respon klien Ungkapan dari klien mengenai
Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi respon klien saat halusinasi
mengidentifikasi respon terhadap halusinasi menunjukan apa yang dibutuhkan

25
klien terhadap halusinasi dan dirasakan oleh klien
SP 1 : Setelah ... x interaksi, klien dapat Diskusikan level mengontrol Tindakan menghardik merupakan
Klien dapat menghardik menghardik halusinasi halusinasi salah satu upaya untuk
halusinasi Ajarkan cara menghardik mengontrol halusinasi
halusinasi
Demonstrasikan cara
menghardik halusinasi
Motivasi pasien melakukan
cara menghardik halusinasi
SP 1: Setelah ... x interaksi, Masukan cara menghardik Masukan kegiatan menghardik
Klien dapat memasukan klien dapat memasukan cara halusinasi dalam jadwal halusinasi ke dalam jadwal harian
cara menghardik menghardik halusinasi dalam kegiatan harian klien membantu mempercepat
halusinasi dalam jadwal jadwal kegiatan harian klien dapat mengontrol halusinasi
kegiatan harian
SP 1 Keluarga : Setelah x interaksi, keluarga Diskusikan bersama keluarga Membantu keluarga dalam
mampu mengungkapkan masalah tentang masalah-masalah yang mengungkapkan perasaanya
Mendiskusikan masalah
yang dirasakan dalam merawat dialami selama merawat pasien
yang dirasakan keluarga
pasien
dalam merawat pasien

SP 1 Keluarga :
Setelah x interaksi, keluarga Beri pemahaman kepada Memberikan pemahaman tentang
Menjelaskan pengertian
mampu mengerti dan memahami keluarga tentang pengertian , pengertian, tanda dan gejala,
halusinasi, tanda dan
tentang pengertian, tanda dan tanda dan gejala, serta proses proses terjadinya halusinasi
gejala, serta proses
gejala, serta proses terjadinya terjadinya halusinasi kepada keluarga
terjadinya halusinasi
halusinasi

SP 1 Keluarga :
Menjelaskan cara Setelah x interaksi, keluarga Diskusikan bersama keluarga Memberi pengetahuan kepada
merawat pasien dengan mengerti tentang cara merawat tentang cara merawat pasien keluarga tentang cara merawat
halusinasi pasien halusinasi halusinasi pasien
SP 2 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal kegiatan Evaluasi akan membantu untuk

26
Klien dapat Klien dapat mengevaluasi jadwal harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
kegiatan harian klien
Sp 2 : Setelah 3 x interaksi, Jelaskan level mengontrol Bercakap-cakap dengan orang lain
Klien dapat Klien dapat mengendalikan halusinasi merupakan salah satu tindakan
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap- Jelaskan cara bercakap-cakap yang dapat mengendalikan
halusinasi dengan cara cakap dengan orang lain dengan orang lain halusinasi
bercakap-cakap dengan Demonstrasikan cara bercakap-
orang lain cakap dengan orang lain
Minta pasien redemontrasi cara
bercakap-cakap dengan orang
lain
Sp 2 : Setelah 3 x interaksi, Masukan bercakap-cakap Membantu mempercepat klien
Klien dapat memasukan Klien dapa memasukan dalam dengan orang lain kedalam dapat mengontrol halusinasi
dalam jadwal kegiatan jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan harian klien
harian
SP 2 Keluaraga
x pertemuan keluarga Latih keluarga mempraktekkan Ketrampilan keluarga
Melatih keluarga Setelah
cara mampu mempraktekkan cara cara merawat pasien dengan mempercepat proses
mempraktekkan
merawat pasien dengan merawat pasien dengan halusinasi halusinasi penyembuhan pasien
halusinasi
SP 2 Keluarga Setelah x pertemuan keluarga Latih keluarga cara merawat Kemampuan keluarga merawat
Melatih keluarga cara mampu cara merawat langsung langsung pasien dengan pasien, mempercepat proses
merawat langsung pasien pasien dengan halusinasi halusinasi penyembuhan pasien
dengan halusinasi
SP 3 Keluarga
Kemampuan keluarga membuat
Membantu keluarga Setelah x pertemuan keluarga Ajarkan kepada keluarga cara
jadwal kegiatan pasien, membantu
membuat jadwal aktifitas mampu membuat jadwal aktifitas membuat jadwal aktifitas
pasien untuk selalu disiplin
dirumah termasuk dirumah termasuk minum obat dirumah termasuk minum obat
melakukan latihan sehingga
minum obat (discharge

27
plaining) (discharge plaining) (discharge plaining) mempercepat proses
penyembuhan

SP 3 Keluarga
pasien Dukungan
Menjelaskan follow up Setelah x pertemuan follow up Jelaskan follow keluaga dan
up
pasien setelah pulang pasien setelah pulang dapat setelah pulang lingkungan mempercepat proses
dilaksanakan penyembuhan pasien

SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal kegiatan Evaluasi akan membantu untuk


Klien dapat Klien dapat mengevaluasi jadwal harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan hariannya
kegiatan hariannya
SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Jelaskan level mengontrol Melakukan kegiatan di RSJ yang
Klien dapat Klien dapat mengendalikan halusinasi sesuai dengan kegiatan yang biasa
mengendalikan halusinasi dengan melakukan Jelaskan cara melakukan dilakukan klien di rumah
halusinasi dengan kegiatan di RSJ yang sesuai kegiatan di RSJ yang sesuai merupakan salah satu tindakan
melakukan kegiatan di dengankegiatan yang biasa dengan kegiatan yang biasa yang dapat mengendalikan
RSJ yang sesuai dengan dilakukan klien di rumah dilakukan klien di rumah halusinasi.
kegiatan yang biasa Demonstrasikan cara
dilakukanklien di rumah melakukan kegiatan di RSJ
yang sesuai dengan kegiatan
yang biasa dilakukan klien di
rumah
Minta klien redemontrasi cara
melakukan kegiatan di RSJ
yang sesuai dengan kegiatan
yang biasa dilakukan klien di
rumah
SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Masukan kegiatan yang Memasukan kegiatan klien di RSJ
Klien memasukan Klien memasukan kegiatan di atas dilakukan klien di RSJ kedalam jadwal harian klien
kegiatan di atas ke dalam kedalam jadwal kegiatan harian kedalam jadwal kegiatan membantu mempercepat klien
jadwal kegiatan harian harian dapat mengontrol halusinasi

28
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

A. Pengkajian
Tgl pengkajian : 2 Januari 2019 jam : 07.00WIB
Oleh : Moch. Nurhalim, S.Kep
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.K
Umur : 38 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bandung Barat
Ruang : Merak
Nomor CM : 073244
2. Alasan Masuk
Pasien mengatakan “dirumah saya bicara sendiri, senyum, tertawa sendiri,
dan dibawa kesini karena menggamuk sampai tangan saya di ikat”
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran dan Perilaku Kekerasan
3. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? “pasien mengatakan baru
pertama kali mengalami seperti ini sebelumnya kerja “
b. Pengobatan sebelumnya : “pasien mengatakan baru satu kali ke sakit
disini”
c. Trauma : Pasien mengatakan belum pernah mengalami trauma
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Anggota Keluarga yang gangguan jiwa? Pasien mengatakan tidak
memiliki keluarga dengan penyakit yang sama dengan pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? Pasien mengatakan
tidak memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa lalunya

29
30

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : TD : 120 / 70 mmHg
N : 88 x/mnt S : 36,70C P : 20 x/mnt
b. Ukuran
Berat Badan (BB) : 50 Kg Tinggi Badan (TB) : 158 cm
c. Keluhan Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan pada tubuhnya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. Psikososial
a. Genogram

Ket :
: laki -laki : perempuan
: L (meninggal) : P (meninggal)
: tinggal serumah : pasien
: menikah : garis keturunan
Jelaskan:
Pasien mengatakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Pasien sudah
menikah dan memiliki anak satu anak tinggal bersama istrinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
31

b. Konsep diri
1) Citra tubuh :
Pasien mengatakan “ saya menyukai seluruh anggota tubuh saya dan
tidak ada yang saya tidak suka.”
2) Identitas diri :
Pasien mengatakan “ saya puas menjadi seorang pria, dan saya senang
dengan nama saya, umur saya, saya juga senang dengan tempat
tinggal saya yang sekarang”
3) Peran :
“Saya sebagai ayah, jika saya pulang nanti saya ingin bekerja
membantu istri saya”
4) Ideal diri :
“Saya ingin cepat pulang karena nanti saya kangen dengan anak saya
dan ingin bekerja”
5) Harga diri :
“saya malu karena saya tidak bisa membantu istri saya untuk bekerja
mencari uang“
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti :
“Orang yang paling berarti bagi saya adalah anak dan istri saya”
2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : “saya pernah mengikuti
kegiatan kelompok /masyarakat”
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: ”selama di RS
pasien merasa malu untuk berkenalan dengan teman-teman lainnya”
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Muslim
2) Kegiatan ibadah : “ saya selama dirumah sholat 5 waktu, tetapi setelah
di RSJ saya juga rutin sholat dan berdoa”
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
32

6. Status Mental
a. Penampilan
Pakaian rapi, penggunaan pakaian sesuai, rajin untuk membersihkan diri,
mulut tidak berbau, rambut bersih.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Pembicaraan tidak lancar karena malu-malu saat menjawab, tidak ada
kontak mata saat dilakukan interaksi, suara lirih.
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
c. Aktivitas Motorik
Pasien aktif saat kegiatan, tidak lesu dan tidak bermalas-malasan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Afek dan Emosi
1) Afek
Afek pasien (Labil) kadang pasien merasa sedang senang, binggung
dan tiba-tiba sedih
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
2) Alam perasaan (emosi)
“Saya merasa minder”
Masalah Keperawatan : isolasi sosial
3) Interaksi Selama Wawancara :
Saat berbicara kontak mata kurang, sering menunduk dan terlihat
terlihat tegang serta menjawab dengar suara lirih
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
e. Persepsi Sensori
1) Apakah ada gangguan? Ada Tidak ada
2) Halusinasi : V Pendengaran Penglihatan
Pengecapan Penghidu Perabaan
3) Ilusi :
Ada Tidak ada
33

Jelaskan : “pasien mengatakan mendengarkan dikelilingi oleh 3 orang


yang akan memberi kalung pada saya, akan menjahati saya, pasien
tampak binggung, tatapan kosong, tidak fokus, saat bicara pasien kadang
tersenyum sendiri dan mondar-mandir”
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
f. Proses Pikir
1) Proses Pikir (Arus dan Bentuk Pikir)
Tidak ada masalah
2) Isi Pikir
Tidak ada masalah
Obsesi Hipokondria Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham : tidak ada masalah
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
g. Tingkat Kesadaran
1) Orientasi waktu : pasien tidak mengalami gangguan orientasi waktu
dibuktikan dengan saat ditanya sekarang jam berapa pasien mampu
menjawab dengan benar.
2) Orientasi tempat : pasien tidak mengalami gangguan orientasi tempat
dibuktikan dengan saat ditanya sekarang ada dimana pasien mampu
menjawab dengan benar (berada di rumah sakit jiwa)
3) Orientasi orang : pasien tidak mengalami gangguan orientasi orang
dibuktikan dengan saat ditanya siapa nama ibu, bapak, dan perawat
(saya dan teman mahasiswa lain) pasien mampu menyebutkan dengan
benar.
Jelaskan : tidak ada gangguan disorientasi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
34

h. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Koafabulasi
Jelaskan : pasien ingat kapan pulang kerja, dan pasien masih ingat
kenapa dibawa kesini, serta pasien dapat menyebutkan aktivitas yang
dilakukan sejak pasien bangun tidur.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
i. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Lain-lain,jelaskan
Jelaskan: Pasien mampu berhitung mundur dari 20 sampai 1.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
j. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan: saat ditanya kalau sholat itu wudhu dulu atau sholat dulu baru
wudhu pasien menjawab wudhu dulu baru sholat, kalau bangun pagi itu
mandi dulu atau sarapan dulu pasien menjawab mandi dulu.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
k. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: saat ditanya kenapa dibawa kesini pasien menjawab karena saya
bicara sendiri, senyum-senyum dan tertawa.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
35

7. Kebutuhan Perencanaan Pulang


a. Kemampuan Pasien Memenuhi Kebutuhan
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain √
Jelaskan : pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Kegiatan Hidup Sehari-hari (ADL)
1) Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Bantuan
total minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang air kecil (BAK) √
Buang air besar (BAB) √
Ganti pakaian √
Jelaskan : pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2) Nutrisi
- Apakah anda puas dengan pola makan anda?

√ Puas Tidak puas


- Apakah saat makan anda memisahkan diri?
Ya √ Tidak
- Frekuiensi makan sehari : 3 x
36

- Nafsu makan
Meningkat √ Menurun Berlebihan sedikit-
sedikit
- Berat badan
Meningkat Menurun
BB saat ini :50 Kg BB terendah :48 Kg
BB tertinggi 55 Kg
Jelaskan : selama di RSJ berat badan masih tetap.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3) Tidur
- Apakah ada masalah tidur?
√ Tidak ada

Ada
- Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
√ Segar
Tidak segar
- Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah tidur?
√ Tidak ada
Ada
- Tidur malam jam : 21.00 Bangun jam : 05.00 Rata-rata tidur
malam : 8 jam
- Apakah ada gangguan tidur?
Sulit untuk tidur Bangun terlalu pagi
Samnambulisme Terbangun saat tidur
Gelisah saat tidur Berbicara saat tidur
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
c. Kemampuan Pasien dalam Hal-Hal Berikut
1) Mengantisipasi kehidupan sehari-hari :
√ Ya Tidak
2) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri :
√ Ya Tidak
37

3) Mengatur penggunaan obat :


√ Ya Tidak
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan
√ Ya Tidak
Jelaskan : pasien harus mampu melakukan hal-hal seperti diatas
karena dapat membantu pasien untuk sembuh secara mandiri.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Pasien Memiliki Sistem Pendukung
1) Keluarga : √ Ya Tidak
2) Teman sejawat : Ya √ Tidak

3) Terapis : √ Ya Tidak
4) Kelompok sosial : Ya √ Tidak

Jelaskan : pasien hanya dapat dukung dari keluarga, dan terapis, karena
malu bergaul pasien tidak memiliki teman sejawat dan kelompok social.
Masalah Keperawatan : Perilaku mencari bantuan kesehatan
e. Apakah Pasien Menikmati Saat Bekerja, Kegiatan Produktif atau Hobi?

√ Ya/menikmati
Tidak menikmati
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Pasien kurang mampu berbicara dengan orang lain. Belum mampu
menyelesaikan masalah sendiri, mampu melakukan aktivitas di rumah
dan saat di RSJ.
b. Maladaptif
Tidak ada reaksi maladaptif yang berlebihan, tidak mengkonsumsi
alhokohol, reaksi baik namun masih labil.
Masalah Keperawatan : Koping individu in efektif
9. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya pasien dibantu oleh
keluarga dan terapis untuk proses penyembuhannya
38

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya pasien kurang


aktif dalam kegiatan kelompok dan kurang berinteraksi dengan orang lain
c. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya pasien sudah pernah mencoba
bekerja di Singgapura dan baru 6 bulan lalu pulang
d. Masalah dengan perumahan, spesifiknya pasien mengatakan tinggal
bersama dengan anak dan suaminya
e. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya pasien berasal dari keluarga
mampu atau ekonomi cukup
f. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya pasien memeriksakan
kesehatannya di RSJ ke bagian neorologi dan baru saat mondok kemarin
kosultasi ke psikiatri
g. Masalah lainnya, spesifiknya : tidak ada masalah
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
10. Pengetahuan kurang tentang
Apakah pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal? Obat-obatan
Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan
11. Aspek Medis
Diagnosa medis : skizofrenia
Terapi Medis :
- Risperidon 2 x 1 mg
- Triheksifenidil 2 x 1,5 mg
- Haloperidol 2 x 5 mg
Masalah Keperawatan : Efek Terapi Obat-obatan
39

12. Analisa Obat


N Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Implikasi
o Keperawatan
1 Haloperidol Psikosis akut Wanita hamil, ibu Depresi, reaksi Pantau tanda-tanda
atau kronis, menyusui dan ekstrapiramidal, vital
halusinasi anak-anak gangguan
pencernaan
2 T Parkinson, Hipersensitifitas Mulut kering, Pantau tanda-tanda
rihexypheni termasuk pasca terhadap penglihatan kabur, vital
dyl ansefalitis dan trihexyphenidyl, pusing, mual,
(THP) idiopatik, psikosis berat, muntah, bingung,
sindrom hipertropi agitasi, konstipasi,
Parkinson prostate, dan takikardi, retensi
akibat obat, obstruksi saluran urine
misalnya cerna.
reserpina dan
fenotiazine.
3 Risperidol Pengobatan Hipersensitif Insomia, pusing, Pantau tanda-tanda
skizofrenia terhadap ansietas vital
akut, kronis risperidol
40

B. Analisa Data
No. DATA MASALAH
1. DS : Pasien mengatakan “ dirumah saya bicara Halusinasi :
sendiri, senyum, tertawa sendiri. Pasien Pendengaran
mengatakan mendengarkan dikelilingi oleh 3 orang
yang akan memberi kalung pada saya, akan
menjahati saya.
DO : pasien tampak binggung, tatapan kosong,
tidak fokus, saat bicara pasien kadang tersenyum
sendiri dan mondar-mandir
2. DS : “Saya merasa minder” Isolasi Sosial
DO : pasien kurang aktif dalam kegiatan kelompok
dan kurang berinteraksi dengan orang lain,
3. DS : Pasien mengatakan dibawa kesini karena Perilaku kekerasan
menggamuk sampai tangan saya di ikat”
DO : Ekspresi wajah tegang, pasien tampak
binggung, tatapan kosong dan tidak fokus
4 DS : pasien mengatakan “saya malu tidak bisa Harga diri rendah
membantu istri saya mencari uang, saya malah ada
disini”
DO : Saat berbicara kontak mata kurang, sering
menunduk dan menjawab dengar suara lirih
5 DS : pasien mengatakan “saya malu untuk Kerusakan Interaksi
berbincang-bincang dan takut jika nanti tiba-tiba Sosial
ada suara itu”
DO : pasien lebih sering tidur dan menyendiri,
kurang aktif dalam kelompok.
6 DS : pasien mengatakan “saya ingin lekas sembuh Perilku mencari
dan pulang” bantuan kesehatan
DO : pasien dibantu oleh terapis, keluarga belum
41

menjengguk pasien
7 DS : pasien mengatakan “saya malu dan takut Koping individu in
dengan teman-teman yang ada disini” efektif
DO : pasien tampak gelisah, menyendiri dan
mondar-mandir

C. Daftar Masalah Keperawatan


1. Halusinasi pendengaran
2. Perilaku kekerasan
3. Harga diri rendah
4. Isolasi sosial
5. Kerusakan interaksi sosial
6. Perilaku mencari bantuan kesehatan
7. Koping individu in efektif

D. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Kerusakan Halusinasi: pendengaran Perilaku mencari bantuan kesehatan


interaksi sosial

Isolasi Sosial

HDR

Koping Individu in efektif


42

E. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi pendengaran
2. Perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial

Bandung Barat, 01 Januari 2019

Moch. Nurhalim, S.Kep


NIP. 19800314 200902 1 002
F. Rencana Keperawatan
Nama : Tn K
Ruang : Merak
Diagnosis Tujuan Perencanaan Rasional
Keperawatan Kriteria evaluasi Intervensi
Perubahan SP 1: Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan jenis Ungkapan dari klien mengenai jenis
persepsi sensori: Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi halusinasi klien halusinasi menunjukan apa yang
Halusinasi mengidentifikasi jenis dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
halusinasi
SP 1 : Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusika isi halusinasi Ungkapan dari klien mengenai isi
Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi klien halusinasi menunjukan apa yang
mengidentifikasi isi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
halusinasi
SP 1: Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan waktu Ungkapan dari klien mengenai waktu
Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi halusinasi klien halusinasi menunjukan apa yang
mengidentifikasi waktu dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
halusinasi
SP 1: Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan frekuensi Ungkapan dari klien mengenai frekuensi
Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi halusinasi klien terjadinya halusinasi menunjukan apa yang
mengidentifikasi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
frekuensi halusinasi
SP 1 : Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan situasi yang Ungkapan dari klien mengenai situasi
Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi menunjukan apa yang
mengidentifikasi situasi menimbulkan halusinasi halusinasi pada klien dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
yang menimbulkan
halusinasi
SP 1 : Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan respon klien Ungkapan dari klien mengenai respon klien
Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi saat halusinasi menunjukan apa yang
mengidentifikasi respon terhadap halusinasi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
klien terhadap halusinasi

43
SP 1 : Setelah 3 x interaksi, klien dapat Diskusikan level Tindakan menghardik merupakan salah satu
Klien dapat menghardik menghardik halusinasi mengontrol halusinasi upaya untuk mengontrol halusinasi
halusinasi Ajarkan cara
menghardik halusinasi
Demonstrasikan cara
menghardik halusinasi
Tanyakan pasien
melakukan cara
menghardik halusinasi
SP 1: Setelah 3 x interaksi, Masukan cara Masukan kegiatan menghardik halusinasi
Klien dapat memasukan klien dapat memasukan cara menghardik halusinasi ke dalam jadwal harian klien membantu
cara menghardik menghardik halusinasi dalam jadwal dalam jadwal kegiatan mempercepat klien dapat mengontrol
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian harian halusinasi
kegiatan harian
SP 2 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal Evaluasi akan membantu untuk
Klien dapat klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
kegiatan harian klien

Sp 2 : Setelah 3 x interaksi, Masukan bercakap- Membantu mempercepat klien dapat


Klien dapat memasukan klien dapat memasukan dalam jadwal cakap dengan orang lain mengontrol halusinasi
dalam jadwal kegiatan kegiatan harian ke dalam jadwal
harian kegiatan harian klien
SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal Evaluasi akan membantu untuk
Klien dapat klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan hariannya
kegiatan hariannya
SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Diskusikan level Melakukan kegiatan di RSJ yang sesuai
Klien dapat klien dapat mengendalikan halusinasi mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang biasa dilakukan klien
mengendalikan dengan melakukan kegiatan di RSJ Ajarkan cara melakukan di rumah merupakan salah satu tindakan

44
halusinasi dengan yang sesuai dengan kegiatan yang kegiatan di RSJ yang yang dapat mengendalikan halusinasi.
melakukan kegiatan di biasa dilakukan klien di rumah sesuai dengan kegiatan
RSJ yang sesuai dengan yang biasa dilakukan
kegiatan yang biasa klien di rumah
dilakukan klien di Demonstrasikan cara
rumah melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan klien di
rumah
Motivasi pasien
melakukan cara
melakukan kegiatan di
RSJ yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan klien di
rumah
SP 3 : Setelah 3 x interaksi, Masukan kegiatan yang Memasukan kegiatan klien di RSJ ke dalam
Klien memasukan klien memasukan kegiatan di atas ke dilakukan klien di RSJ jadwal harian klien membantu
kegiatan di atas ke dalam jadwal kegiatan harian ke dalam jadwal mempercepat klien dapat mengontrol
dalam jadwal kegiatan kegiatan harian halusinasi
harian
SP 4 : Setelah 3 x interaksi, Evaluasi jadwal Evaluasi akan membantu untuk
Klien dapat klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien merencanakan selanjutnya
mengevaluasi jadwal kegiatan hariannya
kegiatan hariannya
SP 4: Setelah 3 x interaksi, Dorong klien untuk Menggunakan obat secara teratur
Klien dapat klien dapat menggunakan obat secara menggunakan obat merupakan salah satu tindakan yang dapat
menggunakan obat teratur secara teratur mengendalikan halusinasi
secara teratur
SP 4 : Setelah 3 x interaksi, Masukan kegiatan Masukan kegiatan menggunakan obat

45
Klien dapat memasukan klien dapat memasukan kegiatan menggunakan obat secara teratur ke dalam jadwal harian klien
kegiatan menggunakan menggunakan obat secara teratur ke secara teratur ke dalam membantu mempercepat klien dapat
obat secara teratur ke dalam jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan harian mengontrol halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian
SP 1 Keluarga : Setelah 1 x interaksi, keluarga Diskusikan bersama Membantu keluarga dalam mengungkapkan
Mendiskusikan mampu mengungkapkan masalah keluarga tentang perasaanya
masalah yang dirasakan yang dirasakan dalam merawat masalah-masalah yang
keluarga dalam pasien dialami selama merawat
merawat pasien pasien
Setelah 1 x interaksi, keluarga
SP 1 Keluarga : mampu mengerti dan memahami Beri pemahaman kepada Memberikan pemahaman tentang
Menjelaskan pengertian tentang pengertian, tanda dan gejala, keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, proses
halusinasi, tanda dan serta proses terjadinya halusinasi pengertian , tanda dan terjadinya halusinasi kepada keluarga
gejala, serta proses gejala, serta proses
terjadinya halusinasi Setelah 1 x interaksi, keluarga terjadinya halusinasi
mengerti tentang cara merawat
pasien halusinasi Memberi pengetahuan kepada keluarga
Diskusikan bersama tentang cara merawat pasien
SP 1 Keluarga : keluarga tentang cara
Menjelaskan cara merawat pasien
merawat pasien dengan halusinasi
halusinasi

SP 2 Keluaraga Setelah 1 x pertemuan keluarga Latih keluarga Ketrampilan keluarga mempercepat proses
Melatih keluarga mampu mempraktekkan cara mempraktekkan cara penyembuhan pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi merawat pasien dengan
merawat pasien dengan halusinasi
halusinasi Setelah 1 x pertemuan keluarga
mampu cara merawat langsung Kemampuan keluarga merawat pasien,
SP 2 Keluarga pasien dengan halusinasi Latih keluarga cara mempercepat proses penyembuhan pasien

46
Melatih keluarga cara merawat langsung
merawat langsung pasien dengan halusinasi
pasien dengan halusinasi
SP 3 Keluarga
Membantu keluarga Setelah 1 x pertemuan keluarga Ajarkan kepada Kemampuan keluarga membuat jadwal
membuat jadwal mampu membuat jadwal aktifitas keluarga cara membuat kegiatan pasien, membantu pasien untuk
aktifitas dirumah dirumah termasuk minum obat jadwal aktifitas dirumah selalu disiplin melakukan latihan sehingga
termasuk minum obat (discharge plaining) termasuk minum obat mempercepat proses penyembuhan
(discharge plaining) (discharge plaining) Dukungan keluaga dan lingkungan
Setelah 1 x pertemuan follow up mempercepat proses penyembuhan pasien
SP 3 Keluarga pasien setelah pulang dapat Jelaskan follow up
Menjelaskan follow up dilaksanakan pasien setelah pulang
pasien setelah pulang
Isolasi sosial SP 1 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien mampu Diskusika dan Tanyakan Dengan mengetahui penyebab klien
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri kepada klien untuk menarik diri dapat ditemukan mekanisme
menyebutkan penyebab menyebutkan penyebab koping klien dalam berinteraksi sosail, serta
isolasi sosial menarik diri strategi apa yang diterapkan pada klien
SP 1 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui keuntungan
Berdiskusi dengan klien menyebutkan keuntungan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, maka klien
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain berinteraksi dengan akan termotivasi untuk berinteraksi dengan
berinteraksi dengan orang lain orang lain
orang lain
SP 1 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui kerugian berinteraksi
Berdiskusi dengan klien menyebutkan kerugian berinteraksi tentang kerugian dengan orang lain, maka klien akan
tentang kerugian dengan orang lain berinteraksi dengan termotivasi untuk berinteraksi dengan orang
berinteraksi dengan orang lain lain
orang lain
SP 1 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan level Melibatkan klien dalam interaksi sosial
klien diajarkan oleh mengetahui cara berkenalan dengan bersosialisasi akan mendorong klien melihat dan
perawat tentang cara satu orang Ajarkan cara merasakan secara langsung keuntungan dari
berkenalan dengan satu bersosialisai atau berinteraksi sosial serta meningkatkan

47
orang berkenaan konsep diri klien
Demonstrasikan cara
berkenalan
Motivasi pasien untuk
berkenalan dengan satu
orang
SP 1 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Masukan kegiatan Memasukan kegiatan berbincang-bincang
Klien dapat memasukan memasukan kegiatan berbincang- berbincang-bincang dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian
kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain ke jadwal dengan orang lain ke akan mencapai interaksi soasial klien secara
bincang dengan orang kegiatan harian jadwal kegiatan harian bertahap
lain ke jadwal kegiatan
harian
SP 2 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Evaluasi kegiatan harian Evaluasi sangat penting untuk membuat
Jadwal kegiatan harian mengevaluasi mengenai kegiatan klien mengenai kegiatan rencana selanjutnya, apakah klien dapat
klien dapat terevaluasi berbincang-bincang dengan orang berbincang-bincang melakukan interaksi sosial dengan dua
mengenai kegiatan lain dengan orang lain orang atau lebih
berbincang-bincang
dengan orang lain
SP 2 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan level Melibatkan klien dalam interaksi sosial
Klien dapat mempraktekan cara berkenalan bersosialisasi akan mendorong klien melihat dan
mempraktekan cara dengan dua orang atau lebih Ajarkan cara merasakan secara langsung keuntungan dari
berkenalan dengan dua bersosialisai atau berinteraksi sosial serta meningkatkan
orang atau lebih berkenaan konsep diri klien
Demonstrasikan cara
berkenalan dengan dua
orang
Motivasi pasien untuk
berkenalan dengan dua
orang
SP 2 Pasien : Setelah 3x interaksi, klien dapat Masukan kegiatan Memasukan kegiatan berbincang-bincang
Klien dapat memasukan memasukan kegiatan berbincang- berbincang-bincang dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian

48
kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain ke jadwal dengan orang lain ke akan mencapai interaksi soasial klien secara
bincang dengan orang kegiatan harian jadwal kegiatan harian bertahap
lain ke jadwal kegiatan
harian
SP 3 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Evaluasi jadwal Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian kegiatan harian klien rencana selanjutnya, apakah klien dapat
mengevaluasi jadwal klien melakukan interaksi sosial dengan dua
kegiatan harian klien orang atau lebih
SP 3 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Diskusikan level Melibatkan klien dalam interaksi sosial
Klien dapat berinteraksi berinteraksi dalam kelompok bersosialisasi akan mendorong klien melihat dan
dalam kelompok Ajarkan cara merasakan secara langsung keuntungan dari
bersosialisai atau berinteraksi sosial serta meningkatkan
berkenaan konsep diri klien
Demonstrasikan cara
berinteraksi dalam
kelompok
Motivasi pasien untuk
berinteraksi dalam
kelompok
SP 3 Pasien: Setelah 3x interaksi, klien dapat Masukan kegiatan memasukan kegiatan berbincang-bincang
Klien dapat memasukan memasukan kegiatan berbincang- berbincang-bincang dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian
kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain ke jadwal dengan orang lain ke akan mencapai interaksi soasial klien secara
bincang dengan orang kegiatan harian jadwal kegiatan harian bertahap
lain ke jadwal kegiatan
harian

SP 1 Keluarga : Setelah 1 x interaksi, keluarga Diskusikan bersama Membantu keluarga dalam mengungkapkan
Mendiskusikan mampu mengungkapkan masalah keluarga tentang perasaanya
masalah yang dirasakan yang dirasakan dalam merawat masalah-masalah yang
keluarga dalam pasien dialami selama merawat
merawat pasien pasien

49
Setelah 1 x interaksi, keluarga
mampu mengerti dan memahami Memberikan pemahaman tentang
SP 1 Keluarga : tentang pengertian, tanda dan gejala, Beri pemahaman kepada pengertian, tanda dan gejala, proses
Menjelaskan pengertian serta proses terjadinya isolasi social. keluarga tentang terjadinya isolasi sosial kepada keluarga
isolasi sosial, tanda dan pengertian , tanda dan
gejala, serta proses Setelah 1 x interaksi, keluarga gejala, serta proses
terjadinya isolasi sosial mengerti tentang cara merawat terjadinya isolasi sosial
pasien isolasi sosial Memberi pengetahuan kepada keluarga
tentang cara merawat pasien
SP 1 Keluarga : Diskusikan bersama
Menjelaskan cara keluarga tentang cara
merawat pasien dengan merawat pasien isolasi
isolasi social social
SP 2 Keluaraga Setelah 1 x pertemuan keluarga Latih keluarga Ketrampilan keluarga mempercepat proses
Melatih keluarga mampu mempraktekkan cara mempraktekkan cara penyembuhan pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social merawat pasien dengan
merawat pasien dengan isolasi social
isolasi social Setelah 1 x pertemuan keluarga
mampu cara merawat langsung Kemampuan keluarga merawat pasien,
SP 2 Keluarga pasien dengan isolasi social Latih keluarga cara mempercepat proses penyembuhan pasien
Melatih keluarga cara merawat langsung
merawat langsung pasien dengan isolasi
pasien dengan isolasi sosial
social
SP 3 Keluarga Setelah 1 x pertemuan keluarga Ajarkan kepada Kemampuan keluarga membuat jadwal
Membantu keluarga mampu membuat jadwal aktifitas keluarga cara membuat kegiatan pasien, membantu pasien untuk
membuat jadwal dirumah termasuk minum obat jadwal aktifitas dirumah selalu disiplin melakukan latihan sehingga
aktifitas dirumah (discharge plaining) termasuk minum obat mempercepat proses penyembuhan
termasuk minum obat (discharge plaining)
(discharge plaining) Dukungan keluaga dan lingkungan
Setelah 1 x pertemuan follow up mempercepat proses penyembuhan pasien

50
SP 3 Keluarga pasien setelah pulang dapat Jelaskan follow up
Menjelaskan follow up dilaksanakan pasien setelah pulang
pasien setelah pulang
Harga diri SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien mampu 1. Diskusikan bahwa Aspek positif penting untuk meningkatkan
Rendah Klien dapat mengidentifikasi : klien masih memiliki percaya diri serta harga diri.
mengidentifikasi  Kemampuan yang dimiliki klien; sejumlah
kemampuan dan aspek  Aspek positif yang dimiliki klien. kemampuan dan
positif yang dimilikinya aspek positif seperti
kegiatan klien
dirumah, adanya
keluarga dan
lingkungan terdekat
klien.
2. Beri pujian yang
realistis/nyata dan
hindarkan setiap kali
bertemu dengan
klien yang memiliki
penilaian yang
negatif.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien mampu 1. Diskusikan dengan Mencari cara yang konstruktif dan
Klien dapat menilai menilai kemampuan yang masih klien kemampuan menunjukkan potensi yang dimiliki klien
kemampuan yang maih dapat dilakukan. yang masih dapat untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik
dapat dilakukan digunakan saat ini dan berharga.
setelah mengalami
masalah.
2. Bantu klien
menyebutkan dan
memberi penguatan
terhadap
kemampuan diri

51
yang diungkapkan
klien
3. Perlihatkan respons
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien mampu 1. Diskusikan dengan Menghindari adanya kehilangan/perubahan
Klien dapat menentukan menentukan kegiatan yang akan klien beberapa peran akibat perasaan HDR yang dialami
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan aktivitas yang dapat klien serta mencari alternatif koping untuk
dilatih sesuai dengan klien dilakukan dan dipilih meningkatkan harga diri.
kemampuan klien sebagai kegiatan
yang akan dilakukan
klien lakukan sehari- Meningkatkan pengetahuan klien akan
hari. mekanisme koping yang konstruktif dalam
2. Bantu klien menghargai diri sendiri.
menetapkan aktivitas
mana yang dapat
klien lakukan secara
mandiri , mana
aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari
keluarga dan
aktivitas apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari keluarga
atau lingkungan
terdekat klien.
3. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas
yang dapat

52
dilakukan klien.
4. Susun bersama klien
dan buat daftar
aktivitas atau
kegiatan sehari-hari
klien.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien dapat 1. Diskusikan dengan Menghargai kemampuan klien serta
Klien dapat melatih melatih diri sesuai dengan klien untuk menunjukkan kemampuan yang klien
kemampuan yang dipilih kemampuan yang dipilih menetapkan urutan miliki.
kegiatan (yang
sudah dipilih klien)
yang akan
dilatihkan.
2. Bersama klien dan
keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan dilakukan
klien.
3. Berikan dukungan
dan pujian yang
nyata setiap
kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien Berikan pujian yang Pujian yang wajar akan meningkatkan
Klien mendapatkan mendapatkan pujian yang wajar dari wajar dari perawat untuk harga diri klien.
pujian yang wajar dari perawat untuk kegiatan yang dapat kegiatan yang dapat
perawat untuk kegiatan dilakukannya dilakukannya.
yang dapat
dilakukannya
SP 1: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Masukkan kegiatan Memasukkan kegiatan ke dalam jadwal

53
Klien memasukkan memasukkan kegiatan yang akan yang dilatih ke dalam harian merupakan proses untuk
kegiatan yang akan dilatih ke dalam jadwal kegiatan jadwal kegiatan harian membiasakan klien melakukan aktivitas
dilatih ke dalam jadwal harian rutin yang dapat meningkatkan harga diri
kegiatan harian klien.
SP 2: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Evaluasi jadwal harian Evaluasi jadwal harian klien oleh perawat
Jadwal kegiatan harian mengevaluasi kegiatan hariannya klien oleh perawat. akan membantu perawat untuk melihat
klien terevaluasi oleh perkembangan harga diri klien.
perawat
SP 2: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Latih kemampuan kedua Menghargai kemampuan klien serta
Klien dapat melatih melatih kemampuan kedua yang klien yang dapat menunjukkan kemampuan yang klien miliki
kemampuan kedua yang dapat dilakukan dilakukan. selain kemampuan sebelumnya.
dapat dilakukan
SP 2: Setelah 2 x interaksi, klien dapat Anjurkan klien untuk Memasukkan kegiatan ke dalam jadwal
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan memasukkan harian merupakan proses untuk
memasukkan dalam harian kemampuan kedua ke membiasakan klien melakukan aktivitas
jadwal kegiatan harian dalam jadwal kegiatan rutin yang dapat meningkatkan harga diri.
harian.
SP 1 Keluarga : Setelah 1 x interaksi, keluarga Diskusikan bersama Membantu keluarga dalam mengungkapkan
Mendiskusikan mampu mengungkapkan masalah keluarga tentang perasaanya
masalah yang dirasakan yang dirasakan dalam merawat masalah-masalah yang
keluarga dalam pasien dialami selama merawat
merawat pasien pasien
Setelah 1 x interaksi, keluarga
mampu mengerti dan memahami Memberikan pemahaman tentang
SP 1 Keluarga : tentang pengertian, tanda dan gejala, Beri pemahaman kepada pengertian, tanda dan gejala, proses
Menjelaskan pengertian serta proses terjadinya harga diri keluarga tentang terjadinya harga diri rendah kepada
harga diri rendah, tanda rendah pengertian , tanda dan keluarga
dan gejala, serta proses gejala, serta proses
terjadinya harga diri Setelah 1 x interaksi, keluarga terjadinya harga diri
rendah mengerti tentang cara merawat rendah
pasien harga diri rendah Memberi pengetahuan kepada keluarga

54
SP 1 Keluarga : Diskusikan bersama tentang cara merawat pasien
Menjelaskan cara keluarga tentang cara
merawat pasien dengan merawat pasien harga
harga diri rendah diri rendah

SP 2 Keluaraga Setelah 1 x pertemuan keluarga Latih keluarga Ketrampilan keluarga mempercepat proses
Melatih keluarga mampu mempraktekkan cara mempraktekkan cara penyembuhan pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri merawat pasien dengan
merawat pasien dengan rendah harga diri rendah
harga diri rendah
Setelah 1 x pertemuan keluarga Kemampuan keluarga merawat pasien,
SP 2 Keluarga mampu cara merawat langsung Latih keluarga cara mempercepat proses penyembuhan pasien
Melatih keluarga cara pasien dengan harga diri rendah merawat langsung
merawat langsung pasien dengan harga diri
pasien dengan harga diri rendah
rendah
SP 3 Keluarga
Membantu keluarga Setelah 1 x pertemuan keluarga Ajarkan kepada Kemampuan keluarga membuat jadwal
membuat jadwal mampu membuat jadwal aktifitas keluarga cara membuat kegiatan pasien, membantu pasien untuk
aktifitas dirumah dirumah termasuk minum obat jadwal aktifitas dirumah selalu disiplin melakukan latihan sehingga
termasuk minum obat (discharge plaining) termasuk minum obat mempercepat proses penyembuhan
(discharge plaining) (discharge plaining)
Dukungan keluaga dan lingkungan
Setelah 1 x pertemuan follow up mempercepat proses penyembuhan pasien
SP 3 Keluarga pasien setelah pulang dapat Jelaskan follow up
Menjelaskan follow up dilaksanakan pasien setelah pulang
pasien setelah pulang

55
Perilaku SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien menemukan Menentukanan mekanisme koping yang
Kekerasan Klien dapat mengidenttifikasi penyebab perilaku penyebab perilaku dimililiki klien dalam mengahadapi
mengidentifikasi kekerasan kekerasan klien masalah serta sebagai langkah awal dalam
penyebab perilaku menyyusun strategi berikutnya
kekerasan
SP 1 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Jelaskan tanda dan Deteksi dini dapat mencegah tindakan yang
Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala gejala perilaku dapat membahayakan klien dan lingkungan
mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan kekerasan klien sekitar
dan gejala perilaku
kekerasan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Tanyakan perilaku Melihat mekanisme koping klien dalam
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan kekerasan yang menyelesaikan masalah yang dihadapinya
mengidentifikasi yang dilakukan dilakukan klien
perilaku kekerasan yang
dilakukan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Jelaskan akibat perilaku Membantu klien melihat dampak yang
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang telah ditimbulkan akibat perilaku kekerasan yang
mengidentifikasi akibat kekerasan klien lakukan dilakukan klien
perilaku kekerasan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Menurunkan perilaku destruktif yang akan
Klien dapat menyebutkan cara mengontrol menyebutkan cara mencederai klien dan lingkungan sekitar
menyebutkan cara perilaku kekerasan mengontrol perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan
SP 1: Setelah 3x interaksi, klien dapat Ajarkan klien untuk Tarik nafas dalam dapat mengurangi
Klien dapat mempraktikan cara mengontrol mempraktikan cara keinginan klien untuk melakukan perilaku
mempraktikan cara perilaku kekerasan dengan cara fisik mengontrol perilaku kekerasan
mengontrol perilaku 1( tarik nafas dalam) kekerasan dengan cara
kekerasan dengan cara fisik 1( tarik nafas
fisik 1( tarik nafas dalam)
dalam)

56
SP 1: Setelah 2x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan cara fisik 1( tarik memasukan latihan cara perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan cara fisik 1( tarik nafas dalam) kedalam jadwal fisik 1( tarik nafas kegiatan harian merupakan upaya untuk
nafas dalam) kedalam kegiatan harian dalam) kedalam jadwal membiasakan diri melatih dan
jadwal kegiatan harian kegiatan harian mengaplikasikan cara fisik 1 saat klien
marah
SP 2: Setelah 3x interaksi, klien dapat Evaluasi jadwal Evaluasi sangat penting untuk membuat
Mengevaluasi jadwal memasukan latihan cara fisik 1( tarik kegiatan harian klien rencana selanjutnya
kegiatan harian klien nafas dalam) kedalam jadwal
kegiatan
SP 2 Setelah 3x interaksi, klien dapat Latih klien untuk Memukul bantal atau guling yang empuk
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan mengontrol perilaku dapat mengurangi keinginan klien untuk
perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 (memukul bantal kekerasan dengan cara melakukan perilaku kekerasan
dengan cara fisik 2 atau benda lain yang empuk) fisik 2 (memukul bantal
(memukul bantal atau atau benda lain yang
benda lain yang empuk) empuk)
SP 2: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan perilaku memasukan latihan perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 perilaku kekerasan kegiatan harian merupakan upaya untuk
kekerasan dengan cara kedalam jadwal kegiatan harian dengan cara fisik 2 membiasakan diri melatih dan
fisik 2 kedalam jadwal kedalam jadwal kegiatan mengaplikasikan cara fisik 2 saat klien
kegiatan harian harian marah
SP 3: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi cara mengontrol mengevaluasi cara rencana selanjutnya
mengevaluasi cara perilaku kekerasan cara fisik 2 mengontrol perilaku
mengontrol perilaku kedalam jadwal kegiatan hariannya kekerasan cara fisik 2
kekerasan cara fisik 2 kedalam jadwal kegiatan
kedalam jadwal kegiatan hariannya
hariannya
SP 3 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Demonstrasikan kepada Cara verbal (mengungkapkan/menolak
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekkerasan klien untuk mengontrol dengancara yang baik) dapat mengurangi

57
perilaku kekkerasan dengan cara verbal perilaku kekerasan keinginan klien untuk melakukan perilaku
dengan cara verbal dengan cara verbal kekerasan
SP 3: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien memasukan Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan perilaku latihan perilaku perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan perilaku kekerasan dengan cara verbal kekerasan dengan cara kegiatan harian merupakan upaya untuk
kekerasan dengan cara kedalam jadwal kegiatan harian verbal kedalam jadwal membiasakan diri melatih dan
verbal kedalam jadwal kegiatan harian mengaplikasikan cara verbal saat klien
kegiatan harian marah
SP 4: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi latihan perilaku mengevaluasi latihan rencana selanjutnya
mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara verbal perilaku kekerasan
perilaku kekerasan kedalam jadwal kegiatan hariannya dengan cara verbal
dengan cara verbal kedalam jadwal kegiatan
kedalam jadwal kegiatan hariannya
hariannya
SP 4: Setelah 3x interaksi, klien dapat Demonstrasikan kepada Cara spiritual (berwudhu atau shalat) dapat
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan klien untuk mengontrol mengurangi keinginan klien untuk
perilaku kekerasan dengan cara spiritual perilaku kekerasan melakukan perilaku kekerasan
dengan cara spiritual dengan cara spiritual
(berdoa)
SP 4 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat mengevaluasi latihan perilaku mengevaluasi latihan perilakuk kekerasan kedalam jadwal
mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara spiritual perilaku kekerasan kegiatan harian merupakan upaya untuk
perilaku kekerasan kedalam jadwal kegiatan hariannya dengan cara spiritual membiasakan diri melatih dan
dengan cara spiritual kedalam jadwal kegiatan mengaplikasikan cara spiritual saat klien
kedalam jadwal kegiatan hariannya marah
hariannya
SP 5 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Latih klien untuk Evaluasi sangat penting untuk membuat
Klien dapat mengevaluasi latihan perilaku mengevaluasi latihan rencana selanjutnya
mengevaluasi latihan kekerasan dengan cara spiritual perilaku kekerasan
perilaku kekerasan kedalam jadwal kegiatan harian klien dengan cara spiritual

58
dengan cara spiritual kedalam jadwal kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian klien
harian
SP 5 : Setelah 3x interaksi, klien dapat Latih klien untuk Meminum obat dapat mengurangi
Klien dapat mengontrol mengontrol perilaku kekerasan mengontrol perilaku keinginan klien untuk melakukan perilaku
perilaku kekerasan dengan minum obat kekerasan dengan kekerasan
dengan minum obat minum obat
SP 5: Setelah 3x interaksi, klien dapat Bantu klien untuk Memasukan kegiatan untuk mengontrol
Klien dapat memasukan memasukan latihan perilaku memasukan latihan perilakuk kekerasan kedalam jadwal
latihan perilaku kekerasan dengan cara meminum perilaku kekerasan kegiatan harian merupakan upaya untuk
kekerasan dengan cara obat kedalam jadwal kegiatan dengan cara meminum membiasakan diri melatih dan
meminum obat kedalam hariannya obat kedalam jadwal mengaplikasikan cara minum obat saat
jadwal kegiatan kegiatan hariannya klien marah
hariannya

59
G. Implementasi dan Evaluasi

Catatan Perkembangan Hari ke 1

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Tujuan dan nama
1. 02-01-19 Halusinasi : SP 1 Halusinasi pendengaran S : Tn. K mengatakan sering
pendengaran a. Mendiskusikan jenis halusinasi mendengar suara 3 laki-laki yang akan
Setelah 1 x interaksi, dengan klien menjahati saya, muncul tiap malam
klien dapat b. Mendiskusikan isi halusinasi dengan
dan saat saya tidak memiiki kegiatan,
klien
mengidentifikasi jenis, biasa saya akan ketakutan lalu saya
c. Mendiskusikan waktu halusinasi
isi, waktu, frekuensi, berdoa. Saya mau beajar untuk
dengan klien
situasi, respon pasien d. Mendiskusikan frekuensi halusinasi menghardiknya.
pada halusinasi, dengan klien O : pasien kadang tidak fokus, tetapi
melatih pasien cara e. Mendiskusikan situasi yang dapat bisa memperagakan menghardik
mengontro dengan menimbulkan halusinasi pada klien halusinasi.
menghardik dan f. Mendiskusikan respon klien
A : pasien mampu mengenal
memasukkan dalam terhadap halusinasi
g. Mendiskusikan mengontrol halusinasi, menghardik dan
jadwal kegiatan
halusinasi: Mengajarkan cara memasukkan dalam jadwal
menghardik, dan P:
mendemonstrasikan cara Perawat : Latih pasien cara kedua :
menghardik, kemudian tanyakan mengobrol dengan teman.
klien untuk melakukan cara Pasien : Anjurkan pasien untuk
menghardik halusinasi mengunakan teknik menghardik
h. Memasukan cara menghardik sesuai jadwal yang telah dibuat.
kedalam jadwal kegiatan harian
klien

60
2. 02-01-19 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S : pasien mengatakan tidak
Setelah 1 x interaksi, a. Mendiskusika dan Tanyakan kepada berinteraksi karena malu dan takut.
klien dapat klien untuk menyebutkan penyebab Pasien tahu bahwa jika mau
mengidentifikasi menarik diri berinteraksi maka pasien punya
penyebab isolasi b. Mendiskusikan dengan klien tentang
teman, jika tidak maka tidak ada
sosial, keuntungan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain teman, pasien masih takut untuk
berintraksi, kerugian
c. Mendiskusikan dengan klien tentang berkenalan.
tidak berinteraksi,
kerugian berinteraksi dengan orang O : pasien tampak malu dan
melatih berkenalan dan
lain belumberani berkenalan pasien
memasukkan dalam
d. Mendiskusikan level bersosialisasi langsung ke kasurnya kembali untuk
jadwal dan mengajarkan cara bersosialisai tidur.
atau berkenaan serta
A : pasien belum mampu untuk
mendemonstrasikan cara berkenalan
dan memotivasi pasien untuk berkenalan dengan satu orang
berkenalan dengan satu orang P:
e. Memasukan kegiatan berbincang- Perawat : Latih lagi untuk berkenalan
bincang dengan orang lain ke jadwal pada satu orang supaya pasien
kegiatan harian klien memiliki teman.
Pasien : Anjurkan pasien untuk tetap
berkenalan pada teman sesuai jadwal
yang telah dibuat.

61
Catatan Perkembangan Hari ke 2

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Tujuan dan nama
1. 03-01-19 Halusinasi : SP 1 Halusinasi pendengaran S : Tn. K mengatakan sudah
pendengaran a. Mendiskusikan jenis halusinasi menggunakan teknik menghardik saat
Setelah 1 x interaksi, dengan klien ada suara-suara dan sudah merasa
klien dapat b. Mendiskusikan isi halusinasi dengan
tenang. Pasien mengatakan mau
memvalidasi masalah klien
c. Mendiskusikan waktu halusinasi mengobrol dengan Tn D
dan latihan O : pasien nampak lebih tenang dan
dengan klien
sebelumnya, melatih d. Mendiskusikan frekuensi halusinasi mulai berinteraksi dengan Tn. D
pasien cara mengontro dengan klien A : pasien mampu mengobrol dengan
dengan mengobrol e. Mendiskusikan situasi yang dapat orang lain dan memasukkan dalam
dengan orang lain dan menimbulkan halusinasi pada klien jadwal
memasukkan dalam f. Mendiskusikan respon klien
P:
jadwal kegiatan terhadap halusinasi
g. Mendiskusikan mengontrol Perawat : Latih cara ketiga :
halusinasi: Mengajarkan cara berkegiatan.
menghardik, dan Pasien : Anjurkan pasien untuk
mendemonstrasikan cara mengobrol sesuai jadwal yang telah
menghardik, kemudian tanyakan dibuat.
klien untuk melakukan cara
menghardik halusinasi
h. Memasukan cara menghardik
kedalam jadwal kegiatan harian
klien
2. 03-01-19 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S : pasien mengatakan tahu tentang
Setelah 1 x interaksi, a. Mendiskusika dan Tanyakan kepada keuntungan dan kerugian berinteraksi,
klien dapat klien untuk menyebutkan penyebab pasien mau berkenalan dengan Tn D.
mengidentifikasi menarik diri O : pasien berinteraksi dengan Tn D.

62
penyebab isolasi b. Mendiskusikan dengan klien tentang A : pasien mampu untuk berkenalan
sosial, keuntungan keuntungan berinteraksi dengan dengan satu orang
berintraksi, kerugian orang lain P:
tidak berinteraksi, c. Mendiskusikan dengan klien tentang
Perawat : Latih lagi untuk berkenalan
melatih berkenalan dan kerugian berinteraksi dengan orang
pada dua orang supaya pasien
lain
memasukkan dalam memiliki teman.
d. Mendiskusikan level bersosialisasi
jadwal Pasien : Anjurkan pasien untuk tetap
dan mengajarkan cara bersosialisai
atau berkenaan serta berkenalan pada teman sesuai jadwal
mendemonstrasikan cara berkenalan yang telah dibuat.
dan memotivasi pasien untuk
berkenalan dengan satu orang
e. Memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain ke jadwal
kegiatan harian klien

Catatan Perkembangan Hari ke 3

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Tujuan dan nama
1. 04-01-19 Halusinasi : SP 1 Halusinasi pendengaran S : Tn. K mengatakan sudah memiliki
pendengaran a. Mendiskusikan jenis halusinasi teman untuk mengobrol, pasien
Setelah 1 x interaksi, dengan klien memilih kegiatan untuk membantu
klien dapat b. Mendiskusikan isi halusinasi dengan
menyiapkan minum sebelum makan
memvalidasi masalah klien
c. Mendiskusikan waktu halusinasi bersama.
dan latihan O : pasien nampak membantu untuk
dengan klien
sebelumnya, melatih d. Mendiskusikan frekuensi halusinasi menyiapkan minum.
pasien cara mengontro dengan klien A : pasien mampu melakukan
dengan mengobrol e. Mendiskusikan situasi yang dapat kegiatan dan memasukkan dalam

63
dengan kegiatan dan menimbulkan halusinasi pada klien jadwal
memasukkan dalam f. Mendiskusikan respon klien P:
jadwal kegiatan terhadap halusinasi Perawat : Latih cara keempat : minum
g. Mendiskusikan mengontrol obat.
halusinasi: Mengajarkan cara Pasien : Anjurkan pasien untuk
menghardik, dan
mengunakan cara berkegiatan sesuai
mendemonstrasikan cara
menghardik, kemudian tanyakan jadwal yang telah dibuat.
klien untuk melakukan cara
menghardik halusinasi
h. Memasukan cara menghardik
kedalam jadwal kegiatan harian
klien
2. 04-01-19 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S : pasien mengatakan berkenalan
Setelah 1 x interaksi, a. Mendiskusika dan Tanyakan kepada dengan Tn A
klien dapat klien untuk menyebutkan penyebab O : pasien berinteraksi dengan Tn. A
memvalidasi masalah menarik diri A : pasien mampu untuk berkenalan
dan latihan b. Mendiskusikan dengan klien tentang
dengan dua orang
sebelumnya, melatih keuntungan berinteraksi dengan
orang lain P:
berkenalan dengan dua Perawat : Latih lagi untuk berkenalan
c. Mendiskusikan dengan klien tentang
orang atau lebih dan pada dua atau lebih orang supaya
kerugian berinteraksi dengan orang
memasukkan dalam lain pasien memiliki teman.
jadwal d. Mendiskusikan level bersosialisasi Pasien : Anjurkan pasien untuk tetap
dan mengajarkan cara bersosialisai berkenalan pada teman sesuai jadwal
atau berkenaan serta yang telah dibuat.
mendemonstrasikan cara berkenalan
dan memotivasi pasien untuk
berkenalan dengan satu orang
e. Memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain ke jadwal
kegiatan harian klien

64
65
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007). Pengkajian yang dilakukan pada Tn K penulis
menemukan data sebagai berikut, pasien mengatakan di rumah saya bicara
sendiri, senyum, tertawa sendiri, dan dibawa kesini karena menggamuk
sampai tangan saya diikat. Pasien juga mengatakan minder dengan
kondisinya yang tidak bisa membantu mencari uang. Diagnosa keperawatan
yang didapat pada Tn. K adalah Halusinasi pendengaran, Perilaku
kekerasan, Harga diri rendah, Isolasi sosial, Kerusakan interaksi sosial,
Perilaku mencari bantuan kesehatan, Koping individu in efektif Rencana
tindakan yang dilakukan pada Tn.K dengan halusinasi : pendengaran adalah
melatih cara menggontol halusinasi dengan cara menghardik, berbincang-
bincang dengan orang lain, berkegiatan (yang bisa dilakukan pasien), dan
dengan teratur minum obat. Selama 3 hari asuhan keperawatan pasien
mampu mencapai SP Halusinasi 2 yaitu berbincang-bincang dengan orang
lain.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada bab sebelumnya, kami mengajukan
beberapa saran untuk dijadikan bahan evaluasi antara lain :

65
66

1. Bagi RSJ Provinsi Jawa Barat


Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa dan bagi perawat ruangan, pasien harus terus dimotivasi dan
dilibatkan dalam kegiatan sehari–hari misalnya membersihkan ruangan
dll. Pertahankan dan tingkatkan komunikasi yang teraupetik serta
tingkatkan koping individu dan keluarga.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan sebagai sumber refrensi tentang pemberian asuhan
keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan diagnosa
keperawatan Halusinasi : Pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.

Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.


Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, BA. (2010). Model Praktek Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida. Hartono, Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: Salemba Medika.

Stuart dan Sundeen. (2007). Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.


L
A
M
P
I
R
A
N
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Proses Keperawatan
Masalah : Halusinasi Pendengaran
Pertemuan ke : 2 (dua)
Nama Klien : Tn. K
1. Kondisi klien
a. Data subyektif :
Tn. K mengatakan “ dirumah saya bicara sendiri, senyum, tertawa
sendiri. Pasien mengatakan mendengarkan dikelilingi oleh 3 orang
yang akan memberi kalung pada saya, akan menjahati saya.
b. Data objektif :
pasien tampak binggung, tatapan kosong, tidak fokus, saat bicara
pasien kadang tersenyum sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan SP 2
a. Pasien dapat menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
c. Pasien dapat memasukkan kegiatan yang akan dilatih ke dalam
jadwal kegiatan harian
4. Waktu : Tanggal 15 Juli 2016 Jam 07.00 sampai dengan jam 07.20
5. Rencana Tindakan Keperawatan
SP 2:
a. Menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
1) Membantu klien mengingat kembali pembahasan tentang
Halusinasi dan latihan menghardik halusinasi
2) Beri pujian yang realistik/nyata
b. Melatih mengobrol dengan orang lain yang dipilih pasien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk mengobrol dengan orang
lain
2) Bersama pasien memperagakan mengobrol dengan orang lain
3) memberikan dukungan dan pujian pada mengobrol dengan
orang lain
c. Membantu menyusun jadwal kegiatan yang dilatih
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan
2) memberi pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
3) meningkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
4) menyusun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih

B. Stategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak K ??? Apakah bapak K masih ingat dengan
saya? wah, ingatan bapak K bagus sekali. Iya benar saya perawat
Naro”
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan bapakK hari ini ? Apakah sudah bisa
mempraktekkan “menghardik halusinasi dengan menutup telinga
dan bilang pergi-pergi kamu tidak nyata” yang kemarin saya
ajarkan?
c. Kontrak
1) Topik : Bapak K sekarang kita akan mendiskusikan tentang
cara selanjutnya yaitu dengan berbincang-bincang dengan
orang lain, sebelumnya kita akan membahas kembali apa yang
sudah kita bicarakan kemarin lalu belajar berbincang-bincang
dengan orang lain dan memasukkan dalam jadwal harian
bapak”
2) Tempat : Menurut bapak K dimana kita mau berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruangan ini?
3) Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Fase Kerja
a. SP 2 : Menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya, Melatih
pasien cara mengontrol halusinasi dengan berbincang dengan
orang lain dan memasukkan kegiatan yang akan dilatih ke dalam
jadwal kegiatan harian.
“Bapak K masih ingat apa yang telah kemarin kita pelajari? Iya
bagus bapak masih ingat dan bagaimana dengan cara tersebut
apakah bapak sudah memperaktekkannya jika suara-suara itu
datang lagi? Bagus bapak sudah bisa menggunakannya. Baik bapak
sekarang kita akan mencoba belajar kembali yaitu dengan
berbincang-bincang dengan orang lain, jadi ketika suara-suara itu
datang bapak coba untuk mengajak bicara teman yang ada disekitar
bapak, bagaimana bapak bersedia? Baik kita coba ya pak, dengan
pak S, yak benar begitu pak nah sekarang bapak akan melakukan
hal tersebut kapan saja? Kita akan masukkan dalam jadwa harian
bapak. Bagus bapak K setelah dari rehap, sore dan malam. Iya
boleh seperti itu ya pak.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bapak K, sekarang kita telah selesai belajar tentang cara
berbincang-bincang dengan teman ketika timbul suara-suara itu.
Bagaimana, apakah bapak senang berbincang-bincang dengan saya
dan mendiskusikan topik hari ini? Wah, terima kasih. Saya juga
senang bisa membahas topik ini bersama bapak.”
b. Evaluasi objektif
“Tadi kita sudah mendiskusikan banyak hal ya? Sekarang, saya
akan menanyakan beberapa hal agar bapak K tetap ingat akan topik
kita hari ini dan mampu menerapkannya. Apakah setuju?”
“Baik kalau begitu saya ingin Bapak menceritakan kembali kepada
saya tentang apa yang sudah kita pelajari kemarin dan hari ini? Ya
baik, lalu sesuai jadwal yang tadi kita buat, kapan saja bapak K
akan melakukannya?”
“Wah, ternyata bapak masih ingat dan jawabannya sangat benar.”
c. Rencana tindak lanjut
"Mulai saat ini coba bapak K melakukan apa yang telah kita
pelajari itu ketika suara-suara muncul lagi seperti tadi ya pak,.”
d. Kontrak
1) Topik
“Bapak K untuk pertemuan selanjutnya kita akan mengevaluasi
apa yang sudah diajarkan kembali, selain itu kita juga akan
belajar cara selanjutnya yaitu dengan mengisi kegiatan dan
memasukkan dalam jadwal kembali. Bagaimana apakah bapak
K setuju?”
2) Waktu
“Kira-kira bapak K mau mulai jam berapa ya? Bagaimana
kalau jam 07.00 seperti hari ini?”
3) Tempat
“Bapak K besok ingin bertemu dimana? Bagaimana kalau kita
besok ngobrol di ruang ini saja seperti hari ini? Oke, sampai
bertemu besok Pak”
ANALISA PROSES INTERAKSI

1. Nama Pasien : Tn. K


2. Usia : 38 Tahun
3. Status Interaksi : SP 2
d. Menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
e. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan
berbincang dengan orang lain
f. Memasukkan kegiatan yang akan dilatih ke dalam jadwal
kegiatan harian
4. Lingkungan : Interaksi dilakukan di ruang Geranium
5. Deskripsi Pasien : Pasien tampak rapi, berpakaian seragam ruangan.
6. Tujuan :
a. Pasien dapat menvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
c. Pasien dapat memasukkan kegiatan yang akan dilatih ke
dalam jadwal kegiatan harian
d. Identitas Mahasiswa : Alfonsus Agus Ainaro S
e. Waktu : Tanggal 15 Juli 2016 Jam 07.00-08.00 WIB
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA RASIONAL
VERBAL VERBAL PD PERAWAT BERPUSAT PD
PASIEN (KLIEN)
P: Selamat pagi Tn K? P: Kontak mata, Dengan penuh percaya Memberi salam
mendekati pasien sambil diri bertemu dengan adalah hal baik dalam
tersenyum pasien memulai sebuah
K: Kontak mata + Merasa senang disapa interaksi
oleh perawat
K: Selamat Pagi K: Menatap Merasa senang karena Salam merupakan
kearah perawat sambil pasien disapa kalimat pembuka
tersenyum untuk memulai suatu
P: kontak mata + sambil memandang ke pasien percakapan sehingga
tersenyum dapat terjalin rasa
percaya.
P: ??? Apakah Tn. K P: Bertanya Berharap pasien masih Pertanyaan terbuka
masih ingat dengan dengan nada suara ingat dengan perawat dan mendorong pasien
saya? Hari ini kita akan yang bersahabat bersedia berbincang- untuk
belajar cara mengusir bincang mengungkapkan
suara-suara dengan K: Memperhatikan Pasien duduk perasaannya
mengobrol dengan perawat berhadapan kelihatan
orang lain.” tenang

K: “Iya saya masih K: menjawab dengan Ada keinginan banyak Daya ingat pasien
ingat, tenang dan kontak mata untuk mengungkapkan dapat dikaji dengan
kurang. perasaan menanyakan data-data
pasien yang
P: Memperhatikan tingkah Berharap pasien
sederhana.
laku pasien. mengungkapkan
perasaannya sesuai
dengan yang dialami.
P: “pak, masih ingat P: Kontak mata Menanyakan kegiatan memotivasi pasien
cara yang kemarin kita dipertahankan yang sudah diajarkan untuk mengingat yang
pelajari? Lalu apakah kemarin telah diajarkan
sudah dipraktekkan” K : Tersenyum Bersedia berbincang-
bincang dengan
perawat
K: “Saya menutup K: Kontak mata lama, Memperagakan yang Pasien mampu
telinga lalu bilang bicara pelan. telah diajarkan memperagakan apa
pergi-pergi kamu tidak yang sudah diajarkan.
nyata aku tidak mau P: Mengamati non verbal Menilai kemampuan
berbicara dan pasien yang kemarin sudah
mendengarkan lalu diajarkan pada pasien
berdoa, saya lakukan
ketika suara datang.”
P: “betul sekali, P: Kontak mata, Mengajarkan cara Kemampuan positif
sekarang kita belajar tersenyum selanjutnya : mengobrol yang dimiliki dapat
mengobrol dengan dengan orang lain meningkatkan harga
teman ya pak, mau?” K: Diam menunduk Melihat apa yang diri seseorang
sedang diajarkan
perawat mengobrol
dengan yang lain
K: “mau....” K: Bicara lancar kontak Pasien Kegiatan yang
mata cukup. mengungkapkan dilakukan pasien
keinginanya untuk dapat meningkatkan
belajar cara lain untuk kemampuan pasien
mengusir suara-suara dalam mengusir
P: Mengamati non verbal Senang pasien mau untuk suara-suara
pasien. belajar kembali
P: “ayo kita contohkan P : Kontak mata hangat Melihat pasien Memberikan contoh
ngobrol dengan Tn D sambil mempersilahkan untuk mempermudah
tentang hoby atau yang mencontohkan ngobrol pasien melakukannya
lainny bisa?” dengan Tn. D

K : Mendengarkan apa Duduk dan


yang dikatakan oleh memperhatikan
perawat
K : “iya saya bisa mas K : bicara lancar , kontak pasien mau mengobrol mengetahui
mata kurang dengan orang lain kemampuan yang
dimiliki pasien
P : mendengar pasien, senang pasien mau
kontak mata kurang mempraktekkan cara
mengusir suara-suara
dengan mengobrol
dengan orang lain
P : “Bagaimana P : mempertahankan berharapakan pasien mengetahui perasaan
perasaan bpk setelah kontak mata sambil mengungkapkan pasien sangat Penting
berbincang-bincang tersenyum perasaannya untuk interaksi
dengan saya?” K : tersenyum memperhatikan selanjutnya
perawat berbicara
K : “Senang ” K : menjawab dengan megungkapkan rasa mengetahui respon
senang senang pasien
P : tersenyum senang pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
P : “Baiklah tadi bagus P : mempertahankan Memuji dengan suara
sekali atas kerja, kontak mata yang jelas dan membuat
saya rasa pertemuan kontrak untuk besok Pujian memberikan
kita kali ini sudah K : mengangguk Senang dengan pujian motivasi bagi pasien
cukup. Bagaimana yang diberikan dan kontrak waktu
kalau besok kita penting untuk
bertemu lagi untuk interaksi selanjutnya
belajar cara selanjutnya
yaitu membuat kegiatan
melatih. Bagaimana
kalau kita berbincang –
bincang selama 15
menit? Dan bagaimana
kalau di tempat
ini saja?
K : “iya baik mas, saya K : kontak mata + sambil Bersedia mengikuti mempermudah
mau.” tersenyum saran yang diberikan interaksi selanjutnya
oleh perawat
P : mengamati non verbal perawat senang pasien
pasien mau mengikuti kontrak
selanjutnya
P: selamat Pagi” P: Mempertahankan senang interaksi berjalan Salam penutup
kontak mata, bicara jelas lancer merupakan akhir fase
mengulurkan jabat tangan. yang harus dilakukan
K: kontak mata + senang karena merasa untuk mengakhiri
tersenyum membalas jabat diperhatikan oleh komunikasi dengan
tangan. perawat baik.

Anda mungkin juga menyukai