Anda di halaman 1dari 21

SPESIFIKASI TEKNIS

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan : Pembuatan Lopo (Gasebo)


Lokasi : FKIP Undana – Kampus Penfui
Tahun Angg. : 2013

2. JENIS DAN MUTU BAHAN

2.1. Jenis dan Mutu Bahan yang digunakan harus mengutamakan penggunaan produk dalam negeri.
2.2. Bahan-bahan bangunan yang digunakan adalah bahan yang jenis dan mutu bahannya satu jenis
dan harus memenuhi spesifikasi teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mendapat ijin
tertulis dari direksi pekerjaan.
2.3. Bila Pelaksana Pekerjaan telah mendatangkan/mengadakan bahan/ material namun tidak sesuai
dengan yang telah ditetapkan, maka bahan-bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan secepatnya. Biaya akibat semuanya ini menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan.
2.4. Pelaksana Pekerjaan haruslah menyediakan sampel-sampel (bagian/potongan yang diambil
sedemikian rupa) dari material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaaan. Sampel
bahan/material ini diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan disimpan sebagai bukti
diterimanya atau ditolaknya material tersebut.
2.5. Bila dalam uraian syarat-syarat disebutkan nama pabrik atau merk, maka ini dimaksudkan untuk
menunjukkan kualitas dan tipe bahan yang digunakan.
2.6. a. Dalam masa pelaksanaan pekerjaan pembangunan, bahan atau material yang digunakan
haruslah sesuai dengan spesifikasi teknis dan Berita Acara Aanwijzing. Dan apabila mengalami
kesulitan mengadakan bahan atau material sebagaimana ditentukan maka pengadaan bahan
atau material alternatif haruslah setara mutu dan jenisnya.
b. Penawaran harga-harga bahan atau material harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan Berita
Acara Aanwijzing. Bahan atau material yang ditawarkan dalam harga satuan bahan dan upah
adalah mengikat.
c. Bahan atau material yang telah diadakan tidak boleh dipergunakan dulu bila belum
mendapatkan persetujuan tertulis dari direksi.

3. URAIAN PEKERJAAN

3.1. Penyediaan
Pelaksana harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua peralatan bantu untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
3.2. Kualitas dan Kuantitas
a. Kualitas dan kuantitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus sesuai gambar
kerja dan spesifikasi teknis. Tidak diperkenankan merubah atau mengganti atau menolak dan
atau menurunkan kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan dalam kontrak.
b. Kekeliruan dan kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan yang berpengaruh pada penurunan
kualitas dan kuantitas pekerjaan harus diperbaiki oleh pelaksana pekerjaan.
c. Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau dirubah. Segala kekeliruan baik mengenai
perhitungan dan atau bukan perhitungan dalam harga kontrak harus dianggap telah diterima oleh
kedua pihak yang bersangkutan.

4. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN

4.1. Gambar kerja adalah gambar yang telah dibuat oleh konsultan perencana dan telah disampaikan
kepada Kontraktor beserta dokuen lainnya. Kontraktor tidak boleh merubah atau menambah atau
mengurangi dokumen tersebut tanpa persetujuan pihak direksi.
4.2. Pelaksana pekerjaan bersama konsultan pengawas harus membuat gambar shop drawing dan
diagram rencana pelaksanaan pekerjaan dilengkapi dengan perhitungan yang diperlukan. Gambar
tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari direksi. Kesalahan dalam pembuatan shop drawing
dan rencananya menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan dan konsultan pengawas.
4.3. Apabila terjadi perbedaan antara gambar kerja dan dan pelaksanaannya, atas persetujuan direksi,
pelaksana pekerjaan dan konsultan pengawas wajib membuat As Built Drawing termasuk gambar
detailnya. Gambar tersebut harus dibuat dan diserahkan kepada direksi dalam rangkap 3 (tiga).
Gambar As Buiilt Drawing ini akan digunakan sebagai dasar pembuatan berita acara serah terima
pekerjaan di kemudian hari. Biaya pembuatan As Built Drawing ini menjadi tanggung jawab
pelaksana pekerjaan (Kontraktor).
4.4. Pelaksana pekerjaan harus menyediakan 1 (satu) rangkap gambar kontrak lengkap, termasuk
spesifikasi teknis , berita acara aanwijzing, jadwal pelaksanaan pekerjaan dan shop drawing
termasuk perubahan-perubahannya dalam keadaan baik di lokasi pekerjaan.

5. PENJELASAN GAMBAR

5.1. Bila terjadi perbedaan antara gambar kerja dan gambar detail maka gambar detail yang mengikat.
5.2. Bila terdapat perbedaan skala gambar dan ukuran dalam gambar maka ukuran (dengan angka)
dalam gambar yang dipakai.
5.3. Bila Kontraktor menemukan perbedaan antara gambar-gambar dan spesifikasi teknis baik mengenai
bahan (mutu dan jenisnya) yang dipakai maupun konstruksi, maka Kontraktor wajib menanyakan
kepada direksi/pengguna anggaran.
5.4. Kontraktor wajib meneliti hal-hal tersebut di atas setelah Kontraktor menerima dokumen dari
pengguna anggaran dan hal tersebut akan dibahas dalam rapat penjelasan (aanwijzing).
5.5. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pelaksana pekerjaan wajib meneliti semua bagian dalam
dokumen tersebut untuk disesuaikan dengan berita acara rapat penjelasan (aanwijzing).

6 PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN


6.1. Apabila tidak ditentukan lain, peraturan yang berlaku dan mengikat seolah-olah disebutkan kata demi
kata dalam uraian dan syarat-syarat ini adalah termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Perpres No. 70 Tahun 2012 beserta lampiran-lampiran dan petunjuk teknisnya.
b. Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene
voor de uit veering bij aneming van openbare werken (AV) 1941.
c. Surat Edaran bersama Bappenas dan Dirjen Anggaran No. 351/D.VI/01/1997 dan SE-
39/A/21/0/1997, tanggal 20 januari 1997
d. Keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor 295/KPTS/CK /1997,
tanggal 1 April 1997, tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
e. Peraturan – peraturan umum dari Dinas Kesehatan Kerja Peraturan Perburuan Indonesia dan
lain-lain yang dikeluarkan oleh Jawatan /Instansi Pemerintah setempat
f. Pedoman Perencanaan Gedung SNI 03-17330-1989.
g. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971) NI-2 dan PBI 1991 SK SNI T-15. 1919.03.
h. Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995.
i. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI-5.
j. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1984.
k. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987.
l. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departeman Tenaga Kerja.
m. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8 tahun 1972.
n. Peraturan Batu bata/bataco sebagai Bahan Bangunan NI-10.
o. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI-03-2407-1991.
p. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dan Gedung SNI 03-2410-1991.
q. Peraturan dan Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah yang bersangkutan dengan
permasalahan bangunan.

7. PERSIAPAN DI LAPANGAN

7.1. Pelaksana pekerjaan wajib menyediakan direksi keet. Direksi keet ini berfungsi sebagai kantor,
bangsal kerja dan gudang bahan/material yang digunakan baik oleh pelaksana pekerjaan dan
konsultan pengawas.

8. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


8.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi di lapangan, pelaksana wajib membuat jadwal pelaksanaan
pekerjaan mengenai penggunaan material atau bahan dan tenaga kerja dalam grafik barchart atau
kurva ‘ S ‘.
8.2. Rencana kerja tersebut harus mendapat persetejuan dari konsultan pengawas dan disahkan oleh
direksi atau Pejabat Pembuat Komitmen selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah
dikeluarkannya Surat Keputusan Penunjukkan Penyedia Jasa Konstruksi.
8.3. Pelaksana wajib menyerahkan salinan rencana tersebut kepada direksi. Dan wajib menempelkan
rencana yang telah disetujui tersebut pada dinding direksi keet.
8.4. Konsultan pengawas akan menilai prestasi pekerjaan berdasarkan rencana kerja tersebut.

9. PELAKSANA DI LAPANGAN
9.1. Di lapangan pekerjaan, pelaksana wajib menyediakan seorang tenaga ahli yang cakap untuk
melaksanakan pekerjaan sebagai kuasa pelaksana berpendidikan minimumal STM dengan
pengalaman kerja minimal 7 tahun.
9.2. Pelaksana wajib memberitahu secara tertulis kepada pegelola proyek teknik wilayah dan konsultan
pengawas, nama dan jabatan kuasa pelaksana tersebut.
9.3. Bilamana di kemudian hari, menurut pendapat konsultan pengawas, kuasa pelaksana tersebut kurang
cakap melaksanakan tugasnya maka akan diberitahukan kepada pelaksana secara tertulis untuk
menggantinya.

10. TEMPAT TINGGAL PELAKSANA


10.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan di luar jam kerja, pelaksana wajib memberitahukan secara
tertulis alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi di lokasi.
10.2. Alamat pelaksana tidak sering berubah selama pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi perubahan
tempat tinggal maka pelaksana wajib diberitahukan.
11. PENJAGAAN KEAMANAN
11.1. Pelaksana wajib menjaga keamanan barang milik proyek, konsultan pengawas ataupun milik pihak
ketiga yang ada di lapangan.
11.2. Bila terjadi kehilangan dan kerusakan bahan-bahan bangunan, yang telah terpasang ataupun belum
akibat kelalaian keamanan maka beban biaya penggantiannya akan menjadi tanggung jawab
pelaksana yang tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.

12. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA


12.1. Pelaksana wajib menyediakan obat P3K untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dan pekerja.
12.2. Pelaksana wajib menyediakan air minum bersih dan memenuhi syarat kesesehatan bagi semua
pekerja dan petugas di lapangan.
12.3. Pelaksana wajib menyediakan tempat tinggal yang sehat termasuk KM/WC bagi petugas dan
semua pekerja di lapangan.
12.4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh
pelaksana sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

13. PERALATAN PEKERJAAN


13.1. Semua alat-alat yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan harus disediakan
oleh pelaksana sebelum pekerjaan dilaksanakan, harus dalam keadaan baik dan siap pakai.
13.2. Peralatan tersebut antara lain :
a. Beton molen
b. Waterpass (ijin konsultan pengawas)
c. Peralatan pertukangan
d. Perlengkapan (penerangan bila lembur)
e. Mesin pemadat

14. SITUASI DAN UKURAN


14.1. Kontraktor wajib mengadakan penelitian terhadap situasi dalam tapak, terutama menyangkut kondisi
tanah tempat bangunan.
14.2. Ukuran satuan dalam gambar rencana dinyatakan dalam centimeter (cm) kecuali ukran besi beton
dalm milimeter (mm).
14.3. Tingginya peil lantai ditetapkan ± 0.00. Terukur dari muka tanah ditentukan sesuai gambar rencana
yang ada.

15. PEMERIKSAAN BAHAN / MATERIAL BANGUNAN


15.1. Semua bahan atau material yang didatangkan harus dapat memenuhi syarat teknis yang ditentukan.
15.2. Konsultan pengawas wajib memeriksa semua bahan atau material bangunan yang didatangkan.
Persetujuan setelah pemeriksaan ini dinyakan dalam berita acara.
15.3. Untuk bahan bangunan atau material yang tidak mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas atau ditolak harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
15.4. Apabila dalam pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh pelaksana, ternyata
bahan atau materialnya tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan atau ditolak oleh konsultan
tetap digunakan maka pelaksana wajib menghentikan kegiatan pekerjaan tersebut, dan
membongkarnya. Biaya yang timbul akibat ini menjadi tanggung jawab pelaksana.
15.5. Apabila konsultan pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, maka konsultan
pengawas berhak mengirimkan sampel bahan tersebut untuk diteliti ke laboratorium terdekat.

16. PEMERIKSAAN PEKERJAAN


16.1. Pelaksana berhak meminta kepada konsultan pengawas yang disampaikan secara tertulis untuk
memeriksa bagian pekerjaan yang telah selesai dikerjakan sebelum melanjutkan ke tahapan
pekerjaan berikutnya.
16.2. Bila dalam waktu 2 x 24 jam setelah permohonan tersebut sampai ke konsultan pengawas dan tidak
dipenuhi oleh konsultan pengawas maka bagian pekerjaan tersebut dianggap telah disetujui
konsultan pengawas. Pelaksana dapat melanjutkan pekerjaannya. Kecuali apabila konsultan
pengawas minta perpanjangan waktu.
16.3. Bila pelaksana melanggar ayat (1) pasal ini, konsultan pengawas berhak menyuruh membongkar
bagian pekerjaan tersebut, seluruhnya atau sebagiannya untuk diperbaiki.

17. PEKERJAAN TAMBAH KURANG


17.1. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku bila ternyata, dan atas perintah tertulis serta persetujuan
dari Pejabat Pembuat Komitmen.
17.2. Pekerjaan tambah kurang diberitahukan dengan tertulis oleh konsultan pengawas dalam buku
harian yang dibuat oleh pelaksana serta persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.
17.3. Biaya pekerjaan tambah kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaa n
yang dimasukkan pelaksana dalam kontrak sesuai AV. 41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya
diperhitungkan bersama angsuran akhir.
17.4. untuk pekerjaan tambah kurang yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
diajukan oleh pelaksana, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh konsultan pengawas
bersama pelaksana dan mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.
17.5. Adanya pekerjaan tambah kurang, tidak dapat dijadikan alasan keterlambatan penyerahan
pekerjaan, tetapi konsultan pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen dapat mempertimbangkan
perpanjangan waktu untuk pekerjaan tambah kurang tersebut.

18. PEKERJAAN PERSIAPAN


18.1. Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan persiapan adalah :
a. Pembersihan lokasi,
b. Penyediaan air kerja,
c. Pengukuran dan pemasangan bouwplank,
d. Papan nama proyek,
e. Dokumentasi dan administrasi dan,
f. Mobilisasi dan demobilisasi.
18.2. Pekerjaan pembersihan lokasi yaitu kegiatan membersihkan halaman pekerjaan dari segala
kotoran/sampah dan akar-akar kayu dan segala sesuatu yang dianggap dapat mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.
18.3. Menyediakan air untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. Air yang disediakan harus memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan pada masing-masing pekerjaan.
18.4. Kegiatan pengukuran dan pemasangan bouwplank meliputi seluruh keliling tiap bangunan.
Pengukuran dan pematokan harus melibatkan konsultan perencana, konsultan pengawas, dinas
instansi teknis dan Pejabat Pembuat Komitmen/pengguna anggaran. Bouwplank benar-benar
waterpas (timbang air) dan sudut-sudutnya harus siku. Setelah bouwplank terpasang, dibuatkan
Berita Acara Pematokan yang ditandatangani oleh unsur-unsur tersebut di atas bersama pelaksana
agar pekerjaan selanjutnya dapat segera dilaksanakan.
a. Ketentuan ukuran
 Ukuran-ukuran patok dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar. Ukuran dalam
gambar tersebut adalah ukuran setelah pekerjaan selesai dikerjakan.
 Peil ketinggian lantai ( ± 0.00 ) diambil sesuai dengan ketetapan dalam gambar. Ukuran
tersebut merupakan perhitungan rata-rata di atas tanah berkontur (tingginya akan ditentukan
pada saat pematokan). Penentuan peil akan dilakukan oleh konsultan perencana, konsultan
pengawas, pihak instansi teknis dan pihak Pejabat Pembuat Komitmen / pengguna anggaran
bersama-sama dengan pelaksana. Selanjutnya peil ini harus merupakan dasar tiap ukuran
tinggi/rendah dan horizontal.
 Penentuan titik-titik ketinggian dilakukan dengan selang air ukuran ¼” atau dengan alat ukur
theodolit, sedangkan untuk sudut siku-siku dilakukan dengan benang secara azas segitiga
Pythagoras.
b. Ketentuan bahan
 Bahan bouwplank dipakai tiang kayu kelas II ukuran 5/7 cm dan papan kayu kelas II ukuran
2/20 cm.
 Papan yang akan dipasangkan harus diketam halus dan lurus pada sisi bagian atasnya.
c. Ketentuan lainnya
Tiang kayu yang terpasang ke dalam tanah harus kuat terpancang dan tidak mudah bergeser.
Pada setiap pengukuran diberi tanda menggunakan cat merah. Hal ini untuk mencegah
bergesernya benang atau tali acuan yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
18.5. Pelaksana wajib membuat dan menaruh papan nama proyek sebagai identitas pekerjaan
dilapangan.
a. Ketentuan ukuran
 Papan nama proyek dibuat dengan ukuran 0,90 x120 cm. Dipasang setinggi 200 cm dari
muka tanah.
 Papan nama proyek memuat :.

 Bahan untuk papan nama adalah dari papan atau tripleks setebal 1 cm.
 Sedangkan tiangnya menggunakan usuk kayu klas II ukuran 5/7 cm.
 Permukaan papan diberi cat dasar warna putih dan tulisan hitam.
c. Ketentuan lainnya
Papan nama proyek ditempatkan di depan lokasi dan mudah dilihat umum.
18.6. Pekerjaan dokumentasi dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan terutama pada saat volume
kemajuan kerja mencapai komulatif 0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %. Demikian juga pekerjaan
administrasi termasuk pembuatan laporan harian yang memuat pemasukan bahan dan material
setiap hari, pelaksanaan pekerjaan dan keterangan lainnya yang berpengaruh pada pelaksanaan
pekerjaan. Hasil pekerjaan ini akan diserahkan pada saat pekerjaan telah selesai dan diadakan
serah terima pekerjaan.
18.7. Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi berkenaan dengan pengadaan material atau bahan
bangunan di lokasi pekerjaan termasuk tenaga kerja.

19. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN


19.1. Termasuk dalam lingkup pekerjaan galian dan urugan adalah :
a. Pekerjaan galian tanah pondasi,
b. Pekerjaan urugan kembali tanah bekas galian,
c. Pekerjaan urugan pasir bawah pondasi dan,
d. Pekerjaan urugan sirtu peninggian lantai.

19.2. Galian tanah pondasi


a. Ketentuan ukuran
 Ukuran lebar, panjang dan kedalaman galian pondasi disesuaikan dengan jenis pondasi yang
ada dalam gambar rencana.
 Besarnya ukuran sesuai dengan yang telah ditentukan dalam gambar kerja dan gambar detail
konstruksi.
 Lebar, panjang dan kedalaman galian tidak boleh kurang dari ketentuan dalam gambar
rencana atau gambar detail.

b. Ketentuan lainnya
 Galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi batu kali, rollag dan semua
pasangan lainnya di bawah permukaan tanah.
 Galian pondasi baru boleh dilaksanakan setelah pengukuran dan pematokan bouwplank
dengan penandaan sumbu ke sumbu telah selesai diperiksa dan disetujui konsultan
pengawas, instansi teknis, pihak Pejabat Pembuat Komitmen atau pengguna anggaran
bersama pelaksana.
 Semua kerusakan akibat kelalaian pelaksana dan kerugian akibat hal tersebut menjadi
tanggung jawab pelaksana.

19.3. Urugan kembali tanah bekas galian


a. Ketentuan ukuran
 Besarnya volume urugan adalah seperempat atau 0.25 x material tanah yang yang tergali.
 Pengurugan atau penimbunan dilakukan sampai kepadatan tanah minimal sama rata dengan
permukaan tanah asli.
b. Ketentuan bahan
 Bahan untuk urugan ini menggunakan tanah bekahs galian pondasi.
 Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari semua unsur-unsur pengganggu seperti sampah
dan akar tumbuhan.
 Tanah ini harus merupakan tanah berbutir halus atau berpasir.
c. Ketentuan lainnya
 Urugan kembali tanah bekas galian dilakukan segera setelah seluruh pekerjaan pasangan
pondasi selesai dilaksanakan dan telah diperiksa oleh direksi pengawas termasuk konsultan
pengawas.
 Pengurugan bekas galian pondasi diurug lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapis
maksimum 15 cm. Tiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk lapisan tersebut,
menggunakan alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan pertama padat, ditimbun dengan
lapisan berikutnya dan dipadatkan kembali di atas. Demikian seterusnya dilakukan sampai
semua lubang bekas galian pondasi tertutup kembali.
 Kekurangan akibat mutu material yang kurang layak, harus ditambah dan menjadi tanggung
jawab pelaksana.
19.4. Urugan pasir di bawah pondasi
a. Ketentuan ukuran
 Pengurugan di bawah pondasi dilakukan setelah pekerjaan galian tanah pondasi dilakukan
dan telah mendapatkan persetujuan tertulis dari konsultan pengawas.
 Pengurugan dilakukan sedalam atau setebal 5 cm sesuai ukuran dalam gambar rencana dan
detailnya.
b. Ketentuan bahan
 Bahan untuk pengurugan ini ditentukan pasir urug.
 Pasir yang digunakan untuk pengurugan ini harus dibersihkan dulu dari sampah, akar
tumbuhan dan lain sebagainya sebelum dimasukkan.
c. Ketentuan lainnya
 Pasir yang dimasukkan harus dipadatkan.
 Setelah pekerjaan selesai, pelaksana wajib meinta pemeriksaan oleh konsultan pengawas.

19.5. Urugan tanah atau sirtu peninggian lantai


a. Ketentuan ukuran
 Pengurugan dilakukan sedalam atau setebal 15 cm sesuai ukuran dalam gambar rencana
dan detailnya.
b. Ketentuan bahan
 Bahan untuk pengurugan ini ditentukan pasir urug.
 Pasir yang digunakan untuk pengurugan ini harus dibersihkan dulu dari sampah, akar
tumbuhan dan lain sebagainya sebelum dimasukkan.
c. Ketentuan lainnya
 Pasir yang dimasukkan harus dipadatkan.
 Setelah pekerjaan selesai, pelaksana wajib meinta pemeriksaan oleh konsultan pengawas.

20. PEKERJAAN PASANGAN, PLESTERAN DAN ACIAN


20.1. Lingkup pekerjaan pasangan, plesteran dan acian meliputi :
a. Pekerjaan pasangan batu kosong (aanstamping),
b. Pekerjaan pasangan batu kali pondasi campuran 1 (satu) PC : 4 Psr,
c. Pekerjaan plesteran beton campuran 1 PC : 3 Psr dan,
d. Pekerjaan acian saus semen.

20.2. Pekerjaan pasangan batu kosong (aanstamping)


a. Ketentuan ukuran
 Pengerjaan pasangan batu kosong dilakukan sesudah pekerjaan urugan pasir di bawah
pondasi selesai dilakukan dan sebelum pengerjaan pondasi dilakukan.
 Pelaksana harus terlebih dahulu mengadakan pengukuran-pengukuran untuk as ke as sesuai
dengan gambar konstruksi dan wajib meminta pemeriksaan dan persetujuan tertulis konsultan
pengawas apabila pelaksanaannya telah benar.
 Ukuran lebar, kedalaman dan panjang pasangan ditentukan sesuai dengan gambar rencana
dan detailnya.
b. Ketentuan bahan
 Batu kali yang digunakan berpenampang maksimum 10/15 cm, dengan tiga muka pecahan.
Yang bersudut dan tidak berpori.
 Jika batu karang/batu belah yang digunakan sebagai pondasi, harus dipilih batu yang keras
dan tidak keropos atau berpori dan dikerjakan sesuai bentuk dan ukuran yang tertera dalam
gambar.

c. Ketentuan lainnya
 Pasangan batu kosong untuk aanstamping harus diatur dengan sisi tegak, teratur dan
berselang seling. Pada sisi atas batu yang telah tersusun ditaburi pasir yang merata,
kemudian pasir tersebut disiram dengan air dapat sehingga masuk dan mengisi ke celah-
celah atau rongga antar batu yang telah tersusun. Pengisian pasir dilakukan sampai tidak
terdapat celah lagi antar batu dan tumpukan pasir telah mencapai permukaan bagian atas
dari susunan batu tersebut.
 Penempatan batu kali yang digunakan untuk aanstamping ini harus sedemikan rupa sehingga
batu kali saling berimpitan dan tidak mudah bergerak atau bergeser dari tempatnya.
 Setelah pengerjaan aanstamping selesai dilaksanakan, konsultan pengawas sesuai
permohonan pelaksana wajib memeriksa hasil pekerjaan tersebut.

20.3. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali camp. 1 PC : 4 Psr


a. Ketentuan ukuran
 Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu diadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as
sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas tentang
kesempurnaan galian.
 Semua ukuran harus sesuai atau mengikuti ketentuan dalam gambar rencana dan detailnya.
 Kecuali terjadi perubahan, maka perubahan ini telah mendapatkan persetujuan secara tertulis
terlebih dahulu dari direksi pekerjaan.
b. Ketentuan bahan
 Batu kali yang digunakan berpenampang maksimum 30 cm, dengan tiga muka pecahan,
keras atau tidak keropos, bersudut dan tidak berpori.
 Pasir pasang harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus bersifat
kenal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% berat. Pasir yang digunakan telah bersih dari sampah,
akar tumbuhan dan sebagainya.
 Semen yang digunakan dalah Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1975 dan
memenuhi S-400 menurut Standar Cement Porland yang digariskan oleh Asosiasi Cement
Indonesia (NI-8 tahun 1972).
 Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkalin, garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
c. Ketentuan lainnya
 Pasangan pondasi ini menggunakan adukan dengan perbandingan 1 PC : 4 Psr. Ini berarti
dalam setiap pengukuran, media ukur yang dipakai untuk pengukuran semen dan pasir harus
sama volumenya. Misalnya ember, maka setiap 1 ember semen dicampur 5 ember pasir.
 Batu yang digunakan harus dibasahi atau harus direndam dalam air terlebih dahulu hingga
jenuh air dan harus bersih dari semua kotoran.
 Batu harus disusun selang-seling sehingga saling berimpitan. Apabila terbentuk celah yang
terlalu besar antar batu (hasil bentukan susunan yang tidak dapat dihindarkan), maka pada
bagian tersebut harus diisi lagi dengan batu dengan ukuran lebih kecil (sesuai besarnya
celahan) disusun sedemikian rupa sehingga berimpitan.
 Pada setiap bagian dalam permukaan batu atau celah antar batu harus diisi dengan adukan
campuran 1 PC : 5 Psr. Tinggi pemasangan dalam 1 (satu) hari tidak boleh lebih dari 50 cm.
 Selama proses pengeringan berlangsung, pondasi harus dibasahi atau disiram dengan air.
 Selama keseluruhan pekerjaan belum selesai dan diperiksa oleh konsultan pengawas maka
lubang bekas galian belum dapat diurug.
 Merk semen yang ditentukan tidak dapat ditukar-tukar. Kecuali apabila tidak ada stock di
pasaran dari merk semen yang telah dipakai maka pihak pelaksana wajib menggantinya
dengan memberikan data-data teknis kepada konsultan pengawas bahwa mutu semen
pengganti setara dengan mutu semen yang telah ditentukan.
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
 Penyimpanan semen harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab dan
ditinggikan 30 cm dari muka tanah. Apabila ditumpuk maka tumpukan paling tinggi 2 m. setiap
semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pemakaian.
 Semua bahan yang digunakan harus telah diperiksa dan telah mendapatkan persetujuan dari
konsultan pengawas.
 Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, pelaksana wajib meminta konsultan pengawas untuk
memeriksa hasil pekerjaan.

20.4. Pekerjaan plesteran traasram 1 PC : 3 Psr


a. Ketentuan ukuran
 Plesteran traasram dilakukan terhadap semua bagian yang ditentukan dalam perhitungan
rencana anggaran biaya yaitu untuk, dinding traasram, beton dan pasangan pondasi.
 Ketebalan plesteran adalah 1.00 - 1.50 cm. Sedangkan panjang dan lebarnya sesuai gambar
rencana dan detailnya.
b. Ketentuan bahan
Pasir, semen, dan air mengikuti persyaratan sama dengan ketentuan pada ketentuan bahan
pekerjaan pasangan dinding.
c. Ketentuan lainnya
 Bagian permukaannya yang akan diplester harus disiram dengan air dan dibersihkan dari
semua kotoran sebelum plesteran dilakukan. Semua siar permukaan dinding batu bata dan
pondasi harus dikorek sedalam 0,5 cm. Sedangkan untuk permukaan beton yang akan
diplester dibuat kasar agar bahan plesteran melekat dengan baik.
 Adukan plesteran menggunakan campuran kedap air 1 Pc : 3 Psr. Ini berarti setiap
pengukuran 1 semen berbanding 3 pasir. Media ukur harus sama bentuk dan volumenya
untuk kedua bahan ini.
 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak
diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
 Untuk mencapai tebalan plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakan secara horizontal dan vertikal.
 Bilamana terdapat plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaikinya secara
keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur
(dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya (disiram dengan air) selama
minimal 7 (tujuh) hari sejak permulaan plesterannya.
20.5. Pekerjaan acian saus
semen
a. Ketentuan ukuran
 Pekerjaan acian saus semen dilakukan terhadap semua bagian yang ditentukan dalam
perhitungan rencana anggaran biaya yaitu untuk dinding, beton dan pasangan pondasi.
 Ketebalan acian adalah 0.05 cm. Sedangkan panjang dan lebarnya sesuai gambar rencana
dan detailnya.
b. Ketentuan bahan
Bahan semen dan air mengikuti persyaratan sama dengan ketentuan pada pasal sebelumnya.
c. Ketentuan lainnya
Acian saus semen untuk semua bidang yang diplester menggunakan perbandingan-
perbandingan air dan semen diaduk sampai didapat campuran yang plastis.
21. PEKERJAAN BETON BERTULANG
21.1. Lingkup pekerjaan beton bertulang meliputi :
a. Pekerjaan cor beton kolom meja dan bangku beton camp. 1 pc : 2 psr : 3 krl,
b. Pekerjaan cor beton Plat. camp. 1 pc : 2 psr : 3 krl,
21.2. Ketentuan ukuran
a. Semua uraian pekerjaan pada pasal 21.1. adalah jenis pekerjan beton bertulang, kecuali
pekerjaan neut beton.
b. Ketentuan dimensi pengecoran mengikuti gambar rencana dan detailnya.
c. Ukuran pengecoran yang tertera dalam gambar rencana dan detail adalah ukuran setelah
diplester dan diaci. Dengan demikian ukuran bersih pengecoran adalah ukuran dalam gambar
dikurangi tebalnya plesteran dan acian.

21.3. Ketentuan bahan


a. Semen
 Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1975 dan memenuhi S-400 menurut
Standar Cement Porland yang digariskan oleh Assosiasi Cement Indonesia (NI-8 tahun
1972). Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar. Kecuali apabila tidak ada stock di pasaran
dari merk semen yang telah ditentukan maka pelaksana wajib melaporkan da memberikan
data-data teknis bahwa mutu semen pengganti setara dengan mutu semen yang telah
ditentukan. Penggantian merk semen baru dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis
dari konsultan pengawas.
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 M. setiap semen baru yang
masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan
menurut urutan pemakaian.

b. Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, tidak
berlumpur serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengsan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI-1991. Pasir laut tidak diperkenankan untuk dipakai sebahai bahan untuk
semua mutu beton.
c. Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan
sesuai yang disyaratkan dalam PBI-1991. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
dan tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap
korosi.
Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak
tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkalin, garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal
ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
e. Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik
minimum 2400 kg/cm2). Besi beton yang disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan di udara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan
tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan konsultan pengawas.
Besi beton yang digunakan untuk masing-masing ukuran harus sesuai dengan gambar rencana dan
detailnya. Besi beton yang digunakan harus besi beton bulat dengan ukuran diameter yang asli
(bukan banci).

Jika pelaksana tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam
gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter terdekat dengan persetujuan dari
konsultan pengawas. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas penampang
besi beton).

1. A c u a n ( B e k i s t i n g ).
 Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil akhir
konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukan oleh
gambar rencana dan uraian pekerjaan.
 Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan di dalam pasal 5.1
PBI1991.
 Pemasangan begisting harus rapi dan kaku sehingga setelah dibongkar memberikan bidang
permukaan yang rata dan hanya memerlukan sedikit finishing. Sebelum pengecoran
dilakukan, bagian dalam begisting harus terlebih dahulu disiram air dan bebas dari kotoran.
 Tiang-tiang penyangga begisting harus dari kayu yang mampu menyangga begisting pada
saat diisi adukan.
a. Mutu Beton
Mutu beton yang disyaratkan adalah mutu beton K-175 dengan perbandingan campuran 1 Pc : 2 Ps
: 3 Krl.
b. Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pangadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang disetujui oleh konsultan pengawas, yaitu :
 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicoor
dan yang akan dicoor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi table
4.4.1 PBI 1991.
c. Pengecoran
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis konsultan pengawas.
Selama pengecoran berlangsung, pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan di atas penulangan.
Untuk dapat sampai ke tempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan
berkaki yang tidak membebani tulangan.
 Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui
oleh konsultan pengawas. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian
permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang
memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh
dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1.50 m.
d. Perawatan Beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit 14 (
empat belas ) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai berikut dipergunakan karung-
karung yang senantiasa basah sebagai penutup beton.
e. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk
yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak
memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah
konsultan pengawas. Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko pelaksana.
f. Untuk neut beton, merupakan pengecoran tanpa tulangan dengan perbandingan campuran 1
PC: 3 Psr : 5 Krl
g. Pelaksana wajib melaporkan secara tertulis pada konsultan pengawas apabila ada perubahan
dalam pelaksanaan pekerjaan.

22. PEKERJAAN KOLOM/TIANG PIPA GIP

22.1. Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan lantai adalah :


a. Pekerjaan pipa GIP  4 “ medium b
b. Pekerjaan pasangan angker pada ujung pipa bagian bawah dengan cara di las
c. Pekerjaan baja siku holo dilas pada ujung pipa bagian atas tempat dudukan kuda-kuda sesuai
gambar.

22.2. Pekerjaan pipa GIP  4 “ medium b


a. Ketentuan ukuran
 Pengerjaan pipa GIP  4 “ medium b menggunakan pipa GIP  4 “ medium b sesuai
ukuran pada gambar bestek.
 Ujung pipa bagian bawah diberi angker dengan cara di las dan diletakan pada coakan
pondasi dan diperkuat beton normal.
b. Ketentuan bahan
Pipa GIP berdiameter  4 merupakan pipa dengan kualitas baik atau setara dengan medium “b”
c. Ketentuan lainnya
 Sebelum pengerjaan peletakan pipa pada Coakan pondasi, pipa GIP terlebih dahulu disi
dengan campuran beton pada bagian holo sampai terisi penuh
 Pada bagian ujung bawah pipa diberi angker dengan cara di las, dan pada ujung bagian atas
diberi coakan dengan cara digergaji untuk meletakan kuda-kuda sebesar ketebalan kuda-
kuda sesuai gambar.
 Sedangan pada pertemuan kuda-kuda dengan ujung pipa bagian atas, diberi baja siku
berbentuk holo untuk mengikat titik simpul antara pipa dan kuda-kuda sesuai gambar bestek.

22.3. Pekerjaan Pasangan Keramik Pada Meja dan Bangku Beton


 Pekerjaan keramik pada meja dan bangku beton menggunakan keramik berwarna Krem KW1 dan
jumlahnya disesuaikan dengan bill of quantity dan diletakan pada mortal dengan komposisi
campuran 1 PC : 3 Psr. Ini berarti bahwa untuk 1(satu) satuan bahan semen, harus dicampurkan
dengan 3 (tiga) satuan bahan pasir pasang.
 Pasangan keramik menggunakan adukan/campuran disesuaikan dengan bestek atau petunjuk
direksi.
 Ketentuan ketebalan plesteran ditentukan sebesar 1.50 cm sedangkan ukuran lebar dan
panjangnya sesuai dengan gambar rencana dan detailnya.

23. PEKERJAAN LANTAI


23.1. Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan lantai adalah :
d. Pekerjaan rabat beton lantai camp. 1 PC : 3 Psr : 5 Krl,
e. Pekerjaan Pasang Keramik pada meja dan bangku beton 30 x 30 cm camp. 1 Pc : 3 Psr,
(sesuaikan RAB)
23.2. Pekerjaan rabat beton lantai camp. 1 PC : 3 Psr : 5 Krl
d. Ketentuan ukuran
 Pengerjaan rabat beton lantai dengan menggunakan campuran 1 PC : 3 Psr : 5 Krl. Ini berarti
bahwa untuk 1 (satu) satuan bahan semen, harus dicampurkan dengan 3 (tiga) satuan bahan
pasir beton dan 5 (lima) satuan bahan agregat atau kerikil.
 Ketentuan ketebalan rabat beton ditentukan sebesar 5 cm sedangkan ukuran lebar dan
panjangnya sesuai dengan gambar rencana dan detailnya.
e. Ketentuan bahan
Bahan pembuatan adukan adalah pasir, semen, dan air. Ketentuan bahan mengikuti
persyaratan yang telah ditentukan dalam pasal beton bertulang.
f. Ketentuan lainnya
 Sebelum pengerjaan rabat beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl, dasar lantai terlebih dahulu dilapisi pasir
urugan setebal 15 cm dan dipadatkan lapis demi lapisnya dengan vibrator sampai benar-
benar padat
 Pengerjaan menghampar lantai rabat beton dilakukan setelah konsultan pengawas
memeriksa hasil pekerjaan pengurugan dan memberikan persetujuannya.
 Lantai rabat beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl yang dihasilkan harus rata, waterpass dan tidak
bergelombang. Apabila ada bagian yang menurut pemeriksaan konsultan pengawas masih
belum rata atau bergelombang maka bagian tersebut harus dibingkar den dikerjakan ulang.
Resiko pembongkaran dan pengerjaan ulang menjadi tanggung jawab pelaksana.
 Semua bidang lantai yang telah dirabat harus dipelihara kelembabannya (disiram dengan air)
selama minimal 7 (tujuh) hari.

23.3. Pekerjaan Pasangan Keramik Pada Meja dan Bangku Beton


 Pekerjaan keramik pada meja dan bangku beton menggunakan keramik berwarna Krem KW1 dan
jumlahnya disesuaikan dengan bill of quantity dan diletakan pada mortal dengan komposisi
campuran 1 PC : 3 Psr. Ini berarti bahwa untuk 1(satu) satuan bahan semen, harus dicampurkan
dengan 3 (tiga) satuan bahan pasir pasang.
 Pasangan keramik menggunakan adukan/campuran disesuaikan dengan bestek atau petunjuk
direksi.
 Ketentuan ketebalan plesteran ditentukan sebesar 1.50 cm sedangkan ukuran lebar dan
panjangnya sesuai dengan gambar rencana dan detailnya.

24. PEKERJAAN KAYU DAN ATAP

24.1. Lingkup pekerjaan atap dan plafond adalah :


a. Pekerjaan kuda-kuda
b. Pekerjaan gording dan bubungan,
c. Pekerjaan atap seng gelombang BJLS 0.20 mm,
d. Pekerjaan bubungan seng plat BJLS 0.20 mm,
e. Pekerjaan streep beugel + Acesories,
f. Pekerjaan listplank papan kayu 2x2/25 cm,
24.2. Pekerjaan kuda-kuda
a. Ketentuan ukuran
 Semua ukuran mengikuti ketentuan dalam gambar rencana dan detailnya.
 Rangka kuda-kuda terpasang pada setiap jarak modul klom/Tiang pipa GIP.
 Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran jadi setelah kayu balok tersebut
diserut atau diketam rapi.
b. Ketentuan bahan
 Untuk semua rangka kuda-kuda digunakan balok kayu 6/12 cm kayu kelas II Jenis kayu
meranti atau kamper (kayu lokal hamajang) sesuai PKKI Th. 1961 (NI-%) lampiran 1.
 Kayu tersebut harus memiliki mutu yang baik, anti rayap, tua, kering dan tidak bercacat, tidak
pecah-pecah dan tidak memiliki kayu mudanya (spint). Sesuai pasal III PKKI Th. 1961 mutu
A.
 Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini harus kurang dari 20%. Kelembabannya
harus tetap terjaga sampai keseluruhan bangunan selesai dikerjakan. Ketentuan ini berlaku
untuk semua jenis kayu yang dikirim ke tempat pekerjaan.
c. Ketentuan lainnya
 Kemiringan balok tekan (kaki kuda-kuda) adalah 25O terhadap balok tarik kuda.
 Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi dan penuh keahlian dengan memperhatikan
peraturan yang disyaratkan dalam SK-SNI-5-10-1990-F.
 Konstruksi sambungan kuda-kuda harus dilengkapi dengan baut.
24.3. Pekerjaan gording dan balok bubungan
a. Ketentuan ukuran
 Semua ukuran mengikuti ketentuan dalam gambar rencana dan detailnya.
 Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran jadi setelah kayu balok tersebut
diserut atau diketam rapi.
b. Ketentuan bahan
 Untuk semua gording dan bubungan digunakan balok kayu 5/10 cm kayu kelas II Jenis kayu
meranti atau kamper atau yang setara (hamajang) sesuai PKKI Th. 1961 (NI-%) lampiran 1.
 Kayu tersebut harus memiliki mutu yang baik, anti rayap, tua, kering dan tidak bercacat, tidak
pecah-pecah dan tidak memiliki kayu mudanya (spint). Sesuai pasal III PKKI Th. 1961 mutu
A.
 Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini harus kurang dari 20%. Kelembabannya
harus tetap terjaga sampai keseluruhan bangunan selesai dikerjakan. Ketentuan ini berlaku
untuk semua jenis kayu yang dikirim ke tempat pekerjaan.
c. Ketentuan lainnya
 Jarak pemasangan gording adalah 70 cm antara gording pertama (pada ujung balok kaki
kuda-kuda dan gording kedua. Dan selanjutnya berjarak 80 cm untuk gording kedua dan
ketiga dan seterusnya.
 Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi dan penuh keahlian dengan memperhatikan
peraturan yang disyaratkan dalam SK-SNI-5-10-1990-F.
 Konstruksi sambungan kuda-kuda harus dilengkapi dengan baut.
24.4. Pekerjaan atap seng gelombang
a. Ketentuan ukuran
Semua ukuran mengikuti ketentuan dalam gambar rencana dan detailnya.
b. Ketentuan bahan
Bahan penutup atap menggunakan seng gelombang BJLS 0.20 mm(sesuai RAB yang
diusulkan).

c. Ketentuan lainnya
 Pemasangan atap diletakkan pada gording. Cara pemasangannya memakai paku seng
dengan jarak gording disesuaikan dengan gambar rencana.
 Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Minimal tindisan antara satu
seng dengan seng yang lainya harus sesuai persyaratan pabrik. Minimal overlaping
pemasangan ke arah samping selebar 2 (dua) gelombang (± 16 cm) dan arah vertikal
disesuaikan dengan jarak antar gording.
 Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.
Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya. Maka bagian yang bocor tersebut harus
dibongkar dan dipasang baru. Kerugian akibat hal tersebut menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pada pelaksana.

24.5. Pekerjaan bubungan seng plat BJLS 0.20 mm


a. Ketentuan ukuran
Semua ukuran mengikuti ketentuan dalam gambar rencana dan detailnya.
b. Ketentuan bahan
Bahan bubungan atap digunakan seng licin ukuran jadi BJLS 0,30 mm
c. Ketentuan lainnya
 Tepi luar bubungan seng secara vertikalnya minimal harus sampai pada gording terpasang
yang terakhir.
 Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.
Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya. Maka bagian yang bocor tersebut harus
dibongkar dan dipasang baru. Kerugian akibat hal tersebut menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pada pelaksana.
24.6. Mur baut penguat kuda-kuda
a. Ketentuan bahan dan ukuran
 Pasangan mur baut penguat rangka kuda-kuda ditentukan Ø 12 mm dan panjang baut
minimal 15 cm.
 Pasangan mur baut untuk balok pengunci ditentukan Ø 12 mm dan panjang baut minimal 30
cm.
 Beugel pelat atau besi streep untuk rangka kuda-kuda ditentukan minimal panjang 40 cm,
lebar 4 cm dan tebal 0.4 cm. Masing-masing plat streep memiliki 3 lubang untuk baut.
 Beugel pelat U atau besi streep U untuk rangka kuda-kuda ditentukan minimal panjang 100
cm, lebar 4 cm dan tebal 0.4 cm.
 Masing-masing plat streep memiliki 3 lubang untuk baut.
 Pasangan mur baut beugel U untuk rangka kuda-kuda ditentukan memiliki Ø 12 mm minimal
panjang 80 cm.
 Angker baut ditentukan memiliki Ø 12 mm dan panjang baut minimal 35 cm.
b. Ketentuan lainnya
 Setiap bahan mur baut dan pelat yang telah tersebut di atas dapat dibuat sendiri atau
direkayasa oleh pelaksana dengan memperhatikan mutu bahannya. Misalnya baut dengan
menggunakan besi beton berdiameter 12 mm yang disnai atau diulir.
 Angker baut yang terpasang harus tertanam di dalam beton ringbalk atau balok gewel dengan
kedalaman minimal 0.5 x tinggi balok.
 Pada setiap pasangan mur baut yang terpasang harus dilengkapi dengan ring.
 Semua ukuran ini tidak boleh dikurangi. Kesalahan akibat kelalaian dalam pelaksanaannya
akan menjadi tanggung jawab pelaksana.
24.7. Pekerjaan Papan
Lisplank
Listplank dibuat dari papan kayu kelas II ukuran jadi 2.x2/25 cm diprofil atau disesuaikan dengan
gambar rencana. Pemasangannya dipakukan langsung pada gording. Selain daripada itu, maka
perlakuan pada pekerjaan listplank ini sama dengan perlakuan pada pekerjaan kayu lainnya.
24.8. Pekerjaan rangka kayu dan plafond tripleks
a. Ketentuan ukuran
 Ukuran panjang dan lebar rangka kayu plafond adalah 60 cm x 120 cm atau disesuaikan
dengan gambar rencana.
 Sedangkan ukuran tripleks penutup plafond adalah 60 cm x 120 cm.
b. Ketentuan bahan
 Rangka plafond menggunakan balok kayu kelas II ukuran 5/7 cm.
 Lapisan penutup menggunakan tripleks tebal 3 mm.
c. Ketentuan lainnya
 Pemasangan rangka utama dipakukan pada dinding (menggunakan paku tembok) dan bagian
rangka lainnya digantungkan menggunakan penggantung dari kayu kelas mutu yang sama
pada rangka kuda-kuda.
 Pembuatan rangka plafond harus benar-benar memiliki permukaan yang rata sebelum
dipasang lapisan penutup dari tripleks.
 Selain ketentuan ini, maka ketentuan lainnya mengikuti ketentuan pada pekerjaan kayu
lainnya.

25. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

25.1. Lingkup pekerjaan instalasi listrik yaitu :


a. Pekerjaan pasang titik instalasi bangunan,
b. Pekerjaan lampu philis 25 Watt
c. Pekerjaan pasang stop kontak,
d. Pekerjaan pasang saklar ganda,
e. Pekerjaan pasang MCB
f. Pek. Penyambungan instalasi dari Sumber Daya.
25.2. Ketentuan ukuran
Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di dalam bangunan,
sebagaimana gambar detail. Pemasukan arus bersumber generator listrik, penyediaan bola lampu,
kabel-kabel, pipa PVC dan sebagainya sehingga listrik menyala.
25.3. Ketentuan bahan
 Kabel NGA/NYM eks kabelindo atau yang sekualitas.
 Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebonite dengan kualitas baik.
 Bola lampu pijar, TL dan armaturnya adalah produksi Nasional merk Phillips, Toshiba, tungsram
atau yang berkualitas.
 Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian group pemasangan instalasi listrik,
produksi dalam negeri (Nasional) atau sekualitas dengan arde (pentanahan ) dari kabel B.
25.4. Ketentuan lainnya
 Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak diletakan pada bagian
samping balok tarik..
 Pemasangan instalasi listrik berikut penggunaan bahan/komponen-komponennya harus
disesuaikan dengan sistem tegangan lokal 220 Volt.
 Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan konsultan pengawas, pelaksana boleh
menunjuk pihak ketiga (instalatur) yang telah memiliki izin usaha instalasi listrik atau izin sebagai
instalatur yang masih berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN), pelaksana tetap bertanggung
jawab penuh atas pekerjaan ini sampai listrik tersebut menyala (siap digunakan), termasuk biaya
pengujian.
 Pengujian instalasi listrik harus dilakukan pelaksana pada beban penuh selama 1 kali 24 jam
secara terus menerus, semua biaya yang timbul akibat pengujian ini ditanggung pelaksana.

26. PEKERJAAN PENGECATAN/FINISHING


26.1. Lingkup pekerjaan pengecatan meliputi :
a. Pekerjaan memenie kayu/besi,
b. Pekerjaan mengecat kilap kayu/kolom,

26.2. Pekerjaan memenie kayu


a. Ketentuan ukuran
Volume bidang kayu yang akan di cat menie tertera dalam perhitungan bill of quantity (BOQ).
b. Ketentuan bahan
Cat menie menggunakan cat menie khusus untuk kayu yang tersedia di pasaran dan memiliki
kualitas yang baik.
c. Ketentuan lainnya
 Bidang kayu yang di menie adalah seluruh pekerjaan kayu kecuali rangka kuda-kuda,
gording, bubungan dan rangka plafond termasuk semua bidang sambungan, potongan kayu
dan bagian permukaan kayu yang menempel pada dinding. Oleh karena pekerjaan memenie
bidang kayu harus terlebih dahulu dilakukan sebelum pemasangan.
 Bidang kayu yang akan di cat harus bersih dan dalam keadaan kering.
 Pengecatan harus merata dan berulang sampai warna serat-serat kayu tidak terlihat lagi.
 Warna meni kayu yang digunakan warna merah bata.
26.3. Pekerjaan Cat kilap kayu
a. Ketentuan bahan
 Untuk bahan cat kayu dipilih merk Vinilex, Kemtone, Decolith atau Emco, Avian.
 Plamur atau dempul untuk pekerjaan cat kayu ini harus menggunakan merk yang sama
dengan yang dipakai untuk cat kilap kayu.
b. Ketentuan lainnya
 Cat digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
 Permukaan kayu yang akan dicat harus diamplas sampai mendapatkan permukaan yang
halus.
 Kemudian bagian-bagian yang berlubang dari permukaan harus didempul.
 Selanjutnya diplamur seluruh permukaan kayu sampai seluruh permukaannya menjadi rata
dan licin. Permukaan kayu setelah prses ini tidak memperlihatkan serat ataupun pori-pori
kayu. Pekerjaan pengecatan dapat dilakukan setelah seluruh bidang telah diplamur.
Pengecatan dilakukan dengan minimal 2 (dua) kali bilas untuk mendapatkan hasil yang
sempurna.
 Tempat pengecatan harus dipilih tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.
 Permukaan kayu yang akan dicat harus telah bersih dan kering.
 Warna untuk cat kilap kayu ditentukan warna abu-abu.

27. PEKERJAAN AKHIR

27.1. Lingkup pekerjaan akhir meliputi :


a. Pekerjaan pembersihan kembali lokasi pekerjaan,
b. Pekerjaan pelaporan dan dokumentasi.
27.2. Pekerjaan pembersihan kembali lokasi pekerjaan
Sebelum pekerjaan diserahterimakan, pelaksana wajib membersihkan bahan-bahan bangunan,
kotoran-kotoran bekas bahan bangunan yang ada dalam lokasi bangunan, sehingga pada saat
serah terima dilaksanakan, bangunan dalam keadaan bersih dan rapih.
Pekerjaan pembersihan termasuk semua bagian direksi keet dan peralatan yang ada dan digunakan
selama pelaksanaan pekerjaan.

27.3. Pekerjaan pelaporan dan dokumentasi


a. Pekerjaan pelaporan dan dokumentasi yang dimaksudkan kegiatan pelaksana untuk membuat
segala administrasi proyek, yaitu membuat buku laporan harian, as built drawing, foto-foto
proyek dan lain-lain yang dibutuhkan untuk kelancaran pekerjaan.
b. As buit drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan dan
harus diserahkan selambat-lambatnya 4 minggu setelah serah terima pertama pekerjaan. As
built drawing harus disajikan dalam kertas kalkir.
c. Pelaksana diwajibkan membuat foto kemajuan pekerjaan dari 0 % sampai 100 % yang dapat
dilihat dari semua arah bangunan. Pengulangan foto harus dilakukan pada sisi yang sama
secara berurutan sehingga akan jelas terlihat sisi tersebut dari permulaan sampai akhir
pekerjaan.

29. PEKERJAAN LAIN-LAIN

29.1. Volume dalam Bill of Quantity terlampir tidak mengikat kontraktor wajib menghitung kembali
29.2. Khusus untuk jenis dan kualitas pekerjaan tidak boleh dirubah/dihilangkan tanpa persetujuan
Penanggungjawab Kegiatan dan perubahannya harus dibuat berita acara
perubahan.
29.3. Apabila terjadi perbedaan antara voleme pekerjaan dengan gambar rencana dan atau kondisi
lapangan, maka yang dipakai adalah spesifikasi teknis, gambar rencana dan kondisi
lapangan beserta perubahannya sesuai Kontrak Kerja berserta lampirannya.
29.4. Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada masing-masing pasal di atas,
kecuali apabila tidak ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ini yang ternyata pekerjaan
tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan oleh pelaksana atas petunjuk konsultan pengawas dan ijin tertulis dari Pejabat
Pembuat Komitmen atau pengguna anggaran yang didasar atas gambar rencana serta rencana
anggaran biaya (RAB).
29.5. Spesifikasi Teknis ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaan ini.

30. PENYELESAIAN KONSTRUKSI DAN MASA PEMELIHARAAN


Penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan dan rencana kerja yang ditetapkan
oleh direksi. Masa Pemeliharaan ditentukan adalah sebagai berikut :
 Jangka waktu pemeliharaan pekerjaan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender ditetapkan oleh Pemberi Tugas dan terhitung sejak Serah Terima Pertama
Pekerjaan (PHO).
 Semua pekerjaan dan peralatan yang diserahkan dijamin oleh kontraktor dalam keadaan baik
tanpa cacat (baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan) dan dapat berfungsi secara
sampurna sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan. Apabila syarat ini tidak terpenuhi,
pemberi tugas berhak menolak penyerahan pekerjaan dan Kontraktor berkewajiban
menggantikannya sesuai dengan yang disyaratkannya.
 Kontraktor bertanggung jawab terhadap segala kerusakan atas pekerjaan yang di serahkan dan
berkewajiban melengkapi sebagaimana ditetapkan dalam syarat-syarat teknis.
 Dalam masa pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan, cacat dan
kekurangan atas pekerjaan yang diserahkan yang disebabkan oleh kelalaian Pemberi Tugas.
Apabila keadaan demikian terjadi, Kontraktor berkewajiban melakukan perbaikan pekerjaan yang
rusak atas biaya sendiri sehingga dapat berfungsi secara sampurna sesuai dengan spesifikasi
teknis.

31. DOKUMENTASI DAN PELAPORAN


Yang dimaksud dengan dokumentasi adalah sebagai berikut :
 Kontraktor wajib membuat foto tentang kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, %50 %, 75 %, 100),
foto-foto tersebut diambil pada saat sebelum lokasi dikerjakan dan selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung dan setelah pekerjaan selesai.
 Waktu dan cara pengambilan foto diusahakan sedemikian rupa agar foto-foto tersebut dapat
memberikan gambaran tentang kemajuan pekerjaan.
 Foto-foto dibuat dalam rangkap secukupnya dengan ukuran yang ditentukan, berwarna serta
dimasukan dalam album secara terpisah dan diserahkan kepada pengawas/Pemberi tugas.
- Yang dimaksud dengan Pelaporan adalah sebagai berikut :
1. Kontraktor harus membuat catatan berupa laporan harian, laporan mingguan, bulanan yang
memberikan gambaran, catatan singkat yang jelas terhadap :
 Tahap berlangsungnya pekerjaan.
 Catatan dan perintah dari pemberi tugas/pengawas lapangan yang ditandatangani
dan disampaikan secara tertulis.
 Hal ikhwal mengenai bahan-bahan, peralatan, mesin-mesin yang masuk baik yang
dipakai maupun yang ditolak).
 Hal ikhwal mengenai buruh, termasuk pekerjaan tambah kurang dan sebagainya,
 Kegiatan-kegiatan lain selama berlangsungnya pekerjaan.

2. Pembayaran pekerjaan lain - lain ini didasarkan pada unit taksiran penawaran kontraktor.
Harga taksiran ini sudah mencakup semua kebutuhan kontraktor sehingga bagian
pekerjaan ini berjalan dengan baik dan sempurna.

Demikian Spesifikasi Teknis ini disusun sebagai salah satu acuan untuk melaksanakan pekerjaan
pembangunan fisik.

Kupang, 17 September 2013


Penawar,
CV. DENY

YULIUS LAMBE, S.Sos


Direktur

Anda mungkin juga menyukai