Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL (INTRANATAL)

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Maternitas Profesi Ners STIKes
‘Aisyiyah Bandung dengan dosen pengampu :
Ariani Fatmawati, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :
1. ACEP MASKUR NIM. 402018090
2. FARISHA NOOR NIM. 402018093

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)

BANDUNG

2019
A. Adaptasi Fisiologis Intranatal
1. Perubahan Kala I
a. Perubahan pada serviks
1) Pendataran pada serviks/effacement
Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis servikalis yang
semula berupa sebuah saluran panjang 1-2 cm, menjadi sebuah lubang saja
dengan pinggir yang tipis.
2) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium Uteri Eksternum
(OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk dilewati
kepala.Pada pembukaan 10 cm atau pembukaan lengkap, bibir portio tidak terba
lagi
b. Perubahan sistem kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Diantara
kontraksi tekanana darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan
naik lagi jika terjadi kontraksi. Posisi tidur terlentang selama persalinan akan
mengakibatkan adanya penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (orta),
yang menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu, ibu
biasanya mengalamihipotensi dan janin mengalami asfiksia.
c. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobic
akan naik secara perlahan, kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena
kecemasan serta kegiatan otot keranka tubuh.
d. Perubahan system respirasi
Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan sebelum
persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, kehawatiran serta penggunaan
tekhnik pernapasan yang tidak benar.
e. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormone progesterone yang menyebabkan keluarnya hormone
oksytosin.
f. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen atas rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif yaitu
brkontraksi, dan dinding tambah tebal dengan majunya persalinan serta
mendorong anak keluar.
g. Perubahan pada vagina dasar panggul
1) Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak kehamilan
mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi.
2) Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh bagian depan yang maju tersebut
dasar panggul di regang menjadi saluran dengan dinding yang tipis.
3) Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menhadap kedepan atas. Dari
luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka.
4) Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah
pada bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek,
akan menimbulkan perdarahan yang banyak
2. Perubahan kala II
a. Sistem reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini
merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama
kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesteron menurun kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan,
kemudian menjadi lebih sering. Lebih lama dan intensitasnya semakin kuat
seiring kemajuan persalinan.
b. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi tekanan darah.
Kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
terlentang ke posisi miring. Perubahan tekanan darah selama kontraksi
dapatdihindara, nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.
c. Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan
tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan
aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh. Denyut nadi, pernafasan,
denyut jantung dan cairan yang hilang.
d. Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernaasan normal selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang etrjadi. Hiperventilasi yang menunjang adalah
temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada
ekstremitas dan perasaan pusing.
e. Perubahan pada ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi
kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urin
berkurang selama persalinan.
f. Perubahan pada saluran pencernaan
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung tetap seperti biasa. Lambung yang
penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa
transisi. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi banyak atau
minum berlebihan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang
menandai akhir fase pertama persalinan.
g. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika ada kehilangan
dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
3. Perubahan kala III
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium muali berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga
atau berbentuk menyerupai buah pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (
seringkali mengarah ke sisi kanan)
4. Perubahan kala IV
a. Uterus
Uterus terletak ditengah abdomen kurang lebih 2/3 antara simpisis pubis
sampai umbilicus. Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilicus, maka
hal tersebut menandakan adanya darah dan bekuan di dalam uterus yang perlu
ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilikus dan bergeser paling
umum ke kanan cenderung menandakan kandung kemih penuh.
b. Serviks vagina dan perineum
Keadaan serviks, vagina dan perineum di inspeksi untuk melihat adanya
laserasi, memar, dan pembentukan hematoma awal. Serviks akan berubah menjadi
bersifat patulous, terkulai, dan tebal. Sedangkan tonus vagina dan tampilan
jaringan vagina diengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi selama kala II
persalinan. Adanya edema atau memar pada introitus atau memar pada introitus
atau area perineum sebaiknya dicatat
c. Plasenta, membran, dan tali pusat
Inspeksi unit plasenta membutuhkan kemampuan bidan untuk
mengidentifikasi tipe-tipe plasenta dan insersi tali pusat. Bidan harus waspada
apakah plasenta dan membran lengkap, serta apakah terdapat abnormalitas, seperti
ada simpul sejati pada tali pusat.
d. Penjahitan episiotomi dan laserasi
Penjahitan episiotomi dan laserasi memerlukan pengetahuan anatomi
perineum tipe jahitan, hemostatis, pembedahan asepsis dan penyembuhan luka.
Bidan juga harus mengethaui tipe benang dan jarum, instrument standar, dan
peralatan yang tersedia dilingkungan praktik.

B. Adaptasi Psikologis Inranatal


1. Perubahan kala I
a. Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan wanita
b. Mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian persalinan
secarapesimistik atau negative.
c. Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap sekelilingnya.
d. Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.
e. Memperlihatkan tingkah laku minder, malu atau tidak berharga.
f. Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap
pemerikasaan.
g. Menunjukkan ketegangan otot dalam derajat tinggi. Tampak menuntut, tidak
mempercayai, marah atau menolak terhadap para staf.
h. Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan
pemberperawatan.
i. Tampak “lepas control” dalam persalinan (saat nyeri hebat, menggeliat
kesakitan, panic, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan yang
membantu).
j. Merasa diawasi.
k. Merasa melakukan tanpa hormat. Merasa diabaikan atau dianggab remeh.
l. Respons “melawan atau menghindari”, yang dipicu oleh adanya bahaya fisik,
m. Ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya
2. Perubahan kala II
a. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri
akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering berkeringat dan
mulai ini juga menyebabkan ketidaknyamanan.
b. Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya
terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul
dan timbul kontraksi-kontraksi pada uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin
segera mengeluarkan janinnya
3. Perubahan kala III
a. Bahagia
Bahagia karena saat-saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang
sempurna yang sudah bisa melahirkan
b. Cemas dan takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena
persalinan dianggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati. Cemas dan
takut akrena pengalaman yang lalu. Dan takut tidak dapat memenuhi kebutuhan
anaknya.
4. Perubahan kala IV
Pada kalai ini setelah kelahiran bayi dan plasenta dengan segera ibu akan
meluapkan perasaan untuk melepaskan tekanan dan ketegangan yang
dirasakannya dimana ibu mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan
merawat bayi yang telah dilahirkannya.

C. Kala Persalinan
1. Kala I
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah,
servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a. Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2
jam, cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina
menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-
3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis
2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada
rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu
his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
3. Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari
semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi
abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan
dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi
belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam
presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran
kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka
jela bahwa kepala harus menysuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu
atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya
anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang
pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena
diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul.
Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka
belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah
panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
a. Penurunan kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP,
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.
Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan
asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat
di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu :
1) Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
2) Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau
berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala
I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi
dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah
rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena
tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot
abdomen dan melurusnya badan anak.
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa
lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-
ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding
pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika
(9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar
panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
c. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
Putaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai
dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian teresndah janin
adalah ubun – ubun kecil, maka ubun – ubun kecil memutar ke depan sampai
berada dibawah simpisis.
d. Putaran paksi dalam
Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian
inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah
dan pintu bawah panggul.
e. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke
atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala
yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi
maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya. Subocciput
yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-
ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir
,selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan
lahir.Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan
ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar
cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu
bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi
kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin
tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
g. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu
mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.
4. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc.
a. Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
1) Pemberian oksitosin.
2) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan diperut bawah
ibu dan minta ibu atau pendaampingnya untuk membantu memegang bayi
tersebut.
3) Pastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) didalam uterus. Karena
oksitosin menyebabkan uterus uterus berkontraksi yang akan sangat
menurunkan pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat
pada korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan
menyulitkan pengeluaran plasenta
4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.
5) Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitosin 10
unit IM pada pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis) karena
oksitosin merangsang fundus uteri akan berkontraksi dengan kuat dan efektif
sehingga dapat membaantu pelepasan plasentadan mengurangi kehilangan
darah.
6) Serahkan bayi yang telah dibungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusui
dini dan kontak kulit dengan ibu.
7) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih.
8) Penegangan tali pusat.
9) Berdiri disamping ibu.
10) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. Karena memegang
tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulse.
11) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepaat diatas
simpisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan
menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah
terjadi kontraksi yang kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan
yang lain menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial)
lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
12) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar
dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali
pusat terkendali.
13) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat kearah bawah. Lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat
makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta
telah lepas dan dapat dilahirkan.
14) Massage fundus uteri segera setalah plasenta lahir.
15) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
16) Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak
nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas
dalam dan perlahan serta rileks.
17) Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada
fundus uteri supaya uterus berkontraksi jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 15 detik, akukan penatalaksanaan atonia uteri.
18) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan
utuh.
19) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi massage
fundus uteri.
20) Periksa kontraaksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan sssetiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
5. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obat oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiratama, J. (2013). In https://www.scribd.com/doc/170282398/laporan-


pendahuluan-persalinan-normal-doc. diakses pada 18 Juni 2019, jam. 16.35
WIB.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis obstetry jilid I. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, S. (2008). Fisiologi kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru
lahir. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Saifudin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. Jakarta: Jhpiego.

Anda mungkin juga menyukai