Anda di halaman 1dari 23

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(RKS)

KEGIATAN : REHABILITASI SEDANG/BERAT PUSKESMAS


PEMBANTU
PEKERJAAN : REHABILITASI PUSTU PENJAWAAN DESA
PENJAWAAN KECAMATAN SANDAI/LANJUTAN
LOKASI : KECAMATAN SANDAI
SUMBER DANA : APBD
TAHUN ANGGARAN : 2019

A. SYARAT –SYARAT UMUM

Pasal 1
PERATURAN – PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN

1. Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan ketentuan dan peraturan yang sesuai
dengan bidang pekerjaan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala
perubahannya hingga kini ialah :
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 11/PRT/M/2013 tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan Berdasarkan PED.AHSP BID. PU.
b. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan perubahan kedua Nomor 70 Tahun
2012 serta perubahan terakhir Nomor 4 Tahun 2015.
c. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor :
339/KPTS/M/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi
Pemerintah. d. Instruksi Presiden Rl Nomor 1 Tahun 1988.
e. Aigemene voorwearden voor de uitvoering bij aaneming van openbare
warken, yang disahkan dengan Surat Keputusan - Pemerintah Hindia Belanda
nomor 28 tanggal 9 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 14571
(khusus pasal- pasal yang masih berlaku).
f. SNI 1728-1989.SKBI 1.3.53.1989 tentang tata cara pelaksanaan mendirikan
bangunan gedung.
g. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang tata cara perencanaan beton
bertulang dan struktur dinding beton bertulang untuk rumah dan gedung.
h. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
i. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja. j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
031/KPTS/1981.
Spesifikasi Teknis
k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/198: tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
l. Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI. Nomor
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan
pengawas pekerjaan untuk mencapai tujuan pembangunan.
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007. Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut diatas, maka
revisi terakhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Demikian pula apabila
bertentangan dengan Spesifikasi Teknik berikut ini maka yang berlaku adalah Spesifikasi
atau berdasarkan keputusan Direksi .

Pasal 2
ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Kontraktor harus membuat Bagan Organisasi Pelaksana pekerjaan dilapangan,


lengkap dengan nama petugasnya yang terdiri dari personalia yang memiliki
kemampuan dan pengalaman bidang pelaksanaan konstruksi sesuai keahlian yang
dibutuhkan.
2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, calon – calon penanggung jawab lapangan
dan pembantunya harus sudah diajukan kepada pengawas lapangan, ptp, pemilik
proyek, lengkap dengan foto copy KTP untuk dipertimbangkan. Pekerjaan baru dapat
dimulai setelah calon – calon tersebut disetujui oleh pemilik proyek / pengawas
lapangan, keterlambatan permulaan pekerjaan akibat kelalaian kontraktor dalam hal
ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
3. Personalia Organisasi Lapangan Kontraktor, minimal terdiri dari
:
a. Seorang penanggung jawab proyek, dalam hal ini adalah direktur Perusahaan atau
Kuasanya yang menanda tangani kontrak dengan pemilik.
b. Tenaga Teknis: 1) Site Manager D3 Sipil 1 Org SKTK (Bangunan Gedung)
Pengalaman 3 Tahun; 2) Tenaga Site Engineer STM atau Sederajat Pengalaman
3 Tahun; 3) Tenaga Administrasi SMA / Sederajat Pengalaman 3 Tahun
dibidangnya.

4. Dengan adanya Teknis, tidak berarti bahwa kontraktor lepas dari tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
6. Penyedia jasa (kontraktor) wajib memberi tahu secara tertulis kepada pemilik
proyek dan direksi lapangan, tentang susunan organisasi pelaksana lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.
7. Bila kemudian hari, menurut pendapat tim pengelola teknis dan pengawas, pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan
kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh)
hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, kontraktor harus sudah menunjuk
Spesifikasi Teknis
pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab / direktur perusahaan)
yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
8. Tempat tinggal (Domisili) Penyedia jasa / Kontraktor dan Pelaksana.
Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal -
hal mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat
dan nomor telephon dilokasi kepada direksi.

Pasal 3
TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA (PEMBORONG)

1. Pemborong bertanggung jawab atas ketelitian / kebenaran hasil pelaksanaan


yang dilakukan oleh pelaksana, harus sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat
serta gambar – gambar kerja.
2. Pengangkutan bahan baku / personil dan lain-lainnya yang diperlukan guna
pelaksanaan pekerjaan, serta diwajibkan menjaga atau mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yang dilakukan pemborong selama pembangunan gedung
maupun masa pemeliharaannya.
3. Kesehatan / kesejahteraan / penginapan karyawan selama pelaksanaan pekerjaan.
4. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
5. Keamanan / kerusakan dari perlengkapan (equipment) yang dipakai selama
pelaksanaan pekerjaan dan penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
6. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
7. Tidak di Perkenankan :
a. Pekerja menginap, memasak ditempat pekerjaan, kecuali dengan izin
direksi lapangan.
b. Membawa masuk penjual makanan, buah, sayur, minuman keras, rokok
dan sebagainya ketempat pekerjaan.
c. Keluar masuk dengan bebas.

Pasal 4
TATA TERTIB PELAKSANAAN

1. Sebelum dimulainya pelasanaan, Pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama


Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat – syarat pelakasanaan serta Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan.
2. Pemborong wajib yaitu ; membuat, menyuruh membuat, memasang serta memesan
maupun menyediakan bahan² bangunan, alat² kerja dan pengangkutan, membayar
upah kerja dan lain lain yang ada sangkutan dgn pelaksanaan pekerjaan serta
meyerahkan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap.
3. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang
dilaksanakan, Pemborong diwajibkan berhubungan dengan direksi lapangan /
pengawas untuk ikut menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk
mendapatkan pengesahan / persetujuan.
4. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahaan dari
pengawas dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
5. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelakasanaan pekerjaan proyek ini harus
Spesifikasi Teknis
benar² baru dan teliti mengenai mutu, ukuran dan lain – lain yang disesuaikan standart
/ peraturan – peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini. Semua bahan – bahan
tersebut diatas harus mendapatkan pengesahan / persetujuan dari pemilik proyek
/ direksi sebelum akan dimulai pelaksanaanya.

6. Ketelitian dan kerapiahan kerja akan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh pengawas,
terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun kerapihan.

Pasal 5
RENCANA KERJA

1. Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
diterbitkan, Kontraktor berkewajiban membuat Bagan Rencana Kerja (Time
Schedule) yang meliputi semua pekerjaan secara lebih mendetail sesuai dengan
Master Time Schedule yang diajukan pada saat mengajukan penawaran.
2. Time Schedule dibuat dalam bentuk Barchart, kemudian ditambah dengan Network
Planing dan lintasan kritisnya (Curva “ S ”).

Pasal 6
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT SERTA GAMBAR KERJA

1. Peraturan dan syarat – syarat teknis pelaksanaan ini, bersama dengan gambar
kerjanya digunakan sebagai pedoman dasar atau ketentuan dalam melaksanakan
pekerjaan ini.
2. Gambar – gambar detail merupakan bagian – bagian yang tidak terpisahkan pada
peraturan dan syarat – syarat teknis pelaksanaan.
3. Jika terdapat perbedaan antara Gambar – gambar dengan hal diatas, maka
pemborong menanyakan secara tertulis kepada perencana / direksi.
4. Pemborong diwajibkan mentaati keputusan perencana / direksi lapangan dalam
hal yang menyangkut masalah tersebut diatas.
5. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka yang terdapat
didalam gambar terbaru dgn skala terbesar, serta tidak diperkenankan mengukur
gambar berdasarkan skala gambar.
6. Jika terdapat kekurangan penjelasan dlm gambar kerja atau diperlukan gambar
tambahan / gambar detail, maka pemborong harus dapat membuat gambar
tersebut,
dan dibuat 3 ( tiga ) rangkap atas biaya pemborong, sebelum dilaksanakan
harus mendapat ijin dari direksi lapangan.

Pasal 7
GAMBAR - GAMBAR TEKNIS

1. Yang dimaksud dengan gambar – gambar adalah gambar yang akan dilaksanakan
dan termasuk didalam kontrak.
2. Untuk dimesi atau detail yang lain, kontraktor harus mengecek dan
menyesuaikan dengan gambar – gambar yang lain, baik sipil maupun arsitektur.

Spesifikasi Teknis
Pasal 8
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR

Pemborong diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar



gambar :

1. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Struktur, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam jenis dan kualitas
bahan / konstruksi bangunan adalah gambar struktur.
2. Gambar kerja Arsitektur dengan ganbar Mekanikal, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam ukuran kualitas
dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar mekanikal, demikian halnya dengan
gambar kerja sanitair.
3. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Electrical, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional ialah gambar arsitektur, dan dalam ukuran kualitas
dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar elektrical.
4. Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong memperbaiki sendiri perbedaan²
tersebut diatas. Akibat – akibat dari kelalaian hal ini, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong.

Pasal 9
GAMBAR PELAKSANAAN

1. Kontraktor harus membuat gambar – gambar pelaksanaan pekerjaan di lapangan


( Shop Drawings ), gambar tersebut harus dibuat berdasarkan gambar – gambar
pengadaan dan penjelasan pekerjaan yang diberikan.
2. Sebelum gambar – gambar pelaksanaan disetujui oleh pihak direksi
lapangan, kontraktor tidak diperbolehkan memulai pekerjaan di lapangan.
3. Gambar² pelaksanaan harus memenuhi syarat - syarat yang ditentukan oleh
direksi lapangan. banyaknya gambar² yang disampaikan kepada pihak direksi
lapangan harus sesuai dengan kontrak.
4. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada direksi lapangan
untuk meneliti gambar – gambar pelaksanaan.
5. Persetujuan terhadap gambar – gambar pelaksanaan bukan berarti pemberian
garansi terhadap dimensi – dimensi yang telah dibuat oleh kontraktor, dan tetap
tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 10
GAMBAR – GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA

1. Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik


proyek berdasarkan pertimbangan dari direksi lapangan.
2. Perubahan suatu rencana harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh pemilik proyek, yang dengan jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rancangan.
3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 ( tiga ) berikut kalkirnya (
Spesifikasi Teknis
gambar asli ) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh pemborong.
4. Gambar perubahan yang disetujui oleh pemilik proyek / direksi lapangan kemudian
dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

Pasal 11
PEMBAGIAN HALAMAN

Sebelum pemborong memulai pelaksanaan pekerjaan, maka pemborong harus


terlebih dahulu merundingkan dengan direksi lapangan mengenai pembagian halaman
pekerjaan, tempat penimbunan barang², tempat mendirikan loods² direksi / loods²
kerja dan lain sebagainya agar pekerjaan dapat bejalan lancar.

Pasal 12
DIREKSI KEET, LOODS KERJA DAN GUDANG BAHAN

1 Pemborong harus membuat loods direksi secukupnya menggunakan bahan –


bahan sederhana, yang dapat dikunci dengan baik, dilengkapi dengan peralatan
sederhana dan disediakan juga dokumen pelaksanaan yang terdiri atas :
 Gambar – gambar Kerja.
 Rencana kerja yang masing – masing sudah disetujui oleh pemilik
proyek.
 Data keadaan cuaca .
 Detail pelaksanaan
pekerjaan.
 Buku harian, buku intruksi dan buku
tamu.
 Arsip – arsip laporan harian dan laporan
mingguan.
2. Perlengkapan yang terdiri dari :
a. Meja tulis, lemari arsip, kotak P3K dan alat pemadam
kebakaran. b. Alat – alat kerja lain yang diperlukan.

3. Pemborong diharuskan membuat Loods Kerja dan Gudang yang memenuhi syarat
kesehatan, keamanan baik untuk tempat tinggal pekerja selama pelaksanaan
pekerjaan maupun untuk menyimpan barang–barang atau alat–alat lainya dan untuk
kantor pelaksana.
4. Cara–cara menimbun bahan–bahan bangunan dilapangan maupun digudang harus
memenuhi syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.
5. Pemborong harus membuat Papan Nama Proyek yang ukuran dan modelnya
ditentukan oleh direksi dan bertuliskan :
Nama proyek/satuan kerja : ………………………………………………………
Jenis pekerjaan : ………………………………………………………
Lokasi pekerjaan : ………………………………………………………
Spesifikasi Teknis
Biaya pekerjaan : ………………………………………………………
Nomor Kontrak : ………………………………………………………
Tanggal selesai Kontrak : ………………………………………………………
Pelaksana : ………………………………………………………

Pasal 13
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

1. Pemakaian jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak


pemborong dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.

2. Pemborong diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu


penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan
menjadi beban pemborong.

Pasal 14
SYARAT – SYARAT DAN PEMERIKSAAN BAHAN / MATERIAL

1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang


ditentukan dalam kontrak dan harus diperiksa dulu oleh pengawas untuk
mendapatkan persetujuan, cara – cara pemeriksaan bahan – bahan tersebut akan
ditentukan kemudian oleh dereksi.
2. Pengawas berwenang untuk meminta keterangan asal dari bahan - bahan
bangunan, dan kontraktor wajib memberitahukanya.
3. Material yang telah didatangkan oleh kontraktor dilapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan,
selambat-lambatnya dalam waktu 2 ( dua ) kali 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor tertapi ternyata
ditolak pengawas harus segera dihentikan, dan selanjutnya dibongkar atas biaya
kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh dereksi.
5. Kontraktor atau pelaksana harus mengerjakan kembali pekerjaan yang dibongkar
sebagai akibat penggunaan bahan – bahan yang cacat.
6. Bahan – bahan yang digunakan harus diutamakan produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan / potensi nasional.
7. Apabila pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, pengawas berhak
mengirimkan bahan tersebut kepada balai penelitian bahan–bahan ( Laboratorium
) yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi
tanggungan kontraktor, apapun hasil penelitian bahan tsb.

Pasal 15
ALAT - ALAT KERJA DAN ALAT - ALAT BANTU

1. Pemborong harus menyediakan alat – alat yang diperlukan untuk melaksanakan


dan menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, minimal: 1) Pick Up : 1
Unit Kapasitas 1.3 s/d 1.5 M3; 2) Water Pass : 1 Unit; 3) Pompa Air : 1 Unit; 4)
Mesin Genset : 1 Unit; 5) Peralatan Tukang Kayu 1 Set; 6) Peralatan Tukang
Semen 2 Set.
Spesifikasi Teknis
2. Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat–alat yang
menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3. Bila pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan
alat– alat tersebut serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas–bekasnya.
4. Disamping harus menyediakan alat–alat yang diperlukan, pemborong harus
menyediakan alat² bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti tenda–
tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan dan lain–lain.

Pasal 16
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DAN SUMBER AIR

1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan


oleh pemborong termasuk pemasangan sementara kabel–kabel meteran, upah dan
tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai, adalah beban
pemborong.
2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan di dapat dari
sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan. Pemborong harus memasang pipa –
pipa untuk mengalirkan air dan membongkar kembali bila pekerjaan sudah selesai.
Biaya untuk mengadakan air kerja tersebut adalah beban pemborong.
3. Pemborong tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air dari saluran
induk lubang penyedot, reservoir dan sebagainya, tanpa terlebih dahulu mendapat ijin
tertulis dari pemilik proyek / direksi.

Pasal 17
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM

1. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong bertanggung jawab penuh atas


segala kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada,
utilitas, jalan, saluran dan lain – lain yang ada dilingkungan pekerjaan.
2. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum seperti saluran air,
telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi pemborong. Segala
biaya
untuk pemasangan kembali beserta perbaikan–perbaikannya adalah menjadi
beban pemborong .

Pasal 18
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN

Setelah pemborong mengetahui batas–batas daerah kerja dan lain–lainya, sebagaimana


diuraikan dalam pasal–pasal dimuka, maka pemborong bertanggung jawab penuh
atas segala sesuatu yang ada didaerahnya ialah mengenai :
1. Kerusakan–kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan yang sengaja
ataupun tidak.
2. Penggunaan sesuatu yang keliru /

Spesifikasi Teknis
salah.
3. Kehilangan–kehilangan bagian alat – alat / bahan – bahan yang ada
didaerahnya.
4. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas, pemborong harus melaporkan
kepada pemilik proyek/direksi lapangan dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam untuk
diusut dan diselesaikan persoalanya lebih lanjut.
5. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas, pemborong diharuskan
mengadakan pengamanan, antara lain : penjagaan , penerangan malam,
pemagaran sementara dan sebagainya.

Pasal 19
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM

Pemborong harus meminta ijin kepada pengawas / direksi pekerjaan dalam hal
untuk melaksanakan pekerjaan atau bagian pekerjaan dimalam hari, ijin akan diberikan
kalau penerangan cukup atau meamakai penerangan PLN / Generator.

Pasal 20
PEIL DAN PENGUKURAN

1. Pemborong wajib memberitahukan kepada pengawas setiap kali suatu bagian


pekerjaan akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil – peil dan ukuran –
ukurannya.
2. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran² satu sama lain dalam
tiap pekerjaan, dan segera melaporkan secara tertulis kepada pengawas setiap
terdapat selisih atau perbedaan, tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri
kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan pengawas.
3. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil – peil dan ukuran – ukuran yang ditetapkan dala Gambar kerja dan syarat –
syarat ini.
4. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian – bagian
pekerjaan selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan sungguh – sungguh.
5. Kelalaian pemborong dalam hal ini tidak akan ditolelir direksi lapangan, dan direksi
lapangan berhak untuk membongkar pekerjaan yang telah dilakukan tanpa
pemeriksaan terlebih dahulu.

Pasal 21
PEMBERSIHAN

1. Dalam rangka persiapan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus membersihkan


lapangan pekerjaan dari segala macam benda atau tumbuh – tumbuhan / pepohonan
yang dapat mengganggu kelancaran kerja serta dapat melemahkan, merusak kualitas
konstruksi bangunan.

Spesifikasi Teknis
2. Apabila terdapat timbunan sampah / humus tersebut harus segera dibuang dan
diadakan perbaikan tanah sesuai dengan petunjuk direksi.
3. Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah –
sampah.
Pada waktu-waktu tertentu dan pada waktu pekerjaan selesai, kontraktor harus
membuang sampah – sampah sebagai akibat hasil pekerjaan ketempat diluar
proyek atau tempat yang telah ditunjuk oleh direksi lapangan.
4. Dalam pelaksanaan pekerjaan apabila ada pekerjaan pembongkaran, disarankan agar
dilakukan dengan hati – hati supaya tidak merusak / mengganggu terhadap bangunan
lain, kontraktor agar selalu memperhatikan instalasi – instalasi yang terpasang
disekitar lokasi pekerjaan dan disarankan agar tidak merusak instalasi yang ada.
5. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka kontraktor
yang bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti
keadaan semula.

Pasal 22
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan kontraktor wajib memintakan persetujuan kepada


Pengawas.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh pengawas,
kontraktor dapat meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui pengawas, hal ini dikecualikan bila pengawas minta
perpanjangan waktu.
3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal 22 ini, pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan yang telah dikerjakan, baik sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi
tanggung jawab kontraktor.

Pasal 23
P E NGA W AS A N

Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh direksi lapangan. Setiap saat
direksi lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji
setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong harus mengadakan fasilitas²
yang diperlukan antara lain :
1. Pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan direksi, menjadi
tanggung jawab pemborong . Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera
dibongkar sebagian atau seluruhnya.
2. Jika pemborong perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja, atau melampui
jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak, yang memerlukan pengawasan
pekerjaan oleh direksi menjadi beban pengguna jasa.
3. Wewenang petugas direksi dalam memberikan keputusan adalah terbatas pada hal -
hal yang jelas tercantum didalam gambar dan RKS dan Risalah pekerjaan.
Penyimpangan harus seizin pemilik.

Spesifikasi Teknis
Pasal 24
LA P O R A N

Pelaksana diharuskan membuat laporan yang diserahkan kepada direksi lapangan, ptp
dan pemilik proyek, masing – masing 1 ( satu ) rangkap laporan – laporan sebagai berikut
:
a. Laporan Harian yaitu catatan yang berisi kegiatan pekerjaan sehari – hari berupa
:

 Tahap berlangsungnya pekerjaan.


 Catatan dan perintah pemilik / pengawas yang ditanda tangani dan
disampaikan secara tertulis.
 Jumlah dan jenis dari bahan – bahan, peralatan dan mesin baik yang dipakai
maupun ditolak.
 Jumlah pekerja.
 Dan keadaan lain – lain selama berlangsungnya kegiatan pelaksanaan pekerjaan
yang di isi setiap hari kemudian diserahkan kepada direksi untuk diketahui atau
disahkan.

b. Laporan Mingguan yaitu catatan yang berisi garis² besar hal – hal yang terjadi dan
tercantum dalam ketikan yang rapi dimana merupakan resume dari laporan harian yg
memperlihatkan bobot prestasi.

3. Koreksi Rencana Prestasi Pekerjaan.


Tiap akhir bulan harus disampaikan kepada direksi, ptp dan pemilik proyek Bar Chart
(“S” Curva) keadaan pekerjaan diatas yang didasarkan bar chart induk untuk
diketahui posisi keadaan pekerjaan tiap bulannya sebanyak 3 ( tiga ) rangkap.
4. Sebagai tembusan laporan² tersebut dikirim langsung copynya kepada Dinas
Kesehatan Kab.Ketapang dalam hal ini Bidang Sumber Daya Kesehatan Seksi
Fasyankes dan Akreditasi selaku Pengelola Kegiatan sarana dan prasaran fisik..
5. Untuk mencegah kesalah pahaman dan kesimpang siuran dalam pelaksanaan
pekerjaan, kontraktor diwajibkan menyediakan :

a. Buku harian / buku direksi di tempat pekerjaan khusus untuk memuat catatan –
catatan direksi, dan Pengguna jasa atau wakilnya kepada penyedia jasa
(kontraktor).
b. Buku tersebut setiap permulaan hari kerja (pagi) harus diletakan diatas meja direksi
untuk diperiksa dan di isi bila perlu.
c. Untuk penerimaan perintan – perintah tersebut penyedia jasa (kontraktor) atau
wakilnya diharuskan membubuhkan tanda tangan, dan kelalaian dalam hal ini
dianggap telah mengetahui dan menyetujuinya.
d. Penyedia jasa mendapat kebebasan untuk memberikan catatan – catatan yang
dianggap perlu olehnya, bila penyedia jasa tidak mengadakanya telah dianggap ia
telah mengetahui dan menyetujui semua isi perintah – perintah dan catatan
– catatan dari direksi, dan pengguna jasa yang tertulis dalam buku harian / buku
direksi tersebut.
Spesifikasi Teknis
Pasal 25
DOKUMENTASI

1. Pemborong harus membuat dokumentasi pekerjaan berupa foto – foto berukuran 3 R


pada bagian² pekerjaan yang penting, sedapat mungkin diusahakan dengan photo
berwarna dalam rangkap 2 (dua) dan diserahkan langsung kepada pemilik proyek.
2. Foto –foto tersebut diambil dari satu titik bidik tetap pada saat :
a. Sebelum pekerjaan dimulai (prestasi 0 %).
b. Saat pekerjaan dalam / mencapai prestasi pekerjaan sebesar ; 35 %, 55 %, 75 %,
100 % dan permintaan pembayaran angsuran.
c. Setelah masa pemeliharaan atau pada waktu pekerjaan diserah terimakan.
d. Setelah pekerjaan berakhir, penyedia jasa harus menyerahkan album
photo sebanyak 3 (tiga) set untuk arsip proyek kepada pengguna jasa.
e. Untuk setiap termin pemborong harus melampirkan photo kemajuan
pekerjaan sesuai kontrak.

B. SYARAT – SYARAT KHUSUS.

Pasal 1
PENJELASAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksudkan rencana kerja dan syarat -syarat dalam dokumen
pengadaan ini adalah :

Jenis Pekerjaan : Rehabilitasi Pustu


Lokasi Pekerjaan : Kecamatan Sandai
Dimana pekerjaan tersebut diatas terdiri dari :
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Pekerjaan Rehabilitasi Pustu
I PEKERJAAN PENDAHULUAN
II PEKERJAAN KERAMIK LANTAI DAN DINDING
III PEKERJAAN SANITASI
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN

Pasal 2
PERATURAN TEKNIS KHUSUS UNTUK PELAKSANAAN
DISAMPING PERATURAN – PERATURAN TEKNIS LAINNYA

Pekerjaan agar diselesaikan menurut dan sesuai dengan :

1. Peraturan dan syarat – syarat yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat –
syarat ini, gambar² bestek, detail konstruksi dan instalasi.
2. Perubahan – perubahan dan penambahan - penambahan yang tercantum dalam
Spesifikasi Teknis
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ).
3. Gambar – gambar kerja yang dibuat oleh penyedia jasa (kontraktor) pada waktu
pekerjaan berlangsung (Shop Drawings), yang telah mendapat persetujuan dari pihak
– pihak berwenang.
4. Petunjuk – petunjuk dan keterangan yang diberikan direksi pada saat pekerjaan
berlangsung.

Pasal 3
HASIL PEKERJAAN

1. Hasil kemajuan fisik yang diperhitungkan harus memenuhi ketentuan –


ketentuan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan ketentuan – ketentuan dalam RKS dan gambar Bestek.
b. Hasil pekerjaan atas dasar perubahan gambar design yang disetujui oleh
pemberi tugas.
c. Termyn tidak melebihi hasil maksimum fisik yang telah dicapai atau ketentuan
yang telah diatur dalam kontrak.
d. Hasil pekerjaan sesuai kualitas dan kuantitas yang telah dicapai.
e. Perubahan – perubahan yang ditetapkan oleh pemilik proyek pada
waktu penunjukan pekerjaan dan selama pekerjaan berjalan.

2. Hasil pekerjaan akhir ( penyerahan pertama ) dapat diterima pemilik proyek


apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Pihak kontraktor telah mengajukan permohonan tertulis selambat-lambatnya 1


(satu) minggu setelah tanggal ditetapkanya penyerahan pertama pekerjaan
kepada pemilik proyek untuk diadakan pemeriksaan hasil akhir yang telah
dicapai terdiri dari :
Semua pekerjaan yang telah diperintahkan baik melalui kontrak
maupun perubahan– perubahan sudah dilaksanakan secara sempurna. Pembersihan /
perapihan pekerjaan sudah dilaksanakan secara sempurna.

3. Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir maka diadakan
penyerahan kedua kalinya. Hal ini dapat diterima apabila sudah memenuhi
persyaratan
– persyaratan sbb :
a. Pihak kontraktor sudah melaksanakan perbaikan – perbaikan terhadap kerusakan /
cacat – cacat baik dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh
kontraktor tersebut sudah dapat diterima oleh pemilik pekerjaan dalam segi
kualitas / kuantitas sesuai dengan syarat² teknis .
b. Pihak kontraktor sudah mengajukan permohonan tertulis 2 ( dua ) minggu
sebelum ditetapkannya penyerahan kedua pekerjaan kepada pemilik pekerjaan,
untuk diadakan pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis atau dan pada buku
harian sewaktu penyerahan pertama pekerjaan.
c. Loods kerja / Gudang (bila ada) sudah dibersihkan sesuai petunjuk direksi
Spesifikasi Teknis
lapangan.
d. Apabila pihak Kontraktor tidak melaksanakan ketentuan – ketentuan yang
diberikan saat penyerahan pertama, maka biaya jaminan 5% tidak dapat
diterima dan pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor lain dengan dana tersebut.
e. Ketentuan – ketentuan atau perintah – perintah yang berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud pada pasal ini diatas, pihak kontraktor
hanya dapat melaksanakan atas perintah tertulis dari pemilik pekerjaan.

Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, penyedia jasa terlebih dahulu harus


melakukan segala persiapan yang dapat membantu atau mendukung kelancaran
pekerjaan sehingga tidak terjadi hambatan dikemudian hari nanti.

2. Persiapan – persiapan yang dimaksud antara lain :


a. Pengecekan lokasi / situasi dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan,
serta melaporkan segala sesuatunya atau mengkonsultasikan dengan direksi
pekerjaan, direksi lapangan.
b. Mendirikan direksi keet, gudang dan loods kerja yang dapat melindungi
para pekerja dan bahan - bahan bangunan.
c. Menyediakan peralatan penting dilokasi sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan
dilaksananakan dalam keadaan baik dan siap pakai.
d. Pemasangan Papan Nama Proyek

Pasal 5
OBSERVASI LAPANGAN

1. Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan, wajib menunjuk tenaga pelaksana Full


Time untuk pekerjan ini yang bertanggung jawab dan diberi wewenang penuh dalam
tugasnya dan meminta izin secara tertulis kepada pengguna jasa.
2. Tenaga pelaksana kontraktor wajib memimpin pelaksanaan Observasi dilapangan
sesuai ruang lingkup yang tercantum dalam kontrak didampingi pengawas
harian lapangan, hasil observasi ini harus segera dilaporkan secara tertulis kepada
pemilik proyek meliputi :
a. Keadaan dan kecocokan lokasi pekerjaan dengan gambar rencana, tentang ukuran,
dimensi, sasaran dan fungsi.
b. Titik tetap yang digunakan untuk dasar pelaksanaan
pekerjaan.
c. Uraian singkat tata cara pelaksanan pekerjaan.
d. Kesimpulan / Saran.

Spesifikasi Teknis
3. Sebelum dimulai pelaksanaan pihak kontraktor bersama direksi lapangan perlu
mengadakan pra paper kerja membahas program kerja meliputi :
a. Hubungan dengan masyarakat dan pemerintah setempat sehingga mendapat
dukungan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
b. Penyusunan waktu kegiatan pada bagian – bagian pekerjaan dalam bentuk rencana
yang diplot dalam barcart.
c. Penyusunan waktu pengadaan bahan serta peralatan sesuai jumlah yang
diperlukan sebelum dimulai agar diplot dalam barcart.
d. Penyusunan waktu pengerahan tenaga kerja sesuai kebutuhan dan sifat pekerjaan
yang diplot dalam barcart.
e. Hal – hal yang dimaksud dalam butir diatas menjadi dasar monitoring pelaksanaan
dan segala perubahan dari rencana pelaksanaan yang telah disusun, pihak
kontraktor dapat mengajukan alasan secara tertulis untuk menjadi bahan
pertimbangan pemilik proyek.
f. Berdasarkan ayat 3 diatas, pihak pemberi tugas bersama kontraktor melaksanakan
rumusan ketetapan program kerja pada tempat yang ditentukan, dan ketetapan ini
bersifat mengikat untuk dipatuhi selama pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI ( UITZET )

1. Pihak Kontraktor wajib melaksanakan pengukuran kembali dengan berpedoman pada


titik tetap yang ditentukan oleh direksi lapangan.
2. Dokumentasi yang wajib diadakan dan diserahkan kepada pemilik pekerjaan yaitu :
a. Buku ukur yang telah diperiksa dan
disetujui.
b. Gambar hasil uitzet yang asli.
c. Patok tetap yang dipasang dan dipelihara selama kontrak.
3. Gambar design yang berdasarkan hasil uitzet yang terakhir, menjadi dasar
perhitungan volume yang dilaksanakan oleh kontraktor.
4. Kontraktor harus menyediakan pembayaran untuk pelaksanaan pengukuran kembali
( uitzet ) pada pekerjaan tersebut sebanyak 3 (tiga) kali yaitu : sebelum, sedang
dan selesai pekerjaan, yang pelaksanaanya diatur / ditetapkan oleh pemilik pekerjaan
(pemberi tugas).

Pasal 7
PEMBERSIHAN LAPANGAN
1. Daerah proyek yang keadaan lapanganya atau pada tempat – tempat lokasi bangunan
yang masih berupa hutan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, agar terlebih
dalulu pohon – pohon atau tanaman² harus dibersihkan dari tempat² itu bersama akar
– akarnya atas biaya pemborong termasuk ganti rugi tanaman sebelum dimulai
pelaksanaannya ( apabila ada ganti rugi tanaman ).
Spesifikasi Teknis
2. Daerah proyek yang kedaan lapanganya terdiri dari tegalan / rumput – rumput, maka
tempat² / lokasi pekerjaan harus bebas dari rerumputan tersebut.
3 Semua kerusakan-kerusakan terhadap pekerjaan ini serta milik umum / perorangan
yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, harus diperbaiki
kembali sesuai dengan semula dan diganti atas biaya dari kontraktor.

Pasal 8
DASAR UKURAN TINGGI DAN UKURAN–UKURAN POKOK

1. Sebagai dasar pengukuran tinggi lantai atau tinggi dasar ± 0,00 (titik duga)
dipakai tinggi lantai pada bangunan yang ada. Selanjutnya titik ditentukan secara
permanen dan oleh penyedia barang/jasa (kontraktor) diberi tanda jelas dengan noit
beton yang kokoh, dimana noit beton ini baru boleh dibongkar setelah pekerjaan
selesai untuk penyerahan pertama kalinya. Ukuran–ukuran tinggi ini (tinggi
dasar) diambil ± 100 cm diatas muka tanah atau disesuaikan dengan keadaan lokasi
dan bangunan yang telah ada atau sesuai gambar.
2. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran detail tertera pada gambar rencana (bestek),
diwajibkan penyedia barang/jasa (kontraktor) hendaknya meneliti kembali
ukuran– ukuran tersebut. Jika ada perbedaan dan ketidak cocokan,
hendaknya segera melaporkan dan memperbincangkan dengan direksi pekerjaan, dan
pemilik proyek. Penyedia jasa harus memperhatikan hal-hal sbb :

Pasal 9
PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN

1. Penyedia barang/jasa (Kontraktor) wajib meneliti ukuran-ukuran dilapangan dan


melaporkan segala sesuatu kepada direksi pekerjaan, dan pemilik proyek.
2. Ketidak cocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan kenyataan harus
segera dilaporkan kepada direksi pekerjaan, dan Pemilik proyek.

Pasal 10
PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah.
a Seluruh daerah yang akan terletak dibawah lantai bangunan harus dikupas
lapisan humusnya, hasil kupasan dibuang ketempat yang akan ditunjuk oleh
direksi lapangan.
b Galian tanah dilaksanakan untuk :

 Mendapatkan peil yang sesuai dengan peil permukaan lantai sesuai


dengan gambar.
 Konstruksi Pondasi.
c Jika terdapat air hujan menggenang dalam parit / galian pondasi harus dipompa
keluar.

Spesifikasi Teknis
d Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/galian pondasi, harus digali
dan ditimbun kembali dengan pasir urug kemudian di siram air dan di padatkan.

e Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan
cukup lebar agar para pekerja dapat bekerja dengan leluasa.
f Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yg ditentukan, dan bila hal ini
terjadi pengurugan kembali harus dilakukan tanpa biaya tambahan dari pimilik.
g Apabila ada kemungkinan dinding galian akan runtuh atau longsor, agar
dilakukan usaha – usaha pengamanan misalnya dengan membuat anyaman bambu
keliling dinding galian.

2. Urugan Tanah kembali.

a. Untuk bagian yang telah digali dilakukan pengurugan tanah kembali sampai
mencapai kepadatan.
b. Tanah humus tidak diperkenankan untuk mengurug, dan tanah yang berasal dari
tanah galian yang tidak dapat dipakai untuk maksud–maksud
penambahan/penimbunan harus dibuang atau ditimbun serta diratakan pada suatu
tempat yang akan ditentukan oleh direksi dan pimilik proyek.

Pasal 11
PEKERJAAN KAYU
1. Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga yang terampil sesuai dengan jenis
pekerjaan, penyediaan bahan yang cukup, peralatan tukang baik bersifat mekanik
maupun manual guna kelancaran pekerjaan ini.
2. Persyaratan Bahan

a. Kayu yang dipakai harus sesuai PPKI 1961 (NI-5) lampiran 1, kayu berkualitas
baik, tua, kering dan tidak bercacat dan pecah -pecah sesuai Pasal III PKKI
1961 mutu A.
b. Selama Pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan
menyimpannya di tempat kering, terlindung dari hujan dan panas terutama
kusen-kusen dan rangka pintu yang telah selesai.
c. Semua pekerjaan kayu yang akan di finis h harus diketam rata dan halus
dengan menggunakan ketam kayu, kecuali ditentukan lain.
d. Semua ukuran yang tertera dalam gambar maupun tersebut dalam Pasal ini
adalah ukuran jadi, yaitu ukuran setelah kayu selesai dikerjakan atau dipasang
dengan toleransi rata-rata maksimum 3 mm untuk setiap permukaan kayu yang
sudah dikerjakan.
e. Jenis kayu yang digunakan untuk pondasi Stelling 9/9 c, keef 8/8 cm, gelegar 7/7
cm, selempang 3/7, alas 8/8 - 80 cm gapit dan laci 4.5/9 - 80 cm gapit diperkuat
dengan baut, semua jenis kayu pada struktur pondasi ini adalah kayu jadi yang
tidak diketam berkualitas baik.

Pasal 12
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
Spesifikasi Teknis
1. Material utama plafond adalah GRC BOARD 3,5 MM dengan ukuran panel
standard adalah 1220 mm x 2440 mm.
2. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus
mempunyai Merk Dagang.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
direksi lapangan atau pemilik proyek.
4. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.
5. Untuk material Rangka plafond adalah kayu kls II ukuran 4/6 dan 5/7 dari jenis
kayu keras seperti nyatoh, perpat atau pun punak.
6. Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan gambar rencana.
7. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
direksi lapangan atau pemilik proyek.
8. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan rangka
plafond dalam Gambar Bestek.
9. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, balok tarik dan
konstruksi kuda-kuda.
10. Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi dengan
permukaan lantai.
11 Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond dengan
pekerja Instalasi Listrik.
12. Guna keperluan pemeriksaan, maka dibuatkan lobang orang pada salah satu ruangan
dalam bangunan.
13. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah
mencapai 100 %.
14. Pemasangan Plafond GRC BOARD 3 , 5 MM dilakukan langsung pada rangka
plafond dengan alat sambung paku Sekrup.
15. Jika diperlukan oleh pengawas lapangan atau pemilik proyek maka Kontraktor
Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material
plafond.
16. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek.
17. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.
18. Antara lembaran plafond GRC BOARD yang satu dengan lembaran plafond GRC
BOARD lainnya harus tedapat celah sebesar 3 mm untuk keperluan pemuaian dan
susut.
19. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond GRC BOARD dengan balok
lantai, ring balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 3 mm untuk keperluan
pemuaian dan susut.
20. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan instalasi
Spesifikasi Teknis
listrik, instalsi AC, instalasi air bersih dan instalasi air kotor sehingga plafond
yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.
21. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik, Instalasi AC, Instalasi Air Bersih
dan Instalasi Air Kotor setelah pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali
ditentukan lain oleh pemilik proyek.
22. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpaksa dibongkar karena alasan-
alasan yang disetujui oleh pemilik proyek tidak boleh dibongkar sembarangan
tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi penjangkaranya pada
rangka plafond.

Pasal 13
PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING

1. Sebelum pemasangan keramik dasar lantai yang sudah dicor harus dipastikan
rata dan tidak ada kerusakan.
2. Apabila ditemukan kerusakan lantai cor, maka pelaksana harus memperbaikinya
terlebih dahulu sebelum pemasangan lantai keramik.
3. Pemasangan keramik dinding untuk pola, tipe dan ukurannya harus sesuai dengan
gambar kerja atau petunjuk Pengawas Lapangan.
4. Setelah dasar lantai siap, maka keramik yang akan dipasang diseleksi sesuai
dengan warna-warna yang sama.
5. Apabila diperlukan pemotongan dilaksanakan dengan rapi dengan memakai mesin
pemotong dan pinggirannya diasah dengan batu pengasah.
6. Sebelum pemasangan, keramik lantai dan keramik dinding harus direndam air
hingga tercapai kondisi jenuh air untuk menghindari pengeringan adukan
mortar/spesi yang terlalu cepat.
7. Keramik lantai dan keramik dinding dipasang dengan menggunakan adukan mortar
1 Pc : 2 Ps dalam perbandingan volume.
8. Pemasangan dengan jalur-jalur (joints) yang lurus dan apabila terjadi
ketidakteraturan jalur diisi dengan pasta semen.
9. Sesudah cukup kering granit dan keramik dicuci dengan lap basah sampai bersih, dan
apabila ada bagian-bagian yang lepas harus cepat diperbaiki.
10. Selama pemasangan dan sebelum kering yang cukup, lantai harus dihindari dari
injakan dan gangguan lain.
11. Kotoran-kotoran dan lainnya yang menempel pada permukaan lantai dan dinding
harus segera dibersihkan sebelum menjadi kering.
12. Pemasangan keramik lantai dan keramik dinding yang tidak lurus atau tidak
rata atau cacat atau tidak sesuai gambar kerja dapat dilakukan perintah
pembongkaran oleh Pengawas Lapangan, dan biaya yang timbul akibat
pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan pelaksana.
13. Semua jenis bahan keramik lantai atau dinding harus diberikan contoh² untuk
disetujui direksi, dan pemilik proyek sebelum dipasang.
14. Keramik lantai yang digunakan adalah anti gores ukurn 60 x 60 setara indogres,
keramik motif ukuran 20 x 20 dan keramik dinding ukuran 20 x 40 dan keramik
motif batu alam uk. 20 x 40 cm.
S

Spesifikasi Teknis
Pasal 14
PEKERJAAN SANITASI AIR

1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Pekerjaan Sanitasi Air ini dipasang dalam toilet (Kamar Mandi / WC).

2. Persyaratan Bahan

a. Sedangkan Instalasi air bersih menggunakan pipa seri PVC Ø 3/4”.


b. Beerfut dibuat dari Kayu belian dengan ukuran seperti yang ditunjukkan dalam
detail gambar.
c. Tong air kapasitas 1 M3 dipasang diatas stelling kayu belian seperti yang
ditunjukkan dalam detail gambar.
d. Semua material harus memenuhi ukuran standart dan mudah didapatkan
dipasaran, kecuali bila ditentukan lain.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Pengawas / Direksi


Lapangan. Beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipasang perlu diadakan penukaran / penggantian bahan pengganti harus
disetujui Pengawas / Direksi Lapangan berdasarkan contoh yang diajukan
Kontraktor.
c. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar- gambar
yang ada dan kondisi lapangan termasuk mempelajari bentuk pola, penempatan,
cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
d. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Pengawas / Direksi Lapangan.
e. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada
kelainan/ perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
f. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan.
g. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
h. Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang sempurna, rapi
dan lancar dipergunakannya.

Pasal 15
PEKERJAAN HALAMAN
Spesifikasi Teknis
1. Pada waktu penyerahan pekerjaan untuk pertama kalinya semua bangunan sementara
harus sudah dibongkar, sisa-sisa bahan bangunan lainnya yang terdapat dilokasi
pekerjaan segera dibersihkan .
2. Pengurugan halaman dilaksanakan sesuai dengan kemiringan/keadaan yang dimaksud
(sesuai medan atau lokasi), agar tidak terdapat genangan air hujan.

Pasal 16
PENGUJIAN BAHAN-BAHAN

1. Semua bahan, alat dan perlengkapan yang akan dipakai, sebelum dipergunakan/dibeli
atau dikirim harus telah diuji dan diperiksa oleh direksi pekerjaan atau instansi terkait
lainnya.
2. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan dokumen pelelangan
dan petunjuk direksi pekerjaan dan pemimpin bagian proyek menjadi resiko penyedia
barang/jasa.
3. Penyedia barang/jasa wajib mengadakan segala fasilitas dan biaya bagi
pengujian bahan-bahan tsb.

Pasal 17
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Penyedia barang/jasa wajib menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat


pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang selalu dalam keadaan siap pakai
dilokasi pekerjaan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas
dan pekerja.
2. Penyedia barang/jasa wajib menyediakan air minum yang cukup
bersih/memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas/pekerja yang ada
dilokasi.
3. Penyedia barang/jasa agar menyediakan pula air bersih, km/wc yang layak dan
bersih bagi semua petugas dan pekerja, membuat tempat penginapan sementara
didalam lokasi pekerjaan.
4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial serta keselamatan para pekerja
wajib diberikan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 18
PERATURAN PENUTUP

1. Jika dalam Rencana kerja & Syarat-syarat ini tidak disebutkan perkataan Yang
dilever Pemborong atau Yang dipasang Pemborong, maka harus dianggap bahwa
perkataan itu sudah tercantum apabila pekerjaan tsb jelas termasuk
pekerjaan penyedia barang/jasa (Kontraktor) dan tidak diterangkan sebaliknya.
2. Penyedia barang/jasa diwajibkan membuat back up data dan As built drawing pada
pekerjaan yang telah dilaksanakan. As built drawing dan back up data tersebut dibuat
Spesifikasi Teknis
dalam 2 (dua) rangkap dan diserahkan kepada direksi pekerjaan dan pemilik
pekerjaan pada saat penyerahan pertama pekerjaan, satu copy gambar tersebut
diserahkan pada perencana pada waktu yang sama.
3. Jika dalam dokumen pengadaan ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan
atau persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam penjelasan pekerjaan
(aanwijzing) dan akan dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

Ketapang, Mei 2019

Dibuat oleh :
PERANCANG RAB DAN DESAIN (Bid.SDK)
DINAS KESEHATAN

MARIA,ST
NIP. 19760310 200903 2 001

Spesifikasi Teknis
30

Anda mungkin juga menyukai