semua yang terjadi dalam hidup ini, hendaklah jadikan sebagai alat untuk introspeksi diri
yang paling mantap,,,, janganlah dalam memecahkan masalah dengan cara emosi, gunakan
logika dan akal sehat
▼
Sabtu, 01 Maret 2014
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR KLAVIKULA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu dan
atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan
menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta
kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2012).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur
clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain,
karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus
dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula bias bersifat terbuka atau tertutup,
tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2012).
Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan dengan menggunakan tindakan operatif,
dengan pemasangan plat / orif. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah dalam
penatalaksanaan perioperatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana asuhan keperawatan pre operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
2. Bagaimana asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
3. Bagaimana asuhan keperawatan post operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
C. Ruang Lingkup
Dari rumusan masalah diatas penulis membatasi area meliputi asuhan keperawatan
perioperatif ( pre operatif, intra operatif, dan post operatif) pada pasien dengan fraktur
clavicula di Instalasi Bedah Sentral PKU Muhammadiyah Gombong.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara lengkap asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan fraktur
clavicula.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan pre operatif
pada pasien dengan fraktur clavicula.
b. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan intra operatif
pada pasien dengan fraktur clavicula.
c. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan post operatif
pada pasien dengan fraktur clavicula.
d. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien dengan fraktur clavicula.
E. Manfaat
1. Bagi individu
Membandingkan teori yang diperoleh dengan praktik nyata di lapangan dalam melakukan
asuhan keperawatan nyata pada pasien fraktur clavicula.
2. Bagi rumah sakit
Membantu memberikan informasi tentang asuhan keperawatan perioperatif dengan kasus
fraktur clavicula.
3. Bagi institusi
Menambah kepustakaan mengenai asuhan keperawatan dengan fraktur clavicula, sehingga
bias dikembangkan kembali oleh mahasiswa yang lain, sesuai dengan perkembangan ilmu
yang semakin berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Dalam anatomi manusia, clavicula atau tulang leher diklasifikasikan sebagai tulang panjang
yang membentuk bagian dari sabuk bahu ( pectoral korset) atau artinya kunci kecil.
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih besar
dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior.
Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan
sternum, dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan
akromion. Shoulder komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia,
karena memiliki 5 sendiyang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial
dan 2 sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular
joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan
scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya yang
tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula
tersusun dari tulang spons.Perlekatan otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada
clavicula:
1. Permukaan superior:
a) Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
b) Otot trapezius
2. Permukaan inferior
a) Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
b) Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada
tuberculum conoideum
c) Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada linea
trapezoidea
3. Batas anterior:
a) Otot pectoralis mayor
b) Otot deltoideus
c) Otot sternocleidomastoid
d) Otot sternohyoideus
e) Otot trapezius
B. Definisi
1. Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya
(Harnowo, 2002, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
2. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G &
Lockhart R,2001, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
3. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001, dalam
keperawatansite.blogspot.com, 2013).
4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2000, dalam keperawatansite.blogspot.com,
2013).
5. Fraktur clavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau
proksimal clavikula (Putra, 2013).
D. Patofisiologi
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau trauma.
Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur terentang atau
mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah
tulang selangka / fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan
mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put)
menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma
dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi
itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang
sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada
pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
(Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite, 2013).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari klavikula
Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya
diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas
melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster,
kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika
Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang,
otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3. X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula
Anda terluka dan terluka dapat diambil.
F. Therapi
Pengobatan akan sangat tergantung pada kerusakan dan jenis fraktur yang terjadi.
Kebanyakan klavikula patah sembuh dengan sendiri. Anda mungkin perlu istirahat dan
melakukan latihan khusus untuk membantu menyembuhkanya. Hal ini sangat penting untuk
menjaga lengan Anda dari bergerak untuk memungkinkan klavikula untuk sembuh total atau
perlu salah satu dari tindakan dibawah berikut:
1. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Anda juga mungkin perlu obat
antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
2. Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah dari
kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk
kenyamanan dan keamanan.
3. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi pembengkakan,
nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah
rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan
bahu dan lengan.
4. Pembedahan
Mungkin memerlukan pembedahan untuk mengembalikan tulang kembali ke posisi normal
jika patah/ fraktur parah. Pembedahan juga mungkin diperlukan untuk memperbaiki klavikula
yang menonjol keluar keluar melalui kulit. Pemasangan Plate screw / pen dapat digunakan
untuk menahan tulang lebih stabil. Masalah lebih lanjut, seperti cedera pada saraf atau
pembuluh darah juga dapat diobati dengan operasi.
G. Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas (istirahat)
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur
itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau hipotensi (
kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak ada nadi pada
bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena
pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau trauma)
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan /
kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri akibat kerusakan
saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan local
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
5. Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien post operasi
H. Intervensi Keperawatan
No
Dx kep
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas tulang
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien diharapkan
mampu mempertahankan tingkat nyeri pada:
Indikator
IR
ER
Skala nyeri berkurang
2
4
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan Nyeri
2
4
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
a. Kaji KU pasien terhadap nyeri
Dx kep
Tanggal/ jam
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
08-2-2013
10.50 wib
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan masalah
risiko perdarahan tidak terjadi dengan kriteria hasil:
Indikator
IR
ER
. Tidak terjadi perdarahan
3
5
Tidak ada peningkatan output cairan
3
5
1. Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.
Minimalisasi perdarahan
No
Diagnosa
Tujuan
Intevensi
Rasional
1.
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan pasien.
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
k. Mempermudah pengangkatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari : Kamis
Tanggal : 16 Januari 2014
Tempat : IBS PKU Muhammadiyah Gombong
Jam : 16.30 WIB
Metode : Studi Pustaka dan interview
Sumber : Pasien, observasi RM
Oleh : Indra Hermawan
A. Identitas Pasien
Nama : Sdr. I. H.
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rt.2 Rw.2 Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : blm kawin
Diagnosa : fraktur clavicula sinistra
No. RM : 236046
Tanggal Masuk : 16 Januari 2014
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Alamat : Rt.2 Rw.2 Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Hub. dengan pasien : Saudara Kandung
C. Riwayat keshatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh Nyeri Bahu Kiri Pasca kecelakaan motor.
3. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan dan mengalami luka lecet, belum pernah
menjalani operasi sebelumnya, klien tidak punya riwayat alergi, klien pernah menjalani
pengobatan TBC selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh.
E. Keadaan Umum
Suhu : 362 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 120/90 mmHg
RR : 28 x/menit
F. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Metis
Abdomen
I : Tidak ada Jejas, .
A :-
P : Suara timpani, tanpa redup
P : Tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Terpasang DC No 16
Ekstermitas
- atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, Luka lecet di jari tengah tangan kiri
- bawah : tak ada jejas, akral hangat.
G. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi ( Rontgen Thorak ) Terdapat fraktur klavikula Sinistra.
H. Persiapan Pasien
1. Cairan parenteral : Infus RL 500cc
2. Jenis Anestesi : General Anestesi
3. Latihan :Pasien sudah diajari teknik nafas dalam
4. Baju operasi : Sudah
5. Inform consent : Sudah
6. Kebersihan colon : Sudah 6-7 jam
7. Persiapan mental : Sudah ( berdoa )
8. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 16 Januari 2014
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
14.02
10^3 /uL
4.80- 10.80
Eritrosit
5.11
10^6/Ul
4.70-6.10
Hemoglobin
10.5
g/dL
14.0- 18.0
Hematokrit
35.4
%
42.0-52.0
MCV
69.3
Fl
79.00-99.0
MCH
20.5
Pg
27.0-31.0
MCHC
29.7
g/dl
33.0-37.0
Trombosit
245
10^3/uL
150-450
GDS
86.0
g/dl
70-105
HBSAg
Negatif
-
Negataif
CT/BT
5/1
Menit
-
A. Pre operasi
a. Analisa Data
Tanggal/ jam
Data Fokus
Etiologi
Masalah
16 Januari 2014 (16.30)
DS :
Pasien mengatakan bahu kiri nya sakit dan ,
P: Nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri berkurang saat diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti ditusuk,
R: Regio bahu Sinistra
S: 5,
T: hilang timbul
DO:
Px rogten fraktur klavikula
TD : 120/90 mmHg
S : 360C
N : 80 x/mnt
R : 25 x/mnt
Diskontinuitas tulang
Nyeri Akut
b. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Diskontinuitas tulang
Untuk meringankan dan memberikan rasa nyaman juga mengalihkan nyeri pasien
Pasien mengatakan
P: Nyeri, bertambah ketika bahu di gerakan dan di angkat ,nyeri berkurang saat
diimobilisasi,
Klien tampak meringis kesakitan ketika bahu digerakan,
Q: Nyeri seperti ditusuk
S: 5
T: hilang timbul sampai diimobilisasi
B. Intra Operasi
1. Persiapan pasien di meja oprasi
Posisi pasien :supinasi
TD : TD: 100/60 mmHg,
N : 83x/m,
RR : 20x/m
Pemasangan : bed side monitor
Waktu operasi: tanggal 16 Januari 2014 pukul 16.55-17.50 wib
Anestesi : general anestesi
a) Analisa Data dan dx Keperawatan
No dx
Tanggal/jam
Data fokus
Etiologi
Problem
1
16-1-2014
17.00 wib
DS: -
DO: Adanya luka insisi sepanjang ± 10cm dibagian bahu kiri.
Proses pembedahan
Risiko perdarahan
b) Diagnosa Keperawatan
Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
c) Intervensi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
16-1-2014
17.00 wib
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama +- 1 jam operasi diharapkan risiko
perdarahan dapat teratasi dengan KH:
Indikator
IR
ER
. Tidak terjadi perdarahan
3
5
Tidak ada peningkatan output cairan
3
5
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
1. Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.
4. Monitor status cairan parenteral untuk support intake cairan tubuh selama operasi
Mengetahui jumlah perdarahan yang muncul
Minimalisasi perdarahan
d) Implementasi keperawatan
Tanggal/ jam
Implementasi
Respon
16-1-2014
17.00 wib
4. Memonitor status cairan parenteral untuk support intake cairan tubuh selama operasi
- Perdarahan ± 100 cc
- Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
TD : 126/31mmHg
S : tidak terkaji
Terpasang Infus RL
e) Evaluasi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Evaluasi
Risiko perdarahan berhubungan dengan prosea pembedahan
16-1-2014
17.55 wib
S: -
O:
- klien tidak sadar
- perdarahan:100cc
- TD: 126/31 mmHg, N: 88x/m,
S: tidak terkaji, RR: 20x/m
- luka insisi sudah dijahit
A: Masalah teratasi
P: Berikan informasi tentang perawatan luka post op
C. Post Operasi
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas, pasien hanya tiduran
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20x/menit, SaO2 98%
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT < 2 detik, TD 120/80 mmHg, N: 88x/m, masih
ada efek anestesi
b. Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien : Compos Metis (GCS = 15)
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pemeriksaan fisik :
Kepala
:
Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih
Mata
:
Sklera unikterik, konjungtiva tidak anemis, mata simetris
Hidung
:
Terpasang binasal kanul O2 2 liter
Mulut
:
Mukosa bibir lembab, gigi agak kotor, tidak ada pembesaran tonsil, bibir pucat
Telinga
:
simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Dada
:
Bentuk dada normal, tidak ada masa, tidak ada otot bantu nafas
Abdomen
:
turgor kulit normal,
Genetalia
:
Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut, terpasang DC
Ekstremitas atas
:
Tangan kiri terpasang infuse RL, tangan kiri terdapat balutan luka post op dibahu kiri, tangan
belum dapat di gerakkan.
Ekstremitas bawah
:
Kedua kaki bisa di gerakkan.
2. Analisa data
No
Waktu
Data Fokus
Masalah
Etiologi
1.
16-1-2014
18.00 wib
Subjektif: -
Objektif:
- Pasien hanya tiduran saat dipindahkan
- Ekstremitas atas belum dapat digerakan
- pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar
- Pasien dalam masa post general anestesi, masih terdapat efek anestesi
- TD: 120/80 mmHg, N:88x/mnt, RR: 20x/mnt, SaO2 90%
- CRT < 2 detik
Resiko tinggi cedera
Proses pemindahan pasien
3. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan proses pemindahan pasien
4. Rencana Post Operasi
No
Diagnosa
Tujuan
Intevensi
Rasional
1.
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan pasien.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasca operasi selama 15 menit diharapkan resiko
cedera tidak terjadi.
Dengan kriteria hasil:
Indikator
IR
ER
Tidak terjadi abserasi kulit karena pemindahan pasien.
2
4
Pasien dapat dipindahkan dengan aman dan nyaman.
2
4
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
a. Perhatikan posisi pasien
d. Mempermudah pengangkatan
e. Mempermudah pengangkatan
5. Implementasi keperawatan
No
Tanggal/ waktu
Implementasi
Respon
1
16-1-2014
18.00 wib
a. Memperhatikan posisi pasien
Pasien aman
Pasien tenang
6. Evaluasi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Evaluasi
Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien
16-1-2014
18.15 wib
S :-
O :
a. Pasien dalam posisi supinasi
b. Pasien aman
c. pasien tampak tidur
d. pasien tenang
A : Masalah teratasi
P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat
ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada pasien bernama Tn. I.H dengan riwayat post jatuh dari motor
dan terserempet jatuh miring kekiri dengan trauma pada bahu,tidak ada jejas di abdomen
dan belum pernah melakukan operasi ada krepitasi.
B. Proses Keperawatan
1. PRE OPERASI
a. Diperoleh diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah
nyeri.
b. Tindakan yang dilakukan dalam pre operasi meliputi:
1) Mengkaji KU pasien terhadap nyeri
2) Mengkaji PQRST nyeri pasien
3) Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman
4) Mengkaji TTV dan KU pasien
Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:
1) S: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala nyeri masih pada skala 5
2) O: Pasien tampak meringis kesakitan ketika bahunya digerakkan,
3) A: Masalah belum teratasi
4) P: Lanjut untuk persiapan tindakan operasi
2. INTRA OPERASI
a. Pada intra operasi dilakukan persiapan seperti: pengaturan posisi pasien (supinasi),
pemasangan bed site monitor, penyuntikan anestesi menggunakan general anestesi.
Kemudian persiapan alat yang digunakan meliputi Set Tulang dan Set tambahan berupa set
hernia dan bahan habis pakai.
b. Tindakan operasi atau proses operasi yang dilakukan diantaranya, yaitu:
Desinfeksi daerah operasi
Drapping
Menandai daerah sayatan ±10cm di bahu kanan
Melakukan sayatan pada kulit sampai otot
Mempertahankan hemostatis
Reposisi fraktur menahan area fraktur
Fiksasi fraktur
Memasang plat
Bor area fraktur
Mencuci daerah operasi
Hecting otot (jahitan: satu-satu)
Hecting sub cutis/lemak (jahitan: satu-satu)
Hecting kulit (jahitan: continous)
Desinfeksi
Balut luka
c. Dilakukannya tindakan ORIF clavikula, sayatan dilakukan di area bahu bagian kiri,
dapat diambil diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
d. Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:
1) S :-
2) O : klien tidak sadar, perdarahan:100cc, TD: 126/31 mmHg, N: 88x/m, S: tidak terkaji,
RR: 20x/m, luka insisi sudah dijahit
3) A : Masalah teratasi
4) P : Berikan informasi tentang perawatan luka post op
3. POST OPRASI
a. Pada post oprasi dilakukan tindakan pengkajian diantaranya pengkajian primer,
sekunder dan pemeriksaan fisik.
b. Setelah pengkajian, ditemukan diagnosa risiko tinggi cedera berhubungan dengan
pemindahan pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
general anestesi memiliki efek, dengan tindakannya meliputi:
1) Memperhatikan posisi pasien
2) Mendekatkan bed di samping pasien
3) Melindungi organ vital pasien
4) Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
5) Mengakat pasien secara bersamaan
6) Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.
Dengan hasil evaluasi yang ditunjukan, yaitu:
1) S :-
2) O : Pasien dalam posisi supinasi, Pasien aman, pasien tampak tidur, pasien tenang
3) A : masalah teratasi
4) P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat
ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pre operasi dengan fraktur
klavikula
2. Mahasiswa mampu membantu dalam asuhan keperawatan intra operasi dengan
fraktur klavikula
3. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan post operasi dengan fraktur
klavikula
B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua
persiapan pre operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah
terjadinya komplikasi pembedahan.
2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan
kesehatan terkait perawatan post operasi.
3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA