Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN JIWA

“PERILAKU SEKSUAL”

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH :

1. AGUSTINUS
2. BAGUS DIAN SAPUTRA
3. HERLINA
4. LORA ANINDITA LUCIA
5. MARLENA
6. MOLI PUSPA SARI
7. NINIK LIANI
8. SUCI FEBRIYANTI
9. SITI MASNAWATI
10. PUTRI KURNIA SARI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN REGULER B

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN PELAJARAN 2018

i
Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa kami limpah dan curahkan kepada junjunan Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, dan semoga kita termasuk umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini yang berjudul “Perilaku Seksual“. Makalah ini ditulis dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun agar makalah kami selanjutnya terus
berkembang menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………. ii


Daftar Isi ……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………….…. 1
B. Rumusan Masalah ………….…………………………………………….… 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
PERILAKU SEKSUAL
A. Definisi perilaku seksual………………………………………………. 2
B. Aspek-Aspek Perilaku Seksual…………………..……………………. 2
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual………………..……………………. 3
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual……………....... 4
E. Tanda-tanda Kematangan Seksual…….………………….…………... 6
f. Bentuk-bentuk penyimpangan seksual……..………………………… 6
g. Rentang respon seksual……………………………………………….. 8
h. Faktor predisposisi……………………………………………………..8

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN …….…………………………………………………….. 10
B. SARAN ………………………………………………………………….... 10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan pembangunan yang semakin maju dan semakin global terjadi banyak
kemajuan-kemajuan yang disebut modernisasi. Walau tidak dipungkiri memberikan banyak
dampak positif diberbagai bidang tetapi dipihak lain juga memberikan dampak negatif.
Kalangan yang rentan terhadap dampak negatif modernisasi adalah remaja.
Salah satu konflik antar generasi dalam dunia modern adalah masalah tingkah laku
seksual. Pakar di bidang sosial percaya bahwa seksualitas bukan berkembang secara natural,
tetapi merupakan hasil pendidikan sosial. Seperti halnya manusia belajar berteman dan
bercinta, demikianlah juga perkembangan seksualitas. Karena merupakan proses belajar
bersama, jadi kebiasaan dan budayalah yang menentukan apakah tindakan seksualitas
seseorang itu dianggap normal atau tidak. Konsekuensinya tingkah laku seksual di satu
tempat yang dianggap normal dan baik, mungkin akan menjadi hal yang amat tabu di konteks
yang lain. Tidak heran dalam era globalisasi, masalah pendidikan seks menjadi ajang konflik
nilai-nilai keluarga dan budaya yang amat kompleks.
Serta Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul karena
adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui
berbagai perilaku. Namun pemahaman pengertian mengenai perilaku seksual yang selama ini
yang berkembang di masyarakat hanya berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang dan masalah-masalah tersebut, maka makalah ini
tertarik untuk membahas bagaimana perilaku seksual.

C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui perilaku seksual.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Seksual

1. Pengertian Perilaku Seksual


Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota
badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri (Irawati dan Pruhgiyatno, 2005)
Dalam Kartono (2006), seksual behavior (perilaku seksual) adalah perilaku
yang berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduktif atau yang merangsang sensasi
dalam reseptor-reseptor yang terletak pada atau yang di sekitar organ-organ
reproduktif atau daerah-daerah erogen.
Menurut Sarwono (2011) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari
perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulan bahwa pengertian perilaku
seksual adalah segala perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau
kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku dengan
cara merangsang, baik dilakukan sendiri oleh lawan jenis atau sesama jenis.

2. Aspek-Aspek Perilaku Seksual


Aspek-aspek dalam perilaku seksual remaja menurut Jersild (Ratnawati,2014)
antara lain:
a. Aspek Biologis
Aspek ini respon fisiologis terhadap stimulus, seks, reproduksi, pubertas,
perubahan fisik karena adanyakehamilan serta pertumbuhan dan
perkembangan padaumumnya.
b. Aspek Psikologis
Seks merupakan proses belajar yang terjadi pada diri individu untuk
mengekspresikan dorongan seksual melalui perasaan, sikap dan pemikiran
tentang seksualitas.

2
c. Aspek Sosial
Aspek ini meliputi pengaruh budaya berpacaran, hubungan interpersonal dan
semua hal tentang seks yang berhubungan dengan kebiasaan yang dipelajari
individu didalam lingkungan sosial.
d. Aspek Moral
Yang termasuk dalam aspek moral adalah menjawabpertanyaan tentang benar
atau salah, harus atau tidak harusserta boleh atau tidak boleh suatu perilaku
seseorang.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapt disimpulkan bahwa aspek-aspek
perilaku seksual adalah aspek biologis, aspek psikologis, aspek sosial, dan
aspek moral.

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual


Berdasarkan Duvall& Miller (dalam Khairunisa, 2013) mengatakan bahwa bentuk
perilaku seksual mengalami peningatan secara bertahap. Beberapa bentuk perilaku
seksual remaja meliputi:
a. Berpegangan Tangan
Berpegangan tangan tidak terlalu menimbulkan rangsangan seks yang kuat.
Namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya
(hingga kepuasan seksual dapat tercapai).
b. Ciuman Kering
Ciuman kering adalah aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan bibir.
Dampaknya adalah dapat menimbulkan imajinasi atau fantasi yang disertai
dengan meningkatnya keinginan untuk melakukan aktivitas seksual lain.
c. Ciuman Basah
Ciuman basah adalah aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir. Ciuman basah
dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat mengakibatkan dorongan seksual
sehingga tak terkendali. Orang akan mudah melakukan aktivitas seksual
selanjutnya tanpa disadari seperti petting bahkan senggama.
d. Berpelukan
Berpelukan dapat menimbulkan perasaan tegang, aman dan nyaman disertai
dengan rangsangan seksual terutama bila mengenai daerah sensitif.

3
e. Berfantasi atau Berimajinasi
Berfantasi atau berimajinasi adalah salah satu bentuk membayangkan aktivitas
seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
f. Meraba
Meraba merupakan aktivitas meraba bagian-bagian sensitif rangsangan seksual,
seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, dan lain-lain. Aktivitas meraba
dapat melemahkan kontrol diri sehingga dapat berlanjut ke aktivitas seksual
lainnya seperti petting bahkan senggama.
g. Masturbasi
Masturbasi adalah suatu usaha merangsang bagian tubuh sendiri dengan tujuan
mencapai kepuasan seksual. Pada laki-laki biasanya merangsang alat genital,
sedang pada perempuan lebih beragam biasanya dengan merangsang alat genital,
payudara atau tubuh yang lainnya.
h. Petting
Istilah petting secara tradisional digunakan untuk menggambarkan usaha
merangsang bagaian tubuh tertentu yang saling dilakukan oleh pasangan, namun
tidak sampai pada hubungan seksual. Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah
ciuman bibir, rangsangan payudara, rangsangan alat genital manual.
i. Oral Seks
Oral seks adalah masuknya penis ke mulut yang kemudian memberikan
rangsangan sehingga mencapai orgasme. Jadi berdasarkan teori diatas dapat
disimpukan bahwa bentuk-bentuk perilaku seksual antara lain berpegangan
tangan, ciuman kering, ciuman basah, berpelukan, berfantasi atau berimajinasi,
meraba, masturbasi, petting, oral seks.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual


Menurut Sarwono (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual pada remaja, yaitu :
a. Faktor Internal
1). Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual yang
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

4
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
Orang tua, baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang
masih mentabukan pembicaraan tentang seks dengan anak dan tidak terbuka,
cenderung membuat jarak mengenai masalah seksualitas.
2) Pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi
Dengan pengetahuan dan informasi faktual yang benar remaja akan terbantu
mengambil sikap yang bertanggung jawab dan terbaik mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan seksualitasnya.
3) Penyebaran rangsangan seksual melalui massa
Penyebaran informasi dan rangsangan seksualitas melalui media massa serta
adanya teknologi canggih menjadi tidak terbendung lagi.
4) Lingkungan pergaulan
Proses sosialisasi keluarga di lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat. Dimana kelompok teman
sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja ingin
diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di
sekolah maupun di masyarakat. Maka lingkungan pergaulan yang dimasuki
remaja dapat berpengaruh untuk menekan remaja melakukan hubungan seks,
karena keinginan untuk diterima oleh lingkungan pergaulan.

Norma kehidupan yang berkembang dan kontrol sosial di masyarakat. Terkait


erat dengan pandangan dan nilai-nilai masyarakat terhadap seks. Makin permisif
(serba boleh) nilai-nilai tersebut semakin besar kecenderungan remaja untuk
melakukan hal-hal yang melibatkan mereka dalam hubungan fisik.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal itu sendiri mencakup meningkatnya libido seksual dan perbedaan usia
kematangan seksual. Sedangkan faktor eksternal mencakup keluarga, pengetahuan
dan sikap terhadap kesehatan reproduksi, penyebaran rangsangan seksual melalui
massa, lingkungan pergaulan dan norma kehidupan yang berkembang dan control
social di masyarakat.

5
5. Tanda-tanda Kematangan Seksual
Kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama pada
malam hari (wet dream, nocturnal emission) pada laki-laki. Istilah lain untuk
menyatakan keluarnya air mani pada ejakuasi pertama, di sebut spermache, sedangkan
pada remaja wanita mengalami menstruasi pertama yaitu yang disebut dengan istilah
menarche. Menarche terjadi kira-kira pada usia 11 tahun, yakni setelah tumbuhnya
payudara, uterus (rahim), dan pertumbuhan rambut kemaluan mulai lambat. Hal ini
terjadi karena adanya kematangan hormone seksual dalam diri remaja.
Konsekuensinya bila terjadi pertemuan spermatozoon dengan ovum pada remaja,
maka akan menyebabkan terjadinya konsepsi yakni sebagai tanda awal kehamilan.

6. Bentuk-bentuk penyimpangan seksual


Penyimpangan seksual adalah aktivitas sesual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmati seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan objek seks yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Bentuk-bentuk perilaku penyimpangan seksual adalah sebagai berikut :
a. Perzinaan
Hubungan seksual antara dua orang yang bukan suami-istri, baik dilakukan
oleh jejaka dengan dara atau orang-orang yang sudah berumah tangga
untuk memuaskan dorongan seksual sesaat. Perzinaa ini dilakukan untuk
memperoleh tambahan kepuasan seks yang tidak terpenuhi dan apabila
dilakukan akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan batin.
b. Perkosaan
Tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan isterinya dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan. Dalam bahasa inggris perbuatan
tersebut dinamakan rape yang berasal dari bahasa latin rapere, yakni
“mengambil sesuatu dengan kekerasan”.
c. Pelacuran
Penyedian pelayanan hubungan seks dengan imbalan uang atau hadiah-
hadiah, di sebut sebagai hubungan seks di luar perkawinan karena terjadi
hubungan seks antara orang yang tidak terikat oleh cinta perkawinan.

6
d. Nekrofilia
Berasal dari kata nekros yang berarti mayat dan philein yang berarti
mencintai. Orang yang melakukan senggama dengan mayat dan merasa
puas secara seksual. Penyebabnya antara lain rasa minder, pemalu, tidak
mampu mengadakan sublimasi atau rasa dendam yang kronis.
Nekrofilia terdapat dalam 2 bentuk, yaitu :
1). Mayat yang sudah dikubur yang terdapat dalam kamar mayat atau
dalam bangsal anatomi dicuri dan di pergunakan sebagai objek sesual.
2). Korban dibunuh (pembunuhan seksual) dan mayat korbansegera di
pergunakan sebagai objek seksual. Dalam hal ini perbuatan nekrofil
hanya merupakan sebagaian dari serangkaian perbuatan penuh emosi
yang timbul dari nafsu agresi dan serangkaian perbuatan penuh emosi
yang timbul dari nafsu agresi dan destruksi yang sangat kuat. Masih
ingin menguasai dan menodai mayat korbannya. Disini pembunuhan
seksual bukan merupakan tujuan akhir. Perbuatan seksual atas mayat
dapat berupa menciumi, memeluk dan meraba-raba tubuh mayat .
perbuatan tersebut dapat disertai dengan membuat cacat mayat
(nekrosadisme).

e. Homokseksual
Adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin
yang sama, pria suka sama pria. Disebut gay bila penderitanya laki-laki
dan lesbian untuk penderita perempuan. Pada kasus homoseksual, individu
atau penderita yang mengalami disorentasi seksual tersebut mendapatkan
kenikmati fantasi seksual melalui pasangan sesame jenis. Orientasi seksual
ini dpat terjadi akibat bawaan genetic kromosom dalam tubuh atau akibat
pengaruh lingkungan seperti trauma seksual yang didapatkan dalam proses
perkembangan hidup individu, maupun dalam bentuk interaksi dengan
kondisi lingkungan yang memungkinkan individu memiliki kecenderungan
terhadapnya.
f. Lesbianism
Dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai deviasi seksual, misalnya
yang dilakukan di asrama-asrama putrid atau rumah penjara, karena
keadaan yang mendorong pelaku-pelakunya untuk berbuat demikian.

7
Dalam keadaan normal mereka tidak melakukannya lagi, dan mereka dapat
dimasukkan ke dalam golongan lesbian pasif dan dapat terikat dalam
pernikahan. Namun demikian banayak diantara mereka yang menunjukkan
sikap dingin (frigid) dalam hubungan heteroseksual (perempuan-lelaki).
Lesbian yang aktif tidak akan menikah, akan tetapi hanya pasangan yang
sejenis kelaminnya saja.

7. Rentang respons seksual


Seksualitas di definisikan secara luas sebagai suatu keinginan untuk menjalin
hubungan, kehangatan, kemesraan, atau cinta. Seksualitas meliputi memandang dan
berbicara, berpegang tangan, berciuman atau memuaskan diri sendiri dan sama-sama
menimbulkan orgasme. Seksualitas merupakan bagian perasaan diri secara
menyeluruh pada individu.
Empat aspek seksualitas adalah sebagai berikut :
a. Indentitas genetik merupakan gender kromosom individu
b. Identitas gender merupakan persepsi individu tentang kejantanan atau kewanitaan
dirinya sendiri
c. Peran gender, yang terdiri dari sifat peran budaya pada gender seseorang seperti
harapan tentang perilaku, kognisi, pekerjaan, nilai, dan respons emosional.
d. Orientasi seksual, merupakan gender yang tertarik secara romantic dengan geder
lain.

8. Faktor predisposisi
Tidak ada satu pun teori yang dapat secara adekuat menjelaskan proses
perkembangan seksual atau factor predisposisi terjadinya respons seksual yang
maladaptif pada individu. Beberapa teori yang telah dikemukakan meliputi hal-hal
berikut :
1. Faktor biologis
Merupakan awal yang menentukan perkembangan gender, yaitu apakah seorang
secara genetic di tentukan sebagai pria atau wanita. Semua tipe seorang mencakup
kromosom, genetalia internal dan eksternal, serta gonad.
2. Pandangan psikoanalitis. Freud memandang seksualitas sebagai salah satu
kekuatan penting dalam kehidupan manusia. Ia merupakan ilmuwan pertama yang
menyakini bahwa seksualitas berkembang sebelum wanita pubertas dan pilihan

8
ekspresi seksual individu bergantung pada keterkaitan factor keturunan, biologi
dan sosial. Ia menyatakan bahwa perkembangan seksualitas secara spesifik
berhubungan dengan perkembangan hubungan objek selama tahap psikososial
perkembangan.
3. Pandangan perilaku. Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu
respons yang dapat diukur, baik dengan komponen disiologis maupun psikologis,
terhadap stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung. Penanganan
masalah seksual melibatkan proses mengubah perilaku melalui intervensi
langsung tanpa perlu mengidentifikasi penyebab atau psikodinamikanya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pejabaran diatas disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah segala


perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku dengan cara merangsang, baik
dilakukan sendiri oleh lawan jenis atau sesama jenis.
Permasalah seksualitas yang umumnya dihadapi oleh remaja. Dorongan
seksual yang meningkat, sementara secara normatif mereka belum menikah, sehingga
belum diijinkan untuk melakukan hubungan seksual. Sementara itu usia kematangan
seksual mereka sudah semakin cepat, dilain pihak usia pernikahan malah semakin
mundur karena perubahan tuntutan sosial, kesadaran orang akan pendidikan dan karir
pekerjaan makin tinggi.

B. Saran

Mahasiswa keperawatan dapat digunakan sebagai masukan untuk


pengembangan ilmu yang lebih luas dan mendalam dalam mempelajari tentang
perilaku seksual dan dampaknya sehingga diharapkan perawat dapat menjadi edukator
dalam bentuk kepedulian dan pencegahan terhadap perilaku seksual.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gail, 2002. Buku saku keperawatan jiwa.

Retno(2011). Perilaku seksual.


http://repository.ump.ac.id/3795/3/BAB%20II_DWI%20RETNO%20APRIL%20LIA
_PSIKOLOGI%2717.pdf

Muhammad, 2017. Perilaku seksual.

eprints.umm.ac.id/36253/3/jiptummpp-gdl-muhammadro-48166-3-babii.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai