PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500
gram. BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan secara global karena efek jangka pendek maupun panjangnya
terhadap kesehatan (WHO (2014). Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh
dunia (lebih dari 20 juta jiwa), lahir dengan BBLR (UNICEF, 2013).
Sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan di negara berkembang
termasuk Indonesia, khususnya di daerah yang populasinya rentan (WHO,
2014). BBLR bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan
penyebab kesakitan. Studi terbaru menemukan bahwa BBLR juga
meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular seperti diabetes dan
kardiovaskuler di kemudian hari (WHO, 2014). Begitu seriusnya perhatian
dunia terhadap permasalahan ini hingga World Health Assembly pada tahun
2012 mengesahkan Comprehensive Implementation Plan on Maternal,
Infant and Young Child Nutrition dengan menargetkan 30% penurunan
BBLR pada tahun 2025 (WHO, 2014).
1
dengan berat < 2500 gr sebanyak 19 orang dan 5 orang bayi meninggal
disebabkan oleh pneumoni 1 bayi, BBLR 2 bayi, Asfiksia 1 Bayi dan
perdarahan intra kranial 1 bayi.
Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak
di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan
rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki
penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya
normal. Bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi. Peningkatan berat badan merupakan proses yang sangat penting
dalam tatalaksanaan BBLR disamping pencegahan terjadinya penyulit.
Proses peningkatan berat badan bayi tidak terjadi secara segera dan
otomatis, melainkan terjadi secara bertahap sesuai dengan umur bayi.
Peningkatan berat yang adekuat akan sangat membantu pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara normal dimasa depan sehingga akan sama
dengan perkembangan bayi berat badan lahir normal.
Asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah
sangat menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas bayi pada periode
kehidupan pertamanya serta pertumbuhan dan perkembangan untuk periode
kehidupan selanjutnya. Asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir
rendah yang berkualitas dapat terus ditingkatkan dengan melakukan evaluasi
yang berkesinambungan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi
dengan berat lahir rendah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komperhensif pada
Klien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan BBLR
b. Mampu menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan pada
klien dengan BBLR.
c. Mampu menyusun dan merencanakan tindakan keperawatan
(intervensi) pada klien dengan BBLR.
d. Mampu melakukan implementasi atau tindakan keperawatn pada
klien dengan BBLR.
e. Mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan BBLR.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
a) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu
yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi
yang berat badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan
yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intrauterine
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi
yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang
digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil
untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan
lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
5
3. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1. Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
b. perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,infeksi
kandung
kemih.
c. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual,hipertens
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
d. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu
a. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada Usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
6
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.
5. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat
badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau
penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi
7
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
premature juga lebih besar (Nelson, 2010).
6. Pathway
8
7. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan system
organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah
gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,
hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi (Maryunani, dkk,
2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih
sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi
dalam paru serta melapisi bagian alveoli,sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau
obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan
pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu
usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas
(distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu
asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan
oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine
kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus
arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi
yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34 minggu
9
sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap
lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan
2) kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh
3) bayi relatif luas).
4) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
5) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
6) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara
lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada system perkemihannya,
di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu
untuk menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai
serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy ofprematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
10
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-
paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan
bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah
40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah
bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.
11
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan
menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu
mengeluarkan energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau
mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan posisi
terbaik bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas
fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring miring fleksi.
Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai,
karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang
dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur. Posisi telentang jangka lama
bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan abduksi pelvis lebar
12
(posisi kaki katak), retraksidan abduksi bahu, peningkatan ekstensi
leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan
punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya
tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR
memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat
lebih sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi
jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada
kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yangdipanaskan hal ini untuk mencegah
atau menunda terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk
mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam
inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan
isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan
dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung
dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat
penting pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya
lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada
13
bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas
dan kapasitas osmotik dieresis terbatas pada ginjal bayi preterm
yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat
peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR,
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi
keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan
fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan
sudah ada sejak sebelum lahir, namun koordinasi mekanisme ini
belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia
gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37
minggu. Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil
secara medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti
hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan
preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air steril
dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan terutama
ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi
terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi
sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai. Bayi
BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan,
dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian
makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi
kelelahan atau melebihi kapasitas merekadalam menerima
makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
14
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif
cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi
BBLR. Dengan PMK, ibu dapatmenghangatkan bayinya agar tidak
kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan
dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR
belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan
lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi
karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung
kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi,
ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator. PMK
dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh
positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan
mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri
dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR :
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi
menempel pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher
sampai punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau
kaos dalam (laki-laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi
saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara
kulit dada ibu dan bayi seluasluasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar dan berkancing depan.
15
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan
baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat,
memakai popok dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah
nenek, dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit
langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di
inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus
dalam satu hari atau disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK
yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat
gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode
kanguru disebut PMK kontinu.
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu
lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang
normal dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya
terdapat dua macam inkubator yaitu incubator tertutup dan inkubator
terbuka (Hidayat, 2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka
apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila
membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan
oksigen harus selalu disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian)
untuk memudahkan observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh.
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
16
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan.
c. Membungkus dengan selimut hangat.
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala.
f. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan
sesuai dengan ketentuan.
17
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung
atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi,
suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
e. berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
f. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeserani mediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran
(warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
a. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan
lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
18
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck,
palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
b. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
c. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
d. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR :
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir, reflek batuk
3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan ingest/digest/absorb
5. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
6. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
7. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
19
8. Kecemasan orang tua b/d kurang terpapar informasi (kondisi penyakit
bayinya)
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola nafas tidak efektif b/d NOC NIC :
imaturitas organ pernafasan Respiratory status : Airway Management
Ventilation Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Pertukaran udara Respiratory status : Airway teknik chin lift atau jaw
inspirasi dan/atau ekspirasi patency thrust bila perlu
tidak adekuat Vital sign Status Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
Penurunan tekanan 1. Mendemonstrasikan batuk Identifikasi pasien perlunya
inspirasi/ekspirasi efektif dan suara nafas pemasangan alat jalan
Penurunan pertukaran yang bersih, tidak ada nafas buatan
udara per menit sianosis dan dyspneu Pasang mayo bila perlu
Menggunakan otot (mampu mengeluarkan Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas jika perlu
Nasal flaring dengan mudah, tidak ada Keluarkan sekret dengan
Dyspnea pursed lips) batuk atau suction
Orthopnea 2. Menunjukkan jalan nafas Auskultasi suara nafas,
Perubahan yang paten (klien tidak catat adanya suara
penyimpangan dada merasa tercekik, irama tambahan
Nafas pendek nafas, frekuensi Lakukan suction pada
Assumption of 3-point pernafasan dalam rentang mayo
position normal, tidak ada suara Berikan bronkodilator bila
Pernafasan pursed-lip nafas abnormal) perlu
Tahap 3. Tanda Tanda vital dalam Berikan pelembab udara
ekspirasiberlangsung rentang normal (tekanan Kassa basah NaCl Lembab
sangat lama darah, nadi, pernafasan) Atur intake untuk cairan
Peningkatan diameter mengoptimalkan
anterior-posterior keseimbangan.
Pernafasan rata-
Monitor respirasi dan
rata/minimal:
status O2
- Bayi : < 25 atau > 60 Oxygen Therapy
- Usia 1-4 : < 20 atau > Bersihkan mulut, hidung
30 dan secret trakea
- Usia 5-14 : < 14 atau > Pertahankan jalan nafas
25 yang paten
- Usia > 14 : < 11 atau > Atur peralatan oksigenasi
24 Monitor aliran oksigen
- Kedalaman pernafasan Pertahankan posisi pasien
- Dewasa volume tidalnya Onservasi adanya tanda
500 ml saat istirahat tanda hipoventilasi
- Bayi volume tidalnya 6- Monitor adanya kecemasan
8 ml/Kg pasien terhadap oksigenasi
- Timing rasio Vital sign Monitoring
- Penurunan kapasitas Monitor TD, nadi, suhu,
vital dan RR
Faktor yang berhubungan : Catat adanya fluktuasi
Hiperventilasi tekanan darah
20
Deformitas tulang Monitor VS saat pasien
Kelainan bentuk dinding berbaring, duduk, atau
dada berdiri
Penurunan Auskultasi TD pada kedua
energi/kelelahan lengan dan bandingkan
Perusakan/pelemahan Monitor TD, nadi, RR,
muskulo-skeletal sebelum, selama, dan
Obesitas setelah aktivitas
Posisi tubuh Monitor kualitas dari nadi
Kelelahan otot pernafasan Monitor frekuensi dan
Hipoventilasi sindrom irama pernapasan
Nyeri Monitor suara paru
Kecemasan Monitor pola pernapasan
Disfungsi Neuromuskuler abnormal
Kerusakan Monitor suhu, warna, dan
persepsi/kognitif kelembaban kulit
Perlukaan pada jaringan Monitor sianosis perifer
syaraf tulang belakang Monitor adanya cushing
Imaturitas Neurologis triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
21
- Lingkungan : merokok, saturasi O2, dll.
menghirup asap rokok, Airway Management
perokok pasif-POK, Buka jalan nafas, guanakan
infeksi teknik chin lift atau jaw
- Fisiologis : disfungsi thrust bila perlu
neuromuskular, Posisikan pasien untuk
hiperplasia dinding memaksimalkan ventilasi
bronkus, alergi jalan Identifikasi pasien perlunya
nafas, asma. pemasangan alat jalan
- Obstruksi jalan nafas : nafas buatan
spasme jalan nafas, Pasang mayo bila perlu
sekresi tertahan, Lakukan fisioterapi dada
banyaknya mukus, jika perlu
adanya jalan nafas Keluarkan sekret dengan
buatan, sekresi bronkus, batuk atau suction
adanya eksudat di Auskultasi suara nafas,
alveolus, adanya benda catat adanya suara
asing dijalan nafas. tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Kolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
3 Risiko ketidakseimbangan NOC: NIC :
temperatur tubuh b/d Hydration Temperature Regulation
BBLR, usia kehamilan Adherence Behavior (pengaturan suhu)
kurang, paparan lingkungan Immune Status Monitor suhu minimal tiap
dingin/panas Infection status 2 jam
Risk control Rencanakan monitoring
Definisi : Risiko kegagalan Risk detection suhu secara kontinyu
mempertahankan suhu Monitor TD, nadi, dan RR
tubuh dalam batas normal. Monitor warna dan suhu
Faktor factor resiko: kulit
- Perubahan metabolisme Monitor tanda-tanda
dasar hipertermi dan hipotermi
- Penyakit atau trauma Tingkatkan intake cairan
yang mempengaruhi dan nutrisi
pengaturan suhu Selimuti pasien untuk
- Pengobatan pengobatan mencegah hilangnya
yang menyebabkan kehangatan tubuh
vasokonstriksi dan Ajarkan pada pasien cara
vasodilatasi mencegah keletihan akibat
- Pakaian yang tidak panas
sesuai dengan suhu Diskusikan tentang
lingkungan pentingnya pengaturan
- Ketidakaktifan atau suhu dan kemungkinan
aktivitas berat efek negatif dari
- Dehidrasi kedinginan
- Pemberian obat Beritahukan tentang
22
penenang indikasi terjadinya
- - Paparan dingin atau keletihan dan penanganan
hangat/lingkungan yang emergency yang diperlukan
panas Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
23
makanan Jadwalkan pengobatan dan
- Pembuluh darah kapiler tindakan tidak selama jam
mulai rapuh makan
- Diare dan atau steatorrhea Monitor kulit kering dan
- Kehilangan rambut yang perubahan pigmentasi
cukup banyak (rontok) Monitor turgor kulit
- Suara usus hiperaktif Monitor kekeringan,
- Kurangnya informasi, rambut kusam, dan mudah
misinformasi patah
Faktor-faktor yg Monitor mual dan muntah
berhubungan: Monitor kadar albumin,
Ketidakmampuan total protein, Hb, dan kadar
pemasukan atau mencerna Ht
makanan atau mengabsorpsi Monitor makanan kesukaan
zat-zat gizi berhubungan Monitor pertumbuhan dan
dengan faktor biologis, perkembangan
psikologis atau ekonomi. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
24
tidakmampu menyusu
Monitor peningkatan
pengisian ASI
Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan
Instruksikan ibu untuk
makan makanan bergizi
selama menyusui
Dorong ibu untuk minum
jika sudah merasa haus
Dorong ibu untuk
menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama
menyusui
Anjurkan ibu untuk
memakai Bra yang
nyaman, terbuat dari cootn
dan menyokong payudara
Dorong ibu
untukmelanjutkan laktasi
setelah pulang
bekerja/sekolah
25
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
26
(imunosupresan) tangan sebagai alat
Malnutrisi pelindung
Peningkatan paparan Pertahankan lingkungan
lingkungan patogen aseptik selama pemasangan
Imonusupresi alat
Ketidakadekuatan imum Ganti letak IV perifer dan
buatan line central dan dressing
Tidak adekuat sesuai dengan petunjuk
pertahanan sekunder umum
(penurunan Hb, Gunakan kateter intermiten
Leukopenia, penekanan untuk menurunkan infeksi
respon inflamasi) kandung kencing
Tidak adekuat Tingktkan intake nutrisi
pertahanan tubuh primer Berikan terapi antibiotik
(kulit tidak utuh, trauma bila perlu
jaringan, penurunan Infection Protection
kerja silia, cairan tubuh (proteksi terhadap infeksi)
statis, perubahan sekresi Monitor tanda dan gejala
pH, perubahan infeksi sistemik dan lokal
peristaltik) Monitor hitung granulosit,
Penyakit kronik WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
27
8 Kecemasan orang tua b/d NOC : NIC :
Kurang terpapar Informasi( Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
kondisi penyakit bayinya) Koping (penurunan kecemasan)
kriteria hasil: Gunakan pendekatan yang
Orang tua atau keluarga menenangkan
mengekspresikan perasaan Nyatakan dengan jelas
dan keprihatinan mengenai harapan terhadap pelaku
bayi dan prognosis serta pasien
memperlihatkan pemahaman Jelaskan semua prosedur
dan keterlibatan dalam dan apa yang dirasakan
asuhan. selama prosedur
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : By.Ny. S
Tempat/Tanggal Lahir : Kotabumi/ 01 Desember 2018
Nama Ayah/Ibu : Tn. D /Ny. S
Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pendidikan Ayah : S1
Pekerjaan Ibu : Bidan
Pendidikan Ibu : D III Kebidanan
Alamat : Jl. Kepala Ratu, Sindang Sari
Kultur/ Suku : Lampung
Agama : Islam
II. KELUHAN UTAMA
Bayi baru lahir post operasi SC gemeli dengan berat bayi lahir rendah
(BB 2200gr )
III. RIWAYAT KEHAMILAN
1. Prenatal
Selama masa kehamilan ibu rutin memeriksakan kandungan setiap bulan
(9x) baik di bidan swasta maupun dokter kandungan, setiap pemeriksaan
ibu selain mendapatkan informasi tentang kondisi kehamilan ibu juga
mendapatkan pendidikan kesehatan tentangi nutrisi selama masa
kehamilan. Status kehamilan ibu sat ini G1P1A0 HPHT ibu pada tanggal 01
april 2018, selama kehamilan ibu mengalami kenaikan berat badan sebesar
15 Kg dari 50 Kg menjadi 65 Kg. ibu tidak memiliki riwayat hospitalisasi
dan komplikasi obat pada masa kehamilan ini. Golongan darah ibu A.
pemeriksaan kehamilan yang ibu lakukan selama kehamilan hanya
pemeriksaan kadar Hb, protein urine, Hepatitis dan USG. Obat-obatan
yang didapat selama kehamilan berupa asam folat dan Vitamin.
2. Natal
Awal persalinan ibu melahirkan dengan cara sectio caesar (SC) di RSD
HM. Ryacudu Kotabumi dengan indikasi Gemeli dan Kontraksi Prematur
29
dan usia kehamilan 36 Minggu. Lama persalinan 1 Jam komplikasi
persalinan tidak ditemukan. Terapi yang diberikan berupa Antibiotik,
analgetik dan vitamin
3. Post natal
Pada proses persalinan bayi langsung menangis, usaha nafas dengan
bantuan dengan APGAR score 8/9, Berat Badan 2200 gr, Panjang badan
46 cm, Lingkar Kepala 32 cm, dan lingkar dada 30 cm. Obat-obatan yang
diberikan Vit K injeksi 1 Mg. Trauma lahir tidak ada, nekrosis tidak ada,
BAK (+) interaksi ibu dan bayi belum ada karena bayi langsung dibawa ke
ruang neonatus untuk dimasukan dalam inkubator.
IV. RIWAYAT KELUARGA
Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit Hipertensi, jantung, Diabetes melitus dan Asma. Dalam keluarga
ada yang memiliki riwayat kelahiran Gemeli yaitu nenek dari ibu klien.
Genogram
Keterangan
/ / : Laki-laki/ Perempuan
: Riwayat Gemeli
: Gemeli 1
: Gemeli II (Klien)
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
----------- : Tinggal Serumah
30
V. RIWAYAT SOSIAL
orang terdekat yang bisa dihubungi adalan ayah klien. Hubungan orangtua
dan bayi baik namun saat ini baru ayah klien yang baru bisa melakukan
kontak mata dengan klien karena pada saat baru melahirkan klien langsung
ditempatkan dalam inkubator di ruang neonatus. Klien merupakan anak kedua
dari kelahiran Gemeli. keluarga mengatakan lingkungan rumah bersih dan
tidak ada polusi yang dapat mengganggu kesehatan.
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa Medis NKB, SMK, BBLR Gemeli
2. Tindakan Operasi Sectio Caesar (SC)
3. Status Nutrisi
BB lahir 2200 gr Pemberian ASI/PASI 8 x 5 cc/hari pada hari pertama,
selanjutnya di tingkatkan menjadi 8 x 10-15 cc/hari
4. Status cairan
Klien tidak terpasang infus.
5. Obat-obatan
Aminopilin 5mg/12 jam peroral
6. Aktivitas
Gerakan aktif, menangis kuat
7. Tindakan Keperawatan yang dilakukan
Observasi tanda-tanda vital
Menempatkan bayi dalam incubator dengan suhu 320c
Pemberian PASI peroral
Perawatan tali pusat
8. Hasil laboratorium
HB 10,3 gr/dl
GDS 58 Mg/dl
Leukosit 6.700/ul
HbsAG Negatif
Kesadaran : Composmentis
31
Antropometri Saat lahir Saat ini
Berat badan 2200 gr 2200 gr
Panjang badan 46 cm 46 cm
Lingkar kepala 32 cm 32 cm
1. Reflek
Reflek Moro (reflek Kejut) (+), reflek memgenggam (+) kuat, reflek
menlan (+) dan reflek menghisap masih lemah.
2. Tonus otot
Gerak bayi aktif, menangis kuat, tidak ada letaragi, kejang (-), dan klien
tidakmengalami kesuliytan menangis.
3. Kepala / leher
Pada bagian kepala Fontanel lunak,sutura saitalis tepat, gambaran wajah
simetris dan tidak terdapat molding.
4. Mata
Bentuk mata simetris, sekresi tidak ada, reflek pupil erhadap cahaya (+),
sklera tidak ikterik.
5. THT
Telinga normal, bentuk simetris, palatum normal, hidung bilateral,
obstruksi dan pernafasan cuping hidung tidak ada.
6. Abdomen
Abdomen lunak dan datar, kembung (-), lingkar perut 26 cm, bising usus
(+)
7. Thorax
Bentuk simetris, klavikula normal, retraksi tidak ditemukan.
8. Paru-paru
Suara nafas vesikuler sama kana-kiri, bunyi nafas terdengar disemua
paru-paru, suara nafas bersih,respirasi spontan dengan RR 40x/menit.
9. Jantung
Pada jantung bunyi Bj1, Bj2 Normal , tidak terdapat Murmur , nadi
140x/menit, capilary refil < 3 detik. Pada palpasi nadi perifer brachial
dan femoral kanan dan kiri teraba kuat.
32
10. Ekstremitas
Bentuk simetris, jari-jari tangan dan kaki lengkap, akral dingin, gerak
aktif dan ROM bebas.
11. Umbilkus
Umbilikus normal, tanda-tanda infalmasi tidak ditemukan, masih terlihat
pembuluh darah arteri dan Vena ada tali pusat.
12. Genetalia
Klien berjenis kelamin perempuan
13. Anus
Kondisi anus paten
14. Spina
Kondisi spina normal
15. Integumen
Warna kulit Pingk, sianosis (-), rash/kemerahan (-) dan tidak terdapat
tanda lahir.
16. Suhu
Klien diletakan dalam inkubator dengan suhu 320c dan suhu kulit 35,60c.
VIII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN/REFLEK PRIMITIF
1. Kemandirian : Lebih banyak tidur
2. Motorik halus : mengepalkan tangan dan bila disentuh jari-
jari membuka
3. Kognitif dan bahasa : menghisap, mengenggam dan menangis
4. Motorik kasar : menggerakan kaki, mengangkat kaki dan
menoleh kearah satu sisi
33
- Assesment nyeri
Ekspresi wajah klien relaksasi (0), menangis kuat (2), gerakan tangan dan
tungkai relaksasi (0), pola nafas teratur (0) total scor 2. Kesimpulan bayi
tidak mengalami nyeri
X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 01 Desember 2018 pukul 10.15 WIB melalui
operasi SC. Bayi Ny. S merupakan gemeli ke 2 dari ibu dengan status
kehamilan P1A0. Usia kehamilan 36 minggu dengan kontraksi prematur, BB
saat lahir 2200 gr, panjang badan 46 cm, anus (+), menangis kuat A/S 8/9.
Klien dirawat di ruang neonatus untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. Saat
pengkajian dilakukan gerak klien aktif, menangis kuat, RR 40x/menit, Nadi
140x/menit, suhu 35,60c, klien dirawat dalam inkubator dengan suhu 320c.
ANALISA DATA
NO. TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 1-12-2018 DS:- Hipoglikemi Ketidakstabilan
Jam 12.00 WIB DO: (gangguan gula darah
BB 2200gr, PB 46 cm, metabolisme
LP 26 cm bawaan)
Reflek hisap (+) masih
lemah
Menangis kuat
GDS 58 mg/dl
2 1-12-2018 DS:- Berat badan lahir Resiko
Jam 12.00 WIB DO: rendah dan hipotermi
Suhu 35,60c, nadi 140 prematuritas
x/menit, RR 40x/menit
BB 2200 gr
Akral dingin
Jaringan lemak pada sub
kutan terlihat tipis
Klien di rawat dalam
inkubator
3 1-12-2018 DS:- Peningkatan Resiko infeksi
Jam 12.00 WIB DO: paparan
BB 2200 gram organisme
Tali pusat masih basah patogen
Umur bayi 1 hari lingkungan
Belum mendapat
imunisasi Hb0 (hepatitis)
RENCANA KEPERAWATAN
perawatan kangguru
1. Observasi suhu bayi
2. Libatkan orang tua dalam
perawatan bayi
3. Jelaskan keuntungan teknik
kontak kulit dengan bayi
(metode kangguru)
4. Intruksikan orang tua cara
melakukan metode kangguru
35
1-12-2018 NOC NIC
14.00 WIB Status Imunitas Kontrol Infeksi
Kontrol resiko infeksi 1. Observasi tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : 2. Batasi pengunjung
1. Tanda-tanda infeksi tidak 3. Menggunakan APD
ada 4. Mencuci tangan sebelum dan
2. Tanda-tanda vital dalam sesudah perawatan
batas normal 5. rawat Tali pusat bayi
6. Jelaskan pada keluarga tanda
dan gejala infeksi
7. Mengajarkan pengunjung untuk
mencuci tangan saat masuk dan
keluar ruangan bayi
8. Mengajarkan perawatan tali
pusat
Manajemen imunisasi
1. Catat riwayat kesehatan dan
alergi
2. Menggunakan prinsip 5 benar
dalam pemberian imunisasi
3. Beri penjelasan pada keluarga
imunisasi yang
direkomendasikan
4. Pemberian imunisasi sesuai
rekomendasi
36
01-12-201 1. mengobservasi suhu bayi S:-
17.00WIB 2. Monitor warna kulit O:
3. Bebaskan bayi dari Warna kulit pingk
lingkungan dingin Suhu 36,50c, Nadi
4. merawat bayi dalam 140x/menit, RR
inkubator dengan suhu 40x/menit
sesuai order (320c) Akral dingin
Klien dalam inkubator
dengan suhu 320c
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Pengaturan suhu
Perawatan bayi prematur
Perawatan kangguru
01-12-2018 1. Menggunakan APD S:
17.00 WIB 2. Mencuci tangan Keluarga mengatakan
sebelum dan sesudah tidak ada riwayat alergi
perawatan O:
3. Catat riwayat kesehatan Tali pusat dalam keadaan
dan alergi bersih
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Kontrol infeksi
Manajemen imunisasi
37
sebelum diberikan pada
15.00 WIB bayi
11. posisikan bayi pada
posisi semi fowler pada
saat menyusu
12. memberikan PASI 10 cc
peroral
16.00 WIB 13. menghangatkan PASI
sebelum diberikan pada
bayi
14. posisikan bayi pada
posisi semi fowler pada
saat menyusu
15. memberikan PASI 10 cc
peroral
38
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan dalam
memperoleh data-data yang dibutuhkan, orang tua pasien sangat kooperatif dan
komunikatif. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Desember 2018 jam
11.30 wib, ditemukan data bayi Ny.S lahir melalui operasi SC dengan umur
kehamilan 36 minggu (preterm). Bayi berjenis perempuan, berat badan lahir
2200 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm,
nilai apgar score 8, 9, nadi 140x/menit, suhu 35.8ºc, akral teraba dingin, respirasi
rate 40x/menit, bayi menangis, , reflek morro positif, reflek hisap masih lemah,
dan reflek genggam positif, bayi tampak lebih banyak tertidur dalam inkubator
dengan pengaturan suhu 32. ºc. Hasil pemerikasan laboratorium pada tanggal
1Desember 2018 yaitu HbsAG negatif hemoglobin 10,3 gr/dl, jumlah lekosit
6.700/ul, trombosit 30.000 mm³, GDS 58 mg/dl.
Data yang didapat mempunyai persamaan dengan teori yang ada salah satunya
menurut Mitayani (2009), bahwa bayi yang lahir dengan berat badan rendah
memiliki tanda gejala berat badan kurang dari 2500 gram, pergerakan kurang
dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur, lebih banyak tidur dari pada
bangun, reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik bagi
ibu hamil dengan mengkonsumi makanan berprotein tinggi seperti ikan, telur,
makanan yang mengandung serat dan vitamin seperti sayur dan buah-buahan
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, sehingga akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.
39
Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
B. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukannya pengkajian, penulis merumuskan diagnosa yang muncul
sesuai dengan keadaan pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
ini adalah (SDKI:2017):
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d hipoglikemi : gangguan
metabolik bawaan . Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah menurut SDKI
adalah variasi kadar glukosa darah turun, naik dari rentang normal. Diagnosa ini
di tegakkan karena pada bayi memiliki BB <2500 gr reflek menghisap masih
lemah dan pemeriksaan GDS 58 mg/dl dan jaringan lemak subkutan terlihat
tipis.
Resiko hipotermia ditandai dengan berat badan lahir rendah dan prematuritas.
Resiko hipotermia menurut SDKI (2017) adalah beresiko mengalami kegagalan
termoregulasi yang dapat mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang
normal. Diagnosa keperawatan ini ditegakkan oleh penulis karena pada bayi
prematur atau bayi berat lahir rendah secara umum belum mempunyai
kematangan dalam sistem pertahanan tubuh untukberadaptasi dengan
lingkungan. Bayi prematur dan bayi berat badan lahir rendah cenderung
mengalami hipotermi. Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada
bayi sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan.di dalam
pengkajian suhu tubuh bayi 35.6ºc, akral teraba dingin, bayi berada dalam
inkubator dengan pengaturan suhu inkubator 32. ºC dan terlihat jaringan lemak
sub kutan tipis.
resiko infeksi ditandai dengan peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan menurut SDKI (2017), adalah beresiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik. Diagnosa ini ditegakkan oleh penulis karena
ketidakadekuatan pertahanan tubuh pada bayi, faktor lingkungan dan tali pusat
yang masih basah.
40
C. Intervensi
Pada tahap perencanaan Asuhan Keperawatan By. Ny.S dengan BBLR di ruang
Neonatus RSD H.M Ryacudu, menggunakan batasan waktu yang jelas, hal ini
d.d ketdimaksudkan untuk memudahkan kapan evaluasi proses dan hasil akan
dilakukan dan agar dalam pelaksanaan tindakan jelas tujuannya. Adapun
prioritas masalah dalam kasus ini adalah ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah b.d hipoglikemi : gangguan metabolisme bawaan, Resiko hipotermia
ditandai dengan berat badan lahir rendah dan prematuritas dan resiko infeksi
ditandai dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan. Rencana
keperawatan untuk masing-masing diagnosa pada kasus ini disusun mengacu
pada masalah atau respon utama pasien dengan tidak mengesampingkan
perkembangan keadaan pasien. Perencanaan keperawatan yang muncul pada By.
Ny. S sesuai dengan acuan rencana keperawatan menurut NIC & NOC, 2016,
yaitu Perawatan bayi premature,Pemberian makanan dan Monitor nutrisi untuk
diagnosa resiko defisit nutrisi , Pengaturan suh,Perawatan bayi prematur dan
Perawatan kangguru untuk diagnosa Resiko hipotermia, kontrol infeksi dan
manajemen imunisasi untuk diagnosa resiko infeksi
D. Implementasi keperawatan
Implementasi/Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien, sarana dan prasarana yang ada
di ruang neonatus juga bekerjasama dengan perawat ruangan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan ini sehingga dapat melaksanakan sesuai
target yang direncanakan. keluarga Klien kooperatif dan antusias mengikuti
saran perawat, bekerjasama dengan tim medis dalam perawatan. Implementasi
yang diberikan pada By. Ny S sudah mengacu pad NIC yang disesuaikan dengan
kondisi klien, sehingga pelaksanaan tindakan keperawatan dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah disusun, diantaranya : monitor kadar gula darah,
Ukur BB, PB dan LP bayi, kaji kebutuhan nutrisi bayi, monitor reflek
menghisap, posisikan bayi pada posisi semi fowler pada saat menyusu,
menghangatkan PASI sebelum diberikan pada bayi, edukasi orang tua untuk
memberikan ASI dan teknik strelisasi alat-alat menyusui jika menggunakan
PASI, beri PASI sesuai program untuk masalah ketidakstabilan kadar glukosa
41
dalam darah. Masalah resiko hipotermi intervensi yang dilakukan adalah
Observasi suhu bayi, Monitor warna kulit, Bebaskan bayi dari lingkungan
dingin, Edukasi menjaga suhu tubuh bayi, Rawat inkubator dengan suhu sesuai
order (320c), Observasi suhu bayi, Libatkan orang tua dalam perawatan bayi,
Jelaskan keuntungan teknik kontak kulit dengan bayi (metode kangguru),
Intruksikan orang tua cara melakukan metode kangguru.untuk masalah resiko
infeksi intervensi yang dilakukan Observasi tanda-tanda infeksi,Batasi
pengunjung,Menggunakan APD,Mencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan,Jelaskan pada keluarga tanda dan gejala infeksi,Mengajarkan
pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar ruangan
bayi,Mengajarkan perawatan tali pusat,Catat riwayat kesehatan dan
alergi,Menggunakan prinsip 5 benar dalam pemberian imunisasi, Beri penjelasan
pada keluarga imunisasi yang direkomendasikan, Pemberian imunisasi sesuai
rekomendasi.
E. Evaluasi
Setelah beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan, dapat di evaluasi yaitu
dengan hasil ibu klien bersedia diajari perawatan metode kangguru dan akan
selalu merawat bayinya setelah apa yang telah diajarkan oleh perawat. Dari data
objektif suhu tubuh 36.8ºc, akral teraba hangat, nadi138 x/menit , RR 38
x/menit, suhu lingkungan terasa hangat dengan pengaturan suhu inkubator 32ºc,
keadaan tubuh bayi bersih,lingkungan sekitar inkubator juga bersih, belum
terlihat tanda-tanda peningkatan infeksi, kondisi bayi baik, gerak aktif, menangis
kuat, bayi lebih banyak tertidur, tidak terlihat banyak aktivitas, reflek menghisap
masih lemah,berat badan 2200 gram, bayi mendapatkan ASI 10-15 cc/3 jam
peroral. Dari beberapa tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
kesehatan pada bayi Ny. S harus ditingkatkan dengan cara terus mengulangi
semua tindakan keperawatan yang sudah diberikan agar kondisi bayi dapat
mengalami peningkatan kesehatan, berat badan naik, tidak mengalami hipotermi
ataupun hipertermi, serta masalah kesehatan lainnya.
42
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian didapatkan data bayi Ny.S lahir melalui operasi SC dengan
umur kehamilan 36 minggu (preterm). Bayi berjenis perempuan, berat badan
lahir 2200 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30
cm, nilai apgar score 8, 9, nadi 140x/menit, suhu 35.8ºc, akral teraba dingin,
respirasi rate 40x/menit, bayi menangis, , reflek morro positif, reflek hisap
masih lemah, dan reflek genggam positif, bayi tampak lebih banyak tertidur
dalam inkubator dengan pengaturan suhu 32. ºc. Hasil pemerikasan
laboratorium pada tanggal 1Desember 2018 yaitu HbsAG negatif hemoglobin
10,3 gr/dl, jumlah lekosit 6.700/ul, trombosit 30.000 mm³, GDS 58 mg/dl.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada By.Ny. S adalah ketidakstabilan
kadar glukosa dalam darah b.d hipoglikemi : gangguan metabolisme bawwan,
resiko hipotermi d.d berat badan lahir rendah dan prematuritas serta resiko
infeksi d.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
4. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang di
temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah ada, berdasarkan dengan Nanda
NIC-NOC, namun dalam ruangan tidak semua intervensi dapat dilakukan ke Klien
disesuaikan dengan kebutuhan Klien, kondisi Klien serta sarana dan prasarana yang
ada di rumah sakit .
5. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sesuai dengan
kondisi pasien.
43
mengalami peningkatan kesehatan, berat badan naik, tidak mengalami
hipotermi ataupun hipertermi, serta masalah kesehatan lainnya.
B. Saran
1. Bagi Keluarga Klien
Diharapkan dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir
dengan berat badan lahir rendah dirumah sepulang dari Rumah Sakit.
2. Bagi mahasiswa praktikan
Diharapkan mahasiswa lebih memahami teori bayi baru lahir sehingga
mampu meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada BBLR di lahan praktek.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS NKB SMK BBLR GEMELI
MASALAH KEPERAWATAN RESIKO DEFISIT NUTRISI
DI RUANG NEONATUS RSD H.M RYACUDU KOTABUMI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. JAKA LAMBANG NIM. 149012018262
2. JULENI SANTIKA NIM. 149012018263
3. KARWANTI NIM. 149012018264
4. KHAMSUL KHAIRI NIM. 149012018265
5. PARIDIN NIM 149012018270
6. PUTRIATI UTAMI NIM 149012018271
7. SUPRIATIN NIM 149012018272
8. YUNIARTI NIM 149012018273
46