Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500
gram. BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan secara global karena efek jangka pendek maupun panjangnya
terhadap kesehatan (WHO (2014). Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh
dunia (lebih dari 20 juta jiwa), lahir dengan BBLR (UNICEF, 2013).
Sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan di negara berkembang
termasuk Indonesia, khususnya di daerah yang populasinya rentan (WHO,
2014). BBLR bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan
penyebab kesakitan. Studi terbaru menemukan bahwa BBLR juga
meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular seperti diabetes dan
kardiovaskuler di kemudian hari (WHO, 2014). Begitu seriusnya perhatian
dunia terhadap permasalahan ini hingga World Health Assembly pada tahun
2012 mengesahkan Comprehensive Implementation Plan on Maternal,
Infant and Young Child Nutrition dengan menargetkan 30% penurunan
BBLR pada tahun 2025 (WHO, 2014).

Di Indonesia sendiri persentase BBLR tahun 2013 mencapai 10,2%


(Balitbangkes and Kemenkes RI, 2013), artinya, satu dari sepuluh bayi di
Indonesia dilahirkan dengan BBLR. Jumlah ini masih belum bisa
menggambarkan kejadian BBLR yang sesungguhnya, mengingat angka
tersebut didapatkan dari dokumen/catatan yang dimiliki oleh anggota rumah
tangga, seperti buku Kesehatan Ibu dan Anak dan Kartu Menuju Sehat.
Sedangkan jumlah bayi yang tidak memiliki catatan berat badan lahir, jauh
lebih banyak. Hal ini berarti kemungkinan bayi yang terlahir dengan BBLR
jumlahnya jauh lebih banyak lagi.

Di Rumah Sakit Umum H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara di ruang


Neonatus pada bulan november 2018 didapatkan data jumlah bayi sebanyak
69 bayi dengan rincian bayi dengan berat > 2500 gr sebanyak 46 bayi, bayi

1
dengan berat < 2500 gr sebanyak 19 orang dan 5 orang bayi meninggal
disebabkan oleh pneumoni 1 bayi, BBLR 2 bayi, Asfiksia 1 Bayi dan
perdarahan intra kranial 1 bayi.

Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak
di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan
rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki
penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya
normal. Bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi. Peningkatan berat badan merupakan proses yang sangat penting
dalam tatalaksanaan BBLR disamping pencegahan terjadinya penyulit.
Proses peningkatan berat badan bayi tidak terjadi secara segera dan
otomatis, melainkan terjadi secara bertahap sesuai dengan umur bayi.
Peningkatan berat yang adekuat akan sangat membantu pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara normal dimasa depan sehingga akan sama
dengan perkembangan bayi berat badan lahir normal.

Asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah
sangat menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas bayi pada periode
kehidupan pertamanya serta pertumbuhan dan perkembangan untuk periode
kehidupan selanjutnya. Asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir
rendah yang berkualitas dapat terus ditingkatkan dengan melakukan evaluasi
yang berkesinambungan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi
dengan berat lahir rendah

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komperhensif pada
Klien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan BBLR
b. Mampu menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan pada
klien dengan BBLR.
c. Mampu menyusun dan merencanakan tindakan keperawatan
(intervensi) pada klien dengan BBLR.
d. Mampu melakukan implementasi atau tindakan keperawatn pada
klien dengan BBLR.
e. Mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan BBLR.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar BBLR


1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang
dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran premature (sebelum
37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat
erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehinggaakan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit
kronis di kemudian hari (WHO, 2004). Bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari
kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram
(Muthayya, 2009). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu
usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth
retriction) (Wong, 2008).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir
rendah BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Klasifikasi BBLR
a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang
bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri
dari tiga jenis.

4
a) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu
yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi
yang berat badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan
yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intrauterine
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi
yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang
digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil
untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan
lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

5
3. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1. Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
b. perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,infeksi
kandung
kemih.
c. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual,hipertens
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
d. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu
a. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada Usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

6
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.
5. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat
badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau
penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi

7
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
premature juga lebih besar (Nelson, 2010).
6. Pathway

8
7. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan system
organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah
gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,
hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi (Maryunani, dkk,
2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih
sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi
dalam paru serta melapisi bagian alveoli,sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau
obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan
pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu
usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas
(distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu
asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan
oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine
kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus
arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi
yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34 minggu

9
sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap
lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan
2) kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh
3) bayi relatif luas).
4) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
5) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
6) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara
lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada system perkemihannya,
di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu
untuk menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai
serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy ofprematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

10
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-
paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan
bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah
40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah
bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.

11
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan
menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu
mengeluarkan energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau
mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan posisi
terbaik bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas
fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring miring fleksi.
Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai,
karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang
dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur. Posisi telentang jangka lama
bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan abduksi pelvis lebar

12
(posisi kaki katak), retraksidan abduksi bahu, peningkatan ekstensi
leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan
punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya
tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR
memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat
lebih sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi
jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada
kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yangdipanaskan hal ini untuk mencegah
atau menunda terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk
mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam
inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan
isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan
dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung
dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat
penting pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya
lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada

13
bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas
dan kapasitas osmotik dieresis terbatas pada ginjal bayi preterm
yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat
peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR,
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi
keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan
fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan
sudah ada sejak sebelum lahir, namun koordinasi mekanisme ini
belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia
gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37
minggu. Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil
secara medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti
hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan
preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air steril
dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan terutama
ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi
terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi
sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai. Bayi
BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan,
dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian
makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi
kelelahan atau melebihi kapasitas merekadalam menerima
makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru

14
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif
cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi
BBLR. Dengan PMK, ibu dapatmenghangatkan bayinya agar tidak
kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan
dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR
belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan
lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi
karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung
kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi,
ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator. PMK
dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh
positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan
mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri
dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR :
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi
menempel pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher
sampai punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau
kaos dalam (laki-laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi
saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara
kulit dada ibu dan bayi seluasluasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar dan berkancing depan.

15
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan
baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat,
memakai popok dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah
nenek, dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit
langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di
inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus
dalam satu hari atau disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK
yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat
gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode
kanguru disebut PMK kontinu.
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu
lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang
normal dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya
terdapat dua macam inkubator yaitu incubator tertutup dan inkubator
terbuka (Hidayat, 2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka
apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila
membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan
oksigen harus selalu disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian)
untuk memudahkan observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh.
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.

16
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan.
c. Membungkus dengan selimut hangat.
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala.
f. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan
sesuai dengan ketentuan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR


Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama
ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian
meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital
yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).
1. Pengkajian umum
a. Identitas
b. Riwayat kehamilan ibu (prenatal, natal dan post natal)
c. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
d. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
e. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
f. Observasi adanya deformitas yang tampak.
g. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak
responsive, dan apnea.
2. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang
dada, atau devisiasi lainnya.

17
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung
atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi,
suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
e. berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
f. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeserani mediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran
(warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
a. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan
lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).

18
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck,
palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
b. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
c. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
d. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR :
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir, reflek batuk
3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan ingest/digest/absorb
5. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
6. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
7. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh

19
8. Kecemasan orang tua b/d kurang terpapar informasi (kondisi penyakit
bayinya)

C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola nafas tidak efektif b/d NOC NIC :
imaturitas organ pernafasan  Respiratory status : Airway Management
Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Pertukaran udara  Respiratory status : Airway teknik chin lift atau jaw
inspirasi dan/atau ekspirasi patency thrust bila perlu
tidak adekuat  Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
 Penurunan tekanan 1. Mendemonstrasikan batuk  Identifikasi pasien perlunya
inspirasi/ekspirasi efektif dan suara nafas pemasangan alat jalan
 Penurunan pertukaran yang bersih, tidak ada nafas buatan
udara per menit sianosis dan dyspneu  Pasang mayo bila perlu
 Menggunakan otot (mampu mengeluarkan  Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas jika perlu
 Nasal flaring dengan mudah, tidak ada  Keluarkan sekret dengan
 Dyspnea pursed lips) batuk atau suction
 Orthopnea 2. Menunjukkan jalan nafas  Auskultasi suara nafas,
 Perubahan yang paten (klien tidak catat adanya suara
penyimpangan dada merasa tercekik, irama tambahan
 Nafas pendek nafas, frekuensi  Lakukan suction pada
 Assumption of 3-point pernafasan dalam rentang mayo
position normal, tidak ada suara  Berikan bronkodilator bila
 Pernafasan pursed-lip nafas abnormal) perlu
 Tahap 3. Tanda Tanda vital dalam  Berikan pelembab udara
ekspirasiberlangsung rentang normal (tekanan Kassa basah NaCl Lembab
sangat lama darah, nadi, pernafasan)  Atur intake untuk cairan
 Peningkatan diameter mengoptimalkan
anterior-posterior keseimbangan.
 Pernafasan rata-
 Monitor respirasi dan
rata/minimal:
status O2
- Bayi : < 25 atau > 60 Oxygen Therapy
- Usia 1-4 : < 20 atau >  Bersihkan mulut, hidung
30 dan secret trakea
- Usia 5-14 : < 14 atau >  Pertahankan jalan nafas
25 yang paten
- Usia > 14 : < 11 atau >  Atur peralatan oksigenasi
24  Monitor aliran oksigen
- Kedalaman pernafasan  Pertahankan posisi pasien
- Dewasa volume tidalnya  Onservasi adanya tanda
500 ml saat istirahat tanda hipoventilasi
- Bayi volume tidalnya 6-  Monitor adanya kecemasan
8 ml/Kg pasien terhadap oksigenasi
- Timing rasio Vital sign Monitoring
- Penurunan kapasitas  Monitor TD, nadi, suhu,
vital dan RR
Faktor yang berhubungan :  Catat adanya fluktuasi
 Hiperventilasi tekanan darah

20
 Deformitas tulang  Monitor VS saat pasien
 Kelainan bentuk dinding berbaring, duduk, atau
dada berdiri
 Penurunan  Auskultasi TD pada kedua
energi/kelelahan lengan dan bandingkan
 Perusakan/pelemahan  Monitor TD, nadi, RR,
muskulo-skeletal sebelum, selama, dan
 Obesitas setelah aktivitas
 Posisi tubuh  Monitor kualitas dari nadi
 Kelelahan otot pernafasan  Monitor frekuensi dan
 Hipoventilasi sindrom irama pernapasan
 Nyeri  Monitor suara paru
 Kecemasan  Monitor pola pernapasan
 Disfungsi Neuromuskuler abnormal
 Kerusakan  Monitor suhu, warna, dan
persepsi/kognitif kelembaban kulit
 Perlukaan pada jaringan  Monitor sianosis perifer
syaraf tulang belakang  Monitor adanya cushing
 Imaturitas Neurologis triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Bersihan jalan nafas tidak NOC: NIC :


efektif b/d obstruksi jalan  Respiratory status : Airway Suction
nafas oleh penumpukan Ventilation  Auskultasi suara nafas
lendir, reflek batuk.  Respiratory status : sebelum dan sesudah
Airway patency suctioning.
Definisi : Ketidakmampuan  Aspiration Control  Informasikan pada klien
untuk membersihkan Kriteria Hasil : dan keluarga tentang
sekresi atau obstruksi dari 1. Mendemonstrasikan batuk suctioning
saluran pernafasan untuk efektif dan suara nafas  Minta klien nafas dalam
mempertahankan yang bersih, tidak ada sebelum suction dilakukan.
kebersihan jalan nafas. sianosis dan dyspneu  Berikan O2 dengan
Batasan Karakteristik: (mampu mengeluarkan menggunakan nasal untuk
- Dispneu, Penurunan suara sputum, mampu bernafas memfasilitasi suksion
nafas dengan mudah, tidak ada nasotrakeal
- Orthopneu pursed lips)  Gunakan alat yang steril
- Cyanosis 2. Menunjukkan jalan nafas sitiap melakukan tindakan
- Kelainan suara nafas yang paten (klien tidak  Anjurkan pasien untuk
(rales, wheezing) merasa tercekik, irama istirahat dan napas dalam
- Kesulitan berbicara nafas, frekuensi pernafasan setelah kateter dikeluarkan
- Batuk, tidak efekotif atau dalam rentang normal, dari nasotrakeal
tidak ada tidak ada suara nafas  Monitor status oksigen
- Mata melebar abnormal) pasien
- Produksi sputum 3. Mampu  Ajarkan keluarga
mengidentifikasikan dan bagaimana cara melakukan
- Gelisah
mencegah factor yang suksion
- Perubahan frekuensi dan
dapat menghambat jalan  Hentikan suksion dan
irama nafas
nafas berikan oksigen apabila
Faktor-faktor yang
berhubungan: pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan

21
- Lingkungan : merokok, saturasi O2, dll.
menghirup asap rokok, Airway Management
perokok pasif-POK,  Buka jalan nafas, guanakan
infeksi teknik chin lift atau jaw
- Fisiologis : disfungsi thrust bila perlu
neuromuskular,  Posisikan pasien untuk
hiperplasia dinding memaksimalkan ventilasi
bronkus, alergi jalan  Identifikasi pasien perlunya
nafas, asma. pemasangan alat jalan
- Obstruksi jalan nafas : nafas buatan
spasme jalan nafas,  Pasang mayo bila perlu
sekresi tertahan,  Lakukan fisioterapi dada
banyaknya mukus, jika perlu
adanya jalan nafas  Keluarkan sekret dengan
buatan, sekresi bronkus, batuk atau suction
adanya eksudat di  Auskultasi suara nafas,
alveolus, adanya benda catat adanya suara
asing dijalan nafas. tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Kolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
3 Risiko ketidakseimbangan NOC: NIC :
temperatur tubuh b/d  Hydration Temperature Regulation
BBLR, usia kehamilan  Adherence Behavior (pengaturan suhu)
kurang, paparan lingkungan  Immune Status  Monitor suhu minimal tiap
dingin/panas  Infection status 2 jam
 Risk control  Rencanakan monitoring
Definisi : Risiko kegagalan  Risk detection suhu secara kontinyu
mempertahankan suhu  Monitor TD, nadi, dan RR
tubuh dalam batas normal.  Monitor warna dan suhu
Faktor factor resiko: kulit
- Perubahan metabolisme  Monitor tanda-tanda
dasar hipertermi dan hipotermi
- Penyakit atau trauma  Tingkatkan intake cairan
yang mempengaruhi dan nutrisi
pengaturan suhu  Selimuti pasien untuk
- Pengobatan pengobatan mencegah hilangnya
yang menyebabkan kehangatan tubuh
vasokonstriksi dan  Ajarkan pada pasien cara
vasodilatasi mencegah keletihan akibat
- Pakaian yang tidak panas
sesuai dengan suhu  Diskusikan tentang
lingkungan pentingnya pengaturan
- Ketidakaktifan atau suhu dan kemungkinan
aktivitas berat efek negatif dari
- Dehidrasi kedinginan
- Pemberian obat  Beritahukan tentang

22
penenang indikasi terjadinya
- - Paparan dingin atau keletihan dan penanganan
hangat/lingkungan yang emergency yang diperlukan
panas  Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu

4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC :


kurang dari kebutuhan - Nutritional Status : Nutrition Management
tubuh b/d ketidakmampuan - Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi
ingest/digest/absorb and Fluid Intake makanan
- Nutritional Status : nutrient  Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake nutrisi Intake untuk menentukan jumlah
tidak cukup untuk - Weight control kalori dan nutrisi yang
keperluan metabolisme Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien
tubuh. 1. Adanya peningkatan berat  Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : badan sesuai dengan tujuan meningkatkan intake Fe
- Berat badan 20 % atau 2. Berat badan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk
lebih di bawah ideal dengan tinggi badan meningkatkan protein dan
- Dilaporkan adanya intake 3. Mampu mengidentifikasi vitamin C
makanan yang kurang dari kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
RDA (Recomended Daily 4. Tidak ada tanda tanda  Yakinkan diet yang
Allowance) malnutrisi dimakan mengandung
- Membran mukosa dan 5. Menunjukkan peningkatan tinggi serat untuk
konjungtiva pucat fungsi pengecapan dari mencegah konstipasi
- Kelemahan otot yang menelan  Berikan makanan yang
digunakan untuk 6. Tidak terjadi penurunan terpilih ( sudah
menelan/mengunyah berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan
- Luka, inflamasi pada ahli gizi)
rongga mulut  Ajarkan pasien bagaimana
- Mudah merasa kenyang, membuat catatan makanan
sesaat setelah mengunyah harian.
makanan  Monitor jumlah nutrisi dan
- Dilaporkan atau fakta kandungan kalori
adanya kekurangan  Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan adanya  Kaji kemampuan pasien
perubahan sensasi rasa untuk mendapatkan nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan yang dibutuhkan
untuk mengunyah Nutrition Monitoring
makanan  BB pasien dalam batas
- Miskonsepsi normal
- Kehilangan BB dengan  Monitor adanya penurunan
makanan cukup berat badan
- Keengganan untuk makan  Monitor tipe dan jumlah
- Kram pada abdomen aktivitas yang biasa
- Tonus otot jelek dilakukan
- Nyeri abdominal dengan  Monitor interaksi anak atau
atau tanpa patologi orangtua selama makan
- Kurang berminat terhadap  Monitor lingkungan selama
makan

23
makanan  Jadwalkan pengobatan dan
- Pembuluh darah kapiler tindakan tidak selama jam
mulai rapuh makan
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kulit kering dan
- Kehilangan rambut yang perubahan pigmentasi
cukup banyak (rontok)  Monitor turgor kulit
- Suara usus hiperaktif  Monitor kekeringan,
- Kurangnya informasi, rambut kusam, dan mudah
misinformasi patah
Faktor-faktor yg  Monitor mual dan muntah
berhubungan:  Monitor kadar albumin,
Ketidakmampuan total protein, Hb, dan kadar
pemasukan atau mencerna Ht
makanan atau mengabsorpsi  Monitor makanan kesukaan
zat-zat gizi berhubungan  Monitor pertumbuhan dan
dengan faktor biologis, perkembangan
psikologis atau ekonomi.  Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

5 Ketidakefektifan pola NOC : NIC :


minum bayi b/d Breastfeeding Estabilshment Breastfeeding assistance
prematuritas : infant  Fasilitasi kontak ibu
Knowledge : breastfeeding dengan bayi sawal
Breastfeeding Maintenance mungkin (maksimal 2 jam
Kriteria Hasil : setelah lahir)
1. Klien dapat menyusui  Monitor kemampuan bayi
dengan efektif untuk menghisap
2. Memverbalisasikan tehnik  Dorong orang tua untuk
untk mengatasi masalah meminta perawat untuk
menyusui menemani saat menyusui
3. Bayi menandakan sebanyak 8-10 kali/hari
kepuasan menyusu  Sediakan kenyamanan dan
4. menunjukkan harga diri privasi selama menyusui
yang positif dengan  Monitor kemampuan bayi
menyusui untukmenggapai putting
 Dorong ibu untuk tidak
membatasi bayi menyusu
 Monitor integritas kulit
sekitar putting
 Instruksikan perawatan
putting untukmencegah
lecet
 Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi

24
tidakmampu menyusu
 Monitor peningkatan
pengisian ASI
 Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan
 Instruksikan ibu untuk
makan makanan bergizi
selama menyusui
 Dorong ibu untuk minum
jika sudah merasa haus
 Dorong ibu untuk
menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama
menyusui
 Anjurkan ibu untuk
memakai Bra yang
nyaman, terbuat dari cootn
dan menyokong payudara
 Dorong ibu
untukmelanjutkan laktasi
setelah pulang
bekerja/sekolah

6 Hipotermi b/d paparan NOC : NIC :


lingkungan dingin  Thermoregulation Temperature regulation
 Thermoregulation : neonate  Monitor suhu minimal tiap
Kriteria Hasil: 2 jam
1. Suhu tubuh dalam rentang  Rencanakan monitoring
normal suhu secara kontinyu
2. Nadi dan RR dalam  Monitor TD, nadi, dan RR
rentang normal  Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari

25
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

7 Resiko infeksi b/d NOC : NIC :


ketidakadekuatan system  Immune Status Infection Control (Kontrol
kekebalan tubuh.  Knowledge : Infection infeksi)
control  Bersihkan lingkungan
 Risk control setelah dipakai pasien lain
Definisi : Peningkatan  Pertahankan teknik isolasi
resiko masuknya organisme Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila
patogen 1. Klien bebas dari tanda dan perlu
Faktor-faktor resiko : gejala infeksi  Instruksikan pada
 Prosedur Infasif 2. Menunjukkan kemampuan pengunjung untuk mencuci
 Ketidakcukupan untuk mencegah timbulnya tangan saat berkunjung dan
pengetahuan untuk infeksi setelah berkunjung
menghindari paparan 3. Jumlah leukosit dalam meninggalkan pasien
patogen batas normal  Gunakan sabun
 Trauma 4. Menunjukkan perilaku antimikrobia untuk cuci
 Kerusakan jaringan dan hidup sehat tangan
peningkatan paparan  Cuci tangan setiap sebelum
lingkungan dan sesudah tindakan
 Ruptur membran amnion keperawtan
 Agen farmasi  Gunakan baju, sarung

26
(imunosupresan) tangan sebagai alat
 Malnutrisi pelindung
 Peningkatan paparan  Pertahankan lingkungan
lingkungan patogen aseptik selama pemasangan
 Imonusupresi alat
 Ketidakadekuatan imum  Ganti letak IV perifer dan
buatan line central dan dressing
 Tidak adekuat sesuai dengan petunjuk
pertahanan sekunder umum
(penurunan Hb,  Gunakan kateter intermiten
Leukopenia, penekanan untuk menurunkan infeksi
respon inflamasi) kandung kencing
 Tidak adekuat  Tingktkan intake nutrisi
pertahanan tubuh primer  Berikan terapi antibiotik
(kulit tidak utuh, trauma bila perlu
jaringan, penurunan Infection Protection
kerja silia, cairan tubuh (proteksi terhadap infeksi)
statis, perubahan sekresi  Monitor tanda dan gejala
pH, perubahan infeksi sistemik dan lokal
peristaltik)  Monitor hitung granulosit,
 Penyakit kronik WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif

27
8 Kecemasan orang tua b/d NOC : NIC :
Kurang terpapar Informasi(  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
kondisi penyakit bayinya)  Koping (penurunan kecemasan)
kriteria hasil:  Gunakan pendekatan yang
Orang tua atau keluarga menenangkan
mengekspresikan perasaan  Nyatakan dengan jelas
dan keprihatinan mengenai harapan terhadap pelaku
bayi dan prognosis serta pasien
memperlihatkan pemahaman  Jelaskan semua prosedur
dan keterlibatan dalam dan apa yang dirasakan
asuhan. selama prosedur
 Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
 Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
 Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas

28
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : By.Ny. S
Tempat/Tanggal Lahir : Kotabumi/ 01 Desember 2018
Nama Ayah/Ibu : Tn. D /Ny. S
Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pendidikan Ayah : S1
Pekerjaan Ibu : Bidan
Pendidikan Ibu : D III Kebidanan
Alamat : Jl. Kepala Ratu, Sindang Sari
Kultur/ Suku : Lampung
Agama : Islam
II. KELUHAN UTAMA
Bayi baru lahir post operasi SC gemeli dengan berat bayi lahir rendah
(BB 2200gr )
III. RIWAYAT KEHAMILAN
1. Prenatal
Selama masa kehamilan ibu rutin memeriksakan kandungan setiap bulan
(9x) baik di bidan swasta maupun dokter kandungan, setiap pemeriksaan
ibu selain mendapatkan informasi tentang kondisi kehamilan ibu juga
mendapatkan pendidikan kesehatan tentangi nutrisi selama masa
kehamilan. Status kehamilan ibu sat ini G1P1A0 HPHT ibu pada tanggal 01
april 2018, selama kehamilan ibu mengalami kenaikan berat badan sebesar
15 Kg dari 50 Kg menjadi 65 Kg. ibu tidak memiliki riwayat hospitalisasi
dan komplikasi obat pada masa kehamilan ini. Golongan darah ibu A.
pemeriksaan kehamilan yang ibu lakukan selama kehamilan hanya
pemeriksaan kadar Hb, protein urine, Hepatitis dan USG. Obat-obatan
yang didapat selama kehamilan berupa asam folat dan Vitamin.
2. Natal
Awal persalinan ibu melahirkan dengan cara sectio caesar (SC) di RSD
HM. Ryacudu Kotabumi dengan indikasi Gemeli dan Kontraksi Prematur
29
dan usia kehamilan 36 Minggu. Lama persalinan 1 Jam komplikasi
persalinan tidak ditemukan. Terapi yang diberikan berupa Antibiotik,
analgetik dan vitamin
3. Post natal
Pada proses persalinan bayi langsung menangis, usaha nafas dengan
bantuan dengan APGAR score 8/9, Berat Badan 2200 gr, Panjang badan
46 cm, Lingkar Kepala 32 cm, dan lingkar dada 30 cm. Obat-obatan yang
diberikan Vit K injeksi 1 Mg. Trauma lahir tidak ada, nekrosis tidak ada,
BAK (+) interaksi ibu dan bayi belum ada karena bayi langsung dibawa ke
ruang neonatus untuk dimasukan dalam inkubator.
IV. RIWAYAT KELUARGA
Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit Hipertensi, jantung, Diabetes melitus dan Asma. Dalam keluarga
ada yang memiliki riwayat kelahiran Gemeli yaitu nenek dari ibu klien.
Genogram

Keterangan
/ / : Laki-laki/ Perempuan

: Riwayat Gemeli

: Gemeli 1

: Gemeli II (Klien)

: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
----------- : Tinggal Serumah

30
V. RIWAYAT SOSIAL
orang terdekat yang bisa dihubungi adalan ayah klien. Hubungan orangtua
dan bayi baik namun saat ini baru ayah klien yang baru bisa melakukan
kontak mata dengan klien karena pada saat baru melahirkan klien langsung
ditempatkan dalam inkubator di ruang neonatus. Klien merupakan anak kedua
dari kelahiran Gemeli. keluarga mengatakan lingkungan rumah bersih dan
tidak ada polusi yang dapat mengganggu kesehatan.
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa Medis NKB, SMK, BBLR Gemeli
2. Tindakan Operasi Sectio Caesar (SC)
3. Status Nutrisi
BB lahir 2200 gr Pemberian ASI/PASI 8 x 5 cc/hari pada hari pertama,
selanjutnya di tingkatkan menjadi 8 x 10-15 cc/hari
4. Status cairan
Klien tidak terpasang infus.
5. Obat-obatan
Aminopilin 5mg/12 jam peroral
6. Aktivitas
Gerakan aktif, menangis kuat
7. Tindakan Keperawatan yang dilakukan
 Observasi tanda-tanda vital
 Menempatkan bayi dalam incubator dengan suhu 320c
 Pemberian PASI peroral
 Perawatan tali pusat
8. Hasil laboratorium
 HB 10,3 gr/dl
 GDS 58 Mg/dl
 Leukosit 6.700/ul

 HbsAG Negatif

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis

31
Antropometri Saat lahir Saat ini
Berat badan 2200 gr 2200 gr
Panjang badan 46 cm 46 cm
Lingkar kepala 32 cm 32 cm

1. Reflek
Reflek Moro (reflek Kejut) (+), reflek memgenggam (+) kuat, reflek
menlan (+) dan reflek menghisap masih lemah.
2. Tonus otot
Gerak bayi aktif, menangis kuat, tidak ada letaragi, kejang (-), dan klien
tidakmengalami kesuliytan menangis.
3. Kepala / leher
Pada bagian kepala Fontanel lunak,sutura saitalis tepat, gambaran wajah
simetris dan tidak terdapat molding.
4. Mata
Bentuk mata simetris, sekresi tidak ada, reflek pupil erhadap cahaya (+),
sklera tidak ikterik.
5. THT
Telinga normal, bentuk simetris, palatum normal, hidung bilateral,
obstruksi dan pernafasan cuping hidung tidak ada.
6. Abdomen
Abdomen lunak dan datar, kembung (-), lingkar perut 26 cm, bising usus
(+)
7. Thorax
Bentuk simetris, klavikula normal, retraksi tidak ditemukan.
8. Paru-paru
Suara nafas vesikuler sama kana-kiri, bunyi nafas terdengar disemua
paru-paru, suara nafas bersih,respirasi spontan dengan RR 40x/menit.
9. Jantung
Pada jantung bunyi Bj1, Bj2 Normal , tidak terdapat Murmur , nadi
140x/menit, capilary refil < 3 detik. Pada palpasi nadi perifer brachial
dan femoral kanan dan kiri teraba kuat.

32
10. Ekstremitas
Bentuk simetris, jari-jari tangan dan kaki lengkap, akral dingin, gerak
aktif dan ROM bebas.
11. Umbilkus
Umbilikus normal, tanda-tanda infalmasi tidak ditemukan, masih terlihat
pembuluh darah arteri dan Vena ada tali pusat.
12. Genetalia
Klien berjenis kelamin perempuan
13. Anus
Kondisi anus paten
14. Spina
Kondisi spina normal
15. Integumen
Warna kulit Pingk, sianosis (-), rash/kemerahan (-) dan tidak terdapat
tanda lahir.
16. Suhu
Klien diletakan dalam inkubator dengan suhu 320c dan suhu kulit 35,60c.
VIII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN/REFLEK PRIMITIF
1. Kemandirian : Lebih banyak tidur
2. Motorik halus : mengepalkan tangan dan bila disentuh jari-
jari membuka
3. Kognitif dan bahasa : menghisap, mengenggam dan menangis
4. Motorik kasar : menggerakan kaki, mengangkat kaki dan
menoleh kearah satu sisi

IX. INFORMASI LAIN


- Klien mendapat terapi aminopilin 5mg/12 jam peroral
- Ayah klien tampak bingung dan mengatakan belum mengetahui
bagaimana perawatan bayinya nanti dirumah karena ini merupakan
kelahiran dengan gemeli (kembar) pertama bagi keluarganya.

33
- Assesment nyeri
Ekspresi wajah klien relaksasi (0), menangis kuat (2), gerakan tangan dan
tungkai relaksasi (0), pola nafas teratur (0) total scor 2. Kesimpulan bayi
tidak mengalami nyeri
X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 01 Desember 2018 pukul 10.15 WIB melalui
operasi SC. Bayi Ny. S merupakan gemeli ke 2 dari ibu dengan status
kehamilan P1A0. Usia kehamilan 36 minggu dengan kontraksi prematur, BB
saat lahir 2200 gr, panjang badan 46 cm, anus (+), menangis kuat A/S 8/9.
Klien dirawat di ruang neonatus untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. Saat
pengkajian dilakukan gerak klien aktif, menangis kuat, RR 40x/menit, Nadi
140x/menit, suhu 35,60c, klien dirawat dalam inkubator dengan suhu 320c.

ANALISA DATA
NO. TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 1-12-2018 DS:- Hipoglikemi Ketidakstabilan
Jam 12.00 WIB DO: (gangguan gula darah
 BB 2200gr, PB 46 cm, metabolisme
LP 26 cm bawaan)
 Reflek hisap (+) masih
lemah
 Menangis kuat
 GDS 58 mg/dl
2 1-12-2018 DS:- Berat badan lahir Resiko
Jam 12.00 WIB DO: rendah dan hipotermi
 Suhu 35,60c, nadi 140 prematuritas
x/menit, RR 40x/menit
 BB 2200 gr
 Akral dingin
 Jaringan lemak pada sub
kutan terlihat tipis
 Klien di rawat dalam
inkubator
3 1-12-2018 DS:- Peningkatan Resiko infeksi
Jam 12.00 WIB DO: paparan
 BB 2200 gram organisme
 Tali pusat masih basah patogen
 Umur bayi 1 hari lingkungan
 Belum mendapat
imunisasi Hb0 (hepatitis)

MASALAH KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

NO. TGL/JAM DIAGNOSA PRIORITAS


1 1-12-2018 Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
Jam 13.00 WIB b.d hipoglikemi : gangguan metabolik I
bawaan
34
2 1-12-2018 Resiko hipotermi d.d berat badan lahir
II
Jam 13.00 WIB rendah dan prematuritas
3 1-12-2018 Resiko Infeksi d.d peningkatan paparan
III
Jam 13.00 WIB organisme patogen

RENCANA KEPERAWATAN

NO. TGL/JAM TUJUAN & KRITERIA RENCANA INTERVENSI


HASIL
1-12-2018 NOC NIC
14.00 WIB Status nutrisi : Bayi Manajemen hipoglikemi
Kadar glukosa dalam darah Pemberian makanan
Dengan kriteria hasil : Monitor nutrisi
 Intake makanan dan cairan 1. Monitor kadar glukosa dalam
peroral adekuat darah
 Reflek menghisap adekuat 2. Ukur BB, PB dan LP bayi
 Adanya penambahan BB 3. kaji kebutuhan nutrisi bayi
sesuai tujuan 4. monitor reflek menghisap
 Bayi puas setelah makan 5. posisikan bayi pada posisi semi
 Kadar glukosa dalam darah fowler pada saat menyusu
dalam batas normal 6. menghangatkan PASI sebelum
diberikan pada bayi
7. edukasi orang tua untuk
memberikan ASI dan teknik
strelisasi alat-alat menyusui jika
menggunakan PASI
8. kolaborasi dengan ahli gizi
9. beri PASI sesuai program
1-12-2018 NOC NIC
14.00 WIB Termoregulasi : Bayi baru Pengaturan suhu
lahir Perawatan bayi prematur
Dengan kriteria hasil: 1. Observasi suhu bayi
 Suhu dalam rentang normal 2. Monitor warna kulit
(36,50c-37,5 0c) 3. Bebaskan bayi dari lingkungan
 Perubahan warna kulit dingin
tidak ada 4. Edukasi menjaga suhu tubuh
 Akral hangat bayi
 Nadi dan respirasi dalam 5. Rawat inkubator dengan suhu
rentang normal sesuai order (320c)

perawatan kangguru
1. Observasi suhu bayi
2. Libatkan orang tua dalam
perawatan bayi
3. Jelaskan keuntungan teknik
kontak kulit dengan bayi
(metode kangguru)
4. Intruksikan orang tua cara
melakukan metode kangguru

35
1-12-2018 NOC NIC
14.00 WIB Status Imunitas Kontrol Infeksi
Kontrol resiko infeksi 1. Observasi tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : 2. Batasi pengunjung
1. Tanda-tanda infeksi tidak 3. Menggunakan APD
ada 4. Mencuci tangan sebelum dan
2. Tanda-tanda vital dalam sesudah perawatan
batas normal 5. rawat Tali pusat bayi
6. Jelaskan pada keluarga tanda
dan gejala infeksi
7. Mengajarkan pengunjung untuk
mencuci tangan saat masuk dan
keluar ruangan bayi
8. Mengajarkan perawatan tali
pusat

Manajemen imunisasi
1. Catat riwayat kesehatan dan
alergi
2. Menggunakan prinsip 5 benar
dalam pemberian imunisasi
3. Beri penjelasan pada keluarga
imunisasi yang
direkomendasikan
4. Pemberian imunisasi sesuai
rekomendasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO. TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD/


NAMA
1 01-12-2018 1. mengukur BB, PB dan S:-
16.00 WIB LP bayi O:
2. memonitor kadar glukosa  BB 2200 gr, PB 46 cm,
dalam darah LP 26 cm
3. mengkaji kebutuhan  Reflek menelan (+),
nutrisi bayi reflek menghisap masih
4. memonitor reflek lemah
menghisap  Menangis kuat
5. memposisikan bayi pada  PASI yang sudah
posisi semi fowler pada diberikan 5 cc peroral
saat menyusu  GDS 58 mg/dl
6. menghangatkan PASI A:
sebelum diberikan pada masalah belum teratasi
bayi P:
7. memberi PASI sesuai Lanjutkan intervensi
program (5cc/3 jam) Manajemen hipoglikemi
Pemberian makanan
Monitor nutrisi

36
01-12-201 1. mengobservasi suhu bayi S:-
17.00WIB 2. Monitor warna kulit O:
3. Bebaskan bayi dari  Warna kulit pingk
lingkungan dingin  Suhu 36,50c, Nadi
4. merawat bayi dalam 140x/menit, RR
inkubator dengan suhu 40x/menit
sesuai order (320c)  Akral dingin
 Klien dalam inkubator
dengan suhu 320c
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Pengaturan suhu
Perawatan bayi prematur
Perawatan kangguru
01-12-2018 1. Menggunakan APD S:
17.00 WIB 2. Mencuci tangan Keluarga mengatakan
sebelum dan sesudah tidak ada riwayat alergi
perawatan O:
3. Catat riwayat kesehatan Tali pusat dalam keadaan
dan alergi bersih

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Kontrol infeksi
Manajemen imunisasi

02-12-2018 1. kaji kebutuhan nutrisi S:-


08.00 WIB bayi O:
2. monitor reflek menghisap  Reflek hisap masih
3. posisikan bayi pada lemah
posisi semi fowler pada  Kebutuhan PASI
saat menyusu 80cc/hari
4. menghangatkan PASI  Menangis (+) kuat,
09.00 WIB sebelum diberikan pada gerak aktif
bayi  PASI yang sudah
5. memberikan PASI 10 cc masuk 40 cc peoral
peroral  Muntah (-)
6. mengedukasi orang tua A:
10.00 WIB untuk memberikan ASI Masalah teratasi sebagian
dan teknik strelisasi alat- P:
alat menyusui jika Lanjutkan intervensi
menggunakan PASI
7. menghangatkan PASI  Monitor GDS
sebelum diberikan pada  Manajemen
12.00 WIB bayi hipoglikemi
8. posisikan bayi pada
 Pemberian makanan
posisi semi fowler pada
saat menyusu  Monitor Nutrisi
9. memberikan PASI 10 cc
peroral 
10. menghangatkan PASI

37
sebelum diberikan pada
15.00 WIB bayi
11. posisikan bayi pada
posisi semi fowler pada
saat menyusu
12. memberikan PASI 10 cc
peroral
16.00 WIB 13. menghangatkan PASI
sebelum diberikan pada
bayi
14. posisikan bayi pada
posisi semi fowler pada
saat menyusu
15. memberikan PASI 10 cc
peroral

02-12-2018 1. mengobservasi suhu bayi S : keluarga mengatakan


08.00 WIB 2. memonitor warna kulit sudah mengetahui cara
3. membebaskan bayi dari menjaga suhu tubuh bayi
lingkungan dingin O:
4. merawat bayi dalam  Suhu 36,80c, Nadi 138
inkubator dengan suhu x/menit, RR 38 x/menit
sesuai order (320c)  Akral hangat
5. mengedukasi orangtua  Klien dalam inkubator
10.00 WIB menjaga suhu tubuh bayi dengan suhu 320c
6. ibu mempraktekan  Warna kulit kemerahan
11.00 WIB Perawatan kangguru pada A:
bayi Masalah teratasi sebagian
7. menganjurkan ibu P:
menggunakan perawatan Lanjutkan intervensi
metode kangguru setelah Pengaturan suhu
keadaan bayi stabil Perawatan bayi prematur
Perawatan kangguru
02-12-2018 1. Mengobservasi tanda- S:-
tanda infeksi O:
08.00 WIB 2. Menggunakan APD  Tali pusat dalam
3. Mencuci tangan sebelum keadaan bersih
dan sesudah perawatan  Tanda-tanda infeksi
4. membersihkan dan tidak ditemukan
mengganti kasa tali pusat  Klien belum mendapat
dengan menggunakan imunisasi Hb0
10.00 WIB kasa steril A:
5. Jelaskan pada keluarga Masalah teratasi sebagian
tanda dan gejala infeksi P:
6. Mengajarkan perawatan Lanjutkan Intervensi
tali pusat Kontrol infeksi
7. memberi penjelasan pada Pemberian imunisasi
keluarga imunisasi yang
direkomendasika
8. Mengajarkan pengunjung
untuk mencuci tangan
saat masuk dan keluar
ruangan bayi
9. membatasi pengunjung

38
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan dalam
memperoleh data-data yang dibutuhkan, orang tua pasien sangat kooperatif dan
komunikatif. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Desember 2018 jam
11.30 wib, ditemukan data bayi Ny.S lahir melalui operasi SC dengan umur
kehamilan 36 minggu (preterm). Bayi berjenis perempuan, berat badan lahir
2200 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm,
nilai apgar score 8, 9, nadi 140x/menit, suhu 35.8ºc, akral teraba dingin, respirasi
rate 40x/menit, bayi menangis, , reflek morro positif, reflek hisap masih lemah,
dan reflek genggam positif, bayi tampak lebih banyak tertidur dalam inkubator
dengan pengaturan suhu 32. ºc. Hasil pemerikasan laboratorium pada tanggal
1Desember 2018 yaitu HbsAG negatif hemoglobin 10,3 gr/dl, jumlah lekosit
6.700/ul, trombosit 30.000 mm³, GDS 58 mg/dl.
Data yang didapat mempunyai persamaan dengan teori yang ada salah satunya
menurut Mitayani (2009), bahwa bayi yang lahir dengan berat badan rendah
memiliki tanda gejala berat badan kurang dari 2500 gram, pergerakan kurang
dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur, lebih banyak tidur dari pada
bangun, reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik bagi
ibu hamil dengan mengkonsumi makanan berprotein tinggi seperti ikan, telur,
makanan yang mengandung serat dan vitamin seperti sayur dan buah-buahan
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, sehingga akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.

39
Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
B. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukannya pengkajian, penulis merumuskan diagnosa yang muncul
sesuai dengan keadaan pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
ini adalah (SDKI:2017):
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d hipoglikemi : gangguan
metabolik bawaan . Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah menurut SDKI
adalah variasi kadar glukosa darah turun, naik dari rentang normal. Diagnosa ini
di tegakkan karena pada bayi memiliki BB <2500 gr reflek menghisap masih
lemah dan pemeriksaan GDS 58 mg/dl dan jaringan lemak subkutan terlihat
tipis.
Resiko hipotermia ditandai dengan berat badan lahir rendah dan prematuritas.
Resiko hipotermia menurut SDKI (2017) adalah beresiko mengalami kegagalan
termoregulasi yang dapat mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang
normal. Diagnosa keperawatan ini ditegakkan oleh penulis karena pada bayi
prematur atau bayi berat lahir rendah secara umum belum mempunyai
kematangan dalam sistem pertahanan tubuh untukberadaptasi dengan
lingkungan. Bayi prematur dan bayi berat badan lahir rendah cenderung
mengalami hipotermi. Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada
bayi sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan.di dalam
pengkajian suhu tubuh bayi 35.6ºc, akral teraba dingin, bayi berada dalam
inkubator dengan pengaturan suhu inkubator 32. ºC dan terlihat jaringan lemak
sub kutan tipis.
resiko infeksi ditandai dengan peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan menurut SDKI (2017), adalah beresiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik. Diagnosa ini ditegakkan oleh penulis karena
ketidakadekuatan pertahanan tubuh pada bayi, faktor lingkungan dan tali pusat
yang masih basah.

40
C. Intervensi
Pada tahap perencanaan Asuhan Keperawatan By. Ny.S dengan BBLR di ruang
Neonatus RSD H.M Ryacudu, menggunakan batasan waktu yang jelas, hal ini
d.d ketdimaksudkan untuk memudahkan kapan evaluasi proses dan hasil akan
dilakukan dan agar dalam pelaksanaan tindakan jelas tujuannya. Adapun
prioritas masalah dalam kasus ini adalah ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah b.d hipoglikemi : gangguan metabolisme bawaan, Resiko hipotermia
ditandai dengan berat badan lahir rendah dan prematuritas dan resiko infeksi
ditandai dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan. Rencana
keperawatan untuk masing-masing diagnosa pada kasus ini disusun mengacu
pada masalah atau respon utama pasien dengan tidak mengesampingkan
perkembangan keadaan pasien. Perencanaan keperawatan yang muncul pada By.
Ny. S sesuai dengan acuan rencana keperawatan menurut NIC & NOC, 2016,
yaitu Perawatan bayi premature,Pemberian makanan dan Monitor nutrisi untuk
diagnosa resiko defisit nutrisi , Pengaturan suh,Perawatan bayi prematur dan
Perawatan kangguru untuk diagnosa Resiko hipotermia, kontrol infeksi dan
manajemen imunisasi untuk diagnosa resiko infeksi
D. Implementasi keperawatan
Implementasi/Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien, sarana dan prasarana yang ada
di ruang neonatus juga bekerjasama dengan perawat ruangan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan ini sehingga dapat melaksanakan sesuai
target yang direncanakan. keluarga Klien kooperatif dan antusias mengikuti
saran perawat, bekerjasama dengan tim medis dalam perawatan. Implementasi
yang diberikan pada By. Ny S sudah mengacu pad NIC yang disesuaikan dengan
kondisi klien, sehingga pelaksanaan tindakan keperawatan dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah disusun, diantaranya : monitor kadar gula darah,
Ukur BB, PB dan LP bayi, kaji kebutuhan nutrisi bayi, monitor reflek
menghisap, posisikan bayi pada posisi semi fowler pada saat menyusu,
menghangatkan PASI sebelum diberikan pada bayi, edukasi orang tua untuk
memberikan ASI dan teknik strelisasi alat-alat menyusui jika menggunakan
PASI, beri PASI sesuai program untuk masalah ketidakstabilan kadar glukosa

41
dalam darah. Masalah resiko hipotermi intervensi yang dilakukan adalah
Observasi suhu bayi, Monitor warna kulit, Bebaskan bayi dari lingkungan
dingin, Edukasi menjaga suhu tubuh bayi, Rawat inkubator dengan suhu sesuai
order (320c), Observasi suhu bayi, Libatkan orang tua dalam perawatan bayi,
Jelaskan keuntungan teknik kontak kulit dengan bayi (metode kangguru),
Intruksikan orang tua cara melakukan metode kangguru.untuk masalah resiko
infeksi intervensi yang dilakukan Observasi tanda-tanda infeksi,Batasi
pengunjung,Menggunakan APD,Mencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan,Jelaskan pada keluarga tanda dan gejala infeksi,Mengajarkan
pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar ruangan
bayi,Mengajarkan perawatan tali pusat,Catat riwayat kesehatan dan
alergi,Menggunakan prinsip 5 benar dalam pemberian imunisasi, Beri penjelasan
pada keluarga imunisasi yang direkomendasikan, Pemberian imunisasi sesuai
rekomendasi.
E. Evaluasi
Setelah beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan, dapat di evaluasi yaitu
dengan hasil ibu klien bersedia diajari perawatan metode kangguru dan akan
selalu merawat bayinya setelah apa yang telah diajarkan oleh perawat. Dari data
objektif suhu tubuh 36.8ºc, akral teraba hangat, nadi138 x/menit , RR 38
x/menit, suhu lingkungan terasa hangat dengan pengaturan suhu inkubator 32ºc,
keadaan tubuh bayi bersih,lingkungan sekitar inkubator juga bersih, belum
terlihat tanda-tanda peningkatan infeksi, kondisi bayi baik, gerak aktif, menangis
kuat, bayi lebih banyak tertidur, tidak terlihat banyak aktivitas, reflek menghisap
masih lemah,berat badan 2200 gram, bayi mendapatkan ASI 10-15 cc/3 jam
peroral. Dari beberapa tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
kesehatan pada bayi Ny. S harus ditingkatkan dengan cara terus mengulangi
semua tindakan keperawatan yang sudah diberikan agar kondisi bayi dapat
mengalami peningkatan kesehatan, berat badan naik, tidak mengalami hipotermi
ataupun hipertermi, serta masalah kesehatan lainnya.

42
BAB V
PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan keperawatan secara langsung pada bayi.Ny.S dengan


BBLR yang dirawat di ruang neonatus RSD. HM. Ryacudu kotabumi pada tanggal
01 s.d 02 Desember 2018. Diawali dengan pengkajian, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi, maka perawat dapat mengambil kesimpulan dan mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

1. Pada pengkajian didapatkan data bayi Ny.S lahir melalui operasi SC dengan
umur kehamilan 36 minggu (preterm). Bayi berjenis perempuan, berat badan
lahir 2200 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30
cm, nilai apgar score 8, 9, nadi 140x/menit, suhu 35.8ºc, akral teraba dingin,
respirasi rate 40x/menit, bayi menangis, , reflek morro positif, reflek hisap
masih lemah, dan reflek genggam positif, bayi tampak lebih banyak tertidur
dalam inkubator dengan pengaturan suhu 32. ºc. Hasil pemerikasan
laboratorium pada tanggal 1Desember 2018 yaitu HbsAG negatif hemoglobin
10,3 gr/dl, jumlah lekosit 6.700/ul, trombosit 30.000 mm³, GDS 58 mg/dl.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada By.Ny. S adalah ketidakstabilan
kadar glukosa dalam darah b.d hipoglikemi : gangguan metabolisme bawwan,
resiko hipotermi d.d berat badan lahir rendah dan prematuritas serta resiko
infeksi d.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
4. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang di
temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah ada, berdasarkan dengan Nanda
NIC-NOC, namun dalam ruangan tidak semua intervensi dapat dilakukan ke Klien
disesuaikan dengan kebutuhan Klien, kondisi Klien serta sarana dan prasarana yang
ada di rumah sakit .

5. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sesuai dengan
kondisi pasien.

6. Evaluasi Dari beberapa tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah


kesehatan pada bayi Ny. S harus ditingkatkan dengan cara terus mengulangi
semua tindakan keperawatan yang sudah diberikan agar kondisi bayi dapat

43
mengalami peningkatan kesehatan, berat badan naik, tidak mengalami
hipotermi ataupun hipertermi, serta masalah kesehatan lainnya.

B. Saran
1. Bagi Keluarga Klien
Diharapkan dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir
dengan berat badan lahir rendah dirumah sepulang dari Rumah Sakit.
2. Bagi mahasiswa praktikan
Diharapkan mahasiswa lebih memahami teori bayi baru lahir sehingga
mampu meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada BBLR di lahan praktek.

44
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


Keenam. Indonesia: Elsevier
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Doenges E marlyn,2007.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan
Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Moorhead.,Sue et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima. Indonesia: Elsevier
Nurarif,A.H dan Kusuma Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1 . Jogyakarta:
MediAction
NANDA NIC NOC. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid
1.Jogjakarta:Mediaction.
Saifudin Bari ,Abdul. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal Edisi 1.Jakarta: ybp-sp.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri
Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC
Tim adaptasi Indonesia.2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit.Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota.Jakarta :Depkes.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran.

45
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS NKB SMK BBLR GEMELI
MASALAH KEPERAWATAN RESIKO DEFISIT NUTRISI
DI RUANG NEONATUS RSD H.M RYACUDU KOTABUMI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. JAKA LAMBANG NIM. 149012018262
2. JULENI SANTIKA NIM. 149012018263
3. KARWANTI NIM. 149012018264
4. KHAMSUL KHAIRI NIM. 149012018265
5. PARIDIN NIM 149012018270
6. PUTRIATI UTAMI NIM 149012018271
7. SUPRIATIN NIM 149012018272
8. YUNIARTI NIM 149012018273

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2018/2019

46

Anda mungkin juga menyukai