Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan
pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena
Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit,pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar
Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai
dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain
yang mempengaruhu situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas,
jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung
yang ada di lingkungan RS.
PAK (Penyakit Akibat Kerja) di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan factor biologi (kuman
pathogen yang berasal umumnya dari pasien), factor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus
menerus seperti antiseptic pada kulit, gas anastesi pada hati), fakor ergonomik (cara duduk salah, cara
mengangkat pasien salah), factor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada system reproduksi,radiasi
pada system produksi sel darah), factor psikologis (ketegangan di kamar bedah,penerimaan pasien gawat
darurat,bangsal penyakit jiwa dan lain-lain).
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165 : “ Pengelola
tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja “. Berdasarkan pasal diatas maka pengelola tempat kerja di
Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah
melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan
keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari
berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh
sehingga resiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit
dapat dihindari.
Selain itu seperti tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, bahwa “ Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya
harus memenuhi unsur K3 didalamnya.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 1


TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat
bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga
proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS
b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan pendukung program
c. terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas RS

B. RUANG LINGKUP
Standar K3RS mencakup: prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS,
standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya
manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

C. OPERASIONAL
Dalam pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
1. Kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995), Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mentaldan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua
jenis pekerjaan, p0encegahan terhadap0 gangguan kesehatan pekerja, yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, dan p0enempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya..
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat
Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
3. Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang
sehat, aman, dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.
4. Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit adalah orang yang bekerja di Rumah Sakit yhang meliputi
tenaga tetap yakni tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian,

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 2


tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga non kesehatan serta tenaga tidak teap dan konsultan.(UU
NO.44 Tahun 200 tent0ang Rumah Sakit, Pasal 12 ayt 1 dan ayat 4).
5. Tempat kerja adalah : tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk melaksanakan tugas.
6. Upaya kesehatan adalah : upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
agar setiapkerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
maupunmasyarakat disekelilingnya.
7. Keselamatan kerja, adalah : keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan & proses
pengolahannya, tempatkerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
8. Kecelakaan kerja, adalah : kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena peristiwa tersebut
tidak terdapatunsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan
karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat.
9. Penyakit akibat kerja adalah : penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung
paparan / kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918).
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1075/Menkes/SK/2003 tentang Sistem Informasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 3


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Dalam kepanitiaan k3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Ketua tim K3RS
Ketua adalah seorang S2/S1 kesehatan dan telah mengikuti pelatihan K3
2. Sekretaris
Adalah seorang S1/DIII bidang kesehatan dengan sertifikasi dalam bidang K3.
3. Staf tim K3RS
Anggota staf tim K3RS adalah pegawai rumah sakit dari berbagai unsur bagian rumah sakit
sesuai kedudukan dalam tim, seperti :
 Seksi kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja terdiri dari unsur medis (dokter
umum), personalia, kesehatan lingkungan, sekuriti.
 Seksi kewaspadaan bencana dan kebakaran terdiri dari unsur perawat, dokter IGD, sekuriti,
manajer.
4. Pendukung K3RS
Pendukung K3RS adalah seluruh pegawai rumah sakit yang setingkat dengan kepala
urusan/ instalasi/ kepala perawat dan penanggungjawab ruangan.

B. Distribusi ketenagaan
Pelaksanaan kegiatan K3 di rumah sakit harus berjalan setiap saat, mengingat pola kerja di rumah sakit
pada umumnya yang terbagi menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga k3
agar dapat memenuhi ketenagaan pendukung k3 disetiap shiftnya, sebagai berikut :
 Shift pagi
Disediakan tenaga pendukung sebanyak 25 orang yang terdiri dari kepala instalas dan kepala ruangan
yang bertugas saat itu.
Shift sore dan shift malam
Disediakan tenaga pendukung masing-masing shift sebanyak 9 orang yang terdiri dari penanggung
jawab shift disetiap ruangan ditambah dengan seorang dokter IGD.
Dengan demikian dapat dihitung bahwa seluruh tenaga pendukung yang tersedia di rumah sakit adalah
25 + 9 + 9 + 2 = 45 orang.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 4


BAB III
STANDAR FASILITAS

Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan di RSU AT MEDIKA
dikelola sesuai dengan persyaratan K3. Standar fasilitas Rumah Sakit di jelaskan dalam tata laksana pelayanan
(BAB IV) buku pedoman ini.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 5


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

I. PRINSIP,PROGRAM DAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN K3RS


A. PRINSIP K3RS
Pengertian 3 komponen yang saling berinteraksi, yaitu :
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang
prima setiap pekerja ag \ar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam
melaksanakan tugasnya
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja

B. PROGRAM K3RS
Program K3RS yang harus diterapkan adalah :
1. Pengembangan kebijakan K3RS
a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS
b. Merencanakan program K3RS setiap tahun
2. Pembudayaan perilaku K3RS
a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit
b. Promosi K3 Pada setiap petugas,pasien dan keluarganya
3. Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan K3RS
b. Pelatihan intern Rumah Sakit
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal, seminar dan workshop yang berkaitan
dengan K3.
4. Pengembangan Pedoman, SPO K3RS
a. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja
c. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
e. Penyusunan pedoman pengelolaan limbah limbah RS
f. Penyusunan pedoman penanggulangan bencana
g. Penyusunan SPO angkat angkut pasien
h. Penyusunan SPO terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya
i. Penyusunan SPO kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja
Rumah Sakit
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 6


a. Mapping lingkungan tempat kerja yang dianggap berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja
yang belum melaksanakan program K3RS, area/tempat kerja yang melaksanakan dan
mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS.
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja
6. Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit
b. Memberikan pengobatan bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental ( rohani ) SDM Rumah Sakit
d. Perlindungan Spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah Sakit yang bekerja
pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya
e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja

7. Pelayanan keselamatan kerja


a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan di Rumah Sakit
b. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana,prasarana dan peralatan Rumah Sakt
c. Pengadaan peralatan K3RS
8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
b. Membuat kebijakan dan SPO Pengadaan, penyimpanan risiko pajanan dan cara
penanggulangan bila terjadi kontaminasi
9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
b. Membuat kebijakan dan SPO Pengadaan, penyimpanan risiko pajanan dan cara
penanggulangan bila terjadi kontaminasi
10. Pengembangan manajemen tanggap darurat
a. Menyusun rencana tanggap darurat
b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana
c. Pelatihan terhadap kesiapan petugas tanggap darurat
d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya serta membuat denahnya (
Laboratorium, rontgen, farmasi, kamar operasi, genset,, dll)
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian
bencana pada tempat-tempat yang berisiko tersebut
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila terjadi bencana
h. Memberikan APD ( Alat Pelindung Diri ) pada petugas ditempat-tempat yang berisiko

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 7


i. Sosialisasi dan penyuluhan keseluruh SDm Rumah Sakitr
j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap darurat Rumah Sakit
k. Evaluasi sistem tanggap darurat
11. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3
a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan kerja, PAK,
kebakaran dan bencana ( termasuk format pencatatan dan pelaporan sesuai kebutuhan )
b. Pembuatan sistem pelaporan dan tindak lanjutnya ( berkoordinasi dengan tim patien safety )
c. Pendokumentasian data:
- Data seluruh SDM Rumah Sakit
- Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit
- dll
12. Review program tahunan

C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN K3RS


1. Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Untuk mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja, RSU AT
MEDIKA membuat regulasi yaitu :
a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit
b. Menyediakan Organisasi K3RS
c. Melakukan sosialisasi K3RS
d. Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3

2. Tujuan Kebijakan Pelaksanaan K3RS


Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan
sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit
sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.

3. Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3RS


a. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan pembudayaan K3RS
b. Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Dakit
c. Membentuk Organisasi K3RS
d. Perencanaan K3RS
e. Menyusun pedoman, SPO K3RS
f. Melaksanakan program K3RS
g. Melakukan evaluasi program
h. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 8


II. STANDAR PELAYANAN K3RS
A. STANDAR PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT
Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, sebagai berikut :
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit :
Pemeriksaan fisik lengkap
Rontgen paru-paru
Laboratorium rutin
Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter (pemeriksaan
berkala),tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit :
Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin,
serta pemeriksaan –pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-kurangnya 1 tahun, dilakukan secara
bergantian.
Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih
dari 2 minggu.
SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun.
SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatan
perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan-kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara
SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3R.
Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan
kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental. Yang diperlukan antara
lain:
Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3
Informasi tentang risiko dan bahaya khusus ditempat kerjanya
SPO kerja, SPO peralatan, SPO penggunaan Alat Pelindung Diri dan kewajibannya.
Orientasi K3 di tempat kerja
Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan kerja dan
berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.
Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit :
Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit.
Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi
Pembinaan mental/rohani
Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit.
Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepadai seluruh SDM Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 9


Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM Rumah Sakit yang SDM
terkena Penyakit Akibat Kerja.
Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus
Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait
Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengenai penularan
infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien :
Pertemuan koordinasi
Pembahasan kasus
Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya resiko,
Melakukan analisa hasil pemeriksaan berkala dan khusus
Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit.
Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja (
pemantauan/pengukuran terhadap factor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi ).
Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan kepada Direktur
Rumah Sakit dan Unit Teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit

STANDAR PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT


Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan
kerja bentuk keselamatan kerja yang dilakukan :
Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana dan prasarana dan peralatan
kesehatan :
Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan,dan tata
ruang, serta sesuai hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelengaraan rumah sakit ;
Teknis bangunan rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayana serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
Prasarana harus memenuhi standar peralatan, keamanan serta keselamatan, dan kesehatan kerja
penyelenggara rumah sakit ;
Pengoperasian dan pemeliharaan sarana,prasarana dan peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya
Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana serta
peralatan kesehatan dan selanjutnya di dokumentasikan dan di evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan ;
peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, dan keamanan, keselamatan dan laikpakai ;

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 10


Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, harus diuji dan dikalibrasi secara
berkala oleh balai pengujian fasilitas kesehatan dan/ atau insitusi penguji fasilitas kesehatan yang
berwenang
Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan;
Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM rumah sakit :
Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomik terhadap peralatan kerja dan SDM rumah sakit ;
Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan resiko ergonomi;
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :
Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan pisiko sosial;
Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair :
Manajemen harus menyediakan, memelihara dan mengawasi sarana dan prasarana sanitair, yang
memenuhi syarat, meliputi :
Penyehatan makanan dan minuman
Angka kuman E.Coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman angka kuman
E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman
Pembelian bahan ditempat yang resmi dan berkualitas baik
Bahan makanan tambahan ( bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus sesuai dengan
ketentuan
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung
dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain
Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan
ketentuan :
-Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
-Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
-Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta segera disajikan.
Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi penjamah makanan sekali setahun
Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan bersih
Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang dipakai harus bersih
Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan sekali dalam setahun
Penyehatan air
Pemantauan air bersih dan dilakukan dengan cara :
Memeriksa dan menjamin ketersediaan air bersih yang dilakukan setiap hari pada penampungan air
bersih.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 11


 Mengirimkan sampel air bersih ke laboratorium btkl dengan
frekuensi pengiriman sebanyak 2 kali setahun, dengan hasil yang segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
a. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry)
 Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksious dan non infeksious
 Laundry dilengkapi saluran limbah tertutup
 Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan pakaian kerja khusus, Alat
Pelindung Diri .
 Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi petugas laundry.
b. Penanganan sampah limbah
 Pemilahan limbah dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah
 Un t u k k a t e g o r i s a m p a h i n f e k s i o u s d i l a k u k a n p e n g e l o l a a n d e n g a n
c a r a d i m a s u k k a n k e d a l a m kantong plastik berwarna kuning.
 Untuk kategori non infeksious, pengelolaan sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam.
 Limbah benda tajam dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya.
Wadah tersebut anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
 Saluran pembuangan limbah cair harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus
mengalir dengan lancar.
c. Pengendalian serangga dan tikus
 Setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk.
 Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan upaya pemberantasan.
 Mengamati /memantau tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai
dengan adanya keberadaan tikus antara lain kotoran, bekas gigitan, bekas jalan, dan tikus hidup.
 Mengukur kepadatan lalat di dalam bangunan tertutup (core) rumah sakit
 Mengamati/mamantau secara berkala kucing dan anjing
d. Sterilisasi / desinfeksi;
 Suhu pada desinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80ºC dalam waktu 45
 60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80ºC dalam waktu 1 menit
 Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang, disinfektan mempunyai efek
sebagai deterjen da efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak pengaruh oleh kesadahan air atau
keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
 Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik
 Sterilisasi harus menggunakan dewsinfektan yang ramah lingkungan
 Petugas sterilisasi harus menggunakan Alat Pelindung Diri dan menguasai prosedur sterilisasi yang aman

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 12


e. Perlindungan radiasi;
 Rumah Sakit memiliki izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir dalam memanfaatkan peralatan yang
memajankan radiasi dan menggunakan zat radioaktif.
 Proteksi radiasi yang disediakan harus mempunyai ketebalan tertentu yang mampu menurunkan laju dosis
radiasi.
 Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
f. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
 Pesan promosi kesehatan lingkungan untuk karyawan berisi hubungan fasilitas sanitasi dengan kesehatan,
syarat-syarat fasilitas sanitasi, pentingnya pengadaan/pemeliharaan/pembersihan fasilitas sanitasi,pentingnya
memberi contoh kepada pasien/keluarga dan pengunjung tentang cara memanfaatkan fasilitas sanitasi serta
fasilitas kesehatan lainnya dengan benar.
 Pesan promosi kesehatan lingkungan untuk pasien, keluarga pasien, pengunjung dan masyarakat sekitarnya
berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas
sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya dengan benar.
1. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamanatan kerja :
 Pembuatan rambu – rambu arah dan tanda – tanda keselamatan;
 Penyediaan peralatan kesellamatan kerja dan alat perlidungan diri (APD);
 Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD;
 Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan APD.
2. Pelatihan dan promosi /penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah sakit :
 Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah sakit;
 Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 rumah sakit kepada petugas K3 rumah sakit.
3. Memberikan rekomendasi/ masukan mengenai perencanaan,desain/lay out pembuatan tempat kerja dan pemeliharaan
alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan:
 Melibatkan petugas K3 rumah sakit dalam prencanaan, desain/lay out pembuatan tempat kerja dan pemeliharaan
serta pengadaan sarana, prasaranan dan peralatan keselamatan kerja ;
 Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi saran, prasarana dan peralatan keselamatan kerja dan membuat
rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan;
4. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya:
 Membuat alur pelaporan kejadian nyaris kecelakaan dan celaka;
 Membuat sop pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka;
 Laporan dibuat berkoordinasi dengan tim keselamatan pasien
5. Pembinaan dan pengawasan terhadap manejemen sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran
 Manejemen sarana dan prasarana pencegahan dan penangulangan kebakaran;
 Membentuk tim penangulangan kebakaran
 Membuat sop;

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 13


 Melakukan sosialisasi dan pelatihan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
6. Membuat evaluasi pencatatan dan pelaporan kegiata layanan keselamatan kerja yang di sampaikan kepada derektur
rumah salit dan unit teknis terkait diwilayah kerja rumah sakit.

III. STANDAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


A. STANDAR MANAJEMEN
Standar manajemen perbekalan kesehatan Rumah Sakit meliputi :
1. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah Sakit harus
dilengkapi dengan :
a. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3RS yang mengacu kepada peraturan:
 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 KepMenKes No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
 Surat KepMenKes No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
b. Pedoman dan SPO
c. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi :
 Izin Mendirikan Bangunan
 Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran
 Izin Operasional Rumah Sakit
 Izin Pemakaian Lift
 Izin Instalasi Listrik
 Izin Pemakaian Diesel
 Izin Instalasi Petir
 Izin Pemakaian Boiler
 Penggunaan Radiasi
 Izin Bejana Tekan
 Izin Pengolahan Limbah padat, Cair dan Gas
d. Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal
e. Sertifikasi
f. Program Pemeliharaan
g. Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan layak pakai
h. Manual operasional yang jelas
i. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan penyediaan alat pemadam api/kebakaran

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 14


j. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu penunjuk arah
k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan
l. Fasilitas penanganan limbah padat, cair dan gas
2. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah Sakit yang
menggunakan bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus dilengkapi dengan MSDS dan
disediakan ruang atau tempat penyimpanan khusus bahan beracun berbahaya yang aman
3. Setiap operator/petugas sarana, prasarana dn peralatan harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala
4. Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan atau monitoring kualitas lingkungan kerja
secara berkala dan berkesinambungan
5. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus dikelola dan dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi dibidangnya.
6. Peta/denah lokasi /ruang/alat yang dianggap berisiko dan berbahaya dengan dilengkapi simbol-
simbol khusus untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan berbahaya.
7. Khusus sarana bangunan yang menggunakan bahan beracun berbahaya harus dilengkapi fasilitas
dekontaminasi bahan beracun berbahaya.
8. Program penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi; penyehatan ruangan, bangunan dan fasilitas
sanitasi termasuk pencahayaan, penghawaan dan kebisingan, penyehatan makanan dan minuman,
penyehatan air, penanganan limbah, penyehatan laundry, pengendalian serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain, pemantauan sterilisasi dan desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi dan
promosi kesehatan lingkungan
9. Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksanaan K3 sarana, prasarana dan peralatan
Rumah Sakit
10. Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala terhadap sarana, prasarana dan peralatan yang
disesuaikan dengan jenisnya

B. STANDAR TEKNIS
1. Standar teknis sarana
a. Lokasi dan bangunan
Lokasi RSU AT MEDIKA terletak dijalan Jenderal Sudirman no.14 yang merupakan kawasan
tengah kota Makassar yang strategis dan dapat diakses dari berbagai arah, mudah dijangkau
oleh masyarakat, bebas banjir dan pencemaran.
 Luas lahan adalah 43 x 37,30 m²
 Luas bangunan adalah 41 x 32 m²
 Ukuran luas ruangan adalah :
 Ruang polik anak 3 x 5,5 m²
 Ruang polik kandungan 3,3 x 5,5 m²

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 15


 Ruang KIA 2,5 x 3,5 m²
 Ruang polik gigi 3,80 x 3,5 m²
 Ruang polik gizi 1,40 x 3 m²
 Ruang tunggu ± 6 x 6 m²
 Ruang utilitas ± 3 x 3 m²
b. Lantai
- Lantai ruangan dari bahan keramik ukuran 40 x 40 cm²
- Lantai KM/WC dari bahan keramik ukuran 20 x 20 cm²
c. Dinding
- Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat
- Dinding KM/WC dari bahan keramik ukuran 20 x 25 cm²
- Dinding IGD/ICU/OK dari bahan keramik ukuran 20 x 25 cm²
- Dinding ruang Radiologi dilapis dengan bahan Pb ( timbal ) 2 mm atau setara bata
ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
d. Pintu/jendela
- Tinggi pintu sekitar 200 cm dan lebar sekitar 150 cm ( dua daun pintu )
- Pintu dapat dibuka dari luar
- Pintu kamar mandi menggunakan penutup pintu otomatis ( automatic door closer )
- Ambang bawah jendela minimal 75 cm dari lantai
- Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji
- Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka dan dapat menutup
sendiri
- Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi Pb minimal 2mm atau
setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya
radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi
e. Plafond
- Rangka plafond terbuat dari bahan aluminium
- Permukaan plafond berwarna terang
- Langit langit dengan ketinggian minimal 3 m dari lantai
- Langit-langit menggunakan cat anti jamur
- Khusus ruang operasi, disediakan gelagar ( gantungan ) lampu bedah denagan profil baja
double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit
f. Ventilasi
- Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
g. Atap

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 16


- Atap menggunakan genteng dengan bahan kuat, tidak bocor, tidak menjadi bahan
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
h. Sanitasi
- Closet, urinoar, wastafel dari bahan keramik, utuh, tidak cacat, serta mudah dibersihkan
- Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau, dilengkapi
desinfektan dan tissu yang dapat dibuang
- Indeks perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar mandi 10
:1
- Indeks perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toilet dan kamar mandi 15:1
- Air untuk keperluan sanitasi keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup
i. Air bersih
- Terdapat reservoar sebanyak 6 tangki dengan kapasitas masing-masing 1000 liter
- Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PDAM dan sumur dalam
- Pemerikasaan air bersih dilakukan setiap 1 tahun
j. Pemipaan
- Pipa air bersih tidak air bersih tidak bersilangan dengan pipa air kotor
- Instalasi pemipaan tidak berdekatan dengan instalasi listrik
k. Saluran (drainase)
- Saluran keliling drainase dari bahan pipa PVC 8 inci
- Saluran air hujan tertutup
l. Tangga
- Lebar tangga adalah 120 cm, dan lebar tangga darurat adalah 100 cm
- Lebar injakan adalah 30 cm
- Tinggi injakan adalah 15 cm
- Tidak berbentuk spiral
- Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
- Kemiringan injakan < 90 derajat
- Dilengkapi dengan pegangan yang bebas dari segala instalasi
m. Area parkir
- Area parkir tertata dengan baik
- Mempunyai ruang bebas disekitarnya
n. Pemandangan (Landscape)
- Akses jalan lancar dengan rambu-rambu yang jelas
- Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan tidak
menimbulkan bau
- Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu jaga

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 17


- Papan nama RSU AT MEDIKA dibuat rapi, kuat, jelas dan mudah dibaca untuk umum,
terpampang di bagian depan Rumah Sakit
- Taman tertata rapi dan berfungsi memberikan kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung
maupun pekerja dan pasien RSU AT MEDIKA
2. Standar teknis prasarana
a. Penyediaan listrik
- Kapasitas daya listrik adalah 250 KVA
- Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL
- Untuk kamar bedah menggunakan sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis
generator dan UPS / Uninteruptable Power Supply
b. Instalasi penangkal petir
- Terdapat instalasi penangkal petir
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
- Menyediakan sistem alarm kebakaran di rumah sakit dengan jumlah yang cukup.
- Tersedia sistem deteksi api dan asap kebakaran di rumah sakit.
- Tersedia alat pemadam api/kebakaran di rumah sakit dengan jumlah yang cukup dan
sesua idengan persyaratan yang berlaku.
- Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi pasien apabila terjadi
kebakaran dirumah sakit.
- Diadakannya simulasi/latihan secara teratur tentang pencegahan dan
pengendaliankebakaran.
- Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan / simulasi
tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran.
d. Sistem komunikasi
- Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik
- Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat
- Instalasi kabel terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik
- Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan berfungsi dengan baik
- Tersedia sistem tata suara pusat ( central sound sistem )
- Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV
e. Gas medis
- Tersedia gas medis berupa gas oxigen (O2) dengan sistem sentral dan tabung
f. Limbah cair
- Tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya
g. Pengolahan limbah padat
- Tersedia tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria limbah
- Terdapat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan berfungsi dengan baik

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 18


3. Standar peralatan Rumah Sakit
a. Memiliki perizinan
b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala sesuai jadwal
c. Tersertifikasi oleh badan atau lembaga terkait
d. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di RSU AT MEDIKA dilakukan sesuai dengan
indikasi medis pasien
e. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi di bidangnya
f. Pemeliharaan peralatan di dokumentasikan dan di evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan

IV. PENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN


A. KATEGORI B3
1. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik, atau partikel radioaktif yang mampu
mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya
2. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan
kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat
dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau
bantingan dapat menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan
kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala.
4. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas
(eksothermis)
5. Racun.
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
ap0abila masuk kedalam tubuh melalui pernapasa, kulit atau mulut.
6. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja.
7. Karsinogenenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 19


9. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
10. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
11. Arus listrik

B. FAKTOR YANG MENDUKUNG TIMBULNYA SITUASI BERBAHAYA/TINGKAT BAHAYA


1. Cara b3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan penyebaran melalui kulit.
Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari b3 akan masuk ke
dalam tubuh bersama udara yang dihirup.
2. Konsentrasi dan lama paparan.
3. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam b3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,
menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan.
4. Kerentanan calon korban paparan b3, karena masing-masing individu mempunyai dya tahan tubuh yang berbeda
terhadap pengaruh bahan kimia.

C. PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN B3


1. Indentifikasi semua b3 dan installasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau
instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendaliaan sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan meliputi:
a. Pengendalian operasional, seperti eleminasi , substitusi, ventilasi, Penggunaan alat pelindung diri, dan menjaga
higiene perorangan.
b. Pengendalian organisasi adimistrasi, seperti pemasangan lebel, penyediaan msds, pembuatan prosedur kerja,
pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan pendidikan atau pelatihan.
c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
d. Pembatasan keberadaan b3 ditempat kerja sesuai jumlah ambang.
4. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya antara lain :
a. Upayakan subtitusi, yaitu menggati penggunaan bahan berbahaya dengan yang kurang berbahaya..
b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin dengan cara memilih proses
kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat di pesan sesuai kebutuhan
sehingga resiko dalam penyimpanan kecil.
c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan berbahaya yang menyangkut sifat
berbahaya, cara penenganan, cara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau
bocoran/tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut bahan berbahaya
yang bersangkutan.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 20


d. Upayakan agar pekerjaan memakai alat perlindungan diri yang sesuai atau tepat melaui pengujian, pelatihan dan
pengawasan.
e. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan
memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan jelas.
f. Tempat Penyimpanan bahan – bahan berbahaya harus dalam keadaan aman,, bersih dan terpelihara dengan
baik.
g. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara instalasi menggunakan teknologi
yang tepat dan upayakan pemanfaatan kembali atau daur ulang.

D. PENGADAAN JASA DAN BAHAN BERBAHAYA


Setiap unit kerja/Instalasi yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3 harus
menginformasikan kepada Instalasi Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali mengajukan
permintaan bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3.
Pengadaan B3 dilakukan dengan cara sistem pembelian langsung bila dibutuhkan dalam
jumlah kecil/sedikit dan dilakukan dengan pihak rekanan jika dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Pembelian dilakukan dengan memperhatikan kualitas sesuai dengan spesifikasi yang sudah di
tentukan, tersedia MSDS dan kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan.

E. PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


1. Penanganan untuk personil
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan
b. Baca petunjuk pada kemasan
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan sesuai petunjuk
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan, hindari
terjadinya tumpahan/kebocoran.
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/kecelakaan
atau nyaris kecelakaan (accident atau near miss) melalui formulir yang telah di sediakan dan
alur yang telah di tetapkan.
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium,radiologi, farmasi, dan tempat penyimpanan,
penggunaan dan pengelola B3 yang ada di Rumah Sakit harus di tetapkan sebagai daerah

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 21


berbahaya, serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada
seluruh penghuni Rumah Sakit
3. Penanganan administrative
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus di beri tanda sesuai potensi
bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk menangani B3 antara lain :
a. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3 dll.

V. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS


A. KRITERIA TENAGA K3
1. S1 kesehatan minimal 1 orang, yang mendaptkan pelatihan mengenai K3
2. Dokter/dokter gigi minimal 1 orang, yang mendaptkan pelatihan mengenai K3
3. Tenaga perawat/bidan minimal 1 orang, yang mendaptkan pelatihan dalam bidang K3
4. Tenaga teknis lainnya minimal 1 orang yang mendap0atkan p0elatihan dalam bidang K3
B. PROGRAM PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM K3
Program pelatihan yang dikembangkan untuk SDM Rumah Sakit setidaknya mempunyai unsur :
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan K3
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM Rumah Sakit di bidang K3
5. Ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang
dibuktikan dengan sertifikat
6. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima
7. Evaluasi pelatihan yang telah diterima

VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN PENCATATAN DAN PELAPORAN


A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan dan pengawasan
tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan
melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, dan lain-lain.
Pengawasan pelaksanaan K3RS dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal,
yang dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah Sakit dan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh
Menteri Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 22


Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-
masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi
K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke Direktur Rumah
Sakit.
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun dan menyediakan
data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanakan kegiatan K3, mencatat
dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai
dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus
(tidak terjadwal).
Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester dan tahunan) dilakukan sesuai
dengan jadual yang telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan
sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3

C. ALUR PELAPORAN K3

Direktur

Tim K3

Unit Kerja

Formulir pelaporan kasus/kejadian K3 di isi di ruangan tempat kejadian/kasus, kemudian dilaporkan oleh kepala
ruang dan menyerahkan formulir kasus yang telah diisi lengkap kepada sekretaris K3. Tim K3 melaporkan
Kasus secara tertulis kepada direktur setiap akhir tahun atau insidentil.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 23


BAB V
LOGISTIK

Peralatan/bahan, dan fasilitas penunjang lainnya dalam penyelenggaraan kegiatan K3 di tempatkan di masing-
masing unit kerja dan sarana sesuai kebutuhan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 24


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien diupayakan dengan mengelola sarana dan prasarana, peralatan,pelayanan rumah sakit
agar aman bagi pasien.
Kelengkapan sarana yang berkaitan dengan phisik gedung atau bangunan rumah
s a k i t d e n g a n mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan pengunjung rumah
sakit.fasilitas perlengkapan tersebut meliputi :
 Pegangan pada tepi tangga.
 Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil.
 Pintu dapat dibuka dari luar.
 Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi.
 Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman.
 Pasokan oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti kamar operasi, icu/nicu, IGD.
 Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat.
 Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam
 Tersedianya CCTV

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 25


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pelaksanaan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.keselamatan kerja bagi pegawai
diupayakan melalui kegiatan-kegiatan seperti :
 Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
 Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan pra pekerjaan terhadap semua calon pegawai.
 Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala sesuai ketentuan.
 Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
 Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap berisiko di lingkungan rumah sakit.
 Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat pelindung diri sesuai
ketentuan yang berlaku.
 Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
bidang K3. Bila ada partisipasi aktif dari seluruh pegawai dan unit kerja terkait,
 Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yaitu suatu sistem yang
mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja saat sedangmelakukan
pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman,sistem ini dapat
terlaksana.
 Pengadaan barang beracun, dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi antara pengguna,
panitia K3 dan departemen logistik, dan dalam hal pengadaan barang B3 perlu disertakan lembar data
keselamatan/material safety data sheet (MSDS) dari rekanan pemasok.
 Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan dalam peraturanperundang-
undangan.
 Rumah sakit harus menyediakan fasilitas untuk menangani limbah seperti ipal untuk limbah cair dan
pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelola oleh pihak kedua (dari luar rumah sakit).
 Rumah sakit wajib menyediakan fasilitas sanitasi.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 26


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Peningkatan mutu k3 rumah sakit, meliputi :


 Ada pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan kasus K3.
 Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian k3 di rumah sakit oleh panitia K3 rumah sakit.
 Hasil analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada direktur rumah sa

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 27


BAB IX
PENUTUP

Pengelolaan K3 di RSKDIA Pertiwi penting artinya untuk terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat
dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
Dengan tersusunnya pedoman ini, diharapkan upaya-upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
RSKDIA Pertiwi dapat ditingkatkan.

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 28


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbal ‘Alamiin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
petunjukNya sehingga buku Pedoman Pelayanan K3 ini dapat terselesaikan.
Buku Pedoman ini terdiri dari 9 BAB,di susun mengacu pada sistematika penyusunan Pedoman
Pelayanan Unit Kerja sesuai dengan panduan penyusunan dokumen akreditasi yang di susun oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit 2012.
Dengan adanya buku pedoman ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi manajemen Rumah Sakit,
khususnya pengelola kesehatan dan keselamatan kerja dan pekerja RSKD Ibu dan Anak pertiwi Makassar
dalam melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan buku pedoman pelayanan K3 RSKD Ibu dan Anak Pertiwi
ini sangat kami harapkan.

Wassalam,

Tim Penyusun

Rumah Sakit Umum AT MEDIKA 29

Anda mungkin juga menyukai