Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DISLOKASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

Anggota :

1. Mery Dwi Mumpuni ( 13082 )


2. Mytha Larasari R ( 13083 )
3. Naning Willy V ( 13084 )
4. Nur Afifah Larasati ( 13036 )
5. Novita S (13086)
6. Nur Asiah (13087)

TINGKAT II A

AKADEMI KEPERAWATAN INSAN


HUSADA SURAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem muskuloskeletal yang berjudul ” Askep
Dislokasi” tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih
banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk
kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh
kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau
benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari dislokasi?
2. Apa saja klasifikasi dislokasi ?
3. Apa Etiologi dari dislokasi?
4. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
5. Apa saja manifestasi dari dislokasi?
6. Apa saja komplikasi dislokasi ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari dislokasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dislokasi ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dislokasi
2. Mengetahui klasifikasi dari dislokasi
3. Mengetahui etiologi dari dislokasi
4. Mengetahui patofisiologi pada dislokasi
5. Mengetahui manifestasi dari dislokasi
6. Mengetahui komplikasi dari dislokasi
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari dislokasi
8. Mengetahuui bagaimana penatalaksanaan dislokasi
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dislokasi
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
1. DEFINISI
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur,
dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah,
hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan
tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

2. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi sendi rahang
- Menguap terlalu lebar
- Terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya
2. Dislokasi sendi rahang
- pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior dan
medial glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
3. Dislokasi sendi siku
- merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang menyebabkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku berubah bentuk dengan
kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
4. Dislokasi sendi jari
- Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong dg
segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat mengalami
dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
5. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
- Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian
6. Dislokasi Panggul
- Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
- Paling sering terjadi ke arah lateral.
- Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
- Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.

3. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3.Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
 Tidak diketahui
 Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
 akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
 Trauma akibat kecelakaan.
 Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
 Terjadi infeksi disekitar sendi.

4. PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong


kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit
kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan
ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi
terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari tempatnya maka
mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,akibatnya sendi itu akan
mudah mengalami dislokasi lagi.

5. PATHWAYS
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan

7. KOMPLIKASI
Dini :
1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3). Fraktur disloksi.
Komplikasi lanjut :
1). Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2). Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3). Kelemahan otot.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :

1. Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk


membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan


komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi
tidak berada pada tempatnya.

3. MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan


frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat
diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti
halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

9. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :

1. Medis

a Farmakologi

Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

b Pembedahan

 Operasi ortopedi

Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada


pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi:

 Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang


patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.

 Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.

 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang


memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

2. Non medis

a Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi

jika dislokasi berat.

b Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)


BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini
bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri,
deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi
anterior bahu.
e. Rasa nyaman (nyeri)
Pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi
yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
f. Gerak dan aktivitas
Pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula
harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat
mengganggu gerak dan aktivitas klien.
g. Makan minum
Pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
h. Rasa aman (ansietas)
Klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau
cemas(ansietas) dengan kondisinya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
d. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.

3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
KH : - Klien tidak meringis lagi
-Klien tampak rileks

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri Untuk mengetahui intensitas nyeri
2. Berikan posisi rileks pada pasien Posisi relaksasi pada pasien dapat
mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.
3. Ajarkan teksnik relaksasi distraksi Tehnik relaksasi dan distraksi dapat
mengurangi rasa nyeri.
4. Berikan lingkungan yang nyaman, Meningkatkan relaksasi pasien
dan aktifitas hiburan.
5. Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik mengurangi nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
Tujuan : Mobilitas fisik teratasi
KH :
a). Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari).
b). Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tingkat kaji mobilitas pasien Menunjukkan tingkat mobilisasi
pasien dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Berikan latihan ROM Memberikan latihan ROM kepada
klien untuk mobilisasi.
3. Anjurkan penggunaan alat Alat bantu memperingan mobilisasi
bantu jika diperlukan. pasien.
4. Monitor tonus otot Untuk mendapatakan data yang
akurat.
5. Membantu pasien untuk Dapat membantu pasien untuk
imobilisasi baik dari perawat imobilisasi
maupun keluarga.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna
atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH :
a).Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal.
b). Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
c). Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk Mengidentifikasi defisiensi,
makan yang disukai. memudahkan intervensi.
2. Observasi dan catat masukkan Mengawasi masukkan kalori atau
makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3. Berikan makan sedikit dengan Menurunkan kelemahan,
frekuensi sering dan atau meningkatkan pemasukkan dan
makan diantara waktu makan. mencegah distensi gaster.
4. Kolaborasi pada ahli gizi untuk Membantu dalam rencana diet untuk
rencana diet. memenuhi kebutuhan individual.
5. Kolaborasi berikan obat sesuai Obat yang tepat mnegurangi resiko
indikasi. masalah nutrisi lebih lanjut.

4. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk


tubuh.
Tujuan : Gangguan Body Image
KH :
a). Pasien merasa percaya diri

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji konsep diri pasien Dapat mengetahui gambaran diri pasien
2. Kembangkan BHSP dengan pasien Menjalin saling percaya pada pasien
3. Bantu pasien mengungkapkan Menjadi tempat bertanya pasien untuk
masalahnya mengungkapkan masalahnya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian
rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B. SARAN
Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam
pemberian asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Aston, J N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta : EGC.


Betz, Cecily l. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai