DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Anggota :
TINGKAT II A
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem muskuloskeletal yang berjudul ” Askep
Dislokasi” tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih
banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi sendi rahang
- Menguap terlalu lebar
- Terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya
2. Dislokasi sendi rahang
- pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior dan
medial glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
3. Dislokasi sendi siku
- merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang menyebabkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku berubah bentuk dengan
kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
4. Dislokasi sendi jari
- Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong dg
segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat mengalami
dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
5. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
- Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian
6. Dislokasi Panggul
- Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
- Paling sering terjadi ke arah lateral.
- Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
- Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.
3. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3.Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
Tidak diketahui
Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
Trauma akibat kecelakaan.
Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
Terjadi infeksi disekitar sendi.
4. PATOFISIOLOGI
5. PATHWAYS
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan
7. KOMPLIKASI
Dini :
1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3). Fraktur disloksi.
Komplikasi lanjut :
1). Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2). Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3). Kelemahan otot.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar-X (Rontgen)
3. MRI
9. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a Farmakologi
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
b Pembedahan
Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
2. Non medis
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini
bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri,
deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi
anterior bahu.
e. Rasa nyaman (nyeri)
Pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi
yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
f. Gerak dan aktivitas
Pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula
harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat
mengganggu gerak dan aktivitas klien.
g. Makan minum
Pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
h. Rasa aman (ansietas)
Klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau
cemas(ansietas) dengan kondisinya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
d. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.
3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
KH : - Klien tidak meringis lagi
-Klien tampak rileks
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri Untuk mengetahui intensitas nyeri
2. Berikan posisi rileks pada pasien Posisi relaksasi pada pasien dapat
mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.
3. Ajarkan teksnik relaksasi distraksi Tehnik relaksasi dan distraksi dapat
mengurangi rasa nyeri.
4. Berikan lingkungan yang nyaman, Meningkatkan relaksasi pasien
dan aktifitas hiburan.
5. Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik mengurangi nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
Tujuan : Mobilitas fisik teratasi
KH :
a). Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari).
b). Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tingkat kaji mobilitas pasien Menunjukkan tingkat mobilisasi
pasien dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Berikan latihan ROM Memberikan latihan ROM kepada
klien untuk mobilisasi.
3. Anjurkan penggunaan alat Alat bantu memperingan mobilisasi
bantu jika diperlukan. pasien.
4. Monitor tonus otot Untuk mendapatakan data yang
akurat.
5. Membantu pasien untuk Dapat membantu pasien untuk
imobilisasi baik dari perawat imobilisasi
maupun keluarga.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna
atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH :
a).Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal.
b). Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
c). Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk Mengidentifikasi defisiensi,
makan yang disukai. memudahkan intervensi.
2. Observasi dan catat masukkan Mengawasi masukkan kalori atau
makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3. Berikan makan sedikit dengan Menurunkan kelemahan,
frekuensi sering dan atau meningkatkan pemasukkan dan
makan diantara waktu makan. mencegah distensi gaster.
4. Kolaborasi pada ahli gizi untuk Membantu dalam rencana diet untuk
rencana diet. memenuhi kebutuhan individual.
5. Kolaborasi berikan obat sesuai Obat yang tepat mnegurangi resiko
indikasi. masalah nutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji konsep diri pasien Dapat mengetahui gambaran diri pasien
2. Kembangkan BHSP dengan pasien Menjalin saling percaya pada pasien
3. Bantu pasien mengungkapkan Menjadi tempat bertanya pasien untuk
masalahnya mengungkapkan masalahnya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian
rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
B. SARAN
Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam
pemberian asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta