Anda di halaman 1dari 389

Prediksi UKMPPD

November 2017
1
Wanita, 24 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan mata kanan-
kiri merah sejak 3 minggu lalu. Selain itu mata dirasakan nyeri,
silau, dan penglihatan buram. Tidak ada riwayat trauma dan
pemakaian kontak lensa. Keluhan ini pernah dirasakan 2 bulan
yang lalu. Pada pemeriksaan lokalis mata didapatkan VODS
20/200, injeksi silier (+), terdapat keratik presipitat, kedalaman
bilik mata depan sedang, fibrin (+), pupil ireguler, sinekia posterior
(+). Apa terapi awal yang diberikan?
A. Tetes mata steroid
B. Tetes mata antibiotik
C. Tetes mata antiglaukoma
D. Tetes mata kombinasi steroid dengan antibiotik
E. Salep mata steroid
Pembahasan
• Wanita, 24 tahun
• Mata kanan-kiri merah 3 minggu
• Nyeri, silau, dan penglihatan buram
• Riwayat trauma (-), kontak lensa (-)
• Pernah dirasakan 2 bulan yang lalu
• Pemeriksaan lokalis mata  VODS 20/200,
injeksi silier (+), keratik presipitat (+),
kedalaman bilik mata depan sedang, fibrin (+),
pupil ireguler, sinekia posterior (+)
• Apa terapi awal yang diberikan?
Penyebab Uveitis Anterior
Unilateral, akut (<3bulan) Bilateral
• Idiopatik
• HLA-B27
• Sarcoidosis
• Behçet's disease • Lyme disease
• Sarkoidosis • Fuchs heterochromic
• Trauma iridocyclitis (rare cause)
• Infections (herpes, CMV,
syphilis, endophthalmitis) • Juvenile idiopathic
Unilateral, kronik arthritis
• Infeksi (Herpes, retinal • Retinal necrosis
necrosis, CMV, Syphilis,
Rubella) • Tubulointerstitial
• Sarkoidosis nephritis and uveitis
• Endophthalmitis Kronik syndrome
Gejala Uveitis Anterior
• Visus : biasanya turun
• Conjunctiva: injeksi perilimbal (ciliary flush)
• Cornea: Keratic precipitates (KPs), keratopathy , stroma
• Anterior chamber: Flare, cells, hipopion (jika ada,
berhubungan dengan HLA-B27, Behçet disease
• Iris: sinekia posterior, atrofi iris, heterokromia,
iridosiklitis
• Lens dan vitreous: Posterior subcapsular cataracts (jika
sering iritis)
• Posterior segment: edema saraf optik, vasculitis,
retinochoroiditis.
Keratic precipitates (KPs),
Keratic precipitates (KPs),

Hipopion Atrofi iris


Tatalaksana Uveitis Anterior
• Steroid: mengurangi peradangan karena
patofisiologi utama uveitis anterior adalah
proses peradangan
• Siklopegik (atropin): mencegah sinekia
posterior akibat inflamasi kronik terutama
pada iris
A. Tetes mata steroid
B. Tetes mata antibiotik
C. Tetes mata antiglaukoma
D. Tetes mata kombinasi steroid dengan antibiotik
E. Salep mata steroid
2
Anak perempuan, usia 5 tahun datang bersama ibunya ke
Puskesmas dengan keluhan mata merah dan berair sejak 3 hari ini.
Keluhan seperti ini sering terjadi, anak sering bersin-bersin di pagi
hari, lalu membaik dengan sendirinya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal dan pada pemeriksaan
status lokalis mata didapatkan injeksi konjungtiva ringan ODS
disertai dengan giant papil pada konjungtiva palpebra superior.
Apakah diagnosis anak tersebut?
A. Konjungtivitis virus
B. Konjungtivitis vernal
C. Konjungtivitis non spesifik
D. Keratitis bacterial
E. Keratitis alergi
Pembahasan
• Anak usia 5 tahun
• Mata merah dan berair 3 hari ini
• Sering bersin-bersin di pagi hari
• Pemeriksaan fisik  tanda vital dbn, status lokalis
mata injeksi konjungtiva ringan ODS, giant papil
(+)
• Apakah diagnosis anak tersebut?
Konjungtivitis Vernal
• Inflamasi kronik pada konjungtiva akibat
reaksi alergi
• Biasanya ada riwayat alergi pada individu
maupun keluarga
– Rinitis alergi, asma, eksim
– Paling sering pada laki-laki usia muda, pada
musim semi atau panas
Keratokonjungtivitis Vernal
3 Bentuk klinis:
Palpebral: bentuk jalan Bulbar: kongesti di
batu (cobblestone), jika limbus, muncul bulatan
parah bisa hipertrofi dan seperti tasbih (Tranta’s
menjadi seperti bunga spots)
kol (giant papillae)

Bisa juga bentuk Mix: gabungan Palpebral dan Bulbar


Penatalaksanan Konjungtivitis
(PPK Fasyankes Primer)
Pemberian obat mata topikal
1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol drops 6x1 atau salep 3x1
selama 3 hari.
2. Pada alergi: Flumetolon drops 2x1 selama 2 minggu.
3. Pada konjungtivitis gonore: Kloramfenikol drops 0,5-1% 1
tetes/jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB
tiap hari sampai tidak ditemukan kuman GO pada sediaan apus
selama 3 hari berturut-turut.
4. Pada konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5 kali sehari
selama 10 hari.

Flumetolon adalah kortikosteroid topikal. Penatalaksanaan


konjungtivitis vernal sebenarnya dapat menggunakan: antihistamin
topikal, NSAID, ataupun kortikosteroid. Bergantung pada keparahan
2
A. Konjungtivitis virus
B. Konjungtivitis vernal
C. Konjungtivitis non spesifik
D. Keratitis bacterial
E. Keratitis alergi
3
Anak perempuan, usia 3 tahun dibawa orang tuanya ke
Puskesmas dengan keluhan penurunan ketajaman
penglihatan. Keluhan dirasakan terutama pada sore hari
saat hari gelap. Pasien sering mengucek mata. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam
batas normal, pada pemeriksaan lokalis mata didapatkan
xerosis pada kornea. Apa tatalaksana yang diberikan pada
anak ini?
A. Tetrasiklin
B. Eritromisin
C. Suplementasi vitamin A
D. Tetes mata lubrikan
E. Kloramfenikol
3
• Anak perempuan, usia 3 tahun
• Penurunan ketajaman penglihatan  sore
hari saat hari gelap
• Sering mengucek mata
• Pemeriksaan lokalis mata  xerosis kornea
• Apa tatalaksana yang diberikan pada anak
ini?
Night Blindness
• Buta senja atau rabun senja, disebut juga
nyctalopia atau hemarolopia
• Merupakan ketidakmampuan untuk melihat
dengan baik pada malam hari atau pada
keadaan gelap
• Hal ini terjadi akibat kelainan pada sel batang
retina yang berperan pada penglihatan gelap
• Penyebab buta senja adalah defisiensi vitamin
A dan retinitis pigmentosa
Pemeriksaan Fisik
Kekeringan (xerosis) konjungtiva
bilateral
Terdapat bercak bitot pada konjungtiva

Xerosis kornea

Ulkus kornea dan sikatriks kornea

Kulit tampak xerosis dan bersisik


Nekrosis kornea difus atau
keratomalasia
3 Tahap Perubahan Permukaan Mata
Pada Xeroftalmia Menurut WHO:

XN  Dengan nightblindness saja

X1A  xerosis konjungtiva tanpa Bitot spot

X1B  xerosis konjungitva dengan Bitot spot

X2  xerosis kornea

X3A  ulkus kornea dengan keratomalasia kurang dari 1/3 luas kornea

X3B  ulkus kornea dengan keratomalasia lebih dari 1/3 luas kornea
Bintik Bitot
Xerosis = kering
Tatalaksana Xerophtalmia
Suplementasi Vitamin A pada
Xeroftalmia bergantung pada usia!
• <6 bulan : 50.000 IU
• 6-12 bulan : 100.000 IU
• >1 tahun : 200.000 IU
• Wanita hamil : maksimal 10.000
IU/hari
• Wanita menyusui : 200.000 IU
A. Tetrasiklin
B. Eritromisin
C. Suplementasi vitamin A
D. Tetes mata lubrikan
E. Kloramfenikol
4
Seorang petani perempuan berusia 32 tahun datang ke
Poliklinik dengan keluhan mata kanan berair sejak 3 hari
lalu. Pasien juga merasa seperti ada yang mengganjal di
kelopak mata atas kanannya. Pada pemeriksaan mata
didapatkan VOD 6/6, terdapat selaput putih berbentuk
segitiga seperti pada gambar dibawah ini. Termasuk grade
berapa penyakit pasien ini?
A. Pterygium grade I
B. Pterygium grade II
C. Pterygium grade III
D. Pterygium grade IV
E. Pseudopterigium
Pembahasan
• Seorang petani, usia 32 tahun
• Keluhan mata kanan berair 3 hari
• Mengganjal di kelopak mata atas kanan
• Pemeriksaan mata  VOD 6/6, selaput
putih berbentuk segitiga
• Termasuk grade berapa penyakit pasien ini?
Pterygium Grade

I: sampai limbus
II: sampai 2 mm
kornea
III: sampai pupil
IV: melewati 1/2 pupil
Bagaimana membedakan pterygium
dengan pseudopterygium?
• Pseudopterygium diakibatkan oleh
sikatriks, bukan akibat degenerasi/paparan
sinar UV, tidak hanya dari nasal, tidak hanya
pada orang usia lanjut.

Pada tes sonde,


sonde dapat
masuk ke bawah
pseudopterigium!
Pterygium dan Pinguecula
A. Pterygium grade I
B. Pterygium grade II
C. Pterygium grade III
D. Pterygium grade IV
E. Pseudopterigium
5
Perempuan, usia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan kelopak mata kanan robek setelah terkena
bambu. Keluhan disertai perdarahan dan nyeri pada mata
kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital dalam batas normal, dan pada status lokalis okuli
dextra didapatkan VOD 6/6, laserasi palpebra bagian
temporal dengan panjang 3 cm dan kantus lateral dalam
batas normal. Apa tatalaksana awal pada pasien ini?
A. Pasang infus, cuci luka, bebat, antibiotik iv, rujuk
B. Debridement, cuci luka, bebat, rujuk
C. Pasang infus, ATS, bebat, rujuk
D. Langsung rujuk
E. Jahit kondisional, jahit otot, jahit kulit, rujuk
Pembahasan
• Perempuan, usia 35 tahun
• Kelopak mata kanan robek  bambu
• Perdarahan
• Nyeri pada mata kanan
• Pemeriksaan fisik  TTV normal, status lokalis
VOD 6/6, laserasi palpebra bagian temporal
dengan panjang 3 cm dan kantus lateral
normal
• Apa tatalaksana awal pada pasien ini?
Laserasi Kelopak Mata
• Laserasi kelopak adalah terpotongnya jaringan
pada kelopak mata.
• Penyebab laserasi kelopak :
– Sayatan benda tajam
– Trauma tumpul (kecelakaan lalu lintas atau olahraga)
– Gigitan hewan
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Terdapat rasa nyeri periorbita
Perdarahan dan bengkak pada Pemeriksaan refleks pupil dan
kelopak tajam penglihatan
Mata berair Pemeriksaan mata dengan lup dan
Tidak terdapat penurunan tajam senter untuk mengidentifikasi:
penglihatan bila cedera tidak • Luas dan dalamnya laserasi pada kelopak,
melibatkan bola mata termasuk identifikasi keterlibatan tepi
kelopak, kantus medial atau kantus lateral
• Adanya benda asing
• Keterlibatan bola mata
Tatalaksana
Bersihkan luka apabila diyakini bola mata intak

Pertimbangkan pemberian profilaksis tetanus

Berikan antibiotik sistemik

Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk


mendapatkan penanganan secepatnya
A. Pasang infus, cuci luka, bebat, antibiotik iv,
rujuk
B. Debridement, cuci luka, bebat, rujuk
C. Pasang infus, ATS, bebat, rujuk
D. Langsung rujuk
E. Jahit kondisional, jahit otot, jahit kulit, rujuk
6
Seorang perempuan, usia 50 tahun datang ke Poliklinik
dengan keluhan penglihatan kabur secara perlahan-lahan.
Keluhan semakin lama semakin memberat sejak 1 tahun
terakhir. Mata merah (-), trauma (-). Pada pemeriksaan
fisik didapatkan visus ODS 5/40 tidak maju dengan
pinhole, kornea jernih, bilik mata depan dalam, lensa
keruh, shadow test (+). Pemeriksaan funduskopi dalam
batas normal. Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Matur
B. Imatur
C. Hipermatur
D. Juvenile
E. Morgagnian
Pembahasan
• Perempuan 55 tahun
• Penglihatan kabur secara perlahan-lahan
• Semakin berat sejak 1 tahun terakhir
• Mata merah (-) dan trauma (-)
• Visus ODS 5/40 tidak maju dengan pinhole
• Kornea jernih, bilik mata depan dalam, lensa
keruh, shadow test (+)
• Diagnosis?
Katarak
• Definisi: Kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan
• Faktor risiko:
– Usia lebih dari 40 tahun
– Riwayat penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus
– Pemakaian steroid sistemik/tetes mata steroid
secara rutin
– Merokok
– Pajanan sinar matahari berkepanjangan
Tanda dan Gejala
• Visus tidak membaik dengan pinhole
• Pemeriksaan shadow test positif (katarak
imatur), negatif (katarak matur).
• Terlihat kekeruhan lensa.
Stadium Katarak
• Insipien: bentuk paling awal, visus masih
tidak terganggu
• Imatur: keruh parsial, shadow test (+)
• Matur: keruh total, shadow test (-)
• Hipermatur: lensa menyusut, kapsul
anterior berkerut
• Morgagni: Liquefaksi korteks lensa,
nukleus lensa jatuh ke inferior
Ilustrasi Jenis Katarak
Komplikasi Pasca Operasi Katarak
• Endoftalmitis
• Cystoid macular edema (bengkak dan cairan
pada makula)
• Edema kornea
• Hifema
• Ablasio retina
Komplikasi Pasca Operasi Katarak
Dan dalam jangka panjang:
• Glare
• Dislokasi IOL (lensa intraokular)
• Posterior capsular opacification
• Ablasio retina
• Glaukoma
• Astigmatisma atau strabismus
• Ptosis
A. Matur
B. Imatur
C. Hipermatur
D. Juvenile
E. Morgagnian
7
Anak laki-laki 8 tahun datang bersama ibunya
dengan keluhan selalu memicingkan matanya jika
melihat jauh sejak 3 tahun lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan VOS tidak bisa menjadi 6/6 meskipun
telah dikoreksi. Apa penyebab keluhan tersebut?
A. Gangguan gaya akomodasi
B. Retina tidak berkembang
C. Pupil N. II tidak berkembang
D. Retina tidak terbentuk
E. Kelainan bentuk kornea
Pembahasan
• Anak laki-laki 8 tahun
• Selalu memicingkan matanya jika melihat
jauh sejak 3 tahun lalu
• P. Ofthalmologi: VOS tidak bisa menjadi 6/6
meskipun telah dikoreksi
• Apa penyebab keluhan tersebut?
Ambliopia
• Kelainan mata unilateral di mana terjadi penurunan
ketajaman visual terkoreksi (BCVA) tanpa adanya
penyebab lain pada mata atau jalur penglihatan
• Biasanya diakibatkan oleh:
1. Deprivasi/ terhalangnya sinar yang masuk , contoh katarak
congenital
2. Strabismus
3. Anisometropia
• Mekanisme dasar terjadinya ambliopia adalah karena
makula tidak terangsang secara adekuat dalam masa
perkembangannya.
• Sama seperti otot dan otak, kalau mata tidak digunakan
 akan tidak berfungsi
• “If you don’t use it, you will loose it”
A. Gangguan gaya akomodasi
B. Makula tidak terangsang secara adekuat
C. Pupil N. II tidak berkembang
D. Retina tidak terbentuk
E. Kelainan bentuk kornea
8
Pria 24 tahun datang dengan keluhan benjolan
pada kelopak mata kiri sejak 1 minggu ini.
Benjolan tidak nyeri, tidak ada gangguan
pengelihatan, dan tidak merah. Diagnosis pada
pasien adalah...
A. Blefaritis
B. Hordeolum interna
C. Hordeolum eksterna
D. Kalazion
E. Dakrioadenitis
Pembahasan
• Pria 24 tahun
• Benjolan pada kelopak mata kiri sejak 1
minggu ini.
• Benjolan tidak nyeri, tidak ada gangguan
pengelihatan, dan tidak merah.
• Diagnosis ?
Hordeolum vs Chalazion
A. Blefaritis
B. Hordeolum interna
C. Hordeolum eksterna
D. Kalazion
E. Dakrioadenitis
9
Wanita 30 tahun mengeluh pandangan kabur saat
membaca jarak jauh. Pada pemeriksaan didapatkan VOS
6/20 koreksi S-1,25 menjadi 6/6 dan dikoreksi S-1,50
menjadi 6/6. VOD 6/15 koreksi S-0,75 menjadi 6/6.
Apakah lensa yang tepat untuk mengkoreksi kelainan
penglihatan mata kiri pada pasien ini?
A. S-1,25
B. S-1,75
C. S- 2,25
D. S-2,75
E. S-3,00
Pembahasan
• Wanita 30 tahun
• Pandangan kabur saat membaca jarak jauh
• Pada pemeriksaan didapatkan VOS 6/20
koreksi S-1,25 menjadi 6/6 dan dikoreksi S-
1,50 menjadi 6/6. VOD 6/15 koreksi S-0,75
menjadi 6/6
• lensa yang tepat untuk mengkoreksi
kelainan penglihatan mata kiri?
Pembahasan
“tidak mampu melihat benda di jarak jauh
dengan jelas”
• Ini jelas kasus rabun jauh (miopia)
Miopia
MIMI
MIopia=MInus
Bayangan jatuh di DEPAN retina

“Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang


menghasilkan tajam penglihatan terbaik”
Koreksi Hipermetropia
“Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat
yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik”

Koreksi Miopia:
“Koreksi dengan lensa sferis negatif
terlemah yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik”
A. S-1,25
B. S-1,75
C. S- 2,25
D. S-2,75
E. S-3,00
10
Laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan mata merah
sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan gatal,
nyeri dan keluar sekret mata. Riwayat terkena goresan
rumput 1 minggu lalu. Pemeriksaan yang dilakukan
pada pasien adalah…
A. Pewarnaan sekret dengan giemsa
B. Pewarnaan sekret dengan wright
C. KOH 10%
D. Tzank test
E. Ziell-nielsen
Pembahasan
• Laki-laki 30 tahun
• mata merah sejak 3 hari yang lalu.
• Pasien juga mengeluhkan gatal, nyeri dan
keluar sekret mata.
• Riwayat terkena goresan rumput 1 minggu
lalu.
• Pemeriksaan yang dilakukan ?
Keratitis Fungal
• Mata merah, visus turun, silau, nyeri, injeksi
konjungtiva, Riwayat kornea tergores
tumbuhan, infiltrat berbentuk lesi
satelit.
• Terapi antifungal:
– Amphotericin B
– Natamycin
– Miconazole
– Nistatin
Laboratory studies
• Kultur
• KOH 10% (sensitivitas 91%)
• Pewarnaan gram (sensitivitas 88,2%)
• Pewarnaa giemsa (sensitivitas 85,1)
Diskusi
• KOH 10% lebih sensitivitasnya lebih besar
daripada pewarnaan giemsa atau gram
A. Pewarnaan sekret dengan giemsa
B. Pewarnaan sekret dengan wright
C. KOH 10%
D. Tzank test
E. Ziell-nielsen
11
Laki-laki 50 tahun datang dengan keluhan
penglihatan ganda. Pasien mengaku bisa melihat
dengan baik jika 1 mata ditutup. Pasien
mempunya riwayat hipertensi. Diagnosis pada
pasien adalah…
A. Diplopia binokuler
B. Diplopia monookular
C. Ablasio retina
D. Retinitis pigmentosa
E. Heminopsia bitemporal
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun
• keluhan penglihatan ganda
• Pasien mengaku bisa melihat dengan baik
jika 1 mata ditutup
• Pasien mempunya riwayat hipertensi
• Diagnosis ?
Diplopia
• Persepsi bayangan ganda saat melihat satu benda.
• Diplopia bisa terjadi monokuler maupun binokuler.
• Jika bayangan ganda terjadi saat melihat dengan
satu mata (monokuler) atau dua mata (binokuler)
• Diplopia binokuler hilang jika salah satu mata
ditutup
• Jika bayangan dari suatu benda yang jatuh tidak
tepat pada fovea dari kedua retina, kemudian
bayangan tersebut muncul di dua tempat yang
berbeda terjadilah diplopia binokuler.
A. Diplopia binokuler
B. Diplopia monookular
C. Ablasio retina
D. Retinitis pigmentosa
E. Heminopsia bitemporal
12
Laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan mata
kanan terasa mengganjal sejak 4 bulan disertai
mata merah dan berair. Pada pemeriksaan
ditemukan bulu mata yang masuk ke dalam dan
menggores kornea. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah…
A. Tarsonomi
B. Bleparotomi
C. Epilasi
D. Bleparoplasty
E. Eksisi
Pembahasan
• Laki-laki 42 tahun
• mata kanan terasa mengganjal sejak 4 bulan
disertai mata merah dan berair
• PF: ditemukan bulu mata yang masuk ke
dalam dan menggores kornea.
• Tindakan yang dapat dilakukan ?
Trikiasis
Trikiasis
Bulu mata tumbuh mengarah ke arah
permukaan bola mata, sehingga dapat mengores
kornea atau konjungtiva

Gejala: mata berair, rasa menganjal atau


kelilipan
Dapat mengenai satu atau kedua mata

Faktor predisposisi: blefaritis, trakoma, trauma


mekanik/kimiawi, herpes zoster oftalmik, dan
berbagai kelainan yang menyebabkan timbulnya
sikatriks dan entropion
Tatalaksana:

Non-medikamentosa:
– Epilasi: pencabutan bulu mata dengan pinset.
mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.
Bulu mata akan tumbuh kembali dalam waktu 4
– 6 minggu, sehingga perlu diulang
Medikamentosa:
– Salep/tetes mata antibiotik topikal diberikan
sesuaijika:
Rujuk indikasi
visus turun, kerusakan kornea,
terapi tidak berhasil
A. Tarsonomi
B. Bleparotomi
C. Epilasi
D. Bleparoplasty
E. Eksisi
13
Wanita 55 tahun datang dengan keluhan mata kiri tiba-tiba
kabur sejak 3 jam yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala, mual dan muntah. Pasien tidak mempunyai riwayat
hipertensi. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan mata
kanan merah, injeksi silier, bilik mata depan dangkal, VOD
6/6, VOS 1/60, TIO mata kiri 49 mmHg. Diagnosis pada
pasien adalah…
A. Glaukoma sudut terbuka kronik
B. Glaukoma sudut tertutup akut
C. Glaukoma primer
D. Glaukoma sekunder
E. Ablasio retina
Pembahasan
• Wanita 55 tahun
• mata kiri tiba-tiba kabur sejak 3 jam yang lalu.
• Keluhan lain: nyeri kepala, mual dan muntah.
• tidak mempunyai riwayat hipertensi.
• Pemeriksaan oftalmologi: mata kanan merah,
injeksi silier, bilik mata depan dangkal, VOD
6/6, VOS 1/60, TIO mata kiri 49 mmHg
• Diagnosis?
Glaukoma
• Definisi: sekelompok penyakit dengan
karakteristik neuropati saraf
penglihatan yang disertai
kehilangan fungsi penglihatan
(misal: penurunan lapang pandang).
• Walaupun peningkatan tekanan intraokular
(TIO) memainkan peranan penting, tidak
harus ada peningkatan TIO.
Jenis Glaukoma
Dibedakan berdasarkan:
• Open/closed angle, dan

• Primer/sekunder:
– primer tanpa ada penyebab lain
– sekunder disebabkan trauma, katarak, dsb
90 persenan adalah primary open angle glaucoma (POAG)
Ini yang harus ada di glaukoma!
Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Akut
Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Akut
Minimal 2 dari gejala:
• Nyeri mata
• mual/muntah
• Riwayat penglihatan kabur intermiten dengan halo
Dan setidaknya 3 dari tanda:
• IOP > 21 mmHg
• Injeksi konjungtiva
• Edema kornea
• Pupil mid-dilatasi nonreaktif dan bilik mata depan
dangkal
Tatalaksana Akut PACG
Kompetensi 3B

1. Posisi tidur terlentang


2. Acetazolamide IV 500 mg, dilanjutkan 4 x 250 mg/hari
3. Betablocker (timolol 0,5%) 2 x 1 tetes/hari.
4. Kortikosteroid topikal 4-6 x 1 tetes/hari
5. KCl 0,5 gr 3 x 1/hari (PPK Fasyankes Primer)
6. Anagesik untuk nyeri, antiemetik untuk muntah
7. 1 jam setelah mulai tatalaksana  Pilokarpin 2 tetes
tiap 15 menit (tidak efektif kalau langsung diberikan
dari awal)

Definitif: Iridotomi perifer dengan laser: 24-48 jam setelah


TIO terkontrol
A. Glaukoma sudut terbuka kronik
B. Glaukoma sudut tertutup akut
C. Glaukoma primer
D. Glaukoma sekunder
E. Ablasio retina
14
Laki-laki 50 tahun datang dengan keluhan penglihatan ganda.
Keluhan mata merah dan nyeri disangkal. Apabila salah satu mata
ditutup keluhan hilang. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak
terkontrol dengan tekanan darah saat pemeriksaan 180/100
mmHg, visus 20/20. Hirschberg test ditemukan eksotropia 30
derajat pada mata kiri dan pupil isokor. Terdapat keterbatasan
gerak ke arah nasal pada mata kiri. Penyebab keluhan pasien
adalah gangguan pada…
A. Nervus II
B. Nervus III
C. Nervus IV
D. Nervus V
E. Nervus VI
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun
• penglihatan ganda
• Keluhan mata merah dan nyeri disangkal.
• Apabila salah satu mata ditutup keluhan hilang.
• riwayat hipertensi tidak terkontrol
• PF: TD 180/100 mmHg
• P. Ofthalmologi: visus 20/20. Hirschberg test
ditemukan eksotropia 30 derajat pada mata kiri
dan pupil isokor. Terdapat keterbatasan gerak ke
arah nasal pada mata kiri
• gangguan pada?
Strabismus

Kelaianan mata dengan


visual axis tidak mengarah
secara bersamaan ketitik
fiksasi

tidak terjadi fusi


(penyatuan 2 bayangan
yang diterima oleh retina)
sehingga terjadi diplopia.
Esotropia dan Exotropia
Nervus Otot Ekstra Okular

6 6

TIPS!
N 4 untuk lihat Paralisis nervus
hidung, menyebabkan otot
N6 untuk lirik
samping
4 menjadi tidak dapat
kontraksi
N3 semua sisanya
A. Nervus II
B. Nervus III
C. Nervus IV
D. Nervus V
E. Nervus VI
15
Seorang laki-laki, usia 21 tahun datang ke Poliklinik
dengan keluhan demam 2 hari. Keluhan disertai sulit
membuka mulut dan keluar banyak air liur. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit
dan suhu aksila 38,30C, didapatkan juga trismus 2cm, tonsil
membesar, detritus (+), uvula terdorong ke sisi kanan. Apa
diagnosis pasien di atas?
a. Tonsilitis akut
b. Tonsilitis kronik
c. Abses peritonsil
d. Abses retrotonsil
e. Abses bezold
Pembahasan
• Laki-laki, usia 21 tahun
• Demam 2 hari
• Sulit membuka mulut dan keluar banyak air liur
• Pemeriksaan fisik  febris, trismus 2cm, tonsil
membesar, detritus (+), uvula terdorong ke sisi
kanan
• Apa diagnosis pasien di atas?
Abses peritonsil
• Biasanya berawal dari tonsilitis akut dengan
bakteri yang terperangkap di kapsul tonsil
dan dinding faring.
• Paling sering menyebar ke retrofaringeal
dan dapat menyebabkan necrotizing fasciitis
Abses peritonsil
nama lain: quinsy
• Trismus
• Tonsil membesar unilateral
• Sakit tenggorokan parah
• Demam
• Banyak air liur
• Bau mulut
• Suara seperti makan kentang
panas (hot-potato voice)
Abses peritonsil
Tatalaksana

Aspirasi

Insisi dan drainase

Tonsilektomi quinsy jika


diperlukan (kronik/rekuren)
a. Tonsilitis akut
b. Tonsilitis kronik
c. Abses peritonsil
d. Abses retrotonsil
e. Abses bezold
16
Laki-laki, usia 23 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan keluar cairan yang berbau dari telinga kanan sejak
1 bulan yang lalu. Pasien merasa pendengaran telinga
kanan tidak sebaik telinga kiri. Sebelumnya pasien pernah
keluar cairan dari telinga saat usia 6 tahun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan fistula preaurikula dextra,
dan pada pemeriksaan otoskopi tampak perforasi
marginal. Apa diagnosis pasien ini?
A. OMA Stadium Supuratif
B. OMA Stadium Perforasi
C. OMSK Tubotimpani
D. OMSK Atikoantral
E. Otitis Media Efusi
Pembahasan
• Laki-laki, usia 23 tahun
• Keluar cairan yang berbau dari telinga kanan 1
bulan
• Pendengaran telinga kanan menurun
• Riwayat keluar cairan dari telinga saat usia 6
tahun
• Pemeriksaan fisik  fistula preaurikula dextra,
otoskopi tampak perforasi marginal
• Apa diagnosis pasien ini?
OMSK
• Definisi :
– Infeksi telinga tengah dengan perforasi
membran timpani disertai keluarnya cairan
terus menerus atau hilang timbul selama >2
bulan
• Sign and symptom :
– Keluar sekret dari telinga terus menerus atau
hilang timbul selama >2 bulan
– Riwayat keluar sekret sebelumnya
– Pendengaran menurun
Klasifikasi

OMSK tipe Aman OMSK tipe Maligna


(Tubotimpani) (Atikoantral)
• Perforasi sentral • Perforasi atik
atau pars tensa atau margninal
• Sekret mukoid • Sekret purulen
dan tidak terlalu dan berbau
bau • Kolesteatoma (+)
• Kolesteatoma (-)
Perforasi OMSK tipe Aman vs
Maligna
Aman
Maligna
Apa itu Kolesteatoma?
• Epitel skuamosa yang terperangkap dalam tulang
temporal sekitar terjadinya OMSK dan merusak struktur
penting di sekitarnya
• Berpotensi menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat,
meningitis, dan abses otak!
Komplikasi
• Labirinitis:
– Vertigo + gangguan pendengaran
• Mastoiditis
– Edema, eritema, dan nyeri di belakang telinga
• Meningitis
– Penurunan kesadaran, defisit neurologis, rangsang meningeal (+)
• Abses otak
– Penurunan kesadaran, defisit neurologis
• Paresis n. fasialis
Tatalaksana OMSK Tipe Aman
• Antibiotik
– Topikal : Ofloxacin, 2x4 tetes
– Sistemik (selama 7 hari):
• Amoxicillin 3x500 mg
• Amoxicillin-Asam klavulanat 3 x500 mg
• Ciprofloxacin 2x500 mg
• Lini II: Levofloxacin 1x500 mg atau Cefadroxil 2x500
• Anak:
– Amoxicillin – Asam klavulanat 25 – 50
mg/kgBB/hari
– Cefadroxil 25 – 50 mg/kgBB/hari
Tatalaksana OMSK Tipe Aman
• Membersihkan dan mengeringkan saluran
telinga
• Obat cuci telinga NaCl 0,9% / Asam Asetat
2% / Hidrogen Peroksida (H2O2) 3%

OMSK tipe maligna dirujuk


untuk operasi eradikasi
kolesteatoma + timpanoplasti!
A. OMA Stadium Supuratif
B. OMA Stadium Perforasi
C. OMSK Tubotimpani
D. OMSK Atikoantral
E. Otitis Media Efusi
17
Anak laki-laki berumur 12 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan nyeri telinga bagian kanan 3 hari. Sebelumnya ada keluhan
batuk berdahak, pilek dan demam. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit,
frekuensi napas 20 kali/menit dan suhu aksila 37,6oC, dan pada
pemeriksaan otoskopi ditemukan gambaran membran timpani
seperti pada gambar dibawah. Apakah kemungkinan diagnosis
pasien ini?
A. Otitis media akut stadium hiperemis
B. Otitis media akut stadium oklusi
C. Otitis media akut stadium supurasi
D. Otitis media akut stadium perforasi
E. Otitis media akut stadium resolusi
Pembahasan
• Anak laki-laki, 12 tahun
• Nyeri telinga kanan 3 hari
• Riwayat batuk berdahak, pilek dan demam
• Pemeriksaan otoskopi  membran timpani
bulging, hiperemis
• Apakah kemungkinan diagnosis pasien ini?
Otitis Media Akut (OMA)
• Definisi: Peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
• Peradangan terjadi selama <3 minggu.
Otitis Media Akut
Stadium oklusi • Telinga terasa penuh, Otalgia, Pendengaran 
tuba
Stadium • Otalgia , Demam, Rewel dan gelisah (pada bayi / anak), Muntah,
nafsu makan hilang, Anak biasanya sering memegang telinga yang
hiperemis nyeri

Stadium supurasi • Sama seperti stadium hiperemis

• Otorrhea, Intensitas keluhan berkurang (suhu turun, nyeri


Stadium perforasi mereda, bayi / anak lebih tenang

• Setelah sekret keluar, bila perforasi permanen, pendengaran


Stadium resolusi dapat tetap berkurang
Hasil Otoskopi
Tes Garpu Tala pada OMA
• Ditemukan tanda tuli konduktif, yaitu
– Rinne: (-)
– Weber: lateralisasi ke telinga yang sakit
– Schwabach: memendek pada telinga yang sakit
Penanganan OMA (Topikal)
• Pada stadium oklusi tuba, berikan obat yang
bisa membuka kembali tuba Eustachius.
• Pada stadium perforasi, berikan obat cuci
telinga.
Obat Cuci Telinga pada Stadium Perforasi
H2O2 3% 3x4 tetes di telinga yang sakit. Didiamkan selama 2-5 menit.
Asam asetat 2% 3x4 tetes di telinga yang sakit.
Ofloxacin 2x5-10 tetes di telinga yang sakit. Maksimal 2 minggu.
Pengobatan Sistemik OMA
• Antibiotik (amoksisilin, trimetoprim-
sulfametoksazol, amoksisilin-klavulanat,
eritromisin)
• Antihistamin (bila ada rhinitis alergi yang
menyertai)
• Dekongestan
• Analgesik atau antipiretik
A. Otitis media akut stadium hiperemis
B. Otitis media akut stadium oklusi
C. Otitis media akut stadium supurasi
D. Otitis media akut stadium perforasi
E. Otitis media akut stadium resolusi
18
Laki-laki berusia 50 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan nyeri di pipi kanan. Keluhan dirasakan semakin
memberat saat sore hari. Keluhan disertai dengan keluar
lendir berwarna kehijauan, kental, dan berbau dari lubang
hidung kanan, serta hidung tersumbat. Pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri tekan pada pipi kanan dan tes
transluminasi redup di pipi kanan. Pemeriksaan penunjang
apakah yang tepat pada pasien ini?
A. Foto Schedel
B. Foto Schuller
C. Foto Caldwell
D. Foto Waters
E. Rinoskopi posterior
Pembahasan
• Laki-laki, 50 tahun
• Nyeri di pipi kanan  memberat sore hari
• Lendir kehijauan, kental, dan berbau dari lubang
hidung kanan, hidung tersumbat
• Pemeriksaan fisik  nyeri tekan maxilla dextra
• Tes transluminasi  redup maxilla dextra
• Pemeriksaan penunjang apakah yang tepat pada
pasien ini?
Rinosinusitis
Radang mukosa sinus hidung dan sinus para
nasalis
• Pan sinusitis : radang semua sinus paranasal
• Multi sinusitis: radang beberapa sinus
paranasal
• Hemi sinusitis: radang satu sisi sinus
Paling sering

Paling sering

Sphenoid Sinus
Kriteria Diagnosis Rinosinusitis Akut AAO

Sekurangnya 2 faktor mayor, yang salah satu harus:


1. hidung tersumbat, atau
2. keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yang purulen
dan dapat disertai:
1. nyeri pada wajah
2. hiposmia / anosmia
HARUS KURANG DARI 12 minggu untuk akut!
Pemeriksaan
Rinoskopi anterior:
• Edema dan hiperemia konka
• Sekret mukopurulen
– Jika di meatus media: sinusitis maksila/etmoid anterior/frontal
– Jika di meatus superior: sinusitis etmoid posterior/sfenoid

Klasifikasi Rinosinusitis akut


1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari
2. Rinosinusitis akut pasca-viral:
a. Peningkatan intensitas gejala setelah 5 hari, atau
b. Persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu
3. Rinosinusitis akut bakterial: (minimal 3 gejala di bawah)
a. Sekret berwarna atau purulen
b. Nyeri pada wajah
c. Demam, suhu > 38°C
d. Peningkatan LED / CRP
e. Double sickening (perburukan setelah perbaikan)
Gejala PENTING!
Lokasi sinusitis berdasarkan Nyeri tekan!
• Pipi  maksila
• Antara/belakang bola mata  etmoid
• Dahi atau seluruh kepala frontal
• Verteks/oksipital/belakang bola
mata/mastoid  sfenoid (paling jarang)
Muara Sinus
• Sinus sfenoid  resesus sfenoetmoidal
• Sinus etmoid
– Posterior  meatus superior
– Media  meatus media
– Anterior  meatus media
• Sinus maksilaris  meatus media
• Sinus frontalis  meatus media
Caldwell: Sinus Frontal dan
Waters: Sinus Maksila
(etmoid)
Tatalaksana Rinosinusitis
FARMAKOLOGI
• Antibiotik (Amoksisilin/Eritromisin/
Sefadroksil)
• Dekongestan
(Pseudoefedrin/Fenilpropanolamin/Fenilef
rin)
• Analgetik dan antipiretik (Paracetamol)
A. Foto Schedel
B. Foto Schuller
C. Foto Caldwell
D. Foto Waters
E. Rinoskopi posterior
19
Anak perempuan, usia 5 tahun datang dibawa orang tuanya ke IGD
Rumah Sakit dengan keluhan tidak sengaja memasukkan manik
manik ke dalam hidung sebelah kanan. Keluhan baru diketahui ibu
pasien setelah anak mengeluhkan sakit pada hidung sebelah kanan.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan sekret banyak
dan benda bulat berwarna biru mengkilap pada cavum nasi dextra.
Bila dilakukan tindakan ekstraksi, sebaiknya dengan apa tindakan
dilakukan?
A. Klem lurus panjang
B. Pipet irigasi
C. Pinset anatomis
D. Suction
E. Ekstraktor hook
Pembahasan
• Anak perempuan, usia 5 tahun
• Tidak sengaja memasukkan manik ke hidung
kanan
• Nyeri pada hidung kanan
• Rinoskopi anterior  sekret banyak dan benda
bulat berwarna biru mengkilap pada cavum nasi
dextra
• Bila dilakukan tindakan ekstraksi, sebaiknya
dengan apa tindakan dilakukan?
Dua Macam Benda Asing di Hidung

Jenis Benda Asing Contoh


Hidung
Benda Hidup (organik) • Lintah
• Lalat
• Larva
• Dll
Benda Mati (non-organik) • Manik-manik
• Kertas
• Tisu
• Logam
• Baterai kecil
• Kacang-kacangan
• Dll
Gejala Benda Asing Hidung
• Hidung tersumbat
• Onset mendadak
• Umumnya unilateral
• Hiposmia atau anosmia
• Setelah 2-3 hari, muncul sekret
mukoid/mukopurulen dan berbau di satu sisi
hidung
• Bisa timbul nyeri
• Bila benda asing organik, terasa ada gerakan di
rongga hidung. Sumbatan oleh lintah akan semakin
memberat tiap hari.
Faktor Risiko Benda Asing di Hidung
• Usia ≤5 tahun
• Kegagalan mekanisme proteksi normal saat
benda asing masuk (sedang tertidur,
kesadaran menurun, alkoholisme, epilepsi)
• Adanya masalah kejiwaan/psikiatrik
Komplikasi Benda Asing Hidung
• Obstruksi bisa lebih masuk ke dalam
saluran napas lebih distal (laring atau
trakea).
• Larva/ulat/lintah bisa mendestruksi
mukosa dan kartilago hidung.
• Baterai bisa menyebabkan perforasi septum
dalam hitungan beberapa jam.
• Lalat (miasis hidung) bisa menginvasi ke
intrakranium dan menyebabkan meningitis.
Penanganan Benda Asing Hidung
• Ekstraksi benda asing dengan pengait
tumpul atau pinset.
• Untuk lintah, teteskan air tembakau ke
dalam rongga hidung dan biarkan 5 menit
hingga lintah terlepas dari mukosa hidung.
Setelah itu baru diekstraksi.
• Antibiotik oral selama 5 hari bisa
diberikan bila telah terjadi infeksi
sekunder.
Teknik Pengambilan Benda Asing dari
hidung/telinga
A. Klem lurus panjang
B. Pipet irigasi
C. Pinset anatomis
D. Suction
E. Ekstraktor hook
20
Laki-laki, usia 38 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan nyeri
belakang telinga sebelah kiri. Riwayat keluar cairan dari telinga kiri
yang berbau. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital
dalam batas normal, pemeriksaan otoskopi didapatkan perforasi
atik membrane timpani AS, sedangkan pada pemeriksaan lokalis
leher didapatkan benjolan sepanjang leher kiri hingga ke atas
klavikula kiri, hipermis, tampak fluktuatif, dan nyeri tekan. Apa
diagnosis yang paling mungkin?
A. Mastoiditis Akut
B. Abses leher dalam
C. Abses bezold
D. Abses postaurikuler
E. Abses temporal
Pembahasan
• Laki-laki, usia 38 tahun
• Nyeri belakang telinga sebelah kiri
• Riwayat keluar cairan dari telinga kiri, berbau
• Pemeriksaan otoskopi  perforasi atik
membrane timpani AS
• Pemeriksaan lokalis leher kiri  benjolan
sepanjang leher hingga ke atas klavikula,
hipermis, tampak fluktuatif, dan nyeri tekan
• Apa diagnosis yang paling mungkin?
Mastoiditis Akut
• Mastoiditis akut adalah suat infeksi bakteri pada
prosesus mastoideus hasil dari infeksi yang lama
pada telinga tengah
• Bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya
sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi
telinga tengah
• Bakteri paling sering  Streptococcus aureus
Pemeriksaan Fisik
Kemerahan pada kompleks mastoid

Keluarnya cairan

Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian


dan organ lainnya

Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya


Mastoiditis Akut
Komplikasi Mastoiditis
Posterior extension to the sigmoid sinus (causing
trombosis)

Posterior extension to the occipital bone to create an


osteomyelitis of calvaria or a Citelli abscess

Superior extension to the posterior cranial fossa,


subdural space, and meninges

Anterior extension to the zygomatic root

Lateral extension to form a subperiosteal abscess

Inferior extension to form a Bezold abscess


Komplikasi Mastoiditis
A. Mastoiditis Akut
B. Abses leher dalam
C. Abses bezold
D. Abses postaurikuler
E. Abses temporal
21
Laki-laki 62 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher
kanan dan kiri. Benjolan awalnya muncul di sebelah kanan,
kemudian muncul di sebelah kiri. Benjolan semakin
membesar dan tidak nyeri. Pasien sudah berobat namun
keluhan tidak berkurang. Pasien juga mengeluhkan hidung
tersumbat, nyeri telinga kanan, penurunan pendengaran, dan
nyeri kepala. Apa mekanisme penyakit ini?
A. Degeneratif
B. Infeksi
C. Kongestif
D. Trauma
E. Kongenital
Pembahasan
• Laki-laki 62 tahun
• benjolan di leher kanan dan kiri.
• Benjolan awalnya muncul di sebelah kanan,
kemudian muncul di sebelah kiri.
• Benjolan semakin membesar dan tidak nyeri.
• hidung tersumbat, nyeri telinga kanan,
penurunan pendengaran, dan nyeri kepala.
• Sudah berobat namun keluhan tidak
berkurang. Pasien juga mengeluhkan.
• Mekanisme penyakit ini?
Karsinoma Nasofaring (KNF)
Etiologi
• Epstein-Barr virus
Gejala:
• Gejala-gejala KNF dapat dibagikan menjadi 4 kategori:
(1) gejala terkait massa nasofaring seperti epistaxis, obstruksi, dan nasal
discharge
(2) gejala terkait disfungsi tuba Eustachius seperti berkurangnya
pendengaran dan tinnitus
(3) gejala terkait keterlibatan basis cranii (erosi) seperti sakit kepala,
diplopia, rasa sakit pada wajah, dan baal/paresthesia; dan
(4) massa pada leher
Tanda:
• KGB membesar, tidak nyeri, keras
• Gangguan saraf kranial
• Massa di fossa Rossenmuller
Diskusi
• Benjolan pada leher yang dapat dipalpasi
merupakan gejala paling umum dari KNF. Penyebab
munculnya massa pada leher adalah metastasis
tumor ke kelenjar getah bening (nodus limfatik)
bagian servikal.
• Gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa
adanya rangsangan dari luar disebut juga sebagai
tinitus. Suara ini muncul akibat aktivitas elektrik di
area auditorius yang bukan berasal dari bunyi
eksternal, tetapi dari sumber impuls abnormal di
dalam tubuh pasien. Tinitus dapat terjadi akibat
gangguan konduksi, misalnya pada sumbatan liang
telinga karena tumor.
A. Degeneratif
B. Infeksi
C. Kongestif
D. Trauma
E. Kongenital
22
Anak laki-laki 10 tahun datang dengan keluhan keluar
cairan dari telinga kiri sejak 5 hari lalu. Keluhan
disertai nyeri telinga dan demam. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu 38,3 oC, membran timpani
perforasi, dan keluar cairan dari telinga kiri. Terapi
lanjutan pada kasus ini adalah…
A. Dekongestan tetes hidung
B. Antibiotik tetes telinga
C. Kortikosteroid oral
D. Kortikosteroid topical
E. Observasi
Pembahasan
• Anak laki-laki 10 tahun
• Keluar cairan dari telinga kiri sejak 5 hari
lalu, nyeri telinga dan demam.
• PF: suhu 38,3 oC, membran timpani
perforasi, dan keluar cairan dari telinga kiri.
• Terapi lanjutan pada kasus ini?
Otitis Media Akut (OMA)
• Definisi: Peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
• Peradangan terjadi selama <3 minggu.
Otitis Media Akut
Stadium oklusi • Telinga terasa penuh, Otalgia, Pendengaran 
tuba
Stadium • Otalgia , Demam, Rewel dan gelisah (pada bayi / anak), Muntah,
nafsu makan hilang, Anak biasanya sering memegang telinga yang
hiperemis nyeri

Stadium supurasi • Sama seperti stadium hiperemis

• Otorrhea, Intensitas keluhan berkurang (suhu turun, nyeri


Stadium perforasi mereda, bayi / anak lebih tenang

• Setelah sekret keluar, bila perforasi permanen, pendengaran


Stadium resolusi dapat tetap berkurang
Tatalaksana OMA
Topikal
• Stadium oklusi tuba,
– Efedrin 5% tetes hidung
• Stadium perforasi,
– H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan selama 2 – 5
menit
– Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit
– Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes di telinga yang sakit, selama maksimal
2 minggu
Sistemik
• Antibiotik (Amoxicillin)
– Dewasa: 3 x 500 mg/hari selama 10-14 hari.
– Anak: 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis per hari
• Antihistamin (bila terdapat tanda-tanda alergi)
• Dekongestan, analgetik / antipiretik

BELUM dibutuhkan H2O2 ATAU antibiotik topikal jika belum stadium


PERFORASI!
A. Dekongestan tetes hidung
B. Antibiotik tetes telinga
C. Kortikosteroid oral
D. Kortikosteroid topical
E. Observasi
23
Anak laki-laki 4 tahun dibawa orang tuanya dengan
keluhan sulit menelan sejak 4 hari lalu. Keluhan
disertai demam ringan, lemas dan tidak nafsu makan.
Riwayat imunisasi anak tidak lengkap. Pemeriksaan
fisik didapatkan 38 oC, ukuran tonsil T3-T4 dan
leukoplakia yang berdarah jika diangkat. Diagnosis
yang mungkin pada pasien ini adalah…
A. Tonsilitis difteri
B. Rhinitis alergi
C. Tonsilitis kronik
D. Faringitis
E. Rhinitis alergi
Pembahasan
• Anak laki-laki 4 tahun
• sulit menelan sejak 4 hari lalu
• Keluhan disertai: demam ringan, lemas dan
tidak nafsu makan.
• Riwayat imunisasi anak tidak lengkap
• PF: Tax: 38 oC, ukuran tonsil T3-T4 dan
leukoplakia berdarah jika diangkat
• Diagnosis?
Difteri
• Penyebab :
– toksin Corynebacterium
diphteriae
• Organisme:
– Basil batang gram positif
– Pembesaran ireguler
pada salah satu ujung
(club shaped)
– Setelah pembelahan sel,
membentuk formasi
seperti huruf cina atau
palisade
Gejala Klinis
• Gejala:
– Gejala awal nyeri tenggorok
– Bull-neck (bengkak pada leher)
– Pseudomembran purulen berwarna putih keabuan di
faring, tonsil, uvula, palatum. Pseudomembran sulit
dilepaskan. Jaringan sekitarnya edema.
– Edema dapat menyebabkan stridor dan penyumbatan
saluran napas
Pemeriksaan
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram dan Kultur  sediaan berasal dari
swab tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite
blood agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale
 medium selektif untuk kultur Corynebacterium
diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar
darah telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah
inkubasi selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna
abu-abu tuahitam
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium
digunakan media perbenihan Loeffler dalam tabung
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html
Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
Tatalaksana
• Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur,
dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis kelamin
• Antibiotik  Penisillin prokain 50.000 Unit/kgBB IM per hari selama 7
hari atau eritromisin 25-50 kgBB dibagi 3 dosis selama 14 hari
• Antipiretik untuk simptomatis
• Hindari oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran repirasi
(Pemberian oksigen dengan nasal prongs dapat membuat anak tidak
nyaman dan mencetuskan obstruksi)
• Oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran
respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi 
Indikasi krikotirotomi/ trakeostomi/intubasi bila terdapat tanda
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat
Imunisasi
• Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
dengan interval 4-6 minggu
– DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan
– DPT 2 pada umur 3-5 bulan
– DPT 3 pada umur 4-6 bulan
• Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan 1 tahun setelah
DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat
masuk sekolah umur 5-7 tahun
• Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan
imunisasi di sekolah dasar (BIAS), ulangan DT 6 diberikan
pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria
pada umur >10 tahun
• Dosis DPT/ DT adalah 0,5 ml, intramuskular
166
A. Tonsilitis difteri
B. Rhinitis alergi
C. Tonsilitis kronik
D. Faringitis
E. Rhinitis alergi
24
Anak laki-laki 7 tahun diantar orangtuanya dengan
keluhan sulit tidur dan terbangun saat sedang tidur.
Keluhan dirasakan sejak 1 bulan lalu. Pasien bangun
karena sesak dan hidung terasa tersumbat. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan asma.
Kemungkinan diagnosis pada pasien adalah…
A. GERD
B. Obstructive Sleep Apnea
C. Rhinitis alergi
D. Insomnia
E. Parasomnia
Pembahasan
• Anak laki-laki 7 tahun
• sulit tidur dan terbangun saat sedang tidur
sejak 1 bulan lalu
• Pasien bangun karena sesak dan hidung
terasa tersumbat
• riwayat penyakit jantung dan asma tidak
ada.
• Diagnosis ?
Obstructive Sleep Apnea (OSA)
• Penurunan aliran udara • Gejala malam
secara signifikan – Mengorok
walaupun ada usaha napas – Apnea hingga terbangun
yang adekuat dengan gasping/choking
• Desaturasi – Nokturia
oksihemoglobin dan – Insomnia
terbangun dari tidur • Gejala pagi:
– Lelah di pagi hari
– Sakit kepala
– Mengantuk berlebihan
– Gangguan memori dan
kognitif dan mood
• Komorbid  hipertensi,
GERD
A. GERD
B. Obstructive Sleep Apnea
C. Rhinitis alergi
D. Insomnia
E. Parasomnia
25
Wanita 79 tahun datang diantar anaknya dengan
keluhan pusing berputar sejak 1 bulan lalu. Pusing
dirasakan saat berpindah posisi dari tidur ke duduk.
Tidak ada penurunan pendengaran atau telinga
berdenging. Pemeriksaan neurologis dalam batas
normal. Diagnosis yang tepat adalah…
A. BPPV
B. Meniere disease
C. Bilateral vestibular neuritis
D. Disfungsi N.VIII
E. Labirinitis
Pembahasan
• Wanita 79 tahun
• Pusing berputar sejak 1 bulan lalu
• Pusing dirasakan saat berpindah posisi dari
tidur ke duduk
• Tidak ada penurunan pendengaran atau
telinga berdenging
• Pemeriksaan neurologis normal
• Diagnosis ?
Etiologi Vertigo

Vertigo Tinitus SNHL


BPPV + - -
Meniere + + +
Labirintitis + - +
Neuritis + + -
vestibularis
Vertigo vestibular vs non-vestibular

Gejala Vestibular Non-vestibular


Sifat Berputar Melayang
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian visual
Vertigo vestibular perifer vs sentral

Karakteristik Perifer Sentral


Bangkitan Mendadak Bertahap
Derajat Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom ++ +
Gangguan pendengaran + -
Defisit neurologi - +
BPPV
(Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah
gangguan vestibuler dengan gejala rasa pusing
berputar diikuti mual muntah dan keringat dingin,
yang dipicu oleh perubahan posisi kepala tanpa
adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat.
Ditemukan pula nistagmus rotatory ke arah telinga
yang sakit.
Patofisiologi:
• Otolith yang lepas dan bergerak dalam lumen dari
salah satu kanal semisirkular.
• Bentuk yang paling sering adalah bentuk kanal
posterior, diikuti bentuk lateral.
Pemeriksaan Fisik
Tes Dix-Hallpike tes kalori

• Pada cara ini dipakai 2 macam air,


dingin (30°C) dan panas (44°C).
• Volume air yang dialirkan ke dalam
liang telinga masing-masing 250 ml,
dalam waktu 40 detik.
• dicatat lama nistagmus yang timbul.
• Setelah telinga kiri diperiksa dengan
air dingin, diperiksa telinga kanan
dengan air dingin juga. Selanjutnya
dengan air hangat.
• Setiap selesai pemeriksaan pasien
memprovokasi serangan vertigo dan diistirahatkan selama 5 menit.
untuk melihat adanya nistagmus
(pemeriksaan fisik yang menunjang
diagnosis)
Penatalaksanaan
Non-farmakologis:
• Manuver Epley
• Manuver Semount
• Brandt-Daroff exercise.
A. BPPV
B. Meniere disease
C. Bilateral vestibular neuritis
D. Disfungsi N.VIII
E. Labirinitis
26
Perempuan 23 tahun datang dengan keluhan gatal
pada telinga kanan. Setelah dilakukan
pemeriksaan otoskopi didapatkan sekret
berwarna putih. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukankan hifa dan spora. Mikroorganisme apa
yang menjadi penyebab kasus di atas?
A. Candida albicans
B. Aspergillus niger
C. Aspergillus fumingatus
D. Aspergillus flavus
E. Pseudomonas sp
Pembahasan
• Perempuan 23 tahun
• Gatal pada telinga kanan
• Otoskopi: sekret berwarna putih
• Pemeriksaan laboratorium: ditemukankan
hifa dan spora.
• Mikroorganisme penyebab kasus di atas?
OTOMIKOSIS
• infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur
superficial meatus auditorius eksternus.
Etiologi tersering
• Pada 80% kasus otomikosis disebabkan oleh
Aspergillus, diikuti dengan Candida sebagai
penyebab kedua tersering pada otomikosis.
• Spesies Aspergillus yang paling sering
ditemukan adalah Aspergillus niger
• spesies jamur lain: Aspergillus flavus,
Aspergillus fumigatus, Aspergillus terreus,
Candida albicans, dan Candida parapsilosis
Gejala Klinis
• rasa gatal
• Otorrhea
• Otalgia
• Tinnitus
• Penurunan pendengaran
• Rasa penuh pada telinga
Hifa dan debris pada liang telinga kanan pasien dengan
keluhan gatal pada liang telinga kanan sejak 6 hari
(disadur dari Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang, J
Medula Unila Desember 2016)
• Pemeriksaan fisik
• Debris berwarna putih,
kehitaman, atau membran
abu-abu yang berbintik-
bintik di liang telinga.
• Dapat ditemukan pula
pertumbuhan hifa
berfilamen yang berwana
putih dan panjang dari
permukaan kulit
Pemeriksaan penunjang
• memeriksa sampel debris atau swab bercak pada kaca preparat
yang difiksasi dengan larutan KOH 10%.
• mikroskop: tampak hifa lebar, berseptum, kadang dapat
ditemukan spora kecil

Gambaran jamur pada pemeriksaan KOH Perbesaran 400x

Terapi:
• Topikal  klotrimazole, miconazole
• Oral  triazole, itraconazole
A. Candida albicans
B. Aspergillus niger
C. Aspergillus fumingatus
D. Aspergillus flavus
E. Pseudomonas sp
27
Pria 49 tahun datang dengan keluhan pusing berputar
sejak 1 hari lalu. Pusing dirasakan seperti benda sekeliling
berputar. Keluhan terjadi pada saat bangun dari posisi
berbaring, menoleh kiri kanan, dan diperberat dengan
berjalan. Pasien juga mengeluhkan muntah 5x sehari. Pada
pemeriksaan ditemukan nistagmus (+/+). Obat yang tepat
diberikan pada pasien adalah…
A. Ergotamin
B. Domperidon
C. Dimenhidrinat
D. Prednison
E. Paracetamol
Pembahasan
• Pria 49 tahun
• pusing berputar sejak 1 hari lalu.
• Pusing dirasakan seperti benda sekeliling
berputar. terjadi pada saat bangun dari posisi
berbaring, menoleh kiri kanan, dan diperberat
dengan berjalan.
• Keluhan lain: muntah 5x sehari.
• Pemeriksaan ditemukan nistagmus (+/+).
• Obat yang tepat ?
Etiologi Vertigo

Vertigo Tinitus SNHL


BPPV + - -
Meniere + + +
Labirintitis + - +
Neuritis + + -
vestibularis
Vertigo vestibular vs non-vestibular

Gejala Vestibular Non-vestibular


Sifat Berputar Melayang
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian visual
Vertigo vestibular perifer vs sentral

Karakteristik Perifer Sentral


Bangkitan Mendadak Bertahap
Derajat Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom ++ +
Gangguan pendengaran + -
Defisit neurologi - +
BPPV
(Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
adalah gangguan vestibuler dengan gejala rasa
pusing berputar diikuti mual muntah dan
keringat dingin, yang dipicu oleh perubahan
posisi kepala tanpa adanya keterlibatan lesi di
susunan saraf pusat.
Patofisiologi:
• Otolith yang lepas dan bergerak dalam lumen
dari salah satu kanal semisirkular.
• Bentuk yang paling sering adalah bentuk kanal
posterior, diikuti bentuk lateral.
Pemeriksaan Fisik
Tes Dix-Hallpike tes kalori

• Pada cara ini dipakai 2 macam air,


dingin (30°C) dan panas (44°C).
• Volume air yang dialirkan ke dalam
liang telinga masing-masing 250 ml,
dalam waktu 40 detik.
• dicatat lama nistagmus yang timbul.
• Setelah telinga kiri diperiksa dengan
air dingin, diperiksa telinga kanan
dengan air dingin juga. Selanjutnya
dengan air hangat.
• Setiap selesai pemeriksaan pasien
diistirahatkan selama 5 menit.
memprovokasi serangan vertigo dan
untuk melihat adanya nistagmus
Penatalaksanaan
Non-farmakologis:
• Manuver Epley
• Manuver Semount
• Brandt-Daroff exercise.
Penatalaksanaan Farmakologi
(disadur dari Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, 2014)

• Pengobatan BPPV menggunakan


pengobatan simptomatik
Beberapa golongan yang sering digunakan:
1. antihistamin(dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siksilin)
• Dimenhidrinat memiliki lama kerja 4-6 jam.
Obat dapat diberi peroral/parenteral dosis
25-50mg, 4 kali sehari
• Difenhidramin Hcl, 4 x 25mg
2. Senyawa Betahistin
• Betahistine Mesylate 3 x 12mg peroral
• Betahistine Hcl 3x 8-24mg, maksimal 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.
3. Kalsium antagonis
• Cinnarizine, dosis 15-30mg, 3 kali sehari
atau 1x75mg sehari
A. Ergotamin
B. Domperidon
C. Dimenhidrinat
D. Prednison
E. Paracetamol
28
Laki-laki 27 tahun datang mengeluh hidung tersumbat
sejak 1 minggu. Keluhan tidak disertai bersin-bersin atau
hidung berair. Sebelumnya pasien mengalami pilek dan
menggunakan obat semprot hidung selama 1 bulan untuk
mengurangi keluhannya. Pada pemeriksaan didapatkan
edema konka, mukosa kemerahan dan bercak perdarahan.
Apa diagnosa pada kasus tersebut?
A. Rhinitis medikamentosa
B. Rhinitis vasomotor
C. Rhinitis slergi
D. Rhinitis non alergi
E. Rhinitis atrofi
Pembahasan
• Laki-laki 27 tahun
• Hidung tersumbat sejak 1 minggu.
• Keluhan tidak disertai bersin-bersin atau
hidung berair.
• menggunakan obat semprot hidung selama 1
bulan untuk pilek
• Pemeriksaan didapatkan edema konka,
mukosa kemerahan dan bercak perdarahan.
• Diagnosa?
Pembahasan

Rhinitis akut (common Rhinitis


cold, selesma) medikamentosa
– Durasi < 12 minggu
– Hidung tersumbat terus
– etiologi: viral menerus, tanpa rinorea,
– Hidung tersumbat, demam, tanpa bersin
bersin, sekret serosa – Riwayat vasokonstriktor
– Rhinoskopi: kavum nasi edema topikal lama dan berlebihan
dan eritema, dan sekret (+). – Rhinoskopi: edema/hipertrofi
konka
– Stop vasokonstriktor.
Kortikosteroid PO dosis tinggi,
tapp-off. Dekongestan PO.
Pembahasan
Rhinitis vasomotor Rhinitis alergika
– Keadaan idiopatik. Non- – Alergen
alergi/infeksi/hormonoal/obat – Mukosa pucat
-obatan – alergic shinner-salute-crease,
– Pencetus: bau menyengat, dermatitis atopi
alkohol, makanan pedas, udara
dingin, stres/emosi
– Hidung tersumbat bergantian
sesuai posisi, sekret
mukoid/serosa
A. Rhinitis medikamentosa
B. Rhinitis vasomotor
C. Rhinitis slergi
D. Rhinitis non alergi
E. Rhinitis atrofi
29
Wanita 21 tahun mengeluh berdebar-debar sejak 2
bulan lalu. Selain itu berat badan pasien menurun.
Pada pemeriksaan ditemukan eksoftalmus, tremor
pada kedua tangan, dan teraba struma difusa. Hasil
pemeriksaan laboratorium yang sesuai adalah...
A. TSH menurun
B. TSH meningkat
C. TSH normal
D. T4 menurun
E. T3 menurun
Pembahasan
• Wanita 21 tahun
• Berdebar-debar sejak 2 bulan lalu
• Berat badan pasien menurun
• PF: eksoftalmus, tremor pada kedua tangan,
dan teraba struma difusa

• Diagnosis?
Hipertiroidisme
• Hipertiroidisme: kelenjar produksi tiroid berlebihan
– Hipertiroidisme primer
• Kelainan pada kelenjar tiroid
• TSH menurun, FT4 meningkat
– Hipertiroidisme sekunder
• Kelainan pada kelenjar hipofisis
• TSH dan FT4 meningkat
• Tirotoksikosis: gejala klinis akibat peningkatan tiroid
dalam darah
• Penyakit Graves: penyakit autoimun penyebab sebagian
besar kasus hipertiroidisme
Tirotoksikosis
• Berdebar-debar
• Tremor
• Iritabilitas
• Intoleran terhadap panas
• Keringat berlebihan
• Penurunan berat badan
• Peningkatan rasa lapar
• Diare
• Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun)
• Mudah lelah
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Sukar tidur
• Rambut rontok
Spesifik untuk Penyakit Graves
• Oftalmopati
– spasme kelopak mata atas dengan retraksi
– gerakan kelopak mata yang lamban
– eksoftalmus dengan proptosis
– pembengkakan supraorbital dan infraorbital
• Edema pretibial
• Kemosis
• Ulkus kornea
• Dermopati
• Akropaki
• Bruit
A. TSH menurun
B. TSH meningkat
C. TSH normal
D. T4 menurun
E. T3 menurun
30
Pria 40 tahun mengeluh dada berdebar-debar
dan merasa lemas sejak 1 jam lalu. Pasien
memiliki DM dan mengonsumsi obat antidiabetik
oral. Obat apa yang dapat menyebabkan keluhan
di atas?
A. Glibenklamid
B. DPP4-inhibitor
C. SGLT-2
D. Acarbose
E. Metformin
Pembahasan
• Pria 40 tahun
• Dada berdebar-debar dan merasa lemas
sejak 1 jam lalu  gejala hipoglikemia
• Pasien memiliki DM dan mengonsumsi obat
antidiabetik oral
Gejala Hipoglikemia
Hipoglikemia
“Glukosa darah < 60 mg/dl atau < 80 mg/dl +
gejala klinis”

Dapat terjadi karena:


1. Kelebihan dosis obat, terutama insulin atau
sulfonilurea.
2. Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun;
gagal ginjal kronik, dan paska persalinan.
3. Asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau
waktu makan tidak tepat.
4. Kegiatan jasmani berlebihan.
Tatalaksana segera!
Koma atau tidak sadar:
• Bolus 2 flakon (50ml) Dekstrose 40%
• Diberikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam
perkolf.
• Periksa GDS setiap satu jam setelah pemberian
dekstrosa 40%
a. GDS < 50 mg/dL bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV.
b. GDS <100 mg/dL bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV.
c. GDS 100 – 200 mg /dL tanpa bolus dekstrosa 40 %.
d. GDS > 200 mg/dL turunkan kecepatan drip dekstrosa
10 %
Tatalaksana segera!
Jika sadar:
• Gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau
sirup/permen atau gula murni (bukan pemanis
pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan
makanan yang mengandung karbohidrat.
• Stop obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa
darah sewaktu tiap 1-2 jam.
• Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya
tidak sadar).
• Cari penyebab hipoglikemia
Pilihan Lain
Efek samping
• Biguanide (metformin): dispepsia, diare,
asidosis laktat
• Alfa glukosidase inhibitor (acarbose):
kentut, tinja lembek
• DPP-IV inhibitor: sebah, muntah
• SGLT-2 inhibitor: ISK
A. Glibenklamid
B. DPP4-inhibitor
C. SGLT-2
D. Acarbose
E. Metformin
31
Anak 10 tahun dibawa ke IGD karena tidak sadar sejak
1 jam lalu. Pasien adalah penderita DM tipe 1. Pada
pemeriksaan, didapatkan gula darah 320 mg/dl dan
didapatkan keton pada urin. Pasien kemudian
direhidrasi dengan RL. Satu jam kemudian, urine
pasien 4 cc/kgBB/jam. Langkah selanjutnya adalah ....
A. Deksametason IM
B. Lanjutkan rehidrasi hingga 3 jam
C. Prednison IV
D. Insulin IV
E. Hentikan rehidrasi setelah anak sadar
Pembahasan
• Anak 10 tahun
• Tidak sadar sejak 1 jam lalu
• Penderita DM tipe 1
• Gula darah 320 mg/dl dan didapatkan keton
pada urin
• Direhidrasi dengan RL
• Satu jam kemudian, urin pasien 4cc/kgBB/jam

• Langkah selanjutnya?
DM tipe 1
(salah satu kriteria berikut)

• Gejala klinis klasik (poliuria, polidipsia,


polifagia, dan berat badan turun) +
glukosa darah sewaktu >200 mg/dL;
ATAU
• Pada penderita tanpa gejala klinis klasik,
kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL
atau glukosa darah puasa ≥126 mg/dL
pada tes toleransi glukosa oral lebih dari
satu kali pemeriksaan.
Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. 2009.
DM tipe 1
Diagnosis Hasil Pemeriksaan
Diabetes melitus Glukosa darah puasa ≥126 mg/dL
ATAU
Glukosa darah jam ke-2 ≥200 mg/dL

Toleransi glukosa Glukosa darah jam ke-2 140-200 mg/dL


terganggu
Gangguan glukosa Glukosa darah puasa 100-125 mg/dL
puasa
Normal Glukosa darah puasa <100 mg/dL
DAN
Glukosa darah jam ke-2 <140 mg/dL

Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. 2015.


3 Karakteristik Utama KAD

Hiperglikemia Ketoasidosis

Ketonuria
Tata Laksana
• Koreksi cairan
• Terapi insulin
• Koreksi elektrolit
• Koreksi keseimbangan asam-basa
• Penanganan pencetus (alternatif)
Koreksi Cairan (Dewasa)
• Dengan NaCl 0,9% atau Ringer laktat.

• Jam pertama: 1-3 L


• Jam kedua: 1 L
• Jam ketiga dan keempat: 1 L
• Setiap 4 jam berikutnya: 1 L
Koreksi Cairan (Anak)
• Jam pertama hingga kedua: NaCL 0,9%, 10-
20 mL/kg.
• Volume total selama 4 jam pertama tidak
boleh >40-50 mL/kg
Terapi Insulin
• Insulin diberikan sekitar 1 jam setelah
koreksi cairan, agar kalium dapat diperiksa
terlebih dahulu.
Koreksi Elektrolit

Kadar Kalium Darah Pemberian Kalium Klorida


>6 mEq/L Tidak diberikan kalium klorida
4,5-6 mEq/L 10 mEq/jam
3-4,5 mEq/L 20 mEq/jam
• Insulin kerja cepat
• Penurunan gula darah optimal adalah 100
mg/dL/jam
• Selama 4-5 jam awal, gula darah tidak boleh
turun <200 mg/dL
A. Deksametason IM
B. Lanjutkan rehidrasi hingga 3 jam
C. Prednison IV
D. Insulin IV
E. Hentikan rehidrasi setelah anak sadar
32
Wanita 27 tahun mengalami kejang 30 menit lalu.
Kejang selama 5 menit dan pasien tidak sadar. Saat
kejang, pasien mengentakkan keempat ekstremitasnya.
Sebelum kejang, pasien merasa wajahnya berkedut dan
leher kaku. Pasien pernah menjalani tonsilektomi
karena penyakit Graves. Penyebab kejang pada pasien
ini adalah ....
A. Hipokalemi
B. Hipokalsemi
C. Hipoklorida
D. Hipomagnesium
E. Hiponatremi
Pembahasan
• Wanita 27 tahun
• Kejang 30 menit lalu
• Kejang selama 5 menit dan pasien tidak sadar.
Saat kejang, pasien mengentakkan keempat
ekstremitasnya
• Sebelum kejang, pasien merasa wajahnya
berkedut dan leher kaku
• Riwayat tonsilektomi karena penyakit Grave

• Penyebab?
Gangguan natrium
• Hiponatremi (dibagi menjadi 3, hiponatremi euvolemi,
hipervolemi, dan hipovolemi)
– Lemas, penurunan kesadaran, sakit kepala
– Kejang
– Paralisis satu sisi (seperti stroke)
– Etiologi: gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung,
pneumonia
• Hipernatremi = cairan berkurang sehingga kadar
natrium seakan-akan menurun (mirip hiponatremi
hipovolemi)
– Gejala sama dengan hiponatremi
– Etiologi: dehidrasi (diare, muntah, dll)
Gangguan Kalsium
• Hipokalsemi
– Penurunan kesadaran, kejang
– Kesemutan di perioral atau ujung jari, spasme otot
– Disfagia, perubahan suara
– Etiologi: pada neonatus  ibu DM atau preeklampsia
atau hipertiroid, diare kronik, Chron disease,
pankreatitis kronik, riw tiroidektomi
• Hiperkalsemi
– Batu ginjal berulang, gagal ginjal, dehidrasi, poliuria
– Penurunan kesadaran
– Aritmia
– Etiologi: keganasan
Tiroidektomi
• Komplikasi tersering adalah kelenjar
paratiroid terangkat  hormon paratiroid
menurun  kalsium darah menurun

• Hormon paratiroid: mengatur kadar


kalsium darah. Jika kalsium darah rendah, ia
akan meningkatkan dengan cara
membongkar cadangan di tulang dan
mengurangi ekskresi kalsium di ginjal
Gangguan Kalium
• Hipokalemi
– Otot kram, nyeri, dan lemas
– Perut distensi, konstipasi
– Bradikardi, aritmia
– Etiologi: intake kurang, muntah, diare, konsumsi
diuretik, insulin dosis tinggi
• Hiperkalemi
– Paralisis otot, parestesi
– Sesak, palpitasi, nyeri dada
– Aritmia (EKG: T tall, PR memanjang, P menghilang, QRS
melebar)
– Etiologi: intake kalium tinggi
Pilihan lain
• Hipoklorida
– Menyebabkan alkalosis metabolik
• Hipomagnesium
– Tremor, lemas, parestesi, tetani, kejang, nistagmus
– Aritmia, spasme pembuluh koroner, kematian
mendadak
– Biasanya disertai hipokalemi dan hipokalsemi
A. Hipokalemi
B. Hipokalsemi
C. Hipoklorida
D. Hipomagnesium
E. Hiponatremi
33
Wanita 51 tahun mengeluh muncul benjolan di leher sejak 3 bulan
lalu. Benjolan awalnya sebesar telur puyuh, kemudian makin
membesar. Selain itu pasien juga merasa suara serak, sesak napas,
dan nyeri menelan. BB turun 10 kg dalam 1 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 120/80, nadi 88 x/menit,
benjolan di leher kanan 10x5 cm, berbonjol, batas tidak tegas,
konsistensi keras, nyeri tekan (-), immobile. Diagnosis kasus ini
adalah ....
A. Karsinoma tiroid
B. Kelainan tiroid autoimun
C. Tumor jinak
D. Penyakit Grave
E. Hipotiroid
Pembahasan
• Wanita 51 tahun
• Muncul benjolan di leher sejak 3 bulan lalu Benjolan
awalnya sebesar telur puyuh, kemudian makin
membesar
• Selain itu pasien juga merasa suara serak, sesak napas,
dan nyeri menelan
• BB turun 10 kg dalam 1 bulan terakhir
• PF: tekanan darah 120/80, nadi 88x/menit, benjolan di
leher kanan 10x5 cm, berbonjol, batas tidak tegas,
konsistensi keras, nyeri tekan (-), immobile

• Diagnosis?
Karsinoma Tiroid
• Gejala
– Nodul tiroid soliter, teraba keras, dan ukuran
semakin besar, painless
– Suara serak
– Disfagia
– BB turun
• Pemeriksaan penunjang
– USG
– Biopsi histopatologi  gold standard
Diskusi
• Pada kasus ini, tekanan darah dan nadi
normal. Sehingga penurunan berat badan
pada kasus ini diakibatkan oleh hormon
tiroid, tetapi karena keganasan.
Pilihan Lain
• Kelainan tiroid autoimun
– Diagnosis ini kurang spesifik. Ada 2 jenis penyakit tiroid
autoimun yang sering: tiroiditis hashimoto dan penyakit Grave
– Tiroiditis Hashimoto: awalnya gejala hipertiroid (3 hari awal)
yang disusul gejala hipotiroid. Sebelumnya dapat diikuti demam
• Tumor jinak
– Mirip karsinoma, tapi umumnya berbatas tegas, mobile, berat
badan tidak turun. Selain itu, tidak menginvasi struktur sekitar
(tidak menginvasi esofagus dan saluran napas).
• Penyakit Grave
– Hipertiroid + eksoftalmus
• Hipotiroid
– Peningkatan berat badan, mudah lelah, tidak tahan dingin,
konstipasi, dll
A. Karsinoma tiroid
B. Kelainan tiroid autoimun
C. Tumor jinak
D. Penyakit Grave
E. Hipotiroid
34
Wanita 24 tahun mengalami menstruasi tidak
teratur. Dari puting susu keluar cairan berwarna
putih. Pasien juga mengeluhkan pandangan
buram. Diagnosis kasus ini adalah ....
A. Cushing syndrome
B. Addison disease
C. Hipertiroid
D. Prolaktinoma
E. Diabetes insipidus
Pembahasan
• Wanita 24 tahun
• Menstruasi tidak teratur
• Dari puting susu keluar cairan berwarna
putih.
• Pandangan buram

• Diagnosis?
Prolaktinoma
• Tumor pituitari/hipofisis yang menghasilkan
hormon prolaktin secara mandiri.
• Gejala
– Gangguan menstruasi (oligomenorea, amenorea, siklus
tidak teratur)
– Infertilitas
– Galaktorea: keluar cairan dari puting susu
– Hipoestrogenism: vagina kering, dispareunia,
osteoporosis
– Ukuran tumor yang besar  mendesak struktur
sekitarnya  sakit kepala (akibat peningkatan tekanan
intrakranial), pandangan buram (penekanan tumor ke
arah kiasma optik di depannya)
Anatomi
Pilihan Lain
• Cushing syndrome
– Kelebihan hormon kortisol
– Gejala: moon face, obesitas sentral, bufallo hump, striae,
menstruasi tidak teratur, dll
– Etilogi: pengunaan steroid jangka panjang
• Addison disease
– Insufisiensi adrenokortikal kronis
– Gejala: pigmentasi kulit, hipoglikemia, hipotensi
postural, gangguan GI, lemas, dll
• Hipertiroid
– Gejala: palpitasi, mudah berkeringat, diare, BB turun, dll
• Diabetes insipidus
– Polidipsi dan poliuria
A. Cushing syndrome
B. Addison disease
C. Hipertiroid
D. Prolaktinoma
E. Diabetes insipidus
35
Pasien laki-laki, usia 53 tahun datang dengan keluhan
penurunan berat badan, peningkatan nafsu makan,
dan kencing terus menerus. Pada pemeriksaan fisik,
berat badan saat ini 75 kg, tinggi badan 160 cm, tanda-
tanda vital dalam batas normal, dan GDS 278 mg/dL.
Terapi yang diberikan adalah…
A. Glibenklamid
B. Metformin
C. Glimipirit
D. Acarbose
E. Sitagliptin
Pembahasan
• Pasien laki-laki, usia 53 tahun datang
dengan keluhan penurunan berat badan,
peningkatan nafsu makan, dan kencing
terus menerus
– Gejala klasik DM
• BB 75 kg, tinggi badan 160 cm
• GDS 278 mg/dL
– Diagnosis DMT2
• Terapi?
Soal ini:
• Dengan keluhan
klasik
• GDS 278 mg/dL
Kriteria pengendalian DM

Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah
lebih tinggi dari biasa (puasa < 150 mg/dl, dan sesudah makan < 200
mg/dl), demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain, mengacu
pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat
sifat-sifat khusus pasien usia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan
timbulnya efek samping dan interaksi obat.
OHO
“OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.”

Cara Kerja:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
C. Penghambat glukoneogenesis: metformin
D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
E. DPP-IV inhibitor

Cara Pakai:
1. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan. Repaglinid, Nateglinid: sesaat
sebelum makan
2. Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan
3. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama suapan pertama
4. Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan
5. DPP-IV inhibitor: bersama makan dan atau sebelum makan
Efek Biguanida (Metformin)
• Meningkatkan
sensitifitas
insulin
• Mengurangi
glukoneogenesis
• Memperbaikin
pengambilan
glukosa di perifer
• Menurunkan
berat badan
Pemilihan obat anti hiperglikemi
• Pasien baru terdiagnosis DM tipe 2
• Selain DM, ingat:
• Berat badan 75 kg, tinggi badan 160 cm
• Hampir obes (IMT 29an)
• Obat antihiperglikemi dengan efek penurunan
berat badan: METFORMIN
• JANGAN LUPA: tetap edukasi modifikasi gaya
hidup dan menurunkan BB dengan aktivitas
fisik yang teratur dan sesuai dengan berat
badan
A. Glibenklamid
B. Metformin
C. Glimipirit
D. Acarbose
E. Sitagliptin
36
Anak laki-laki 15 tahun datang dengan keluhan
lebih tinggi dari teman seusianya. Pada
pemeriksaan fisk didapatkan dagu tampak
menonjol dengan hidung mendatar. Hormon yang
berperan pada kasus ini adalah…
A. Growth hormone
B. LH
C. FSH
D. Androgen
E. Estrogen
Pembahasan
• Anak laki-laki 15 tahun
• Keluhan lebih tinggi dari teman seusianya
• PF: dagu tampak menonjol dengan hidung
mendatar

• Hormon yang berperan?


Gigantisme
• Kelebihan hormon pertumbuhan. Biasanya
disebabkan adenoma pituitari

• Gejala
– Pertumbuhan tulang berlebih
– Badan sangat tinggi
– Pubertas terlambat
Gigantisme VS Akromegali
• Gigantisme
– Terjadi pada anak-anak  epifisis belum
menutup  tinggi bertambah

• Akromegali
– Terjadi pada dewasa  epifisis sudah menutup
 pertumbuhan tulang wajah, tangan, dan kaki,
tapi tinggi TIDAK bertambah
A. Growth hormone
B. LH
C. FSH
D. Androgen
E. Estrogen
37
Laki-laki 50 tahun dengan TB 167 cm, BB 78 kg, dan
lingkar perut 106 cm datang untuk medical check-up.
Dari pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah
140/90 mmHg, GDS 148 mg/dl, kolesterol 238 mg/dl,
trigliserida 167 gr/dl, LDL 78 mg/dl dan HDL 46
mg/dl. Diagnosis yang tepat pada pasien adalah…
A. Obesitas
B. Hiperkolestrolemia
C. Diabetes mellitus
D. Hipertensi
E. Sindrom metabolik
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun
• TB 167 cm, BB 78 kg, lingkar perut 106 cm
datang
• Tekanan darah 140/90 mmHg, GDS 148
mg/dl, kolesterol 238 mg/dl, trigliserida
167 gr/dl, LDL 78 mg/dl dan HDL 46 mg/dl

• Diagnosis?
Sindrom metabolik (min 3)
• Lingkar pinggang (wanita ≥80 cm; pria ≥90
cm).
• Trigliserida (≥150 mg/dL) atau mendapat obat
trigliserida.
• HDL (wanita <50 mg/dL; pria <40 mg/dL) atau
mendapat obat HDL.
• Tekanan darah (sistolik ≥130 ATAU diastolik
≥85) atau mendapat obat hipertensi.
• Gangguan gula darah (diabetes tipe 2, toleransi
glukosa terganggu, atau glukosa puasa
terganggu)
Diskusi
• Pada kasus ini, pasien memenuhi kriteria
diagnosis sindrom metabolik, yaitu:
– Lingkar perut 106 cm datang
– Tekanan darah 140/90 mmHg
– Trigliserida 167 gr/dl
A. Obesitas
B. Hiperkolestrolemia
C. Diabetes mellitus
D. Hipertensi
E. Sindrom metabolik
38
Wanita usia 35 tahun datang dengan keluhan benjolan
di leher sejak 2 bulan lalu. Pasien tinggal di lereng
pegunungan. Tetangga pasien juga mengalami keluhan
serupa. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan T3-
T4 normal dan TSH meningkat. Apa kemungkinan
diagnosis pasien tersebut?
A. Hipertiroid
B. Tirotoksikosis
C. Tumor tiroid
D. Penyakit grave
E. Goiter
Pembahasan
• Wanita usia 35 tahun
• Benjolan di leher sejak 2 bulan lalu
• Pasien tinggal di lereng pegunungan.
Tetangga pasien juga mengalami keluhan
serupa.
• Lab: T3-T4 normal dan TSH meningkat

• Diagnosis?
Hipotiroidisme
Kurang hormon tiroid, metabolisme menurun
Tanda dan gejala yang muncul: (berlawanan dengan
hipertiroidisme)
1. BB naik
2. Bicara dan gerak lambat
3. Kulit kering, pucat, kuning
4. Rambut gampang patah
5. Bengkak periorbita
6. Sistol turun, diastol naik
7. Bradikardia
8. Tidak tahan udara dingin
9. Edema pitting/non pitting
10. Goiter bisa difus atau nodular
Patofisiologi
Ingat Mekanisme Feedback Tiroid

TSH: Thyroid Stimulating Hormone  Tugasnya


menstimulasi pituitary jika T4 (tiroid) sedikit
sehingga akan diproduksi lagi. Jadi kalau sudah
banyak tiroid, TSH akan rendah
Pemeriksaan Lab
Hipotiroid
• TSH dan free T4
langsung dites secara
bersamaan!
• TPO dites jika ada
kecurigaan Hashimoto
(hasilnya akan + jika
Hashimoto)
• TT4 (total T4) kadang
terpengaruh dengan
kadar protein .
• Free T4 adalah T4 yang
tidak terikat protein
dan merupakan bentuk
aktif sehingga lebih
akurat.

http://www.aafp.org/afp/2012/0801/p244.html
Jenis Hipotiroid Berdasarkan Hasil
Lab
TSH fT4 Kondisi
↑ ↓ Hipotiroid
primer
↓/normal/↑ ↓ Hipotiroid
sentral
(sekunder dan
tersier)
↑ normal Hipotiroid
subklinis
Diskusi
• Pada kasus ini, TSH meningkat meski T3
dan T4 normal  hipotiroid subklinis

• Tinggal di pegunungan dan tetangga


mengalami hal serupa  goiter  akibat
kekurangan iodin
• Hipertiroid
– TSH menurun
– T3 dan T4 meningkat
• Tirotoksikosis
– Gejala klinis yang disebabkan hipertiroid (berdebar,
berkeringat, BB turun, diare, dll)
• Tumor tiroid
– Biasanya ditemukan bruit atau benjolan teraba
keras
• Penyakit grave
– Eksoftalmus dan gejala hipertiroid
A. Hipertiroid
B. Tirotoksikosis
C. Tumor tiroid
D. Penyakit grave
E. Goiter
39
Wanita 42 tahun datang dengan keluhan timbul
benjolan di leher bagian kanan. Benjolah berukuran
4x3 cm, lunak, mobile, tidak ada nyeri tekan, benjolan
ikut bergerak jika pasien menelan, dan bruit (-).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah…
A. CT scan tiroid
B. CT scan kepala
C. USG tiroid
D. MRI
E. Foto polos abdomen
Pembahasan
• Wanita 42 tahun
• Benjolan di leher bagian kanan
• Berukuran 4x3 cm, lunak, mobile, tidak ada
nyeri tekan, benjolan ikut bergerak jika
pasien menelan, dan bruit (-)

• Pemeriksaan penunjang?
Evaluasi tiroid
AFP, 2013
Mengapa USG?
• USG dapat
– Memperkirakan ukuran tiroid dan isinya (solid,
kistik, dll)
– Digunakan untuk membantu FNAB
– Noninvasif
A. CT scan tiroid
B. CT scan kepala
C. USG tiroid
D. MRI
E. Foto polos abdomen
40
Laki-laki 60 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran
sejak 30 menit lalu. Sebelumnya pasien mngeluhkan lemas dan
keringat dingin. Pasien memiliki riwayat DM sejak 10 tahun lalu
dan mengkonsumsi sulfonilurea. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, napas 24 x/menit, nadi
100x/menit, dan suhu 36,8oC. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil GDS 51 mg/dl, natrium 143 dan kalium 4,1.
Diagnosis yang tepat adalah…
A. Imbalance elektrolit
B. Koma hipoglikemi
C. KAD
D. HHS
E. Hipokalemi
Pembahasan
• Laki-laki 60 tahun
• Penurunan kesadaran sejak 30 menit lalu.
• Sebelumnya pasien mngeluhkan lemas dan keringat
dingin
• Memiliki riwayat DM sejak 10 tahun lalu dan
mengkonsumsi sulfonylurea
• PF: tekanan darah 110/80 mmHg, napas 24 x/menit,
nadi 100x/menit, dan suhu 36,8oC
• Lab: GDS 51 mg/dl, natrium 143 dan kalium 4,1

• Diagnosis?
Hipoglikemia
• Keadaan kadar gula darah <60 mg/dL ATAU
<80 mg/dL + gejala klinis.
Penyebab Hipoglikemia
• Dosis obat berlebihan, terutama insulin dan
obat hipoglikemia oral.
• Gagal ginjal kronik dan pascapersalinan.
• Asupan makan tidak kuat (kalori kurang
atau terlambat makan)
• Kegiatan jasmani berlebihan.
Diagnosis Hipoglikemia (Trias
Whipple)
• Gejala sesuai dengan hipoglikemia
• Kadar glukosa plasma rendah
• Gejala membaik setelah kadar glukosa
plasma ditingkatkan
Gejala
Hipoglikemia
Penanganan Hipoglikemia pada Pasien Sadar

• Memberi gula murni 30 gram (2 sendok


makan) atau sirop/permen + makanan yang
mengandung karbohidrat
• Menghentikan sementara obat hipoglikemik
• Glukosa darah dipantau tiap 1-2 jam
Penanganan Koma Hipoglikemia
• Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (50 mL) bolus
intravena.
• Dekstrosa 10% infus 6 jam/kolf
• Periksa GDS/1 jam setelah dekstrosa 40%:
– GDS <50 mg/dL  bolus dekstrosa 40% 50 mL IV
– GDS <100 mg/dL  bolus dekstrosa 40% 25 mL IV
– GDS 100-200 mg/dL  tidak diberi bolus dekstrosa
40%
– GDS >200 mg/dL  pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip dekstrosa 10%
Penanganan Koma Hipoglikemia
• Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-
turut, GDS dipantau/2 jam. Ikuti protokol
sebelumnya. Bila GDS >200, pertimbangkan
mengganti menjadi dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%
• Bila setelah itu GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali
berturut-turut, hentikan protokol hipoglikemia.
• Imbalance elektrolit
– Pada kasus ini, hasil pemeriksaan lab elektrolit
dalam keadaan normal
• KAD & HHS
– Keadaan hiperglikemi
• Hipokalemi
– Kalium masih dalam batas normal
A. Imbalance elektrolit
B. Koma hipoglikemi
C. KAD
D. HHS
E. Hipokalemi
41
Pria 50 tahun mengeluh lemas dan lesu sejak 6 bulan
terakhir. Pasien sering haus dan BAK, terutama malam hari.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80x/menit, napas 20x/menit dan suhu afebris. Pada
pemeriksaan lab didapatkan GDS 120 mg/dl. Pasien
mempunyai riwayat cedera kepala 1 minggu yang lalu.
Diagnosis pada pasien adalah…
A. Diabetes mellitus tipe 1
B. Diabetes mellitus tipe 2
C. Gagal ginjal
D. Diabetes insipidus tipe nefrogenik
E. Diabetes insipidus tipe neurogenik
Pembahasan
• Pria 50 tahun
• Lemas dan lesu sejak 6 bulan terakhir.
• Sering haus dan BAK, terutama malam hari.
• PF: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, napas
20x/menit dan suhu afebris.
• Lab: GDS 120 mg/dl
• Riwayat cedera kepala 1 minggu yang lalu

• Diagnosis?
Diabetes insipidus
• Kekurangan vasopresin/ADH  reabsorpsi
terganggu  poliuri

• Gejala
– Poliuri
– Dehidrasi
– Haus
– Polidipsi
Penyebab
• Diabetes insipidus nefrogenik
– Gangguan resistensi ginjal terhadap ADH

• Diabetes insipidus neurogenik


– Gangguan terjadi di sentral, aksis hipotalamus-
pituitari
A. Diabetes mellitus tipe 1
B. Diabetes mellitus tipe 2
C. Gagal ginjal
D. Diabetes insipidus tipe nefrogenik
E. Diabetes insipidus tipe neurogenik
42
Perempuan usia 35 tahun datang dengan keluhan mengalami peningkatan
berat badan 25 kg dalam 6 bulan terakhir. Gemuk terutama dirasakan
pada wajah, leher dan perut. Pasien sudah mengatur pola makan dan
berolahraga tetapi tetap merasa gemuk dan BB terus meningkat. Pasien
juga mengeluh muncul garis-garis merah keunguan di perut dan sekitar
paha. Enam bulan terakhir menstruasi tidak teratur. Pasien juga mengeluh
mudah lelah dan cepat lupa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 180/100 mmHg, nadi 80x/menit, napas 20x/menit, TB 165 cm, BB
90 kg, wajah moon face dan pada abdomen tampak striae warna
kemerahan. Diagnosis pada pasien adalah…
A. Obesitas
B. Hipertensi stage II
C. Penyakit cushing
D. Penyakit addison
E. Krisis addison
Pembahasan
• Perempuan usia 35 tahun
• Peningkatan berat badan 25 kg dalam 6 bulan terakhir.
• Gemuk terutama dirasakan pada wajah, leher dan perut.
• Muncul garis-garis merah keunguan di perut dan sekitar
paha.
• Menstruasi tidak teratur, mudah lelah, dan cepat lupa.
PF: tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 80x/menit,
napas 20x/menit, TB 165 cm, BB 90 kg, wajah moon face
dan pada abdomen tampak striae.

• Diagnosis?
Cushing’s

Ingat selalu patofisiologinya adalah kelebihan kortisol!


Gejala
Tanda sering: • Buffalo hump
• Moon face Perempuan:
• Pertumbuhan terhambar • Rambut halus di wajah,
• Obesitas sentral leher, dada, abdomen,
(ekstremitas kurus) paha
• Depresi • Menstruasi ireguler
• Lesu Laki-laki:
• Cepat haus, cepat pipis • Gairah seks berkurang
• Kulit sering terinfeksi • Disfungsi ereksi
• Striae
• Gampang memar
Regulasi
Kortisol
Apa penyebab hiperkortisolnya?
Walaupun gejalanya mirip (hiperkortisol), Cushing
Syndrome dan Cushing Disease TIDAK SAMA!
• Cushing syndrome:
– Hiperkortisolis oleh sebab apapun
– ACTH dependent atau independent
– Lebih sering terjadi
• Cushing disease:
– Hiperkortisol spesifik oleh sebab tumor pitiutari
– Tumor pitiutari menyebabkan kelenjar ini
mengeluarkan ACTH terlalu banyak, ACTH ini membuat
kelenjar adrenal memproduksi kortisol terlalu banyak
juga
– Lebih jarang terjadi
Pilihan Lain
• Obesitas
– IMT >25 kg/m2 (untuk ras non-Asia >30 kg/m2)
• Hipertensi stage II
– Tekanan darah sistolik >160 atau diastolik >100
• Penyakit Addison
– Kekurangan kortisol (hipoglikemi, hipotensi,
pigmentasi kulit, kelemahan, dll)
• Krisis addison
– Keadaan kekurangan kortisol yang berbahaya
(gejala lebih berat daripada penyakit addison)
– Penurunan kesadaran, syok, dll
A. Obesitas
B. Hipertensi stage II
C. Penyakit cushing
D. Penyakit addison
E. Krisis addison
43
Pria 22 tahun datang dengan keadaan tidak sadar
setelah minum oplosan yang berbahan dasar
umbi-umbian. Zat yang menyebabkan hal ini
adalah ….
A. H2S
B. CO
C. CO2
D. Sianida
E. HCO3-
Pembahasan
• Pria 22 tahun
• Tidak sadar
• Minum oplosan yang berbahan dasar umbi-
umbian

• Penyebab?
Intoksikasi asam sianida
• Umbi-umbian memiliki kandungan asam sianida (HCN)
yang tinggi
• Namun, tidak semua umbi menybabkan keracunan jika
diolah dengan benar (direndam air dulu)
• Gejala keracunan HCN
– GI: mual, muntah, diare
– Sesak napas, sianosis
– Pusing, lemas, penurunan kesadaran
– Syok
• Tatalaksana: natrium tiosulfat 30% IV
Pilihan Lain
• H2S (hidrogen sulfida)
– Gas beracun, berbau seperti telur busuk. Secara alami
ada di kawah gunung berapi dan telaga air panas.
Secara buatan dari bahan bakar minyak dan campuran
cairan rumah tangga.
– Gejala:
• Batuk, sesak, wheezing, sianosis
• Vertigo
• Mual muntah
• Konvusi, penurunan kesadaran, kejang
• Infark miokard, henti jantung, bradikardi
• Konjungtivitis, faringitis
Pilihan Lain
• CO (karbon monoksida)
– Gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Hasil dari
pembakaran tidak sempurna (asap kendaraan bermotor,
peralatan masak, atau perapian. Khas membuat warna
darah menjadi merah ceri (cherry red).
– Gejala:
• Konvulsi, depresi, impulsive, halusinasi, agitasi
• Mual, muntah, diare, nyeri perut
• Sakit kepala, lemah, gangguan penglihatan
• Penurunan kesadaran, kejang
• Takikardi, hipertermi, takipnea
Pilihan Lain
• CO2 (Karbon dioksida)
– Terjadi pada gagal napas
– Efek toksik rendah. Sehingga keracunan hanya
terjadi jika kadar CO2 tinggi
– Takipnea, takikardi, aritmia, penurunan kesadaran
• HCO3- = ion bikarbonat
– Terjadi pada alkalosis metabolik
– Hipokalemia  kelemahan, mialgia, poliuria,
aritmia
– Hipoventilasi
– Hipokalsemia  spasme otot, kesemutan
A. H2S
B. CO
C. CO2
D. Sianida
E. H2CO3OH
44
Pria 24 tahun mengeluh mual sudah 1 minggu ini
disertai pusing dan lemas. Pasien merupakan seorang
peternak sapi dan gemar memakan daging sapi
setengah matang. Pada pemeriksaan feses didapatkan
gambaran berikut. Apakah diagnosis pasien tersebut?
A. Taeniasis
B. Schistostomiasis
C. Ancylostomiasis
D. Necatoriasis
E. Ascariasis
Pembahasan
• Pria 24 tahun
• Mual sudah 1 minggu
• Pusing dan lemas
• Pasien merupakan seorang peternak sapi dan
gemar memakan daging sapi setengah matang.
• Pada pemeriksaan feses

• Diagnosis?
Taeniasis
• Disebabkan karena infeksi oleh Taenia
saginata, Taenia solium, atau Taenia asiatica.
• Taenia disebut juga dengan cacing pita.
• Penularannya dengan memakan daging
hewan yang belum dimasak atau setengah
matang.
• Taenia solium  babi
• Taenia saginata  sapi/kerbau
Sistiserkosis
• Khusus untuk Taenia solium, kistanya dapat
menyebar ke seluruh tubuh. Paling
berbahaya jika menyebar ke otak.
Gejala dan Tanda Taeniasis
• Gejala tidak khas, bisa asimtomatis.
• Umumnya gejala timbul akibat toksin atau iritasi di
usus.
– Rasa tidak nyaman di lambung
– Mual
– Lemah
– Berat badan menurun
– Sakit kepala
– Konstipasi
– Pusing
– Diare
– Pruritus ani
Faktor Risiko Taeniasis
• Memakan daging yang mengandung larva
taenia yang mentah atau setengah matang.
• Pengolahan daging yang tidak higienis.
• Daging yang berasal dari ternak yang tidak
terjaga kebersihan kandang dan
makanannya.
Penunjang Taeniasis
• Pada feses segar, secara mikroskopis dapat
ditemukan telur (berdiding tebal dan
radiel).
• Secara makroskopis dapat ditemukan
proglotid.
• Eosinofilia, leukositosis, dan peningkatan
LED.
Pengobatan Taeniasis
• Terapi pilihan: albendazol 1x400 mg selama
3 hari berturut-turut
• Terapi lainnya: mebendazol 3x100 mg
selama 2 atau 4 minggu.

• Pengobatan dianggap berhasil bila


ditemukan skoleks pada feses.
• Untuk sistiserkosis, tata laksananya adalah
dengan eksisi.
Macam Telur Cacing

Ascaris
Trichuris trichiura Telur Hookworm lumbricoides
A. Duodenale
N. americanus

Barrel shape Dinding 3 lapis


Tempayan (albuminoid,
Mucoid plug Dinding tipis hialin, vitelina)
Macam Telur Cacing

S. Japonicum S. Haematobium S. Mansoni

Japonicum  bendera jepang (bulet)


Haematobium  duri di tengah
Mansoni  M = miring, duri miring
Macam Telur Cacing

Oxyuris
Taenia
vermicularis
Enterobius
vermicularis

Bulat, dinding
tebal, radial, Asimetris,
berisi embrio dinding pipih di
salah satu sisi
Pilihan Lain
• Schistostomiasis
– Fase akut: demam, nyeri kepala, nyeri tungkai,
urtikaria, bronkitis, nyeri abdomen. Sebelumnya
ada riwayat terpapar dengan air (danau atau
sungai) 4-8 minggu sebelum gejala. Sebelumnya
menjadi ruam terlebih dahulu.
– Fase kronis: tergantung lokasi lesi.
• Organ kemih  hematuria, nyeri berkemih
• Usus halus  nyeri abdomen dan diare
berdarah
• Hati dan limpa  distensi abdomen,
pembesaran hati dan limpa, ikterik
Pilihan Lain
• Ancylostomiasis dan Necatoriasis (cacing tambang)
– Anoreksia, mual, muntah, diare, penurunan berat
badan, nyeri di area duodenum, jejunum, dan ileum.

• Ascariasis
– Mual, nafsu makan turun, diare, nyeri perut, kolik
– Sindrom Loeffler: larva berada di paru  batuk,
demam, eosinofilia
A. Taeniasis
B. Schistostomiasis
C. Ancylostomiasis
D. Necatoriasis
E. Ascariasis
45
Hasil pemeriksaan serologi seorang wanita 34
tahun adalah sebagai berikut: HbsAg (+), IgM
HBc (+), IgM HBs (-). Status hepatitis pasien ini
adalah ....
A. Hepatitis B akut
B. Hepatitis B kronik
C. Hepatitis B reaktif
D. Sudah imunisasi hepatitis B
E. Hepatitis B laten
Pembahasan
• HbsAg (+)
• IgM Hbc (+)
• IgM Hbs (-)

• Diagnosis?
Hepatitis B
• Virus yang menyerang hati.
• Masuk melalui darah atau cairan tubuh dari
orang lain yang terinfeksi.
• Disebut akut bila infeksi <6 bulan.
• Disebut kronik bila infeksi >6 bulan.
• Hepatitis B kronik dapat menjadi sirosis
hepatis, sementara sirosis hepatis menjadi
hepatoma.
Gejala Hepatitis B
• Gangguan gastrointestinal (malaise, anoreksia,
mual, muntah)
• Gejala flu (batuk, fotofobia, sakit kepala,
mialgia)
• Gangguan gastrointestinal dan gejala flu akan
menghilang ketika muncul kuning. Anoreksia,
malaise, dan kelemahan bisa menetap.
• Ikterus diawali dengan urine berwarna gelap.
Tanda Hepatitis B
• Konjungtiva ikterik
• Pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada
hati
• Splenomegali dan limfadenopati bisa terjadi
pada sebagian kecil pasien.
Penunjang Hepatitis B
• Kadar bilirubin darah meningkat
• SGOT dan SGPT ≥2 kali nilai normal
tertinggi.
• HBsAg positif
Serologi Hepatitis B
• HBsAg (hepatitis B surface antigen)
– Sebuah protein pada permukaan virus hepatitis B 
berarti virusnya ada di dalam tubuh! (bisa akut atau
kronik)
• Anti-HBs (hepatitis B surface antibody)
– Adanya antibodi hepatitis B tipe surface dalam tubuh
berarti tubuh sudah mengenali virus hepatitis B, bisa
karena dua hal: tubuh sudah pernah terinfeksi virus
hepatitis B kemudian sembuh atau sudah pernah
mendapat vaksin hepatitis B.
– Antibodi ini tidak ada pada pasien yang masih terinfeksi
(baik akut maupun kronik).
Serologi Hepatitis B
• Anti-HBc (total hepatitis B core antibody)
– Jenis antibodi hepatitis B yang hanya bisa
diperoleh dari infeksi saja. Sembuh atau tidak
sembuh, antibodi ini tetap ada seumur hidup.
• IgM anti-HBc (IgM antibody to hepatitis B
core antigen)
– Menandakan adanya infeksi akut, yaitu infeksi
hepatitis B maksimal 6 bulan terakhir.
Serologi Hepatitis B
• HBeAg (hepatitis B e-antigen)
– Protein ini dideteksi ketika virus hepatitis B
sedang aktif replikasi di hati. Artinya, orang ini
sedang terinfeksi dan mudah sekali menularkan
ke orang lain.
• HbeAb atau anti-Hbe
– Terdeteksi pada pasien dengan hepatitis B
kronis, tetapi jumlah hepatitis B dalam
darahnya rendah.
Diagnosis Hepatitis Akut vs Kronis
• Diagnosis hepatitis B difokuskan pada
deteksi HBsAg (surface Antigen)
• HBV akut: HBsAg +, IgM HBcAg + (c=core),
kalau HBeAg + artinya sedang sangat
kontagius
• HBV kronik: HBsAg + yang menetap 6
bulan!!!
TES INTERPRETASI
HBsAg (-)
Total anti-HBc (-) Belum ada kekebalan
Anti-HBs (-) Marker
HBsAg (-) Serologi
Total anti-HBc (+) Kebal karena infeksi natural Hepatitis
Anti-HBs (+)
HBsAg (-)
B
Total anti-HBc (-) Kebal karena imunisasi
Anti-HBs (+)
HBsAg (+)
Total anti-HBc (+)
Infeksi akut
IgM anti-HBc (+)
Anti-HBs (-)
HBsAg (+)
Total anti-HBc (+)
Infeksi kronik
IgM anti-HBc (-)
Anti-HBs (-)
Faktor Risiko Hepatitis B
• Hubungan seksual tanpa pengaman dengan
penderita hepatitis B
• Pemakaian jarum suntik secara bergantian
• Orang yang bekerja pada tempat yang biasa terpapar
darah manusia
• Transfusi darah sebelum dilakukan pemilahan
donor
• Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis
• Anak yang dilahirkan oleh ibu dengan hepatitis B
A. Hepatitis B akut
B. Hepatitis B kronik
C. Hepatitis B reaktif
D. Sudah imunisasi hepatitis B
E. Hepatitis B laten
46
Pria 23 tahun mengeluh diare sejak 1 minggu. Keluhan
disertai nyeri perut dan rasa lemas. Dari pemeriksaan
fisik, didapatkan konjungtiva anemis. Pada
pemeriksaan feses, didapatkan telur berbentuk
tempayan. Penyebab kasus ini adalah ....
A. Trichuris trichiura
B. Ascaris lumbricoides
C. Ancylostoma duodenale
D. Necator americanus
E. Amoeba
Pembahasan
• Pria 23 tahun
• Diare sejak 1 minggu
• Nyeri perut dan rasa lemas
• PF: konjungtiva anemis
• Pemeriksaan feses: telur berbentuk
tempayan

• Etiologi?
Trichuris
trichiura
Trichuris trichiura
• Gejala
– Nyeri perut, diare
– Jika infeksi >200 cacing akan menimbulkan
disentri
– Prolaps rektum
– Gagal tumbuh, anemia
Macam Telur Cacing

Ascaris
Trichuris trichiura Telur Hookworm lumbricoides
A. Duodenale
N. americanus

Barrel shape Dinding 3 lapis


Tempayan (albuminoid,
Mucoid plug Dinding tipis hialin, vitelina)
Macam Telur Cacing

S. Japonicum S. Haematobium S. Mansoni

Japonicum  bendera jepang (bulet)


Haematobium  duri di tengah
Mansoni  M = miring, duri miring
Macam Telur Cacing

Oxyuris
Taenia
vermicularis
Enterobius
vermicularis

Bulat, dinding
tebal, radial, Asimetris,
berisi embrio dinding pipih di
salah satu sisi
A. Trichuris trichiura
B. Ascaris lumbricoides
C. Ancylostoma duodenale
D. Necator americanus
E. Amoeba
47
Pria 30 tahun mengeluh nyeri ulu hati. Keluhan
dirasakan seperti terbakar dan ada rasa pahit
ketika bersendawa. Pada pemeriksaan fisik, tidak
ditemukan nyeri tekan epigastrium. Diagnosis
kasus tersebut adalah ....
A. Dispepsia fungsional
B. Gastritis akut
C. GERD
D. Dispepsia organik
E. Pankreatitis akut
Pembahasan

• Pria 30 tahun
• Nyeri ulu hati
• Keluhan dirasakan seperti terbakar dan
ada rasa pahit ketika bersendawa
• PF: tidak ditemukan nyeri tekan
epigastrium

• Diagnosis
Gastro-Esophageal Reflux Disease
(GERD)
• Definisi: Disebut GERD bila terjadi refluks
asam lambung yang mengganggu pasien
(minimal 2 kali heartburn/minggu)
• Atau, bila terjadi komplikasi (esofagitis,
striktur esofagus ringan, atau esofagus
Barrett
• Gejala:
1. Esofageal
2. Ekstraesofageal
Gejala Esofageal
• Heartburn (rasa terbakar di retrosternal.
Dicetuskan setelah makan, berbaring,
membungkuk, atau mengedan. Membaik
dengan antasida).
• Bersendawa
• Regurgitasi asam lambung atau empedu
• Peningkatan salivasi
• Odinofagia (nyeri menelan, bila sudah
terjadi esofagitis)
Gejala Ekstraesofageal
Masuknya asam lambung ke saluran napas

• Asma nokturnal (asma pada malam hari)


• Batuk kronik
• Laringitis
• Sinusitis
Komplikasi
• Esofagus Barrett (metaplasia epitel esofagus
distal)
• Esofagus Barrett bisa berkembang menjadi
kanker esofagus

Barrett Columnar
mucosa
Penunjang
• Umumnya tidak memerlukan pemeriksaan
penunjang
• Endoskopi diperlukan jika ada gejala alarm
atau tidak merespons terapi empirik PPI
dua kali sehari.
Gejala Alarm GERD (Revisi
Konsensus GERD 2013)
• Hematemesis dan/atau melena
• Riwayat keluarga dengan keganasan lambung
dan/atau esofagus
• Pengunaan OAINS kronik
• Usia lebih dari 40 tahun di daerah dengan prevalensi
kanker lambung yang tinggi
• Disfagia progresif
• Odinofagia
• Penurunan berat badan yang tidak diketahui
sebabnya
• Anemia awitan baru
GERD-Q
(Revisi
Konsensus
Nasional
GERD 2013)
(Revisi Konsensus
GERD 2013)
(Revisi Konsensus
GERD 2013)
Edukasi
• Posisi kepala harus lebih tinggi ketika tidur
• Menurunkan berat badan
• Menghentikan merokok
• Makan dalam porsi kecil dan teratur
• Menghindari: minuman panas, alkohol, buah asam,
tomat, bawang, makanan pedas, kopi, coklat, teh,
dan makan <3 jam sebelum tidur
• Hindari obat yang merelaksasi sfingter esofagus
bawah (nitrat, antikolinergik, CCB) DAN obat yang
merusak mukosa lambung (NSAID, garam kalium,
dan bifosfonat)
Medikamentosa
• Lini 1: PPI (omeprazol, lansoprazol, dll)
• Lini 2: antagonis H2 (ranitidin, dll)
• Lini 3: antasida

• Tidak disarankan untuk menggunakan


metoklopramid
Pilihan Lain
• Gastritis akut
– Peradangan pada lapisan permukaan lambung
– Keluhan bisa mereda atau memburuk setelah
makan, mual, muntah, dan kembung
– Hanya bisa didiagnosis dengan endoskopi
– Komplikasi: ulkus gaster  hematemesis, melena,
anemia
• Pankreatitis akut
– Nyeri epigastrik/kanan atas yang menjalar ke
samping atau punggung
– Mual muntah
– Peningkatan amilase dan lipase
Pilihan Lain
• Dispepsia
– Definisi: gejala gastrointestinal, namunn tidak
ditemukan kelainan organik
– Gejala: ROME III (di slide selanjutnya)
• Cepat kenyang
• Nyeri ulu hati
• Rasa terbakar
– Red flag: >45 tahun, muntah berulang atau persisten,
penurunan BB tanpa sebab jelas, disfagia progresif,
perdarahan saluran cerna, anemia, demam, massa di
abdomen atas, riwayat keluarga kanker lambung,
dispepsia awitan baru pada pasien >45 tahun.
ROME III (diagnosis dispepsia)
A. Dispepsia fungsional
B. Gastritis akut
C. GERD
D. Dispepsia organik
E. Pankreatitis akut
48
Pria 45 tahun mengeluh nyeri ulu hati seperti
terbakar sejak 1 minggu. Nyeri memberat saat lapar
dan membaik setelah makan. Tidak ada demam,
mual, atau muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
nyeri epigastrium (+). Tata laksana yang sesuai
adalah ….
A. Paracetamol 3x1000 mg PO
B. Ranitidine 2x150 mg PO
C. Famotidine 2x40 mg PO
D. Ranitidine 3x150 mg PO
E. Paracetamol 4x1000 mg PO
Pembahasan
• Pria 45 tahun
• Nyeri ulu hati seperti terbakar sejak 1 minggu
• Nyeri memberat saat lapar dan membaik
setelah makan
• Tidak ada demam, mual, atau muntah
• PF: nyeri epigastrium (+)

• Tatalaksana?
Ulkus gaster vs duodenum
• Ulkus gaster: nyeri segera setelah makan
• Ulkus duodenum: nyeri 2-3 jam setelah
Ulkus Gaster
makan Ulkus Duodenum
Nyeri epigastrium setelah Nyeri epigastrium 2-3 jam
makan setelah makan/saat lapar
Menyebabkan Menyebabkan
hematemesis hematochezia
Bisa menyebabkan ca Nyeri membaik dengan
gaster makanan
Bangun malam hari karena
nyeri
Diskusi
• Pada kasus ini, pasien mengalami dispepsia
atau GERD. Keduanya diberi obat antasida,
antagonis reseptor H2, atau PPI. Hanya ada 2
jenis obat yang sesuai di soal:
– Ranitidine
– Famotidine

• Dari keduanya, yang dosisnya benar adalah


– Ranitidine 2x150 mg PO ATAU 1x300 mg PO
– Famotidine 2 x 20 mg PO ATAU 1x40 mg PO
A. Paracetamol 3x1000 mg PO
B. Ranitidine 2x150 mg PO
C. Famotidine 2x40 mg PO
D. Ranitidine 3x150 mg PO
E. Paracetamol 4x1000 mg PO
49
Wanita 38 tahun mengeluh nyeri perut kanan atas
yang menjalar ke bahu. Pada pemeriksaan fisik,
tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit, napas
20 x/menit, suhu 38 °C, nyeri tekan perut kanan atas.
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit
15.000/mm3, bilirubin total 3 mg/dl, bilirubin direk 2
mg/dl. Tatalaksana yang sesuai adalah ....
A. Antibiotik
B. Antilipid
C. Antiemetik
D. Antispasmodik
E. Antikolinergik
Pembahasan
• Wanita 38 tahun
• Nyeri perut kanan atas yang menjalar ke bahu.
• PF: TD 120/80 mmHg, nadi 110x/menit, napas
20x/menit, suhu 38oC, nyeri tekan perut kanan
atas
• Lab: leukosit 15.000/mm3, bilirubin total 3
mg/dl, bilirubin direk 2 mg/dl

• Tatalaksana?
Kolangitis
• Peradangan saluran empedu/biliary tract
• Penyebab tersering: sumbatan batu empedu
• Gejala
– Trias Charcot
• Nyeri perut kanan atas  menjalar
• Demam
• Ikterik
– Reynold’s Pentad
• + hipotensi
• + confusion (kebingungan)
Tatalaksana
• Pastikan ABC aman
• Antibiotik spektrum luas (IV)  jika hasil
uji resistensi sudah keluar, antibiotik dapat
diganti
• Koreksi ketidakseimbangan elektrolit
Diskusi
• Pada kasus ini yang diminta adalah
“Tatalaksana yang sesuai”, sehingga
jawabannya “antibiotik”

• Jika soalnya adalah “Tatalaksana awal”,


jawabannya adalah “O2, resusitasi cairan,
dll” karena pasien sudah menunjukkan
gejala syok sepsis (tekanan darah 90/60,
nadi 120)
A. Antibiotik
B. Antilipid
C. Antiemetik
D. Antispasmodik
E. Antikolinergik
50
Pria 45 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan yang
keluar dari anus yang bisa masuk sendiri tanpa
didorong. Pasien jarang makan sayur dan buah. Dari
pemeriksaan colok dubur, pada sarung tangan didapatkan
darah segar. Apa diagnosisnya kasus ini?
A. Hemorroid grade III-IV
B. Hemorroid grade I-II
C. Fistula ani
D. Karsinoma rektum grade 2
E. Karsinoma rektum grade 3
Pembahasan
• Pria 45 tahun
• adanya benjolan yang keluar dari anus yang
bisa masuk sendiri tanpa didorong.
• Pasien jarang makan sayur dan buah.
• RT: pada sarung tangan didapatkan darah
segar.
• Diagnosisnya?
Hemoroid
• Pelebaran vena-vena di dalam pleksus
hemoroidalis
• Perdarahan pada waktu defekasi, darah
berwarna merah segar. Darah dapat
menetes keluar dari anus beberapa saat
setelah defekasi.
• Faktor resiko: wanita hamil, konstipasi,
peningkatan tekanan intraabdomen, batuk
kronik, penuaan.
Klasifikasi hemoroid
• Hemoroid interna: berasal dari bagian proksimal dentate line dan
dilapisi mukosa
Hemoroid internal dibagi menjadi 4 grade, yaitu:
1. Grade 1: Benjolan tidak tampak dari luar, perdarahan saat BAB (+)
2. Grade 2: hemoroid mencapai sfingter ekstrenal dan tampak pada saat
pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan
3. Grade 3: hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat
masuk kembali secara manual
4. Grade 4: hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk meski
dimasukkan secara manual
• Hemoroid eksternal: berasal dari bagian dentate line dan dilapisi oleh
epitel mukosa yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut
saraf nyeri somatik.
A. Hemorroid grade III-IV
B. Hemorroid grade I-II
C. Fistula ani
D. Karsinoma rektum grade 2
E. Karsinoma rektum grade 3

Anda mungkin juga menyukai