Anda di halaman 1dari 47

CASE PRESENTATION

LAPORAN HASIL ANALISIS


MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR KHUSUSNYA HIPERTENSI DI
UPTD PUSKESMAS GENUK KOTA SEMARANG
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh :

RISMA APRIANI RUDDIN


30101307065

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN HASIL ANALISIS

MANAJEMEN PENYAKIT HIPERTENSI


DI UPTD PUSKESMAS GENUK KOTA SEMARANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Risma Apriani Ruddin


30101307065

Telah diterima dan disetujui di depan tim penilai

UPTD Puskesmas Genuk

Mengetahui

Kepala Puskesmas Genuk Pembimbing

Satida Fargiani, SKM, M.kes. Dr. Rahmi

Mengetahui Pembimbing

Kepala Bagian IKM FK Unissula

Dr. Siti Thomas Zulaikhah, S.KM, M.Kes Dr. Tjatur Sambodo,MS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Hasil Peninjauan Manajemen Penyakit Hipertensi di UPTD Puskesmas Genuk Kota
Semarang.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Satida Fargiani, SKM, M.kes., selaku Kepala Puskesmas Genuk yang telah
memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Genuk, Semarang.
2. Dr. Tjatur Sambodo,MS selaku pembimbing Ilmu Kesehatan Masyarakat FK

UNISSULA

3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Genuk atas bimbingan dan kerjasama yang
telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan.Karena itu penulis sangat berterima
kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga Hasil Laporan Hasil Peninjauan Manajemen
Penyakit Hipertensidi UPTD Puskesmas Genuk Kota Semarang.dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Semarang, April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari
orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu
yang panjang, salah satunya adalah penyakit kelainan darah dan gangguan
pembentukan organ tubuh (PMK No.71 2015).

Penanggulangan Penyakit Tidak Menular merupakan upaya kesehatan yang


mengutamakan aspek promotif dan preventif, upaya dalam menanggulangi
Penyakit Tidak Menular yaitu mengendalikan faktor resiko yang dapat diubah,
yaitu : merokok; kurang aktifitas fisik; diet yang tidak sehat; konsumsi minuman
beralkohol dan lingkungan yang tidak sehat. Selain itu, promosi kesehatan; deteksi
dini faktor resiko dan perlindungan khusus merupakan upaya yang dilakukan guna
menanggulangi Penyakit Tidak Menular (PMK No.71 2015).

Dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular, dilaksanakan Surveilans


sebagai dasar penetapan kegiatan penagggulangan, kegiatannya meliputi
pengumpulan data ; pengolahan data dan analisis data; interpretasi data; diseminasi
informasi terhadap faktor resiko; penyakit dan penyebab kematian.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat ataupun tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Faktor resiko hipertensi
adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak
dapat diubah), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kurang
aktifitas fisik dan stres. Adapun klasifikasi hipertensi terbagi berdasarkan penyebab
berdasarkan bentuk hipertensi.

Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer


(esensial) yaitu hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder (non esensial) yaitu hipertensi yang diketahui penyebabnya (Depkes,
2013)

Dewasa ini, terjadi perubahan pola penyakit dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular yang biasa disebut transisi epidemiologi, dimanasalah satu
faktor resikonya adalah pola gaya hidup yang tidak sehat, salah satu penyakitnya
yaitu Hipertensi (Dinkes jateng, 2017). Sebagai ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan, Puskesmas berupaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit
tersebut(PMK No 75 Tahun 2014).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (PMK No 75
Tahun 2014). Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama
(Depkes, 2011).

Menurut profil kesehatan DKK Semarang tahun 2017, hipertensi


menduduki peringkat 2 dari 9 besar penyakit tidak menular di Kota Semarang.
Kejadian hipertensi khususnya hipertensi essesnsial di Puskesmas Genuk selama
periode Januari 2018 hingga September 2018 sebanyak 3428 kasus dan menempati
peringkat pertama kejadian penyakit tidak menular terbanyak,maka dari itu peneliti
tertarik untuk meneliti manajemen penyakit Hipertensi di Puskesmas Genuk.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana manajemen penyakit Hipertensi di UPTD Puskesmas Genuk Kpta
Semarang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami manajemen penyakit tidak menular di Puskesmas
Genuk, dan memberikan masukan agar upaya untuk menurunkan angka kejadian
penyakit tidak menular bisa lebih efektif.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam manajemen penyakit tidak
menular di Puskesmas Genuk.
1.3.2.2. Menentukan prioritas masalah yang berkaitan dengan manajemen penyakit
tidak menular.
1.3.2.3. Memberi solusi pemecahan masalah supaya kejadian penyakit tidak
menular menurun.

1.4 Manfaat
1.4.1. Bagi Puskesmas
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Puskesmas Genuk untuk manajemen
penyakit tidak menular
1.4.2 Bagi Masyarakat
Menurunkan kejadian penyakit tidak menular dan meningkatkan kualitas hidup
sehat masyarakat yang berada di semua tatanan
1.4.3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui secara langsung bagaimana efek dari manajemen
tersebut terhadap masyarakat
BAB II
ANALISA SITUASI DAN DASAR TEORI

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan

Data pasien diambil dari anamnesis serta pemeriksaan fisik yang dilakukan

secara langsung ketika pasien melakukan kontrol pengobatan di poliklinik

Puskesmas Genuk pada tanggal 6 April 2019. Setelah dilakukan pengumpulan data

responden, peneliti melakukan kunjungan rumah responden. Analisa manajemen

penyakit hipertensi diperoleh dari kunjungan rumah pasien pada 8 April 2019.

Anamnesa dan kunjungan rumah untuk wawancara perilaku pasien, dan keluarga

pasien. Intervensi pada tanggal 10 April 2019.

2.2 Laporan Hasil Pengamatan

Nama : Ny.UA

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 5 Januari 1970

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Gebangsari RW1 RT2‚ Semarang Jateng

Kewarganegaraan : WNI

Cara pembayaran : BPJS PBI


2.3 Diagnosis Holistik

2.3.1. Aspek 1 Personal

Keluhan Utama Pasien merasakan nyeri kepala sudah kurang lebih 1 minggu,
disertai Leher bagian belakang terasa kaku dan bahu terasa
pegal-pegal

Harapan Ingin sembuh dan sehat seperti sedia kala

Kekhawatiran pasien khawatir akan penyakitnya yang kambuh

kambuhan

2.3.2. Aspek 2 Medis Umum

Diagnosis : Hipertensi Grade II

Dasar diagnosis :

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Genuk dengan keluhan nyeri pada kepala yang
memberat sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala hilang timbul dan dirasakan
pertama kali sejak 1 minggu terakhir dan memberat apabila pasien kurang
istirahat dan kecapaian. Pasien mengeluhkan nyeri kepala dirasakan di kepala
bagian bawah menjalar ke bagian atas kepala. Keluhan pasien juga disertai rasa
kaku seperti terikat pada leher bagian belakang dan pegal-pegal pada bahu.
Keluhan lain seperti mata berkunang, mual, dan muntah disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal adanya nyeri pada dada maupun sesak nafas. Pasien
juga menyangkal adanya gangguan pada BAK. Sebelum keluhan ini muncul,
pasien sudah sering berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama, namun
pasien tidak kontrol secara teratur ke puskesmas.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat
DM, penyakit jantung, kolesterol, dan sakit ginjal disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengaku Ibu kandung pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM dan
sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu karena komlikasi dari penyakit
tersebut.

Riwayat berobat
Pasien mengaku mulai berobat sejak 5 tahun yang lalu namun jarang ke
puskesmas untuk kontrol kembali. Pasien merasa keluhan mulai berkurang
setelah meminum obat amlodipin 5 mg yang merupakan obat yang diberikan
saat kontrol berobat.

Riwayat kebiasaan

Sebelum sakit pasien memiliki kebiasan pola makan yang tidak teratur dan
meminum kopi 3 kali dalam sehari. Pasien juga sangat jarang berolahraga.

Riwayat sosial ekonomi

Pasien beradadi tingkatan sosial ekonomi menengah ke bawah. Pasien tinggal


di rumah bersama dengan suaminya dan kedua anaknya. Pasien merupakan ibu
rumah tangga dan mendapatkan biaya kehidupan sehari-hari dari suaminya
yang merupakan buruh pabrik dengan penghasilan Rp. 2.500.000,-.
2.3.3. Aspek 3 Faktor Risiko Internal

1. Data Individu

Pasien berusia 49 tahun. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Berat badan

pasien 76 kg dan tinggi badan 150 cm di mana BMI = 33‚7 (Obesitas).

2. Pengetahuan

Hasil home visite ke rumah pasien didapatkan pasien kurang mengetahui


mengenai penyakit Hipertensi terutama saat ditanyai mengenai penyebab, gejala
dan Faktor resiko serta komplikasinya.
3. Data keluarga

No Nama Usia Pendidikan Status Pekerjaan Agama

1. Tn. A 56 SMP Suami Buruh Islam

2. Ny. UA 49 SMA Pasien Ibu Rumah Tangga Islam

3. Nn. P 20 SMA Anak Buruh Pabrik Islam

4. An. S 15 SMA Anak Pelajar Islam

Tabel 2.1 Data Keluarga

Genogram

Gambar 2.1 Genogram


4. Data perilaku

 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Hipertensi (gejala,

pencegahan, faktor resiko, terapi dan komplikasi).

 Pasien tidak rutin berobat dan hanya berobat ke puskesmas jika terdapat

keluhan.

 Pasien kurang mengetahui masalah-masalah apa saja yang akan timbul

bila Hipertensi pasien tak terkontrol

 Pasien memiliki pola makan yang kurang variatif dan tidak seimbang

serta kurang kecukupan.

 Pasien menyukai makanan gorengan dan asin, meminum kopi sachet,

dan jarang berolahraga.

2.3.4. ASPEK 4 Faktor Risiko Eksternal

1. Data Kondisi Rumah

Hasil home visite didapatkan rumah pasien terletak di hunian padat

penduduk, terletak di perkampungan, dan merupakan daerah sering terkena

banjir. Pasien tinggal bersama suami, dan dua orang anak. Rumah pasien terdiri

dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, dan 1 dapur.memiliki langit-langit rumah

namun tidak memiliki plafon, lantai rumah terbuat dari tegel. Cahaya

matahari yang masuk hanya sampai ke ruang tamu. Untuk kamar tidur

sama sekali tidak terpapar matahari.

2. Data Lingkungan

● Ekonomi

Pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Untuk kebutuhan makan dan

sehari-hari ditanggung oleh suami dan anaknya. Kesan ekonomi kurang.

Untuk pembiayaan kesehatan pasien menggunakan BPJS PBI.


● Sosial Masyarakat

Pasien berhubungan baik dengan tetangga sekitar rumah dan sering

mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Rata-rata

lingkungan masyarakat pasien adalah golongan menengah ke bawah.

3. Program pada Pelayanan Kesehatan

Menurut pasien, ia tidak pernah mendapatkan penyuluhan mengenai

Hipertensi (penyebab, gejala, pencegahan faktor risiko, komplikasi , nutrisi

yang baik bagi pasien Hipertensi, serta bagaimana pengobatan). Pasien juga

tidak pernah mengetahui adanya program PROLANIS dari pemerintah.

Pasien mengaku sangat malas ke puskesmas kecuali terdesak karena antrian

yang sangat lama.

2.3.5. ASPEK 5 Derajat Fungsional

Skala 1 : pasien tidak memiliki kesulitan dimana pasien dapat hidup mandiri

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 6 dan 8 April 2019.

Antropometri dan Status Gizi

BB :76 kg

TB: 150 cm

IMT : BB/ (TB)2 = 76/(1,50)2= 76/33,7=33,7 (Obesitas)

Kesadaran dan Keadaan Umum : Composmentis dan baik.

Tanda Vital :

a. Tekanan Darah : 160/100 mmHg

b. Nadi

 Frekuensi : 92x/menit
 Irama : Reguler

 Isi & Tegangan : Cukup

 Ekualitas : Ekual

c. Laju Pernapasan : 24x/menit

d. Suhu : 36,7oC (per aksilla)

Status Present

a. Kepala : Mesocephale

b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

c. Kulit : Tidak sianosis, Ikterus (-), Ptechie (-),turgor cukup

d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-)sklera ikterik (-/-),

refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-di tengah, lensa

kedua mata terlihat keruh, tidak ada alat bantu penglihatan

e. Hidung : Epistaksis (-/-),Discharge (+/+)

f. Telinga : Aurikula dalam batas normal, discharge (-/-)

g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)

h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

i. Tenggorok : Uvula di tengah,mukosa faring hiperemis (-),Tonsil T1-T1

tenang.

j. Torax: Tidak dilakukan

k. Abdomen : Tidak dilakukan

l. Anggota Gerak : Atas Bawah

Capillary refill : < 2” < 2”

Akraldingin : -/- -/-

R. Fisiologis : +/+ +/+

R. Patologis : -/- -/-


Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

a. Identifikasi Masalah

Pasien datang ke Puskesmas Genuk dengan keluhan nyeri pada kepala yang
memberat sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala hilang timbul dan dirasakan
pertama kali sejak 1 minggu terakhir dan memberat apabila pasien kurang
istirahat dan kecapaian. Pasien mengeluhkan nyeri kepala dirasakan di kepala
bagian bawah menjalar ke bagian atas kepala. Keluhan pasien juga disertai rasa
kaku seperti terikat pada leher bagian belakang dan pegal-pegal pada bahu.
Keluhan lain seperti mata berkunang, mual, dan muntah disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal adanya nyeri pada dada maupun sesak nafas. Pasien
juga menyangkal adanya gangguan pada BAK. Sebelum keluhan ini muncul,
pasien sudah sering berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama, namun
pasien tidak kontrol secara teratur ke puskesmas.

Berdasarkan identifikasi dari faktor risiko internal ditemukan


Pasien berusia 49 tahun. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Berat
badan pasien 76 kg dan tinggi badan 150 cm di mana BMI = 33‚7
(Obesitas). Hasil home visite ke rumah pasien didapatkan pasien kurang
mengetahui mengenai penyakit Hipertensi terutama saat ditanyai mengenai
penyebab, gejala dan Faktor resiko serta komplikasinya. Menurut pasien, ia
tidak pernah mendapatkan penyuluhan mengenai Hipertensi (penyebab,
gejala, pencegahan faktor risiko, komplikasi , nutrisi yang baik bagi pasien
Hipertensi, serta bagaimana pengobatan). Pasien juga tidak pernah
mengetahui adanya program PROLANIS dari pemerintah. Pasien mengaku
sangat malas ke puskesmas kecuali terdesak karena antrian yang sangat
lama.
B. Rencana Pelaksanaan

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang Diharapkan

Aspek - Menjelaskan pasien bahwa Pasien Pada saat di Pasien paham untuk
nyeri kepala yang dirasakan
Personal Puskesmas merubah kebiasaannya
pasien akibat Hipertensi yang
diderita pasien. dan makan, berolahraga dan
- Menjelaskan kepada pasien kunjungan minum obat secara teratur,
bahwa penyakitnya tidak rumah serta rajin kontrol ke
dapat sembuh, namun dapat
dikontrol dengan cara puskesmas sehingga
meminum obat teratur, rajin tekanan darahnya dapat
kontrol ke puskemas bila obat
habis, diet rendah garam terkontrol.
setengah sendok teh dalam
sehari dan berolahraga selama
minimal 30 menit tiap 3-4
kali seminggu.

- Menjelaskan pada pasien,


karena pasien sudah memiliki
kartu BPJS sehingga biaya
akan ditanggung oleh BPJS.
- Menjelaskan bahwa penyakit
pasien menyebabkan pasien
harus menjalani diet khusus,
sehingga berat badan pasien
tidak berlebih maupun tidak
kurang, sesuai dengan barat
badan ideal pasien.

Aspek  Farmakologi : Pasien Pada saat di Agar tekanan darah pasien


Klinis - Memberikan terapi Puskesmas dan terkontrol dan berat badan
Amlodipin 1 x 5 mg sesudah kunjungan pasien ideal.
makan malam hari.
rumah
- Memberikan terapi Vitamin .
untuk vitalitas pasien yaitu
vitamin B Compleks.
- Jika tidak ada perubahan :
rujuk pasien.

 Non farmakologi :
- Memberikan edukasi diet
rendah garam kepada pasien.
- Menyarankan pasien untuk
berolah raga rutin, seperti:
jogging, jalan cepat 3-4 x
seminggu.

Aspek - Mengkonsumsi makanan Pasien dan Pada saat Kebutuhan kalori pasien
selingan berupa buah dan keluarga
Risiko kunjungan tercukupi dan bervariatif
sayur serta mengurangi pasien
Internal konsumsi garam dan lemak rumah dalam mengonsumsi
serta makanan asin
makanan sehingga
- Menyarankan pasien untuk mengurangi faktor risiko
mengurangi konsumsi kopi
sachet. hipertensi.

Aspek - Menyarankan kepada anak- Pasien dan Pada saat Keluarga pasien lebih
anak pasien yang belum
Psikososia keluarga kunjungan memperhatikan ibunya dan
terdeteksi hipertensi untuk
l Keluarga melakukan pemeriksaan pasien rumah dapat menyempatkan
tekanan darah secara teratur.
waktu untuk mengobrol
- Menyarankan kepada pasien dengan ibunya.
agar lebih aktif mengikuti
kegiatan oahraga ringan di
Keluarga pasien mau
komplek perumahan pasien.
melakukan pemeriksaan
tekanan darah secara
teratur untuk deteksi
hipertensi.

Aspek - Menyarankan pasien untuk Pasien Pada saat di Pasien dapat teratur minum
Fungsional menjaga pola makan sesuai Puskesmas dan obat seumur hidupnya dan
dengan diet rendah garam kunjungan dapat mengontrol tekanan
(lampiran), meminum obat rumah darah.
hipertensi, kontrol secara
teratur, serta berolahraga jalan
cepat selama minimal 30 menit
3-4 kali seminggu.

2.2 Manajemen

2.2.1 Definisi

Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan

ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC

yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating

(pengarahan) dan Controling (pengendalian). Agar tujuan yang ditetapkan terlebih

dahulu dapat tercapai, maka manajemen memerlukan unsur atau sarana atau “ the

tool of management” meliputi unsur 6M yaitu:

a. Man (manusia), yaitu sumber daya manusia organisasi, eksekutif dan operatif.

Sumber daya manusia meliputi tenaga kesehatan maupun non kesehatan dilihat

dari tingkat pendidikan, pengalaman bekerja di puskesmas dan motivasi dalam

bekerja.

b. Money (uang), yaitu dana operasional untuk mencapai tujuan. Dana operasional

meliputi jumlah yang diterima, jumlah yang digunakan dan sisa baik kelebihan

maupun kekurangan.

c. Methods (metode), yaitu cara-cara untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan

jenis pelayanan.

d. Materials(bahan), yaitu bahan-bahan untuk mencapai tujuan. Bahan yang

dimaksud adalah bahan yang habis pakai seperti obat, vaksin, kertas
e. Machine (mesin), yaitu mesin/ alat untuk mencapai tujuan.

f. Market (sasaran penduduk), yaitu sasaran berdasarkan ketepatan jumlah dan

persentase penduduk sasaran untuk mencapai tujuan.

Untuk dapat terselenggaranya manajemen yang baik, unsur-unsur tersebut

diproses melalui fungsi-fungsi manajemen. Prinsip manajemen tersebut merupakan

pegangan umum untuk terselenggaranya fungsi-fungsi logistik dengan baik.

2.2. Manajemen Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 71 tahun 2015 tentang

penanggulangan penyakit tidak menular

Pasal 4

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyrakat bertanggung jawab

menyelenggarakan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular serta akibat

yang ditimbulkannya.

(2) Penyelenggaraan Penganggulangan Penyakit tidak menular sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit tidak menular melalui Upaya

Kesehatan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)

dilaksanakan dengan upaya pencegahan dan pengendalian.

(2) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dititik beratkan pada

pengendalian faktor resiko Penyakit Tidak Menular yang dapat diubah.


(3) Faktor resiko perilaku yang dapat diubah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi :

a. Merokok

b. Kurang aktifitas fisik

c. Diet yang tidak sehat

d. Komsumsi minuman beralkohol

e. Lingkungan yang tidak sehat

(4) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui

kegiatan promosi kesehatan, deteksi dini faktor resiko, dan perlindungan

khusus.

(5) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui

kegiatan penemuan dini kasus dan tatalaksana dini.

Pasal 12

(1) Dalam penyelenggaraan Penanggulangan PTM, dilaksanakan Surveilans

PTM sebagai dasar penetapan kegiatan penanggulangan.

(2) Surveilans PTM bertujuan untuk memperoleh informasi tentang situasi,

kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan secara

efektif dan efisien.

(3) Surveilans PTM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, intepretasi

data, sertadiseminasi informasi terhadap faktor risiko, penyakit, dan

penyebab kematian.
Pasal 15

(1) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4),

bertujuan untuk mewujudkan PHBS dengan menciptakan dan

mentradisikan perilaku CERDIK masyarakat, yaitu; Cek kesehatan secara

berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehatdan gizi

seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress.

(2) Promosi kesehatan dilakukan dengan strategi advokasi, pemberdayaan

masyarakat, dan kemitraan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Promosi kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi di bidang promosi kesehatan dan/atau PenanggulanganPTM.

(4) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam

melaksanakan promosi kesehatan dapat mendayagunakan kader

kesehatan.

Pasal16

(1) Deteksi dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) dilakukan

untuk menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin

(2) Deteksi dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap

individu dan/atau kelompok yang berisiko atau tidak berisiko secara

rutinmelalui:

a. wawancara;

b. pengukuran; dan

c. pemeriksaan.
(3) Deteksi dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas/tempat dilaksanakan Upaya

Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).

(4) Dalam hal berdasarkan hasil deteksi dini sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) positif berisiko PTM, harus ditindaklanjuti dengan

pengendalian faktorrisiko.

Pasal 17

(1) Perlindungan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4)

dilakukan untuk pencegahan penyakit dengan pemberian

kekebalan/imunisasi.

(2) Pemberian kekebalan/imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya dapat dilakukan terhadap jenis PTM yang memungkinkan secara

keilmuan di bidang kesehatan dan harus berdasarkan bukti ilmiah.

(3) Pemberian kekebalan/imunisasi terhadap jenis PTM sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan setelah mendapatkan

rekomendasi komite ahliimunisasi dan/atau komite ahli

PenanggulanganPTM.

Pasal 18

(1) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilakukan

melalui pelayanan pengobatan dan perawatan, rehabilitasi dan paliatif.

(2) Pelayanan pengobatan dan perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diberikan kepada individu yang menderita sakit dengan tujuan

untuk mengurangi faktor risiko, mengobati penyakit,

mencegah/mengurangi penyulit, memberikan prognosis serta


meningkatkan kualitas hidup.

(3) Dalam melakukan penanganan kasus, tenaga kesehatan harus

menciptakan dan mentradisikan perilaku PATUH yaitu; Periksa

kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat,

Tetap aktivitas fisik dengan aman, Upayakan diet sehat dan gizi

seimbang, dan Hindari asap rokok, minuman beralkohol danzat

karsinogenik.

(4) Penanganan kasus diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan

sesuai standar pelayanan atau Pedoman Nasional Pelayanan

Kedokteran (PNPK) dan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(5) Pelayananrehabilitasisebagaimanadimaksudpadaayat

(1) ditujukan untuk mengembalikan penderita ke tengah

keluarga dan masyarakat sehingga dapat berfungsi sebagai anggota

masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuannya.

(6) Pelayanan paliatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan

untuk mencapai kualitas hidup pasien dan kematian yangbermartabat.

2.3. Hipertensi
2.3.1. Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg

dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh

Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi tinggi dari 140/90 mmHg (Sani, 2008).
2.3.2. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi hipertensi:

a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program

merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan,

dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada

tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani,

2008).

Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan


Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) (mmHg)
Normal Optimal < 120 Dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
- Nornal < 130 Dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 Atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 Atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 Atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 Atau ≥ 110
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya

dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi

kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut

pra hipertensi (Sani, 2008).


b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)

telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-

tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)
c. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

(Sani, 2008).

Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi Indonesia

13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu konsensus mengenai

pedoman penanganan hipertensi di Indonesia yang ditujukan bagi mereka yang

melayani masyarakat umum:

1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan

ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan

diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan data
penelitian hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan meliputi

jumlah penderita yang banyak masih jarang.

2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik

dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.

3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan tingginya

tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ target dan

penyakit penyerta tertentu.

Tabel 6
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan Darah dan/atau Tekanan Darah


Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 Atau ≥100
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
terisolasi
(Sumber: Sani, 2008)
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik

dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7).Pertama yaitu hipertensi sistolik

adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka

sistolik.Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila

jantung berkontraksi (denyut jantung).Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri

pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan

atas yang nilainya lebih besar.

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil

menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran

darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.Tekanan darah

diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan

relaksasi diantara dua denyutan.Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U


(2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur,

obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder

dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat

diketahui sedangkan hipertensi primer atau esensial merupakan jenis yang

penyebab spesifiknya tidak diketahui (Lanny dkk, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna.Hipertensi Benigna adalah keadaan

hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat

penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang

membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan

akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul

Azam,2005).

2.3.3. Diagnosis

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan

sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran

dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak

tangan menghadap ke atas dan posisi lengan setinggi jantung. Pengukuran

dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan

dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda,

makanan tinggi kolestrol, alkuhol dan sebagainya.

Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :

1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertensi yang diderita


Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh

mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak,

apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain – lain.

2. Mengisolasi penyebab

Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab

spesifiknya.

3. Pencarian faktor resiko tambahan

Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor – faktor

resiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.

4. Pemeriksaan luar

Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti

kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography)dan

rontgen.

5. Tes Khusus

Tes yang dilakukan antara lain :

a. X – ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna

yang digunakan untuk memvisualisasikan jaringan arteri aorta, renal dan

adrenal.

b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat

electroenchefalografi(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG

atau EKG).
2.3.4. Data – data mengenai Hipertensi

Gambar 1. Proporsi penyebab kematian akibat penyakit tidak menular (%) pada populasi semua
umur (total kematian: 2285 orang).Sumber: RISKESDAS, Litbangkes 2007.

Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pola penyakit penyebab

kematian dari tahun 1995 s/d 2007, dimana proporsi penyakit infeksi atau penyakit

menular serta kematian maternal dan neonatal sebagai penyebab kematian yang

cenderung menurun, dan sebaliknya terjadi peningkatan pada penyakit tidak menular.

Gambar 2. Distribusi kasus PTM 2013 s/d 2017 di Kota Semarang


Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang, 2017.
Dari tahun 2013 – 2016, kejadian hipertensi khususnya hipertensi essensial di Kota

Semarang merupakan yang tertinggi dari beberapa penyakit tidak menular yang

lain. Namun, pada 2017 penyakit tidak menular tertinggi yaitu Diabetes Melitus

non Insulin.

Daftar 10 besar penyakit tidak menular di Puskesmas Genuk tahun 2018

1. Hipertensi : 2810 Kasus

2. DM : 2101 kasus

3. Hemoroid : 1987 kasu

4. Srtoke : 1798 kasus

5. Ca. Mamae : 997 kasus

6. Ca. Serviks : 920 kasus

7. Ginjal Kronik : 743 kasus

8. Decomp. Cordis : 360 kasus

9. IMA : 120 kasus

10. Leukimia : 34 kasus

Angka Kejadian Hipertensi pada tahun 2018 di Puskesmas Genuk

a. Januari 2018 : 328 kasus

b. Februari 2018 : 225 kasus

c. Maret 2018 : 287 kasus

d. April 2018 : 407 kasus

e. Mei 2018 : 262 kasus

f. Juni 2018 : 277 kasus

g. Juli 2018 : 344 kasus

h. Agustus 2018 : 351 kasus

i. September 2018 : 329 kasus


j. Oktober 2018 : 369 kasus

k. November 2018 : 396 kasus

l. Desember 2018 : 318 kasus

2.3.5. Arah Kebijakan Pemerintah untuk penyakit hipertensi

Kementerian Kesehatan melalui Ditjen Penanggulangan Penyakit dan

penyehatan Lingkungan menyusun arah kebijakan yang mengacu pada tiga hal

yakni :

a. Penguatan pelayanan kesehatan primer (Primary health Care)

Puskesmas mempunyai funsi sebagai perantara kesehatan wilayah melalui

4 upaya yaitu :

- Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat

- Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat

- Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan

- Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan

kesehatan

b. Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (continuum of care)

Pendekatan dilakukan melalui peningkatan cakupan, mutu dan

keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan

melalui strategi berikut

- Deteksi dini penyakit tidak menular

- Penguatan surveilans epidemiologi dan faktor resiko

c. Intervensi Berbasis Resiko Kesehatan

Untuk hipertensi, maka perlu dilakukan deteksi dini secara proaktif dengan

kunjungan ke masyarakat karena ¾ penderita tidak tahu bila dirinya


menderita penyakit hipertensi, disamping itu perlu mendorong

kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS (Pola Bersih Hidup Sehat)

untuk menerapkan kawasan bebas rokok agar mampu membatasi ruang

gerak para perokok yang notabene sebagai faktor resiko penyakit

hipertensi.

2.3.6. Program pemerintah dalam penanggulangan Hipertensi

Untuk pengelolaan Hipertensi, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan

membuat kebijakan yaitu :

a. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara

aktif (skrining)

b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui

kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) Penyakit Tidak Menular

c. Meningkatkan akses pemderita terhadap pengobatan hipertensi melalui

revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian Penyakit Tidak Menular

melalui peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan

kompeten dalam upaya pengendalian Penyakit Tidak Menular khususnya

tatalaksana Penyakit Tidak Menular di Puskesmas.

d. Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian Penyakit Tidak Menular

secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik serta

peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana promotif – preventif,

maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

2.4. Profil Puskesmas


2.4.1. Data Umum
2.4.1.1. Data Wilayah
Puskesmas Genuk mempunyai beberapa gedung pelayanan,
diantaranya pelayanan pemeriksaan umum, gigi, KIA, KB, Farmasi,
ruang tindakan, ruang MTBS, pertolongan persalinan, pasca
persalinan, ruang Promosi Kesehatan dan Lingkungan. Puskesmas
genuk merupakan puskesmas rawat jalan yang didukung dengan 2
puskesmas pembantu yaitu Muktiharjo Lor dan Gebangsari.
Batas Wilayah
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Demak
Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu
Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari

Gambar 2.1. Peta wilayah kerja Puskesmas Genuk


Luas Tanah dan Bangunan
Luas gedung Puskesmas induk sebesar 375 m2 yang terletak pada
tanah dengan luas 408 m2 .
2.4.1.2. Data Penduduk
Tabel 2.1. Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Genuk

Luas Wilayah Jumlah


No Kelurahan RW RT
(km2) Penduduk

1 Genuksari 2,455 14,868 77 9


2 Banjardowo 2,12 8,790 51 8
3 Trimulyo 3,485 3,412 20 4

4 Terboyo Wetan 2,854 1,345 8 2

5 Terboyo kulon 2,356 630 6 2

6 Gebangsari 1,442 6,840 57 11

7 Muktiharjo Lor 1,319 4,461 23 5

JUMLAH 14.701 40.336 242 41

2.4.1.3. Sarana dan Prasarana


1. Sarana Fisik
Tabel 2.2. Sarana fisik Puskesmas Genuk
No Nama bangunan Jumlah ruangan Kondisi
1 Ruang Kepala Puskesmas 1 Baik

2 Ruang Ka. Sub. Bag. Tata Usaha 1 Baik

3 Ruang BP umum/lansia 1 Baik


4 Ruang Anak / MTBS/Gizi 1 Baik
5 Ruang BP Gigi 1 Baik

6 Ruang KIA/KB 1 Baik


7 Ruang obat 1 Baik

8 Ruang Laborat 1 Baik

9 Gudang Obat 1 Baik


10 Ruang loket 1 Baik
11 Ruang Tunggu 1 Baik

12 Ruang Dapur 1 Baik

13 Ruang Gudang 1 Baik


14 Ruang RM / Data 1 Baik
15 Ruang pertemuan 1 Baik
2. Sarana Transportasi
Sarana transportasi untuk menunjang kegiatan operasional di
Puskesmas Genuk adalah:
a. Ambulans : 1 buah

2.4.2. Data Khusus


1. Ketenaga kerjaan
Setiap petugas di Puskesmas Genuk sudah memegang dan
melaksanakan tanggungjawab sesuai tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) serta perannya masing-masing, mulai dari koordinator
hingga pelaksana lapangan.
Tabel . Ketenaga kerjaan
No jenis Tenaga Jumlah
PNS K2 / Magang
1 Kepala Puskesmas 1
2 Ka. Sub.Bag Tata Usaha 1
3 Dokter Umum/fungsional 3
4 Dokter Gigi 1
5 Bidan 3 1
6 Perawat 5 1
7 Perawat Gigi 1 1
8 Sanitarian 1
9 Apoteker
10 Ass Apoteker 1
11 Analis Kesehatan/Laborat 1 1
12 Nutrisionis 1
13 Epidemiolog
14 Penyuluh
15 Entomolog
16 Rekam Medis 1
17 Pengadministrasi 1 1
18 Petugus Loket 2 1
19 Penjaga malam 1

2.4.3. Upaya Kesehatan Puskesmas


Program yang dilakukan Puskesmas Genuk untuk menurunkan angka
kejadian Hipertensi diantaranya :
Program UKM :
a. Pelaporan 10 besar PTM
b. Posbindu PTM

Program UKP :
a. Prolanis
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Program Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi

3.1.1. Posbindu PTM

Posbindu atau Pos Pembinaan Terpadu dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan

dibantu oleh kader yang dilaksanakan di desa. Posbindu dilaksanakan setiap 1 bulan sekali

dengan targetnya yaitu masyarakat sehat, masyarakat beresiko dan masyarakat dengan

Penyakit Tidak menular mulai usia 15 tahun ke atas. Kegiatan dilakukan dengan sistem 5

meja yaitu pendaftaran, wawancara, pengukuran faktor resiko, konseling dan pencatatan.

Pendaftaran yaitu peserta meregistrasikan diri ke petugas untuk pendataan identitas,

lalu selajutnya yaitu Wawancara sederhana tentang Penyakit tidak Menular terutama

Hipertensi pada peserta, aktifitas fisik sehari hari, merokok, konsumsi sayur dan buah,

serta informasi lain yang diutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan

terjadinya hipertensi. Lalu yang ketiga yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks

Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh. Lalu yang keempat adalah

pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah dan kolestrol total, lalu yang terakhir

adalah konseling / edukasi, lalu identifikasi faktor resiko peserta dan tindak lanjut, selain

itu juga sebelum pemeriksaan dilakukan kegiatan berupa senam CERDIK yang bertujuan

selain sebagai kegiatan yang bersifat promotif, juga sebagai kegiatan fisik untuk pasien –

pasien hipertensi.

Menurut Petunjuk Teknis Posbindu PTM Kemenkes RI tahun 2012, tempat

pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau dan nyaman oleh

peserta.
Namun, program Posbindu PTM d PKM Genuk ini belum merata. Dimana dari 7

kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja PKM Genuk hanya ada 3 kelurahan yang

melaksanakan posbindu PTM. Yaitu kelurahan Genuk, kelurahan Trimulyo, kelurahan

Muktiharjo Lor. Hal ini dikarenakan kader yang tidak menyanggupi adanya Posbindu PTM

di kelurahannya. Pelaksanaan Posbindu PTM yang ada pada 3 kelurahan tersebut juga

belum rutin dilaksanakan tiap bulan. Dikarenakan kendala waktu dan tenaga medis yang

kurang memadai. Sehingga banyak masyarakat di wilayah kerja PKM Genuk belum

mengetahui dan mendapatkan fasilitas posbindu PTM.

3.1.2. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader. Petugas puskesmas

mengambil data hasil kegiatan Posbindu PTM yang digunakan untuk pembinaan, dan

melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.

3.1.3. Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM

Tujuan dari penyelenggaraan Posbindu PTM, yaitu agar faktor resiko hipertensi

dapat dicegah dan dikendalikan lebih dini. Faktor resiko PTM yang telah terpantau secara

rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak masuk dalam kategori buruk,

namun jika sudah berada dalam kondisi buruk, faktor resiko tersebut harus dilakukan

dengan obat – obatan. Pada tahap dini, kondisi faktor resiko PTM dapat dicegah dan

dikendalikan dengan diet yang sehat, aktifitas fisik cukup dan gaya hidup ssehat seperti

berhenti merokok, pengelolaan stress dan lain – lain. Melalui konseling dan edukasi

dengan kader konselor edukator, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk

mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dapat ditingkatkan. Dengan proses

pembelajaran di atas secara bertahap, maka setiap individu yang mempunyai faktor resiko

akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat secara mandiri.


Namun pada fakta di lapangan menunjukkan, masih tingginya angka kejadian Hipertensi di

Puskesmas Genuk, menunjukkan bahwa Hipertensi menjadi Penyakit Tidak Menular

dengan angka tertinggi sebanyak 3893 kasus, Hal ini disebabkan karena beberapa pasien

tidak menjalankan gaya hidup sehat sehingga angka kejadian hipertensi masih tinggi.

Gambar 4. Alur kegiatan Posbindu PTM


Sumber : Petunjuk Teknis Posbindu PTM Kemenkes 2012

3.2. Prioritas Masalah dengan Metode Hanloon Kualitatif

3.2.1. Prioritas Masalah

Prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kualitatif dengan kriteria

sebagai berikut:

Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas

masalahnya dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3 Kelompok

kriteria :

1. Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)

Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera

ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak

untuk ditanggulangi.

2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)


Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif

berapa rupiah, orang dll.

3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)

Kecenderungan atau perkembangan akibat dari suatu permasalahan. Semakin

berat masalah, semakin diprioritaskan.

3.2.2. Prioritas Masalah di Puskesmas Genuk

Berikut prioritas masalah di puskesmas Genuk :

1. Jumlah Posbindu PTM belum merata di semua kelurahan

2. Jumlah dokter umum maupun perawat belum mencukupi

3. Kader Kesehatan Desa tidak menghendaki adanya Posbindu PTM di

kelurahannya

- Urgency

Tabel 2 : kriteria urgency

No Permasalahan Nilai Skor U

1 Jumlah Posbindu PTM belum merata di 3


semua kelurahan
2 Jumlah dokter umum maupun perawat 4
belum mencukupi

3 Kader Kesehatan Desa tidak 5


menghendaki adanya Posbindu PTM di
kelurahannya

- Seriously

Tabel 3: kriteria seriously

No Permasalahan Nilai Skor S

1 Jumlah Posbindu PTM belum merata di 3


semua kelurahan

2 Jumlah dokter umum maupun perawat 5


belum mencukupi

3 Kader Kesehatan Desa tidak 4


menghendaki adanya Posbindu PTM di
kelurahannya

- Growth

Tabel 4: kriteria urgency

No Permasalahan Nilai Skor G

1 Jumlah Posbindu PTM belum merata di 3


semua kelurahan

2 Jumlah dokter umum maupun perawat 4


belum mencukupi

3 Kader Kesehatan Desa tidak 5


menghendaki adanya Posbindu PTM di
kelurahannya

- Total USG

Tabel 5 : Nilai total USG

Masalah Urgency Seriously Growth Total Prioritas

Jumlah 3 3 3 9 III
Posbindu
PTM belum
merata di
semua
kelurahan

Jumlah 4 5 4 13 II
dokter umum
maupun
perawat
belum
mencukupi

Kader 5 4 5 14 I
Kesehatan
Desa tidak
menghendaki
adanya
Posbindu
PTM di
kelurahannya

Urutan masalah berdasarkan prioritas masalah adalah :

1. Kader Kesehatan Desa tidak menghendaki adanya Posbindu PTM di

kelurahannya

2. Jumlah dokter umum maupun perawat belum mencukupi

3. Jumlah Posbindu PTM belum merata di semua kelurahan

Tabel 10.Analisis Input Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem

Komponen Kekurangan

Input

Man
Kurangnya dokter umum dan perawat Posbindu PTM

Kader tidak menghendaki adanya Posbindu PTM di kelurahannya

Money Uang untuk kegiatan kurang

Method -

Machine -

Material -

Proses

P1 Kurangnya dokter umum dan perawat untuk pelaksanaan posbindu

P2

P3

Market
Output Angka kejadian hipertensi belum menurun

Umpan Penambahan jumlah dokter dan perawat

Balik
Tabel 11 : Tabel Plan of Action

Tolak ukur Tolak ukur hasil


No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Pendanaan Metode
Proses

1 Kader Adv Supay Kad Wil Pelaksana Apri - - Kader Terlaksanannya


Kesehatan okas a mau er ayah program l kesehat Posbindu PTM
Desa tidak i meng Kes kerj pencegahan dan 201 an mau
menghendaki kepa adaka ehat a 9 mengad
pengendalian
adanya
da n an Pus PTM di akan
Posbindu
kade Posbi kes Puskesmas Genuk Posbind
PTM di
kelurahannya r ndu mas u PTM
kese PTM Gen di
hata di uk kelurah
n wilay annya
ah
Kader
Keseh
atan

2 Jumlah dokter Men Meni Pus Pus Dinas Kesehatan Apri AP - Bertam Program Posbindu
umum amb ngkat kes kes Kota Semarang, l BD bahnya PTM di
maupun ah kan mas mas Kepala 201 tenaga Puskesmas Genuk
perawat belum tena cakup Gen Gen 9 dokter bisa dilaksanakan
Puskesmas
mencukupi
ga an uk uk umum di semua
dokt pelay dan kelurahan
er anan perawat
umu Posbi
m ndu
dan PTM
pera
wat
di
pusk
esm
as
Gen
uk

3 JumlahPosbin Men Mena Mas Wil Pelaksana Apri - - Pasien Cakupan


du PTM amb mbah yara ayah program l hiperte pelayanan
belum merata ah Caku kat kerj pencegahan dan 201
di semua
nsi Posbindu PTM
Jum pan seha a pengendalian 9 yang di wilayah kerja
kelurahan
lah Pelay t, Pus PTM di tercove Pusk. Genuk
Pos anan mas kes Puskesmas Genuk
bind Posbi yara mas
r semakin banyak
u ndu kat Gen pelaya
PT PTM bees uk nan
M iko, Posbin
dan du
pen PTM
derit semaki
a n
Hip banyak
erte
nsi
usia
>15t
h
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

- Penanggulangan penyakit Hipertensi di Puskesmas Genuk dilaksanakan program

a. Posbindu PTM
b. Pelaporan 10 besar penyakit
c. Prolanis

- Dalam manajemen pencegahan dan pengendalian HT terdapat 3 masalah yaitu :


a. Tenaga kesehatan belum mencukupi

b. Pasien mempunyai faktor resiko yang tidak terkontrol

c. Jumlah Posbindu PTM belum merata di semua kelurahan

B. Saran

1. Penanggung jawab program pencegahan dan penanggulangan Hipertensi

 Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan mitra puskesmas

seperti kader Posbindu PTM

 Petugas kesehatan harus menjamin bahwa setiap pasien Hipertensi harus

mengikuti Kegiatan Posbindu PTM

2. Promosi kesehatan

 Melakukan sosialisasi tentang bahaya Hipertensi dan komplikasinya,

melakukan sosialisasi pola hidup sehat

 Memanfaatkan media informasi seperti poster, leaflet dan pamflet untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Hipertensi


3. Kepala Puskesmas

 Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan pimpinan daerah dan

sektor-sektor terkait agar memberikan dukungan nyata bagi setiap kegiatan

dan program pengendalian Hipertensi

 Menambahkan petugas kesehatan yang sesuai dengan standar nasional

pencgendalian Hipertensi
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai