Pengolahan Ampas Kelapa Dengan Mikroba Lokal Sebagai Bahan Pakan Ternak
Unggas Alternatif di Sumatera Barat
(Coconut dregs fermented by local organism as alternatif poultry diet in West Sumatera)
oleh:
Sari Gando Hidayati1)
1)
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang
ABSTRACT
This study aims to observe the effect of coconut dregs fermented with local
microorganism inoculums of metabolizable energy, nitrogen retention, protein
digestibility, intake, weight gain, feed conversion and carcass yield of broiler ration and
Income Over Feed and Chick Cost (IOFC). Feeding trials conducted at the Training
Center Agriculture UPTD Padang Bandar Buat. While the proximate analysis at the
Laboratory of Non-Ruminant Nutrition Laboratory and the Laboratory of Food
Technology and Faculty of Animal Husbandry Unand. When the research conducted on
April 20, until 5 November 2010. Results obtained adding 15% coconut dregs
fermentation in broiler chicken rations can increase metabolic energy, nitrogen retention
and protein digestibility. Granting up to 20% coconut dregs provides no significant effect
on feed consumption and feed conversion, but the real influence with weight gain and
carcass yield of broiler chickens. The conclusion from this study of coconut dregs and
20% of the economically still provide benefits compared to no provision of coconut dregs
fermentation, although significantly affect weight gain of broiler chickens
Key words: Local microorganism, fermentation, coconut dregs, broiler
PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah pertanian 89.313 ha. Produksi tertinggi terdapat di
sebagai pakan ternak merupakan salah Kabupaten Agam dengan produksi
satu cara pemecahan masalah biaya 10.747 ton / tahun. Buah kelapa diolah
tinggi pada industri peternakan. menjadi minyak goreng, minyak kelapa
Kelayakan limbah pertanian dijadikan murni, dan dijadikan santan yang dijual
pakan didukung oleh upaya memperkaya di pasar-pasar di Sumatera Barat. Kalau
nilai nutrisinya. Salah satu limbah dilihat dari potensi jumlah yang ada yaitu
pertanian yang tersedia dalam jumlah produksi yang menghasilkan ampas
banyak dan belum dimanfaatkan secara kelapa terbesar adalah berasal dari PT.
optimal sebagai bahan baku pakan Bumi Sari Mas Kelapa yang mempro-
unggas adalah ampas kelapa. duksi santan kelapa 9.881,361 ton/thn
Berdasarkan Laporan Dinas (Dinas Perindag, 2008), dan diperkirakan
Perkebunan (2008), produksi buah kelapa menghasilkan ampas kelapa 4.233,18
di Sumatera Barat mencapai 82.595 ton/thn. Selain itu ampas kelapa juga
ton/tahun, dengan luas lahan tanam diperoleh, dari minyak kelapa murni
Retensi Nitrogen =
Konsumsi N (gr/ekor)-Eksresi N Ekstreta (gr/ekor)-N Endogenous (gr/ekor) X 100%
Konsumsi N (gr/ekor)
Keterangan:
Konsumsi N = Bahan kering ransum yang dikonsumsi X % N ransum
Ekskresi N = Bahan kering eksreta X % N eksreta
N Endogenus = Bahan kering eksreta X % N eksreta dari ayam koreksi
A B C D E
Jagung 39 36 30 25 20
Dedak Halus 5 6 6 5 5
Konsentrat CP 124 50 46 47 48 50
Tepung ikan 6 7 7 7 5
Ampas Kelapa Fermentasi 0 5 10 15 20
Tabel : 2. Energi Metabolis, Retensi Nitrogen dan Daya Cerna Protein Ampas kelapa
Fermentasi Terhadap Ayam Broiler
persentase karkas yang dapat dilihat pada penelitian Hidayati (2007), bahwa
Tabel 3 dan IOFC ransum pada Tabel 4. konsumsi ransum sampai pemakaian
20% ampas kelapa fermentasi dengan
Konsumsi Ransum inokulum EM4 tidak berbeda nyata
terhadap konsumsi ayam broiler. Tidak
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa berbeda nyatanya konsumsi ransum
efek perlakuan dengan pemberian ampas sampai pemberian ampas kelapa
kelapa fermentasi dengan inokulum fermentasi 20%, karena berat badan dan
mikroorganisme lokal terhadap konsumsi besar ayam broiler yang tidak jauh
ransum ayam broiler, menunjukkan berbeda pada masing-masing perlakuan,
bahwa dengan penambahan ampas sehingga membutuhkan energi kesamaan
kelapa fermentasi pada ransum ayam aktifitas dan kemampuan memanfaatkan
broiler meningkatkan konsumsi ransum jumlah ransum yang sama untuk
dibandingkan tanpa penambahan ampas kebutuhan hidupnya. Hasil penelitian ini
kelapa fermentasi. Ini disebabkan karena sesuai dengan pernyataan (Wahju 1992),
aroma yang harum spesifik yang bahwa konsumsi ransum dipengaruhi
dikeluarkan oleh ampas kelapa oleh besar ternak, aktifitas, spesies, dan
fermentasi, sehingga menambah palata- kondisi fisiologis dari ternak. Tidak
bilitas ransum, walaupun demikian berbeda nyatanya hasil penelitian juga
dengan semakin dinaikkan level disebabkan karena belum terlalu
pemberian ampas kelapa fermentasi tingginya level pemberian ampas kelapa
sampai 20%, konsumsi ransum ayam fermentasi dalam ransum (20%),
broiler secara angka semakin menurun sehingga belum merubah warna, bau dan
jumlahnya. tekstur dari ransum yang diberikan.
Hasil keragaman menunjukkan Dengan tektur , bau dan bentuk warna
bahwa pemberian ampas kelapa yang hampir sama pada semua perlakuan
fermentasi sampai level 20 %, tidak yang diberikan maka palatabilitas ransum
berbeda nyata terhadap konsumsi ransum dapat dikatakan tidak mengalami
ayam broiler (P>0,05). Sejalan dengan
antara lain rasa, bau, warna dan tektur penting yang dikeluarkan melalui feises
fisik. sebelum mengalami absorbsi yang lebih
Energi metabolis dan kandungan sempurna, sehingga berakibat terham-
zat-zat protein dalam ransum yang batnya pertumbuhan (Wahju, 1992).
diberikan juga hampir sama antara Serat kasar dalam jumlah tertentu
perlakuan sehingga konsumsi ransum diperlukan untuk memperlancar penge-
ayam broiler tidak berbeda nyata sampai luaran sisa-sisa makanan yang tidak ter-
pemberian ampas kelapa fermentasi 20%. cerna, namun jika melebihi batas
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna maksimal akan menurunkan zat nutrisi
(2006), ayam mengkonsumsi ransum ransum.
untuk memenuhi kebutuhan energinya, Hasil Uji lanjut HSD ransum E
sebelum kebutuhan energinya terpenuhi (20% ampas kelapa fermentasi) nyata
ayam akan terus makan. Jika ayam diberi lebih rendah pertambahan berat
makan dengan kandungan energi rendah badannya dibanding dengan perlakuan
maka ayam akan makan lebih banyak. lainnya. Hal ini berbeda hasilnya dengan
Menurut Rasyaf (1994), konsumsi pemberian ampas kelapa fermentasi de-
ransum ayam broiler merupakan cermin ngan inokulum EM4, dimana dengan
dari masuknya sejumlah unsur nutrien ke pembe-rian ampas kelapa sampai 20%
dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk belum memberikan pengaruh yang nyata
ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan (Hidayati, 2008), ini disebabkan ransum
untuk produksi dan untuk hidupnya. pemberian ampas kelapa fermentasi
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) dengan inokulum EM4 sampai 20% serat
menambahkan bahwa pertumbuhan pada kasar dalam ransum 9,83% lebih rendah,
ayam broiler dimulai dengan perlahan- dibandingkan dengan memakai inokulum
lahan kemudian berlangsung cepat mikro-organisme lokal serat kasarnya
sampai dicapai pertumbuhan maksimum mencapai 10,95%, sehingga mempenga-
setelah itu menurun kembali hingga ruhi Pertambahan Berat Badan dari ayam
akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang broiler. Rendahnya pertambahan berat
paling cepat terjadi sejak menetas sampai badan pada perlakuan E juga disebabkan
umur 4-6 minggu, kemudian mengalami rendahnya retensi N pada perlakuan
penurunan. tersebut.
Tabel 4: Income Over Feed and Chick Cost Ayam Broiler sampai umur 6 minggu
Uraian A B C D E
Harga DOC/ekor (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Harga Ransum/Kg (Rp) 4.766 4.575 4.452 4.343 4.130
Rataan Konsumsi (gr) 3.119,71 3.204,42 3.204,72 3.198,28 3.155,07
Biaya ransum/ekor (Rp) 14.868,54 14.660,22 14.267,41 13.890,13 13.030,44
Total Biaya Ransum +
20.868,54 20.660,22 20.267,41 19.890,13 19.030,44
DOC (Rp)
Rata-rata berat hidup/ekor (Kg)1,71 1,73 1,69 1,69 1,66
Hasil Penjualan (Rp/ekor) 42.750 43.250 42.250 42.250 41.500
IOFC (Rp/ekor) 21.881,46 22.589,78 21.982,59 22.359,87 22.469,56
Keterangan : - Harga DOC dan bahan pakan pada bulan Agustus sampai dengan
November 2010.
- Harga DOC Rp 6.000/ekor
- Harga jual ayam Rp 25.000/kg
- Harga bahan pakan : jagung Rp 3.400/kg, dedak Rp 2.000/kg,
Konsentrat Rp 5.600/kg , Tepung ikan Rp. 9.000, Ampas Kelapa
Fermentasi Rp. 500/kg
Income Over Feed and Chick Cost level ampas kelapa fermentasi
(IOFC) sampai 20% .
2. Ransum yang diberikan ampas kelapa
Besarnya Income Over Feed fermentasi sampai level 20% berbeda
Chick Cost (IOFC) masing-masing tidak nyata penurunan jumlah konsumsi
perlakuan pemberian ampas kelapa ransum, dan peningkatan angka konversi
fermentasi dengan inokulum mikro- ransum dibandingkan dengan tanpa
organisme lokal dapat dilihat pada Tabel pemberian ampas kelapa fermentasi,
4 berikut ini. Pada Tabel 4 terlihat bahwa tetapi berbeda nyata penurunan jumlah
IOFC dari ransum penelitian ternyata pertambahan berat badan dan persentase
nilainya sangat tinggi. Hal ini disebabkan karkas bila dibandingkan dengan tanpa
pada periode selama penelitian harga jual pemberian ampas kelapa fermentasi. Dari
ayam di Padang sangat tinggi, sehingga segi ekonomis pemberian ampas kelapa
memberikan keuntungan yang sangat fermentasi memberikan IOFC tertinggi
baik. Pemberian ampas kelapa 5% sebesar Rp. 708,32 per kg ayam pada
menghasilkan IOFC yang tertinggi yaitu perlakuan pemberian ampas kelapa 5%.
sebesar Rp 708,32 dibandingkan dengan
tanpa pemberian ampas kelapa
UCAPAN TERIMAKASIH
fermentasi.
Dalam perhitungan IOFC bobot
Pada kesempatan ini penulis
badan akhir serta harga ransum
mengucapkan terimakasih kepada DP2M
memegang peranan utama. Pemberian
Dikti yang telah memberikan dana
ampas kelapa sampai 20% IOFC ransum
Penelitian berupa Hibah Kompetitif
adalah Rp 22.469,56. Dari angka Tabel 4
Sesuai Prioritas Nasional untuk Tahun
dapat disimpulkan bahwa dengan
Anggaran 2009 No. 406/SP2H/
pemberian ampas kelapa sampai dengan
DP2M/PP/V/2009 tanggal 16 Juni 2009
20%, dibandingkan dengan tanpa
dan TA 2010. No.222/SP2H/PP/DP2M/
pemberian ampas kelapa selisih
PP/III/2010 tanggal 1 Maret 2010.
keuntungan yang diperoleh selama
penelitian adalah Rp. 588,1. Angka ini
DAFTAR PUSTAKA
cukup bermakna atau signifikan untuk
meningkatkan penghasilan peternak
Church, D.C., and W.G. Pond. 1982.
ayam broiler.
Basic Animal Nutrition and
Feeding. 3 rd. ed. John Willey
KESIMPULAN
and Sons. New York
1. Energi Metabolis, Retensi Nitrogen,
Cullison, A.C. 1982. Feed and Feeding.
dan Daya Cerna Protein pada ransum
3rd Ed. Reston Publishing Co.
yang diberikan ampas kelapa
Inc.
fermentasi dengan inokulum
mikroorganisme lokal sampai level Dinas Perindustrian dan Perdagangan
15% nilainya meningkat Propinsi Sumatera Barat. 2007.
dibandingkan tanpa menambahkan Laporan Pendapatan Industri
ampas kelapa fermentasi dalam menengah dan Besar. Padang
ransum, dan nilainya akan mengalami
penurunan sejalan dengan dinaikkan