Anda di halaman 1dari 11

Jur.

Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Pengolahan Ampas Kelapa Dengan Mikroba Lokal Sebagai Bahan Pakan Ternak
Unggas Alternatif di Sumatera Barat

(Coconut dregs fermented by local organism as alternatif poultry diet in West Sumatera)

oleh:
Sari Gando Hidayati1)

1)
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRACT

This study aims to observe the effect of coconut dregs fermented with local
microorganism inoculums of metabolizable energy, nitrogen retention, protein
digestibility, intake, weight gain, feed conversion and carcass yield of broiler ration and
Income Over Feed and Chick Cost (IOFC). Feeding trials conducted at the Training
Center Agriculture UPTD Padang Bandar Buat. While the proximate analysis at the
Laboratory of Non-Ruminant Nutrition Laboratory and the Laboratory of Food
Technology and Faculty of Animal Husbandry Unand. When the research conducted on
April 20, until 5 November 2010. Results obtained adding 15% coconut dregs
fermentation in broiler chicken rations can increase metabolic energy, nitrogen retention
and protein digestibility. Granting up to 20% coconut dregs provides no significant effect
on feed consumption and feed conversion, but the real influence with weight gain and
carcass yield of broiler chickens. The conclusion from this study of coconut dregs and
20% of the economically still provide benefits compared to no provision of coconut dregs
fermentation, although significantly affect weight gain of broiler chickens
Key words: Local microorganism, fermentation, coconut dregs, broiler

PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah pertanian 89.313 ha. Produksi tertinggi terdapat di
sebagai pakan ternak merupakan salah Kabupaten Agam dengan produksi
satu cara pemecahan masalah biaya 10.747 ton / tahun. Buah kelapa diolah
tinggi pada industri peternakan. menjadi minyak goreng, minyak kelapa
Kelayakan limbah pertanian dijadikan murni, dan dijadikan santan yang dijual
pakan didukung oleh upaya memperkaya di pasar-pasar di Sumatera Barat. Kalau
nilai nutrisinya. Salah satu limbah dilihat dari potensi jumlah yang ada yaitu
pertanian yang tersedia dalam jumlah produksi yang menghasilkan ampas
banyak dan belum dimanfaatkan secara kelapa terbesar adalah berasal dari PT.
optimal sebagai bahan baku pakan Bumi Sari Mas Kelapa yang mempro-
unggas adalah ampas kelapa. duksi santan kelapa 9.881,361 ton/thn
Berdasarkan Laporan Dinas (Dinas Perindag, 2008), dan diperkirakan
Perkebunan (2008), produksi buah kelapa menghasilkan ampas kelapa 4.233,18
di Sumatera Barat mencapai 82.595 ton/thn. Selain itu ampas kelapa juga
ton/tahun, dengan luas lahan tanam diperoleh, dari minyak kelapa murni

Pengolahan Ampas Kelapa……… 26


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

(VCO) serta usaha pengolahan dari Lactobacillis sp, Stroptomices sp dan


pedagang kelapa di pasar-pasar. yeast (candida sp), yang merupakan
Sumatera Barat yang umumnya sudah mikroorganisme penghasil enzim
menjual buah kelapa dalam bentuk xilanase, selulose, dan lignose, yang
santan. Ampas kelapa mempunyai sangat dibutuhkan dalam mendagradasi
kandungan protein kasar 4,89%, dan xilan, selulosa dan lignin yang ada pada
serat kasar 28,72%, sellulosa, limbah pertanian. Berdasarkan uraian di
hemisellulosa dan lignin yang meru- atas maka perlu dilakukan penelitian pe
pakan fraksi utama dari dinding sel manfaatan mikroorganisme yang diiso-
tanaman dan tergolong ke dalam senya- lasi dari bahan lokal untuk pengolahan
wa polisakarida. Pengolahan bahan ampas kelapa dalam upaya meningkatkan
pakan ternak yang mengandung serat produksi ayam broiler, sehingga dapat
tinggi terutama dari limbah hasil perta- menjadi solusi untuk menekan harga
nian telah banyak dilakukan. pakan unggas yang melambung tinggi.
Fermentasi merupakan salah satu Tujuan penelitian ini Untuk
cara untuk mengolah ampas kelapa mendapatkan produk fermentasi ampas
menjadi bahan pakan ternak yang dapat kelapa yang berkualitas tinggi, untuk
ditingkat nilai manfaatnya. Pada proses melihat pemanfaatan produk fermentasi
fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa ampas kelapa yang optimal pada
komplek diubah menjadi senyawa yang pertumbuhan ayam broiler, mengurangi
lebih sederhana dengan bantuan enzim limbah pasar, karena banyaknya muncul
dari mikroorganisme Penelitian yang pedagang buah kelapa yang sekaligus
telah dilakukan antara lain fermentasi memberikan jasa pemeras santan kelapa
ampas kelapa dengan EM4, Hidayati di Sumatera Barat.
(2008) dapat meningkat kandungan
protein kasar sebesar 13.1% dan menu- METODE PENELITIAN
runkan kandungan serat kasar sebesar
34,5, dan dari uji biologis sampai pembe- Penelitian ini terdiri dari dua
rian 20 % ampas kelapa fermentasi da- tahap, yang berlangsung selama 8 bulan.
lam campuran ransum ayam broiler Adapun tahap-tahap penelitian dapat
berpengaruh tidak nyata terhadap per- dilihat pada bagan di bawah ini.
tambahan berat badan. Miskiyah at al.,
(2006), melakukan penelitian ampas Percobaan Tahap I.
kelapa dengan Aspergillus niger dapat Penentuan Energi Metabolisme,
meningkatkan protein sebanyak 130%, Retensi Nitrogen dan Kecernaan
lemak turun 11,39% (Miskiyah at al., Protein.
2006).
Penggunaan mikroba lokal untuk Penelitian tahap I bertujuan untuk
pengolahan limbah pertanian sebagai mengetahui kandungan energi metabo-
makanan ternak belum banyak banyak lisme, retensi Nitrogen dan kecernaan
dilakukan. Mikroorganisme lokal yang protein secara invitro dari produk ampas
didapat oleh Hidayati (2009) dari kelapa fermentasi dari kombinasi mikro-
berbagai limbah pertanian (kol busuk, ba 50% rhizopus, 40% lactobacillus dan
tomat busuk, ampas kelapa, rebung, tapai 10% yeast, dengan dosis 2% dan waktu 6
dan rebung) adalah Rhizopus sp, hari.

Pengolahan Ampas Kelapa……… 27


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Penentuan Energi Metabolisme ma 24 jam dengan tujuan untuk


menghilangkan pengaruh ransum
Sepuluh (10) ekor ayam broiler sebelumnya.
umur 6 minggu dengan umur dan berat
yang sama ditempatkan pada kandang Penampungan eksreta dilakukan selama
metabolik secara individual sebagai unit - 36 jam. Energi metabolisme dihitung
perlakuan produk. Sebelum diberi sebagai berikut:
fermentasi semua ayam dipuasakan sela-

EMn = (AB-ab) – (AC-ac) X 8,22


Keterangan:
Emn = Energi Metabolisme Netto. a = Jumlah eksreta
A = Jumlah ransum dikonsumsi. b = Energi bruto eksreta
B = Energi bruto ransum c = Kandungan Nitrogen eksreta
C = Kandungan nitrogen ransom 8,22= Energi per gram nitrogen

Penentuan Retensi Nitrogen sebelumnya. Ayam percobaan diberi


ransum perlakuan sebanyak 30 gr/ekor
Pengukuran retensi nitrogen dengan cara pencekokkan. Setelah
menggunakan metoda Sibbald (1975), pemberian ransum ayam dikembalikan
ayam berumur 6 minggu ditempatkan ke kandang masing-masing dan eksreta
pada kandang metabolis, sepuluh ekor ditampung selama 36 jam dengan plastik
ayam diberi ransum yang menggunakan penampung eksreta yang telah disemprot
tepung ampas kelapa fermentasi dan dengan H2SO4 0,3N. Eksreta yang
empat ayam lagi sebagai faktor koreksi. diperoleh ditimbang, lalu dikeringkan
Sebelum diberi ransum perlakuan semua dengan oven (50-60 C) selama 18 jam,
ayam dipuasakan selama 24 jam dengan kemudian ditimbang lagi, eksreta yang
tujuan untuk menghilangkan pengaruh telah kering dianalisis kadar nitrogennya

Retensi Nitrogen =
Konsumsi N (gr/ekor)-Eksresi N Ekstreta (gr/ekor)-N Endogenous (gr/ekor) X 100%
Konsumsi N (gr/ekor)
Keterangan:
Konsumsi N = Bahan kering ransum yang dikonsumsi X % N ransum
Ekskresi N = Bahan kering eksreta X % N eksreta
N Endogenus = Bahan kering eksreta X % N eksreta dari ayam koreksi

Pengukuran kecernaan protein secara sebelum digunakan. Larutan pepsin 0,2%


in-vitro disiapkan dengan cara menghangatkan
larutan HCl mencapai temperatur 42-45
Kecernaan protein diukur C, kemudian ditambahkan 2 gr pepsin
menurut Han dan Person (1991) dengan yang mempunyai aktivitas 1 : 1.000.
prosedur sebagai berikut: Larutan tersebut diaduk pelan-pelan.
a). Membuat larutan pepsin: 6,1 ml HCl Hasilnya adalah larutan pepsin 0,2%
dilarutkan dalam 1 liter larutan sesaat dalam HCl 0,075 N.
Pengolahan Ampas Kelapa……… 28
Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

b). Tempatkan 3 gram sampel ampas D. Ransum dengan campuran 15%


kelapa fermentasi dalam erlemeyer produk ampas kelapa fermentasi
kemudian tambahkan 150 ml larutan E. Ransum dengan campuran 20%
pepsin. Erlemeyer ditutup dan digoyang produk ampas kelapa fermentasi
pada shaker waterbath selama 16 jam. Untuk menghitung pengaruh
Sesudah itu dibiarkan selama 15 menit setiap perlakuan terhadap variabel yang
dan supernatannya disaring dengan diukur digunakan Analisis Ragam atau
kertas saring Whatman no. 41. Analisis of Variance (Anova). Bila
Kemudian residu (sisa) dicuci perlakuan terdapat perbedaan yang nyata
dengan aceton. Residu dikeringkan dan (F hitung lebih besar dari F tabel), maka
ditimbang untuk dianalisis kandungan dilakukan uji lanjut dengan Tukey HSD
proteinnya. Kandungan protein dari untuk melihat perbedaan antar perlakuan.
bahan asal dan residu ditentukan dengan Peubah Yang Diamati
metoda Kjldahl. 1. Konsumsi Ransum
Protein Tercerna (%) = 2. Pertambahan Berat Badan.
Protein sampel – protein residu X 100%
3. Konversi Ransum.
Protein sampel 4. Persentase karkas
5. Income Over Feed and Chick
Percobaan Tahap II (Uji Biologis). Cost (IOFC)
Penelitian tahap II bertujuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengetahui level optimal ampas
kelapa fermentasi yang dapat
Hasil Penelitian Tahap I
diaplikasikan dalam ransum ayam
broiler.
Hasil pengamatan Energi
Bahan yang digunakan adalah
Metabolis, Retensi Nitrogen dan Daya
ternak ayam broiler berumur 1 hari Strain
Cerna Protein Ampas kelapa fermentasi
CP 707 sebanyak 100 ekor yang berasal
pada ayam broiler selama penelitian dapat
dari PT Charoen Pokphan Jaya Farm
dilihat pada Tabel 2.
yang ditempatkan pada kandang
Menurut Aggorodi (1994) Energi
individual sebanyak 20 unit, ransum
dengan campuran bahan pakan ampas Metabolis merupakan energi makanan
kelapa fermentasi. dikurangi energi yang hilang dalam
Penelitian ini menggunakan feses, pembakaran gas-gas dan urin. Ada-
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pun gas-gas yang dihasilkan unggas da-
5 perlakuan dan 4 ulangan. pat berupa uap air, gas amoniak (NH3),
A. Ransum dengan campuran 0% asam sulfide (H2S) dan metana (Sibbald,
produk ampas kelapa fermentasi 1982 dalam Sundari, 2004). Hartadi dkk
B. Ransum dengan campuran 5% (1993). menyatakan bahwa untuk unggas
produk ampas kelapa fermentasi dan monogastrik gas-gas hasil proses
C. Ransum dengan campuran 10%
pencernaan dapat diabaikan.
produk ampas kelapa fermentasi

Pengolahan Ampas Kelapa……… 29


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Tabel 1: Komposisi, Ransum Perlakuan Penelitian

Bahan Ransum Ransum Perlakuan (%)

A B C D E

Jagung 39 36 30 25 20
Dedak Halus 5 6 6 5 5
Konsentrat CP 124 50 46 47 48 50
Tepung ikan 6 7 7 7 5
Ampas Kelapa Fermentasi 0 5 10 15 20

Total 100 100 100 100 100

Protein 22,96 22,54 22,71 22,86 22,23


Lemak 5,20 5,20 6,65 8,07 10,95
Serat Kasar 4,62 6,22 7,81 9,28 9,43
ME (Kkal/kg) 2.852,40 2.907,47 2.949,64 3.012,81 3.056,49

Energi metabolis memperlihatkan Namun, energi dalam ransum tidak dapat


nilai suatu bahan makanan untuk dipergunakan seluruhnya oleh ayam,
memelihara suhu tubuh. Sejalan dengan karena sebagian akan dibuang melalui
pendapat Cullison (1982) yang feses dan urin.
mengemukakan bahwa energi metabolis
adalah energi yang digunakan untuk
Pengaruh Perlakuan terhadap Retensi
metabolisme zat-zat makanan dalam
Nitrogen
tubuh, satuannya dinyatakan dengan
kilokalori per kilogram. Pendapat
Nilai retensi nitrogen diperoleh
tersebut diperkuat dengan pernyataan
dari selisih antara nitrogen yang
Darana (1975) bahwa energi metabolis
dikonsumsi ayam dikurangi nilai
merupakan energi yang dipergunakan
nitrogen dalam ekskreta.
pada pembentukan dan perobakan zat-zat
Hasil pengukuran retensi nitrogen
makanan dalam tubuh.
dapat dilihat pada Tabel 2. Retensi
Menurut Wahju (1997) bahwa
Nitrogen yang tertinggi terdapat pada
nilai Energi Metabolis dan beberapa
ransum C dengan pemberian 15% ampas
bahan makanan dapat diperbaiki dengan
kelapa fermentasi. Wahju (1997)
pengolahan. Ayam mengkonsumsi
menerangkan bahwa protein yang
ransum untuk memenuhi kebutuhan
diretensi oleh ayam broiler adalah 67%
energinya dan akan berhenti makan
dari protein ransum yang dikonsumsi.
apabila kebutuhan energi telah terpenuhi.

Pengolahan Ampas Kelapa……… 30


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Tabel : 2. Energi Metabolis, Retensi Nitrogen dan Daya Cerna Protein Ampas kelapa
Fermentasi Terhadap Ayam Broiler

Perlakuan Energi Metabolis Retensi N (%) Daya cerna Protein


(Kkal/kg) (%)
A 3.325 63,46 68,70
B 3.358 63,78 69,23
C 3.460 64, 16 70.12
D 3.310 63,92 69,45
E 3.308 62, 97 68.68

Jadi hanya 67% yang diretensi mengemukakan bahwa retensi nitrogen


untuk pertumbuhan jaringan per hari, dipengaruhi oleh beberapa faktor
pertumbuhan bulu dan penggantian diantaranya daya cerna protein, kualitas
nitrogen endogen yang hilang. Nitrogen protein, dan imbangan zat-zat makanan
yang diretensi ini menggambarkan dalam ransum. Bila kualitas protein
efisiensi penggunaan protein pada ayam rendah, atau salah satu asam aminonya
pedaging. Nilai retensi nitrogen ransum kurang maka retensi nitrogen akan
perlakuan (64,16% sampai 62,97%) tidak rendah.
jauh dari 67%. Efisiensi penggunaan
Pengaruh Perlakuan terhadap Daya
protein dari ransum perlakuan
Cerna Protein
menunjukkan protein yang tercerna lebih
banyak. Hal ini membuktikan bahwa
Pada Tabel 2 daya cerna protein
ransum mengandung ampas kelapa
tertinggi terdapat pada ransum dengan
fermentasi sampai tingkat 20%
pemberian 10% ampas kelapa fermentasi.
menunjukkan respon positif pada ayam
Tabel 2 juga memperlihat sampai dengan
broiler terhadap besaran nitrogen yang
pemberian ampas kelapa 20% dalam
diretansi. Hal ini menunjukkan juga
ransum nilai daya cerna protein tidak
bahwa ransum perlakuan yang
berbeda jauh dengan tanpa pemberian
mengandung berbagai tingkat ampas
ampas kelapa, walau sedikit mengalami
kelapa fermentasi sampai tingkat 20%
penurunan. Hal Ini mengindikasikan
memiliki kualitas protein yang baik dan
bahwa mikroba yang bersifat proteolitik
kelengkapan serta keseimbangan asam-
yang terdapat dalam cairan MOL
asam amino esensial yang
Rizophus sp, Lactobacillus sp dan
membentuknya.
(Candida sp)(Hidayati,2009), merombak
Hal ini membuktikan bahwa
protein menjadi bentuk yang lebih
proses fermentasi ampas kelapa oleh
sederhana dengan bantuan enzim yang
Rizophus sp, Lactobacillus sp dan yeast
dihasilkannya sehingga mudah dicerna.
(Candida sp) yang terdapat dalam cairan
MOL, mengakibatkan meningkatnya
Hasil Penelitian Tahap II.
kualitas protein dan kelengkapan asam
aminonya, dan memiliki daya cerna yang
Hasil penelitian tahap dua ini me-
tinggi dengan menurunnya kandungan
liputi konsumsi ransum, pertambahan
serat kasar maka retensi nitrogennyapun
berat badan, konversi ransum dan
menjadi tinggi. Wahju (1997)

Pengolahan Ampas Kelapa……… 31


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

persentase karkas yang dapat dilihat pada penelitian Hidayati (2007), bahwa
Tabel 3 dan IOFC ransum pada Tabel 4. konsumsi ransum sampai pemakaian
20% ampas kelapa fermentasi dengan
Konsumsi Ransum inokulum EM4 tidak berbeda nyata
terhadap konsumsi ayam broiler. Tidak
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa berbeda nyatanya konsumsi ransum
efek perlakuan dengan pemberian ampas sampai pemberian ampas kelapa
kelapa fermentasi dengan inokulum fermentasi 20%, karena berat badan dan
mikroorganisme lokal terhadap konsumsi besar ayam broiler yang tidak jauh
ransum ayam broiler, menunjukkan berbeda pada masing-masing perlakuan,
bahwa dengan penambahan ampas sehingga membutuhkan energi kesamaan
kelapa fermentasi pada ransum ayam aktifitas dan kemampuan memanfaatkan
broiler meningkatkan konsumsi ransum jumlah ransum yang sama untuk
dibandingkan tanpa penambahan ampas kebutuhan hidupnya. Hasil penelitian ini
kelapa fermentasi. Ini disebabkan karena sesuai dengan pernyataan (Wahju 1992),
aroma yang harum spesifik yang bahwa konsumsi ransum dipengaruhi
dikeluarkan oleh ampas kelapa oleh besar ternak, aktifitas, spesies, dan
fermentasi, sehingga menambah palata- kondisi fisiologis dari ternak. Tidak
bilitas ransum, walaupun demikian berbeda nyatanya hasil penelitian juga
dengan semakin dinaikkan level disebabkan karena belum terlalu
pemberian ampas kelapa fermentasi tingginya level pemberian ampas kelapa
sampai 20%, konsumsi ransum ayam fermentasi dalam ransum (20%),
broiler secara angka semakin menurun sehingga belum merubah warna, bau dan
jumlahnya. tekstur dari ransum yang diberikan.
Hasil keragaman menunjukkan Dengan tektur , bau dan bentuk warna
bahwa pemberian ampas kelapa yang hampir sama pada semua perlakuan
fermentasi sampai level 20 %, tidak yang diberikan maka palatabilitas ransum
berbeda nyata terhadap konsumsi ransum dapat dikatakan tidak mengalami
ayam broiler (P>0,05). Sejalan dengan

Tabel: 3. Rerata Konsumsi Ransum, Pertambahan Berat Badan, Konversi Ransum


dan Persentase Karkas Ayam Broiler dengan Pemberian Ampas Kelapa
Fermentasi dengan Inokulum Mikroorganisme Lokal Selama 6 Minggu
Penelitian
Peubah Konsumsi PBB Konversi % karkas
a
A 3119.71 1658.03 1,89 66,74 a
a
B 3204.42 1672.36 1,92 68,65 b
C 3204.72 1631.59 ab 1,97 67,49 bc
D 3198.28 1629.38 ab 1,96 67,11 bc
b
E 3155.07 1602.44 1,97 66,28 c
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata menurut HSD (P<0,05)
perubahan, sehingga konsumsi pendapat Church dan Pond (1998) yang
ransumpun tidak dipengaruhi oleh menyatakan bahwa konsumsi ransum
pemberian level ampas kelapa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
fermentasi. Hal ini sejalan dengan

Pengolahan Ampas Kelapa……… 32


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

antara lain rasa, bau, warna dan tektur penting yang dikeluarkan melalui feises
fisik. sebelum mengalami absorbsi yang lebih
Energi metabolis dan kandungan sempurna, sehingga berakibat terham-
zat-zat protein dalam ransum yang batnya pertumbuhan (Wahju, 1992).
diberikan juga hampir sama antara Serat kasar dalam jumlah tertentu
perlakuan sehingga konsumsi ransum diperlukan untuk memperlancar penge-
ayam broiler tidak berbeda nyata sampai luaran sisa-sisa makanan yang tidak ter-
pemberian ampas kelapa fermentasi 20%. cerna, namun jika melebihi batas
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna maksimal akan menurunkan zat nutrisi
(2006), ayam mengkonsumsi ransum ransum.
untuk memenuhi kebutuhan energinya, Hasil Uji lanjut HSD ransum E
sebelum kebutuhan energinya terpenuhi (20% ampas kelapa fermentasi) nyata
ayam akan terus makan. Jika ayam diberi lebih rendah pertambahan berat
makan dengan kandungan energi rendah badannya dibanding dengan perlakuan
maka ayam akan makan lebih banyak. lainnya. Hal ini berbeda hasilnya dengan
Menurut Rasyaf (1994), konsumsi pemberian ampas kelapa fermentasi de-
ransum ayam broiler merupakan cermin ngan inokulum EM4, dimana dengan
dari masuknya sejumlah unsur nutrien ke pembe-rian ampas kelapa sampai 20%
dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk belum memberikan pengaruh yang nyata
ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan (Hidayati, 2008), ini disebabkan ransum
untuk produksi dan untuk hidupnya. pemberian ampas kelapa fermentasi
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) dengan inokulum EM4 sampai 20% serat
menambahkan bahwa pertumbuhan pada kasar dalam ransum 9,83% lebih rendah,
ayam broiler dimulai dengan perlahan- dibandingkan dengan memakai inokulum
lahan kemudian berlangsung cepat mikro-organisme lokal serat kasarnya
sampai dicapai pertumbuhan maksimum mencapai 10,95%, sehingga mempenga-
setelah itu menurun kembali hingga ruhi Pertambahan Berat Badan dari ayam
akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang broiler. Rendahnya pertambahan berat
paling cepat terjadi sejak menetas sampai badan pada perlakuan E juga disebabkan
umur 4-6 minggu, kemudian mengalami rendahnya retensi N pada perlakuan
penurunan. tersebut.

Pertambahan Berat Badan Ayam Konversi Ransum Penelitian.


Broiler
Konversi ransum ayam broiler
Hasil keragaman mempelihatkan berkaitan erat dengan ransum yang
bahwa pemberian ampas kelapa sampai dikonsumsi dan pertambahan berat badan
20% dari ransum, berbeda nyata (P<0,05) yang dihasilkan selama penelitian.
terhadap pertambahan berat badan ayam Semakin tinggi pertambahan berat badan
boiler. Hal ini disebabkan dengan yang dihasilkan, konversi ransum
semakin tingginya pemberian ampas semakin baik yang ditandai dengan
kelapa fermentasi,serat kasar dalam angka konversi ransum yang semakin
ransum juga semakin meningkat, dengan kecil atau dengan kata lain semakin
tingginya serat kasar dalam ransum yang efisien ayam broiler memanfaatkan
sudah melebihi batas toleransi pada ayam ransum tersebut.
broiler yaitu 6% (Murtijo ,1990)
menyebabkan lebih banyaknya zat nutrisi

Pengolahan Ampas Kelapa……… 33


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Hasil keragaman menunjukkan maka usaha ayam tersebut sudah tidak


bahwa pemberian ampas kelapa efisien lagi.
fermentasi dengan inokulum mikro-
organisme lokak memberikan pengaruh Persentase karkas
yang tidak nyata (P >0.05) terhadap
konversi ramsum penelitian. Walaupun Hasil keragaman menunjukkan
demikian pemberian ampas kelapa bahwa pemberian ampas kelapa
fermentasi pada perlakuan E (20%) fermentasi sampai level 20%
merupakan angka konversi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
tertinggi. Semakin tinggi angka konversi persentase karkas ayam broiler. Hal ini
ransum, maka semakin tidak efisien disebabkan karena tingginya pemberian
ransum tersebut, dan dalam penelitian ini ampas kelapa fermentasi sudah
ditandai dengan paling rendahnya mempengaruhi persentase karkas ayam
konsumsi ransum, retensi Nitrogen, daya broiler. Hal ini sejalan dengan pendapat
cerna protein dan pertambahan berat Jull (1981) yang menyatakan makanan
badan ayam broiler. Angka konversi adalah salah yang mempengaruhi
pada penelitian ini masih dibawah 2,5 persentase karkas disamping umur ayam,
yang artinya pemberian ransum dengan jenis kelamin ayam serta kandungan zat-
20% ampas kelapa masih efisien. Sejalan zat makanan yang diberikan adalah
dengan pendapat (Nort, 1978), bahwa bangsa, strain, umur, bobot hidup, jenis
angka konversi yang lebih tinggi dari 2,5 kelamin, dan perlakuan sebelum dipo-
tong.

Tabel 4: Income Over Feed and Chick Cost Ayam Broiler sampai umur 6 minggu

Uraian A B C D E
Harga DOC/ekor (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Harga Ransum/Kg (Rp) 4.766 4.575 4.452 4.343 4.130
Rataan Konsumsi (gr) 3.119,71 3.204,42 3.204,72 3.198,28 3.155,07
Biaya ransum/ekor (Rp) 14.868,54 14.660,22 14.267,41 13.890,13 13.030,44
Total Biaya Ransum +
20.868,54 20.660,22 20.267,41 19.890,13 19.030,44
DOC (Rp)
Rata-rata berat hidup/ekor (Kg)1,71 1,73 1,69 1,69 1,66
Hasil Penjualan (Rp/ekor) 42.750 43.250 42.250 42.250 41.500
IOFC (Rp/ekor) 21.881,46 22.589,78 21.982,59 22.359,87 22.469,56
Keterangan : - Harga DOC dan bahan pakan pada bulan Agustus sampai dengan
November 2010.
- Harga DOC Rp 6.000/ekor
- Harga jual ayam Rp 25.000/kg
- Harga bahan pakan : jagung Rp 3.400/kg, dedak Rp 2.000/kg,
Konsentrat Rp 5.600/kg , Tepung ikan Rp. 9.000, Ampas Kelapa
Fermentasi Rp. 500/kg

Pengolahan Ampas Kelapa……… 34


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Income Over Feed and Chick Cost level ampas kelapa fermentasi
(IOFC) sampai 20% .
2. Ransum yang diberikan ampas kelapa
Besarnya Income Over Feed fermentasi sampai level 20% berbeda
Chick Cost (IOFC) masing-masing tidak nyata penurunan jumlah konsumsi
perlakuan pemberian ampas kelapa ransum, dan peningkatan angka konversi
fermentasi dengan inokulum mikro- ransum dibandingkan dengan tanpa
organisme lokal dapat dilihat pada Tabel pemberian ampas kelapa fermentasi,
4 berikut ini. Pada Tabel 4 terlihat bahwa tetapi berbeda nyata penurunan jumlah
IOFC dari ransum penelitian ternyata pertambahan berat badan dan persentase
nilainya sangat tinggi. Hal ini disebabkan karkas bila dibandingkan dengan tanpa
pada periode selama penelitian harga jual pemberian ampas kelapa fermentasi. Dari
ayam di Padang sangat tinggi, sehingga segi ekonomis pemberian ampas kelapa
memberikan keuntungan yang sangat fermentasi memberikan IOFC tertinggi
baik. Pemberian ampas kelapa 5% sebesar Rp. 708,32 per kg ayam pada
menghasilkan IOFC yang tertinggi yaitu perlakuan pemberian ampas kelapa 5%.
sebesar Rp 708,32 dibandingkan dengan
tanpa pemberian ampas kelapa
UCAPAN TERIMAKASIH
fermentasi.
Dalam perhitungan IOFC bobot
Pada kesempatan ini penulis
badan akhir serta harga ransum
mengucapkan terimakasih kepada DP2M
memegang peranan utama. Pemberian
Dikti yang telah memberikan dana
ampas kelapa sampai 20% IOFC ransum
Penelitian berupa Hibah Kompetitif
adalah Rp 22.469,56. Dari angka Tabel 4
Sesuai Prioritas Nasional untuk Tahun
dapat disimpulkan bahwa dengan
Anggaran 2009 No. 406/SP2H/
pemberian ampas kelapa sampai dengan
DP2M/PP/V/2009 tanggal 16 Juni 2009
20%, dibandingkan dengan tanpa
dan TA 2010. No.222/SP2H/PP/DP2M/
pemberian ampas kelapa selisih
PP/III/2010 tanggal 1 Maret 2010.
keuntungan yang diperoleh selama
penelitian adalah Rp. 588,1. Angka ini
DAFTAR PUSTAKA
cukup bermakna atau signifikan untuk
meningkatkan penghasilan peternak
Church, D.C., and W.G. Pond. 1982.
ayam broiler.
Basic Animal Nutrition and
Feeding. 3 rd. ed. John Willey
KESIMPULAN
and Sons. New York
1. Energi Metabolis, Retensi Nitrogen,
Cullison, A.C. 1982. Feed and Feeding.
dan Daya Cerna Protein pada ransum
3rd Ed. Reston Publishing Co.
yang diberikan ampas kelapa
Inc.
fermentasi dengan inokulum
mikroorganisme lokal sampai level Dinas Perindustrian dan Perdagangan
15% nilainya meningkat Propinsi Sumatera Barat. 2007.
dibandingkan tanpa menambahkan Laporan Pendapatan Industri
ampas kelapa fermentasi dalam menengah dan Besar. Padang
ransum, dan nilainya akan mengalami
penurunan sejalan dengan dinaikkan

Pengolahan Ampas Kelapa……… 35


Jur. Embrio (4) (1) (26 -36) 2011

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Mc Donald, P., A. Edwards and J.F.D.


Barat. 2008. Statistik Dinas Green Haigh. 1994. Animal
Perkebunan Propinsi Sumatera Nutrition. 4th Ed. Longman
Barat. Padang Scientific and Technical.
Copublishing in The USA with
Hidayati, S.G. 2008. Respons ayam John Wiley and Sons. Inc. New
buras terhadap pemberian ampas York
kelapa yang difermentasi dengan
EM4 ditinjau dari performa North, M. O. 1984. Commercial Chicken
produksi. Jurnal Tambuo Volume Production Manual. 3 rd ed. Avi
VII No. 3. Universitas Publishing Co Inc. Westport.
Muhammad Yamin. Solok. Connecticut
Hidayati, S.G. 2009. Pembuatan Mikroba Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas.
Starter dari Bahan Lokal untuk Cetakan ketiga. Gajah Mada
Pengolahan Ampas Kelapa University Press, Yogyakarta
Sebagai Bahan Pakan Ternak
Unggas Alternatif di Sumatera
Barat.

Pengolahan Ampas Kelapa……… 36

Anda mungkin juga menyukai