Anda di halaman 1dari 12

Buku Penuntun Praktikum (BPP)

Farmasi Kedokteran
Modul Kegawatdarutan
Semester V

Elsa Trinovita, M.Si., Apt

Fakultas Kedokteran
Universitas Palangka Raya
Tahun 2018
BAB I
KAIDAH UMUM PENULISAN RESEP YANG RASIONAL DAN TEPAT

I. PENGERTIAN UMUM MENGENAI RESEP


Pemberian terapi dengan obat oleh dokter secara tidak langsung akan ditulis
dalam selembar kertas yang disebut sebagai lembar resep atau blangko resep. Resep
didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada
apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kenyataannya resep
merupakan perwujudan akhir dari kompetensi pengetahuan dan keahlian dokter dalam
menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi.
Dalam arti yang luas, resep merupakan perwujudan cara terapi dokter kepada
penderita yang memerlukan pengobatan, maka perlu ditulis secara benar dan rasional. Resep
yang benar, artinya ditulis secara jelas dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan
perundangan serta kaidah yang berlaku. Hal ini diperlukan, agar menghindari kesalahan dan
memberikan kelancaran dalam pelayanannya di apotek. Resep agar disusun secara rasional,
dan berpedoman falsafah "5 tepat" yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat BSO, tepat cara dan
waktu pemberian serta yang terakhir tepat penderita. Dengan demikian terhindar
kemungkinan salah terapi, atau dosis yang tidak tepat, pemilihan bentuk sediaan obat (BSO)
yang tidak tepat, cara dan waktu pemberian yang tidak tepat. Resep dokter ditulis dalam
blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm). Resep yang telah
dilayani di apotek, sesuai dengan peraturan yang berlaku, merupakan suatu dokumen yang
harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun (di apotek).

II. RESEP YANG BENAR

Di Indonesia sesuai peraturan perundangan yang berlaku resep harus ditulis secara jelas,
mudah dibaca dan mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan. Disamping itu
lengkap dan sesuai aturan/kaidah, sehingga memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.
III. UNSUR RESEP
Beberapa unsur yang harus tercantum dalam penulisan resep sebagai berikut.
1. Identitas dokter
Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta
dapat dilengkapi dengan nomor telepon, dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah
tercetak dalam blanko resep.
2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep. Ini
diperlukan dalam pelayanan resep, berkaitan dengan persyaratan dalam perundang-
undangan.
3. Superscriptio
Bagian ini merupakan kelengkapan dalam resep dokter. Ditulis dengan simbol R/ (recipe
= harap diambil). Biasanya juga sudah dicetak dalam blanko resep, terletak di sisi kiri atas
hanya tercetak satu R/, sehingga bila diberikan lebih satu BSO/formula resep, diperlukan
penulisan R/ lagi.
4. Inscriptio
Bagian ini merupakan inti resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang
diperlukan serta ditulis secara jelas. Penulisan nama obat dapat menggunakan nama
generik, nama standard atau nama paten. Penulisan jumlah dan kekuatan obat dalam
satuan berat atau volume dengan sistim metrik (mg, g, ml, I) dan dengan angka
arab. Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus, dll.)
dengan angka romawi.
5. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan
singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan.
Contoh : - m.f.l.a. puiv. d.t.d. no. XX
- m.f.l.a. sol.
- m.f.l.a. pulv. no. XXX da in caps.
6. Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien, yaitu
meliputi frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, untuk setiap hari, serta lain-lain
informasi yang mungkin perlu diberikan. Simbol (singkatan Latin) yang digunakan
adalah s (= signatura tandailah).
Contoh : s.t.d.d. tab. I u.h. p.c. (tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah
makan)
Walaupun aturan penggunaan obat oleh pasien, sudah ditulis dalam resep, dokter
berkewajiban pula menjelaskan (secara lisan) pada pasien saat resep diserahkan ke pasien.
7. Sebagai penutup dari bagian utama resep dokter adalah dengan ditulisnya tanda
tangan/paraf dokter penulis resep. Ini merupakan persyaratan bahwa resep sah untuk
dilayani oleh apotek. Bila resep dokter mengandung obat narkotika atau obat keras
tertentu (golongan psikotropika) untuk beberapa daerah tingkat II di Indonesia perlu
dibubuhkan tanda tangan. Untuk obat golongan lain cukup dengan paraf.
8. Identitas pasien
Umumnya sudah tercetak dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama pasien yang
diberi resep ditulis pada bagian Pro. Bila penderita anak-anak atau lansia perlu dituliskan
umurnya. Bila dokter juga mencantumkan alamat pasien pada bagian ini, akan
menguntungkan/memudahkan penelusuran tempat tinggal pasien bila terjadi
masalah/kesalahan dalam melayani obat.

IV. TATA CARA PENULISAN RESEP DOKTER


Resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No 26/1981 (Bab III, pasal 10) memuat :
1. Nama, Alamat dan Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)
2. Tanggal penulisan resep
3. Nama setiap obat/ komponen obat
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6. Tanda sera dan paraf dokter utuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum
V. PEDOMAN CARA PENULISAN PRESKRIPSI DOKTER
1. Ukuran blanko resep ( lebar 10-12 cm; panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (bagian inscriptio) :
a. dimulai dengah huruf besar
b. ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam Farmakope Indonesia atau
nomen-klatur internasional), misal Ac. salic.; Acetosal
c. tidak boleh ditulis dengan nama kimia (misal Kalii chlorida dengan KCl) atau
singkatan lain dengan huruf kapital (misal Chlorpromazin dengan CPZ).
3. Penulisan jumlah obat
a. satuan berat : mg (mili gram), g (G) (gram)
b. satuan volume : ml (mili liter), I (liter)
c. satuan unit : UI / IU
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi
e. Penulisan alat penakar :
Dalam singkatan bahasa Latin dikenal :
C. = sendok makan (volume 15 ml)
Cth. = sendok teh (volume 5 ml) Gtt. =
guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan : Hindari penggunaan sendok makan & sendok teh rumah tangga, karena
volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5 ml untuk sendok teh. Gunakan
sendok plastik (5 ml) atau alat lain (volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaan
cair paten.
f. Arti prosentase (%) : 0,5 % (b/b) —> 0,5 g dalam 100 g sediaan
0,5 % (b/v) --> 0,5 g dalam 100 ml sediaan
0,5 % (v/v) —> 0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka decimal ( misal : 0,... ; 0,0.... ; 0,00....)
4. a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan that jadi (generik/paten) yang beredar di
pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis, misal Tab.
Primperan yang 5 mg atau yang 10 mg
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan
jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal :
- Allerin exp. yang volume 60 ml atau 120 ml
- Garamycin cream yang 5 g/tube atau 15 g/tube
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan tidak hanya
untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officinalis dan spesialitis, misal : m.fl.a.
pulv. No.X
6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis secara benar
Misal : s. t.d.d. pulv. I . p.c. atau s.p.r.n. t.d.d. tab. I
b. Untuk pemakaian yang remit seperti pemakaian "tapering up (down)", gunakanlah tanda
s.u.c. (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertas
resep/lain dengan bahasa yang dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup (untuk 1. R/) atau tanda pemisah
diantara R/ (untuk > 2 R/) dan paraf/tanda tangan pada setiap R/.
Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan-coretan, hapusan atau
tindasan.
8. Penulisan tanda Iter
Resep yang memerlukan pengulangan dapat ditulis tanda : Iter n X di sebelah kin atas dari
resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di bawah setiap
resep yang diulang.
9. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan harus ditulis disebelah kanan pada bagian atas kertas resep. Kadang dokter
memerlukan obat agar segera didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat menuliskan CITO !
pada sebelah kanan atas dari blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan dalam
pembuatannya, dari resep-resep yang lain. Dengan demikian dokter meminta resep cito
hendaknya betul-betul bila penderita dalam keadaan gawat dan penundaan pemberian
obatnya dapat membahayakan. Istilah lain dalam bahasa Latin : Statim, Urgen, P.I.M. (amat
segera, mendesak)
BAB II
PENULISAN RESEP PADA KASUS KEGAWATDARUTAN

I. Contoh obat-obatan emergensi


Beberapa contoh obat-obatan emergensi sebagai berikut.
 Epinefrin
 Diazepam
 Dopamin
 Dobutamin
 Morfin
 Atropin sulfat
 dll

II. Istilah latin dalam penulisan resep obat emergensi


Beberapa istilah singkatan latin yang sering digunakan dalam penulisan resep obat
emergensi sebagai berikut.
 Inj. = injectio = obat suntik
 i.m.m = in manum medici = berikan ke tangan dokter
 u.c = usus cognitus = aturan pakai diketahui
 u.e = usus eksternus = obat luar
 ung. = unguentum = salep
 P.I.M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda
 Aq.dest = aqua destilata = air suling
 d.d = de die = sehari
 sol. = solutio = larutan
III. Contoh penulisan resep pada obat-obat yang bersifat emergensi

Keterangan : ambilah sediaan disopyramide injeksi 10 mg/ml sebanyak 2 ampul dengan aturan
pakai (signatura) keterangan i.m.m (in manum medici) artinya berikan ke tangan dokter.
Penyiapan obat harus segera atau didahulukan pengerjaannya dari resep yang lain (arti
penulisan CITO !) .
IV. Aturan Penulisan Resep Obat Emergensi
Beberapa aturan penulisan resep obat emergensi sebagai berikut.
1. Penulisan Cito, Statim (amat segera), Urgen (mendesak), P.I.M. (periculum in mora =
berbahaya bila ditunda) disebelah kanan/tengah pada bagian atas kertas resep.
2. Penulisan Cito, Statim, Urgen, P.I.M. harus dgarisbawahi dan diberi tanda seru dan diparaf
atau ditandatangani di belakang Cito
3. Resep yang mengandung narkotika/psikotropika tidak boleh ada tulisan tanda iter (iterasi)
yang berarti dapat di ulang, m.i (mihi ipsi) yang berarti untuk pemakaian sendiri, atau u.c
(usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui.
4. Penulisan resep obat emergensi tidak boleh diulang, tetapi harus menggunakan resep baru
5. Resep obat emergensi atau injeksi yang mengandung psikotropika./narkotika harus dibubuhi
tanda tangan lengkap oleh dokter penulis resep.
6. Urutan yang pengerjaan resep perlu didahulukan dalam pengerjaannya adalah PIM, Urgen,
Statim, Cito.
V. Perhitungan Dosis Injeksi Dalam Syringe Pump
 Rumus dosis dobutamin dalam syringe pump adalah :
Sediaan dobutamine 1 ampul = 250 mg.
Karena 1 mg = 1.000 mikrogram maka 1 ampul = 250.000 µg
Syringe pump menggunakan spuit 50 cc.
Kecepatan pemberian dalam satuan cc/ jam.
Maka 1 cc cairan dalam syringe pump :
250.000µg
= 5000 µg
50 cc

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 60 𝑥 𝐵𝐵 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 60 𝑥𝐵𝐵


Rumus : atau
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 5000
Contoh soal :
1. Pasien dengan tekanan darah 80/50 mmHg dan BB 50 kg. Dosis dobutamine dimulai dari 5
mikrogram/kgBB/menit. Berapakah kecepatan pemberian dopamin dalam syringe yang
diberikan kepada pasien tersebut?
5 𝑥 60 𝑥 50 15000
Jawab : = = 3 cc/jam
5000 5000
 Rumus dosis dopamin dalam syringe pump adalah :

Sediaan dopamine 1 ampul = 200 mg.


Karena 1 mg = 1.000 mikrogram maka 1 ampul = 200.000 mikrogram.
Syringe pump menggunakan spuit 50 cc.
Kecepatan pemberian dalam satuan cc/ jam.
Maka 1 cc cairan dalam syringe pump :
200.000µg
= 4000 µg
50 cc

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 60 𝑥 𝐵𝐵 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 60 𝑥𝐵𝐵


Rumus : atau
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 4000
Contoh soal:
Pasien dengan tekanan darah 80/50 mmHg dan BB 50 kg. Dosis dopamin dimulai dari 5
mikrogram/kgBB/menit
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 60 𝑥𝐵𝐵 5 𝑥 60 𝑥 50 15000
Jawab : = = = 37,5 cc/jam
4000 4000 4000
Rumus hitung tetesan dopamin per drip :
Contoh:
Pasien dengan berat 80 kg
Diberikan dopamin 10 mcg/kgbb/menit dalam 250 ml NS (mikrodrip).
(Dopamin 1 ampul : 200 mg / 10 ml)
Hitung dosis dopamin yang diberikan pada pasien tersebut per menit dan hitung tetesan
dopamin per menit?
Jawab :
Dosis dopamin per menit :
= 10 mcg/kgbb/menit
= 10 mcg x 80 kg x 1 menit
= 800 mcg / menit

Tetesan dopamin per menit : (infus mikrodrip 1 cc = 60 tetes/menit)


= (250 ml / 200 mg) x (800 mcg/1 menit) x (60 tetes / 1 ml)
= (250 ml / 200000 mcg) x 800 mcg/menit x 60 tetes/ml
= (25 / 20) x 8 x 6 tetes/menit
= 5/4 x 8 x 6 tetes / menit
= 60 tetes/menit
Tugas Kelompok

Note : Buat laporan sesuai kelompok diskusi dan laporan dikumpulkan sebelum perkuliahan
dimulai dalam berupa ketikan dan jilid an rapi. Cantumkan sitasi lengkap terkait pembahasan
soal studi kasus dibawah ini.

Soal Studi Kasus


1. Seorang penderita berumur 20 tahun datang ke UGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
dengan keluhan panas badan 3 hari. Setelah diperiksa oleh dokter UGD diputuskan untuk
diberikan injeksi xylomidon dan delladryl = 2:1 secara intramuskular. Satu menit
kemudian penderita merasa gata-gatal seluruh tubuh sesak nafas dan tidak sadarkan
diri. Dokter kemudian memeriksa dan diketahui tensi 50 mmHg palpasi dan ada wheezing
di kedua paru, lalu didiagnosa anafilaktik shok dan diberikan penanganan shock anafilasis.
Setelah diberi penanganan shock anafilasis selama 3 jam penderita tersebut diperbolehkan
pulang.
Pertanyaan :
 Jelaskan jenis-jenis obat-obat yang dapat menyebabkan shok anafilaksis.
 Jelaskan jenis-jenis obat yang dapat digunakan untuk penanganan shock anafilaksis, bentuk
sediaan obat dan dosis obat pada anak dan dewasa,
 Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetiknya serta interaksi obat yang terjadi

2. Seorang anak bernama udin 4 tahun dengan berat badan 12 Kg datang ke UGD RSUD dr Doris
Sylvanus dibawa oleh ibunya dengan kejang-kejang dan ibu penderita sangat panik sambil
berteriak minta tolong pada petugas kesehatan yang ada di UGD. Kejang sudah
berlangsung 1 menit pada saat masuk lapangan parkir dan bersifat tonik seluruh
tubuh. Penderita sebelumnya ada demam sejak 36 jam yang lalu dan tidak ada
riwayat kejang sebelumnya atau trauma kepala.
Pertanyaan :
 Jelaskan jenis-jenis obat yang dapat digunakan untuk penangan kejang, bentuk sediaan obat
cara pemberian, dan dosis obat pada anak dan dewasa
 Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetiknya serta interaksi obat yang terjadi
 Tulislah jenis obat penurun panas yang dapat digunakan pada kejang demam, bentuk sediaan
obat dan dosis pada anak.
 Edukasi apa yang harus diberikan pada keluarga penderita

Anda mungkin juga menyukai