Anda di halaman 1dari 4

Cara Budidaya Cacing Sutra Untuk

Pakan Ikan
Published on November 27, 2012, by budidayaikan - Posted in Peluang Usaha0

Peluang bisnis budidaya cacing sutra kian terbuka seiring maraknya budidaya ikan air
tawar. Cacing sutra merupakan salah satu pakan favorit ikan, terutama ikan air tawar. Cacing ini
memiliki kandungan gizi dan protein tinggi, sehingga mampu mempercepat pertumbuhan ikan.
Maraknya pengembangan budidaya ikan mendorong tingginya permintaan cacing sutra. Tak
heran, banyak orang kini tertarik mengembangkan usaha budidaya cacing yang memiliki nama
latin tubifex ini.

Salah seorang pebudidaya cacing sutra adalah Aris asal Yogyakarta. Ia sudah membudidayakan
cacing sutra sejak tahun 2009. “Budidaya cacing sutra masih menggiurkan karena banyak
permintaan dari para pebudidaya ikan,” ujarnya.

Aris memiliki lima kolam budidaya cacing sutra. Masing-masing kolam memiliki ukuran 3 meter
(m) x 3 m. Dalam sebulan, ia bisa memanen cacing sutra sebanyak dua kali.
Setiap panen bisa menghasilkan 180 liter hingga 300 liter cacing sutra. Cacing tersebut dijual
seharga Rp 45.000 per liter. Namun, kadang harga bisa di bawah itu, tergantung harga pasar.
“Harga cacing ini memang fluktuatif,” ujarnya.

Aris bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta per bulan. Sebagian besar pelanggannya berasal dari
daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
Menurut Aris, sebagian besar konsumennya merupakan para pebudidaya ikan air tawar.
Kadang, ia juga kerap mendapatkan pesanan dari pemasok pakan ikan. Tapi, jumlahnya tidak
setinggi permintaan dari para pebudidaya ikan.
Sukses beternak cacing sutra juga dirasakan Masturo di Jakarta. Sebelum terjun ke usaha ini, ia
membudidayakan ikan lele. Dari budidaya lele inilah ia melihat tingginya permintaan cacing
sutra.

Sejak itu, ia tertarik membudidakan cacing sutra. Masturo membudidayakan cacing sutra dalam
tiga kolam yang masing-masing berukuran 3 meter (m) x 6 m.

Menurut Masturo, cacing sutra memiliki kandungan protein yang tinggi, yakni sekitar 52%.
Protein tinggi ini mendukung pertumbuhan ikan. Bentuknya yang kecil dan halus juga cocok
dikonsumsi ikan, terutama ikan air tawar.

Karena biaya perawatan yang relatif murah, Masturo menjual satu liter cacing sutra dengan
harga yang murah pula. Yakni, hanya Rp 20.000 per liter. Dalam sehari, ia bisa menjual
sebanyak 7 liter cacing sutra.

Maka, omzetnya saban bulan mencapai Rp 4 juta.Masturo memasarkan cacing sutra hasil
budidayanya melalui media online. Kebanyakan pelanggannya berdomisili di Jakarta.

Sama seperti Aris, seluruh pelanggan Masturo merupakan pebudidaya ikan air tawar. “Mayoritas
pelanggan saya dari Jabodetabek,” ujarnya. Pelanggan tidak ada yang dari daerah jauh sebab
cacing sutra memang tidak dikirim sampai berhari-hari.
Lumpur Halus
Sayangnya, pasokan cacing ini masih terbatas karena selama ini lebih banyak mengandalkan
tangkapan dari alam. Budidaya cacing ini sendiri tergolong susah-susah gampang.
Ada banyak tahapan yang harus dipersiapkan sebelum membudidayakan cacing ini. Pertama,
menyiapkan kolam untuk budidaya. Luas kolam bisa disesuaikan dengan luas areal yang ada.
Namun, ukuran idealnya sekitar 1 meter (m) x 2 m.

Setiap kolam harus memiliki banyak endapan lumpur halus dan dilengkapi saluran pemasukan
dan pengeluaran air. Aris, salah satu pebudidaya di Yogyakarta, menyarankan agar setiap
kubangan lumpur dibuat petakan kecil ukuran 20 cm x 20 cm dengan tinggi badengan sekitar 10
cm.
Lahan tempat budidaya ini harus diberikan dedak halus dan pupuk kandang yang sudah dijemur
selama enam jam. Selain itu, harus juga disiapkan bakteri EM4 untuk fermentasi pupuk kandang
tersebut.

Fermentasi penting karena dapat menaikkan kandungan N-organik dan C-organik sebanyak dua
kali lipat. Hasil fermentasi yang sudah bercampur lumpur ini akan menjadi pakan cacing. Selama
fermentasi, lahan direndam air setinggi 5 cm selama empat hari.

Selanjutnya bagian atas endapan air dibuang atau diturunkan mencapai 5 centimeter (cm)– 10
cm dari permukaan lumpur.

Kemudian lumpur diratakan dengan serok kayu dan dibiarkan selama beberapa hari, hingga
lumpur halus yang ada di kolam cukup banyak. “Pastikan juga kolam steril dari hewan yang
menjadi hama cacing sutra,” ujar Aris.
Setelah siap, kolam dialiri air dengan debit dua sampai lima liter per detik. Petani juga harus
memasang atap untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.

Selanjutnya, taburkan indukan cacing sutra sebanyak 10 gelas (2-3 liter) ke dalam kolam dan
diisi air 5 cm – 7 cm. Indukan cacing ini bisa dibeli di pasar.

Panen pertama dapat dilakukan setelah cacing berumur 75 hari. Untuk selanjutnya dapat
dipanen setiap 15 hari.

Waktu panen cacing sutra dilakukan pagi atau sore hari dengan cara menaikkan ketinggian air
sampai 60 cm. Dengan begitu, cacing akan naik jadi mudah dipanen.
Masturo, pembudidaya cacing sutra asal Jakarta menambahkan, selain endapan lumpur, cacing
juga harus diberi makanan setiap hari. Pakannya bisa ampas tahu atau kotoran ayam.

Selama perawatan, cacing juga harus dijauhkan dari anak kodok yang gemar menyantap cacing
ini.ktn

Tips Memanfaatkan Limbah Kolam Lele


Budidaya cacing sutra dengan memanfaatkan kolam ikan lele diawali pengalaman Suroto dari
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.
Saat panen ikan lele air limbah organik ditampung pada kolam yang kurang produktif, setelah 2
hari air bening bagian atas dibuang. Tidak sengaja dia melihat cacing sutra bermunculan dan
terus berkembang, akhirnya cacing tersebut terus dipelihara dan dibudidayakan.

Tahapannya Budidaya Cacing Sutra

1. Persiapan Kolam Cacing Sutra : Kolam kosong yang tidak dipakai untuk budidaya ikan lele
dengan luas disesuaikan dengan areal yang ada misalnya 6-10 m2. Air limbah kolam lele
diaduk-aduk dan selanjutnya pindahkan ke kolam budidaya cacing sutera dengan pompa
penyedot. Hasil uji Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Laut Lampung pada bulan Juli
2010, air kolam ikan lele seminggu sebelum panen mengandung mikro algae : Lyngbya (2,35 x
103), Coelosphacrium sp (1,6 x 103) dan Sprirulina sp (2,25 x 103).
2. Pengendapan Air: Air diendapkan selama 3-5 hari, endapkan air bagian atas dibuang atau
diturunkan sampai 5-10 cm dari permukaan lumpur. Ratakan lumpur dengan sorok kayu, biarkan
selama beberapa hari. Lakukan proses ini 2 sampai 3 kali sampai cukup banyak lumpur halus
yang tersedia.
3. Penebaran Benih Cacing Sutra: Bibit cacing indukan ditebar sebanyak 2-3 liter atau ukuran 10
gelas, kemudian diberi air sampai ketinggian 5-7 cm.
4. Perawatan Cacing Sutra: Usahakan air tetap mengalir kecil selama masa pemeliharaan cacing
sutra dengan ketinggian air 5-10 cm. Bibit cacing sutra mulai tumbuh halus dan merata di
seluruh permukaan lumpur setelah 10 hari. Ulang-ulang lagi penambahan air buangan panen
lele pada kolam budidaya cacing sutra, setelah 2-3 bulan cacing sutra siap dipanen.
Pemanenan Cacing Sutra
Cacing sutra akan tumbuh setelah usia 2 minggu dari penebaran biang cacing sutera. Tapi bila
tanpa penebaran biang, cacing sutera akan tumbuh lebih dari 2 bulan. Panen pertama dilakukan
setelah umur cacing lebih dari 75 hari. Selanjutnya bisa dipanen tiap 15 hari sekali.
Kolam budidaya cacing sutra yang sudah siap panen bisa diketahui dari lumpur yang sudah
kental bila dipegang.
Lakukan pemanenan cacing sutera pada waktu pagi atau sore hari dengan cara terlebih dahulu
menaikkan ketinggian air sampai 50-60 cm supaya cacing naik kepermukaan dan memudahkan
proses pemanenan.

Masukkan cacing yang masih bercampur lumpur ke dalam baskom dengan pengeruk,
selanjutnya masukkan dalam ember atau bak yang berisi air dengan ketinggian lebih kurang 1
cm di atas media lumpur. Tutup ember supaya bagian dalam menjadi gelap, biarkan selama 1-2
jam.

Dengan mudah cacing dapat diambil menggunakan tangan karena cacing bergerombol di atas
media lumpur. Masukkan pada bak tempat pemberokan selama 10-12 jam, selanjutnya cacing
siap diberikan pada benih ikan atau dapat dijual. (Sumber : Surabaya Post)

Anda mungkin juga menyukai