Oleh :
Kelompok 3
2.1 Bahan
1. HA powder
2. Dispersan Acumer 9400
3. Tepung kentang komersial
4. Air destilat
2.2 Alat
1. Gelas Beaker
2. Magnetic Stirrer
3. Planetary Mill
4. Zirconia Ball
5. Mechanical Strirrer
6. Non-porous Moulds
7. Dryer
8. Binder remval
9. Muffle Furnace
Gambar 1. Pola XRD dari sampel dengan kandungan tepung kentang yang
berbeda-beda dan variasi suhu sintering
Serbuk HA awal (yang dikalsinasi pada 1100 0C) menunjukkan pola difraksi
yang mana seluruh puncak menerangkan hanya fasa HA. Sementara untuk sampel
dengan jumlah tepung kentang yang berbeda-beda (10 dan 30 %), pada setiap
suhu sintering (1250, 1300, 1350 0C), pola yang dihasilkan memiliki puncak
tambahan (yang ditandai oleh anak panah hitam) disamping fasa HA. Puncak
tambahan diidentifikasikan sebagai fasa 𝛽-TCP. Selain itu, intensitas penambahan
puncak bertambah sedikit dengan penambahan jumlah tepung kentang yang
ditambahkan selama pembentukan sampel hijau dengan suhu sintering yang baik.
Disisi lain, pola menunjukkan bahwa kristalisasi fasa HA berkembang dengan
penambahan suhu sintenring. Ini bisa ditunjukkan dari puncak-puncak runcing
HA dengan penambahan suhu sintering.
Kemunculan puncak-puncak tambahan yang menunjukkan 𝛽-TCP dipercaya
karena dekomposisi sampel HA selama sintering. Dekomposisi ini mungkin
terjadi karena dua alasan. Pertama, hal ini bisa saja berhubungan dengan suhu
yang secara ekstensif mengontrol beberapa dekomposisi. Kedua, kehadiran ion
karbonat dalam media reaksi yang dapat meningkatkan dekomposisi HA.