Anda di halaman 1dari 29

PENERAPAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI GEOMETRI BIDANG


DATAR KELAS IV di SDN 010 BALIKPAPAN SELATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Hetti Rahmawati Solikhah
NIM. 825 331 535
hettirahmawatis@gmail.com
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ABSTRAK

Matematika tidak pernah terlepas dengan mengenal bangun datar.


Bangun datar pada dasarnya pondasi konsep dasar untuk siswa kelas IV SDN
010 Balikpapan Selatan Tahun Ajaran 2018-2019. Pengenalan geometri di
sekolah dasar mempunyai tujuan dasar untuk memberikan suatu kesempatan
kepada murid untuk menganalisis lebih jauh dunia tempat hidupnya, serta
memberikan sejak dini landasan berupa konsep-konsep dasar dan peristilahan
yang diperlukan untuk studi lebih lanjut. Pemahaman konsep dasar sangat
menentukan keberhasilan belajar selanjutnya. Hambatan-hambatan yang selalu
dijumpai pada siswa terhadap bangun datar. Kesulitan matematika harus diatasi
sejak dini, jika tidak diatasi maka akan menghadapi berbagai masalah. Karena
pentingnya pendidikan matematika dalam kehidupan sehari–hari. Model Jigsaw
adalah salah satu jenis model yang sering jumpai dalam pembelajaran. Model
tersebut menekankan kepada kelompok inti. Guna untuk menjadikan siswa kritis,
kreatif dan aktif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tujuan peneliti
adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan
adalah wawancara, observasi dan tes. Hasil dalam penelitian ini adalah faktor-
faktor dari hasil belajar siswa seperti kesulitan dalam pendengaran,berbahasa,
penalaran, dan lingkungan belajar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah observasi, tes, wawancara, dokumentasi.
Kata Kunci : Model Jigsaw, Bangun Datar, Hasil Belajar

Pendahuluan

Matematika selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti


berhitung, mengukur dan melihat bangun datar. Hal ini membuat peran
pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
matematika diajarkan melalui sejak jenjang sekolah dasar.Matematika juga
selalu mengenalkan geometri pada bangun datar yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Pengenalan geometri di sekolah dasar (SD)
mempunyai tujuan dasar untuk memberikan suatu kesempatan kepada murid
untuk menganalisis lebih jauh dunia tempat hidupnya, serta memberikan
sejak dini landasan berupa konsep-konsep dasar dan peristilahan yang
diperlukan untuk studi lebih lanjut (Mursalin, 2016). Pemahaman konsep
dasar sangat menentukan keberhasilan belajar selanjutnya.Seperti pada
materi bangun datar sudah diberikan pada kelas 2, kelas 3, hingga ke jenjang
berikutnya. Dari materi yang mudah hingga lebih kompleks. Siswa mulai
diperkenalkan bangun datar seperti persegi, persegi panjang, jajar genjang,
layang-layang, belah ketupat, trapesium, segitiga, dan lingkaran.
Selanjutnya pada perkenalan sisi dan sudut.
Materi ini akan sering dijumpai pada setiap jenjang pendidikan.
Perannya guru sangatlah penting untuk membuat siswa paham akan
penanaman konsep matematika sejak dini. Karena ditakutkan jika anak
yang tidak paham dengan konsep tersebut maka akan mengakibatkan
kesalahan kesalahan berikutnya. Juga kurangnya komunikasi siswa yang
membuat salahnya penanaman konsep matematika. Komunikasi adalah
pesan yang disampaikan melalui individu ke individu lainnya.Kemampuan
komunikasi siswa ini sangat berperan penting untuk berkomunikasi dengan
guru juga tema-temannya. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam hasil
belajar matematika. Hasil belajar ini adalah evaluasi siswa dalam
mempelajari pelajaran tersebut.
Dari hasil kajian awal terhadap proses belajar mengajar matematika
di SDN 010 ditemukan sejumlah data-data adanya permasalahan
pembelajaran matematika yang dapat diidentifikasi yaitu : berdasarkan
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di SDN 010 Balikpapan
Selatan menunjukkan jika terdapat permasalahan pada materi bangun datar,
terdapat perolehan nilai yang masih di bawah KKM., dan proses
pembelajaran yang konvensional
Terdapat berbagai kesulitan dari pribadi siswa menjadikan kurangnya
pemahaman konsep juga penalaran pada bangun datar. Seperti kesulitan
dalam bahasa, kesulitan dari pendengaran, juga kesulitan pada kognitif
menjadikan penelitian ini semakin fokus untuk menjadikan siswa lebih
mengerti konsep. Karena pada dasarnya siswa harus paham akan konsep
supaya jika anak tersebut naik ke jenjang yang lebih tinggi siswa akan
mengerti akan materi tersebut lebih kompleks.
Maka dari itu peneliti berupaya untuk menggunakan model pada
penelitian ini. Model yang digunakan pada penelitian adalah model jigsaw.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membawa perubahan
konseptual dari individual ke kolaborasi. Selain itu, siswa bekerja dengan
sesama anggota kelompoknya kesempatan untuk mengelola informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, serta menjalin interaksi yang
menyeluruh. Latar belakang dari penelitian ini dapat dirumuskan
permasalahan adalah “apakah penerapan model pembelajaran jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi geometri bidang datar kelas
IV di SDN 010 balikpapan selatan tahun 2018-2019?”.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi geometri bidang datar kelas IV di SDN 010
balikpapan selatan tahun 2018-2019. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat seperti : bagi guru, sebagai sumber informasi dapat digunakan
sebagai (1) bagi guru bahan pertimbangan guru dalam menentukan
rancangan pembelajaran untuk meminimalkan terjadinya kesalahan yang
sama, (2) bagi siswa diharapkan dapat lebih optimal dalam mempersiapkan
diri menghadapi soal cerita matematika (3) bagi sekolah sebagai kontribusi
kepada pihak sekolah yang dapat digunakan untuk referensi bahan bacaan
dan perbaikan matematika (4) bagi peneliti dapat menambah pengetahuan
dan keterampilan dalam penguasaan kelas untuk menyampaikan materi
bangun datar.
Kerangka Dasar Teori

Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran seperti ceramah,
diskusi, demonstrasi, dan lain sebagainya. Model pembelajaran yang
mengartikan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas (Trianto, 2009).
Model pembelajaran menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas
(Agus.S, 2009).
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah strategi instruksional terstruktur
yang sistematis dimana kecil kelompok siswa bekerja sama menuju tujuan
bersama (Shafiuddin, 2010). Dengan bekerja secara kolaboratif yaitu
dapat mencapai tujuan bersama, maka siswa dapat mengembangkan pada
ketrampilan yang akan bermanfaat di kehidupannya (Trianto, 2009, hal.
42) .
Pengertian Jigsaw
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Julianto, dkk, 2011,
hal. 31). Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di
mana siswa memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran (Julianto, dkk, 2011, hal. 28)
Perlu penerapan salah satu model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman yaitu model kooperatif tipe
jigsaw. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membawa
perubahan konseptual dari individual ke kolaborasi. Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. (Burais, Hajidin, & Munzir, 2015)
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw, disusun
langkah-langkah sebagai berikut; (1) siswa dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang, (2) guru memberikan
materi pelajaran yang akan diajarkan dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab, 3) setiap anggota kelompok
mermbaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya, (4) anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari
sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya, (5) setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke
kelompok asal bertugas mengajar teman-temannya, (6) pada pertemuan
dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu (Trianto, 2009, hal. 57)
Pengertian Matematika
Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang pasti.
Menurut Haryono (Hidayat, 2015) matematika berarti pengetahuan yang
diperoleh dari hasil proses belajar. Sehingga, matematika merupakan suatu
pengetahuan. Hakikatnya matematika adalah ilmu struktur yang
terorganisasikan. Johnson dan Rising (Widi, 2012) menyatakan bahwa
matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang
logik. Sedangkan Kline (Widi, 2012) berpendapat bahwa matematika
adalah matematika bukanlah pengetahuan yang dapat sempurna oleh
dirinya sendiri, tetapi dengan adanya matematika itu terutama akan
membantu manusia, seni yang mempelajari struktur dan pola mencari, dan
sebagai alat untuk kebutuhan manusia dalam menghadapi kehidupan..
Dari beberapa pengertian menurut para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang
struktur-struktur serta dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.
Hasil Belajar
Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan
kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan.
Perkembangan kepribadian erat hubungannya dengan perubahan tingkah
laku yang telah dihasilkan dan ingin mengetahui hasil perolehannya dalam
suatu pendidikan dikenal dengan istilah prestasi belajar.
Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar
yang baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ditetapkan
sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar
yang dicapai. Sementara itu menurut Slameto (Ayunthara, 2016), faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu:
1) Faktor internal
2) Faktor eksternal
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau
patokan dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran diukur
dengan tes.
Pengertian Geometri Bangun Datar

Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang mempunyai


dua dimensi yaitu panjang dan tebal. Dalam kehidupan sehari-hari
mengambil contoh bangun datar tidaklah mudah. Dengan alat ukur yang
mempunyai ketelitian yang tinggi tebal kertas dapat diukur. Benda-benda
dapat dilihat dengan mata telanjang terlihat rata atau datar belum tentu
memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bangun datar. Dengan
demikian pengertian bangun datar adalah abstrak. (Tarigan, 2009).
Metode Penelitian

Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


Sekolah yang digunakan dalam penelitian adalah di SDN 010 Balikpapan
Selatan. Kelas yang digunakan adalah IV-A. Peneliti mengambil 11 sampel dari
jumlah murid 34 kelas IV-A. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 010
Balikpapan Selatan yang terletak Jl. Marshma R. Iswahyudi, Kecamatan
Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Waktu
Penelitian adalah bulan Maret-April 2019. Senin, 18 Maret 2019 Pembelajaran pra
siklus pada mata pelajaran matematika. Kamis, 28 Maret 2019 Perbaikan
pembelajaran (siklus I) pada mata pelajaran matematika. Kamis, 04 April 2019
Perbaikan pembelajaran (Siklus 2). Pihak yang membantu adalah bapak Istiar
S.Pd.M.Si, selaku tutor sekaligus sebagai supervisor I dalam membantu
pelaksanaan laporan PKP, H.Y Marwoto.,S.Pd.MM selaku Kepala Sekolah SDN
010 Balikpapan Selatan yang telah membantu laporan PKP, dan Ibu Ating, selaku
guru kelas IV di SDN 010 Balikpapan Selatan. Kepada pihak yang telah
membantu peneliti dari proses pembuatan laporan, praktek, dan penyajian data
laporan data PKP.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Alur kegiatan dalam Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) yaitu :

SIKLUS 1
a. Perencanaan Siklus I
Pada bagian perencanaan ini, kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Melakukan tukar pendapat antara peneliti dengan supervisor 2
dalam proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) perbaikan siklus I.
3) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD)
4) Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan pelaksanaan
pembelajaran oleh guru
5) Menyiapkan kamera selama proses pembelajaran berlangsung.
6) Membuat soal tes hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanan dalam satu kali pertemuan, yaitu 2
x 35 menit. Yaitu pada tanggal 28 Maret 2018. Pelaksanaan
pembelajaran dalam siklus I adalah membahas tentang
memperkenalkan bangun datar. Kegiatan awal pembelajaran
dilakukan untuk mengeksporasi pengetahuan awal siswa dengan cara
menerapkan model jigsaw. Pada tahap berikutnya dalam kegiatan inti
guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok,
membimbing siswa dalam belajar dan bekerja sama, dan bertanya
jawab serta membimbing siswa membuat kesimpulan. Pada kegiatan
akhir guru mengadakan evaluasi dan pesan moral.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus I, memang secara umum menunjukkan hasil yang
belum sesuai dengan harapan dan penelitian, khususnya yang
berkaitan dengan efektivitas pembelajaran yang dipengaruhi aktivitas
siswa dan aktivitas guru ketika menerapkan model.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti dan guru yang bertugas selaku
supervisor 2 dengan cara mengevaluasi segala kegiatan yang
dilakukan pada tahapan siklus ke I. Evaluasi pada tahap refleksi ini
dilakukan untuk mencari kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang
sudah digunakan dengan menggunakan pembelajaran Jigsaw.
SIKLUS II
a. Perencanaan Pada Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perbaikan metode
Jigsaw kembali dilakukan pada peaksanaan tindakan siklus yang ke II.
1) Menyusun rencana pelaksanaan (RPP) perbaikan siklus II..
2) Melakukan tukar pendapat antara peneliti dengan supervisor 2
dalam proses penyusunan RPP perbaikan siklus.
3) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) dan lembar kerja
kelompok (LKK)
4) Menyiapkan bahan atau media pembelajaran
5) Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru.
6) Menyiapkan kamera digital selama proses pembelajaran
berlangsung.
7) Membuat soal tes hasil belajar
b. Pelaksanaan Pada Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanan dalam satu kali pertemuan,
yaitu 2 x 35 menit. Yaitu pada tanggal 04 April 2018. Kegiatan awal
pembelajaran dilakukan dengan guru memberi salam dan berdoa.
Kemudian guru mencek kehadiran siswa. Kemudian guru melakukan
apersepsi dan menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah
dipelajari kemarin dan mengkaitkan/menghubungkan isi materi
terdahulu dengan pembelajaran hari ini sambil menuliskan pokok
bahasan yang akan dijelaskan kalau pelajaran hari ini tentang
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar serta menyampaikan
indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan.
c. Observasi
Berdasarkan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II
menunjukkan hasil yang lebih baik dalam melaksanakan model
pembelajaran Jigsaw. Dapat dilihat pada pengamatan supervisor 2
bahwa seluruh tahapan mengajar telah dilaksanakan sesuai alokasi
waktu dan aktivitas belajar dalam menyelesaikan tugas dalam LKPD
yang hasilnya lebih baik.
d. Refleksi
Guru mengadakan refleksi serta bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui juga membimbing siswa membuat kesimpulan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif.
Data yang dianalisis berupa rata-rata dan presentase hasil belajar siswa
,dan observasi. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.
Sesuai dengan bentuk dan sumber data. Maka, teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk
mengetahui keaktifan siswa dan kinerja guru selama proses
pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi. Analisis data kualitatif digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh melalui observasi. Data itu
adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
1) Data aktivitas guru
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Persentasi = x 100 %
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Kategori nilai Persentasi :


Sangat Baik : 82 % - 100 %
Baik : 63 % - 81 %
Cukup Baik : 44 % - 62 %
Kurang Baik : 25 % - 43 %
2) Data Aktivitas Siswa
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Persentasi = x 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

Kategori nilai presentasi :


Sangat Aktif : 82 % - 100 %
Aktif : 63 % - 81 %
Cukup Aktif : 44 % - 62 %
Kurang Aktif : 25 % - 43 %
b. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil
belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah isian.
Data berupa hasil tes belajar secara tertulis di akhir pertemuan.
Skor penilaian tes 10-100.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Persentasi = x 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑜𝑎𝑙

Nilai Akhir ≤ 60 maka siswa dinyatakan Tidak Tuntas


Nilai Akhir ≥ 60 maka siswa dinyatakan Tuntas
dan jika 80% siswa mendapat nilai ≥ 60dinyatakan tuntas secara
klasikal.
Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklusnya terdiri dari


empat kegiatan pokok yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Pada pembelajaran matematika yang pada sebelumnya guru
menggunakan metode ceramah, disertai dengan perolehan nilai yang rendah.
1) Hasil penelitian yang ingin diketahui meliputi hasil belajar dan
efektivitas pada pembelajaran yang dipengaruhi oleh pengamatan
aktivitas siswa dan guru dalam menggunakan model jigsaw. Pada
pelaksaan penelitian ini digunakan dalam 2 siklus. Pada pertemuan
siklusnya dengan lama waktu 70 menit. Pada setiap pelaksanaan,
dilaksanakan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi,
analisis, dan refleksi. Dalam kegiatan matematika tentang
mengelompokkan bangun datar menurut bentuknya dikelas IV, pada
awalnya guru dalam penyampaiannya menggunakan metode ceramah,
sehingga perhatian siswa kurang terfokus, pemahaman siswa kurang
dan akhirnya nilai belajar atau prestasi belajar rendah. Hal ini dapat
dilihat dari evaluasi. Dari 3 Siswa yang diteliti pada tingkat rendah,
sedang, dan tinggi siswa belum dapat memahami pemahaman
komunikasi matematis. Hal ini berarti siswa yang mampu memahami
materi hanya 38%. Melihat rendahnya nilai belajar siswa, maka perlu
diadakan siklus selanjutnya dengan mengadakan perbaikan
pembelajaran sebanyak 2 siklus.
Pembahasan

1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam
perbaikan yaitu Rencana Perbaikan Pembelajaran Mata
Pelajaran Matematika pada konsep bangun – bangun dasar.
Selanjutnya, menentukan standar criteria ketuntasan minimal
yaitu 7.0 Kemudian, mempersiapkan lembar pengamatan untuk
teman sejawat untuk mengamati selama berlangsung proses
pembelajaran. Teman sejawat mencatat hal – hal yang
diketemukan selama proses pembelajaran untuk perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai Rencana Perbaikan
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I, dengan langkah –
langkah kegiatan sebagai berikut :
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal adalah mengkondisikan kelas supaya
kondisi menjadi kondusif. Kemudian, menyampaikan tujuan
pembelajaran. Selanjutnya, mengabsen murid untuk kondisi yang
hadir maupun yang tidak hadir. Selanjutnya, memberikan apersepsi
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan beberapa gambar
bangun datar. Selanjutnya, guru menjelaskan materi nama-
nama bangun datar. Selanjutnya, siswa menjawab
pertanyaan tentang nama bangun datar yang ditunjukkan
oleh guru. Kemudian, siswa menggambar beberapa bangun
datar dan mengelompokkan bangun datar menurut
bentuknya. Kemudian, siswa menuliskan atau member
nama bangun datar
c) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir , guru melaksanakan evaluasi. Guru
mengoreksi hasil evaluasi siswa dan menganalisa. Selanjutnya,
guru memberikan penganyaan berupa tugas rumah. Setelah itu,
guru menutup pelajaran dengan doa dan pesan-pesan.
c. Observasi
1) Aktivitas belajar siswa
Dari hasil penelitian proses selama mengikuti pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran Jigsaw pada siklus I, diperoleh
data-data siswa sebagai berikut yang terlampir dalam tabel:

Tabel 4.1Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus


No Kriteria Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 82% – 100% Sangat aktif 3 6,5 %
2 63% - 81% Aktif 4 12,5 %
3 44% - 62% Cukup Aktif 21 70 %
4 25 – 43 % kurang aktif 5 13,5 %
Jumlah 33 100%

Pencapaian Aktivitas Siswa PraSiklus


Rentan Nilai ( % )

5 21 4 3

25 % - 43 % 44 % - 62 % 63 % - 81 % 82 % - 100 %

Grafik 4.1 Pencapaian Hasil Kerja Siswa Pra Siklus


Dari gambar tabel di atas dapat dilihat siswa yang berada pada kriteria
aktif belum mencapai 75%. Sebagian besar siswa masih berada pada
kriteria cukup aktif, sebagaimana dalam pembelajaran siswa masih
ragu-ragu dalam kegiatan, mereka terlihat sangat pasif dan masih
malu-malu dalam mengemukakan pendapat pada saat kerja kelompok,
pertanyaan yang dibuat siswa juga masih belum sesuai dengan apa
yang telah diajarkan, siswa belum tepat waktu dalam menyelesaikan
tugas serta tidak semua siswa yang ikut menyimpulkan pelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran masih
perlu ditingkatkan.
2) Observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan alat peraga
pada mata pelajaran Matematika materi geometri bangun datar kelas
IV di SDN 010 Balikpapan Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Aktivitas Guru pada Pra Siklus
Observasi Aktivitas Guru pada prasiklus
No Aspek yang diobservasi Pertemuan I
1. Pendahuluan
1. Guru memberikan apersepsi √
2. Guru menjelaskan kompetensi dasar √
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4. Guru memberikan motivasi X
5. Guru menghormati tugas X

Inti
1. Guru membagi kelompok secara heterogen √
2. Guru menyajikan pelajaran √
3. Guru memberi tugas kepada kelompok X
4. Guru melaksanakan pengelolaan kelas √
5. Guru memperagakan alat peraga √
6. Guru membimbing siswa dalam belajar dan X
bekerjasama X
7. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh
siswa X
Penutup
1. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan X
2. Guru melakukan refleksi pembelajaran
3. Guru memberikan tes X

4 Penggunaan alokasi waktu X
Jumlah 40
Presentase 70,00%
Berdasarkan tabel, diketahui pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan guru pada prasiklus, skor yang diperoleh guru adalah 9
dengan persentase 70% dan berada dalam kriteria cukup dan bisa di lihat
pada proses kegiatan guru dalam pelaksanaannya masih perlu diperbaiki
pada pertemuan berikutnya
1) Hasil Belajar Siswa, berdasarkan tes individual prasiklus, maka
rata nilai adalah:
Tabel 4.3 Hasil Ketuntasan Individual Siswa pada Pra Siklus
Tidak
No Nama Nilai Tuntas
Tuntas
1 ADLIANSYAH 80 √
2 EKA RISAL SAPUTRA 50 √
3 INDRA ARAI APRILIAN 50 √
4 ACHMAD DZAKIE SAPUTRA 50 √
5 AGHNI 50 √
6 AHMAD DZAKI MUNAWAR H 80 √
7 AISYAH NUR RAMADHAN 50 √
8 ALIYA FARIDA SALSABILA 80 √
9 ALYA RAFLY 70 √
10 ANNISA SEPTIA DEWI PUTRI D 50 √
11 ARIF PUJIANTO 40 √
Jumlah 650 36,36% Tuntas
63,63% Tidak
Rata-rata 59,09
Tuntas
Diagram Batang
Pencapaian PraSiklus
14 Jumlah Anak

8
1 1 6 1 2

40 50 60 70 80 90 100
Grafik 4.2 Pencapaian pada Pra Siklus
Dari Tabel tersebut dapat disimpulkan dapat dikatakan bahwa hasil
evaluasi siswa belum berhasil siswa yang mendapatkan nilai Tidak tuntas
dari 33 Siswa adalah 16 siswa, yaitu antara lain 14 siswa mendapat nilai
50, 1 siswa mendapat 60 dan 1 siswa mendapat nilai 40. Dengan
presentase pencapaian KKM 48,3 % dengan kategori kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa guru perlu mengadakan tindakan pada siklus
berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti dan guru yang bertugas selaku
supervisor 2 dengan cara mengevaluasi segala kegiatan yang
dilakukan pada tahapan siklus ke I, yaitu menyangkut proses
pembelajarannya, tingkah laku siswa pada saat dan sesudah
pembelajaran, terhadap hasil belajar dan istrumennya. Evaluasi ini
dilakukan untuk mencari kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang
sudah digunakan. Hasil observasi pada prasiklus yang merupakan
awal diperoleh bahwa masih banyak siswa yang proses belajarnya
belum optimal sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan yang
mengarah pada perkembangan yang lebih baik lagi dan masih
rendahnya aktivitas siswa. Dari kegiatan refleksi prasiklus ini dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan siklus I berikutnya.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada bagian perencanaan ini, kegiatan yang dilaksanakan:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Perbaikan
siklus I.
2) Melakukan tukar pendapat antara peneliti dengan supervisor 2
dalam proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) perbaikan siklus I.
3) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD)
4) Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
5) Membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru
6) Menyiapkan kamera selama proses pembelajaran berlangsung.
7) Membuat soal tes hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I dilaksanan dalam satu kali pertemuan, yaitu 2
x 35 menit. Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I adalah
membahas tentang memperkenalkan bangun datar. Kegiatan awal
pembelajaran dilakukan dengan cara menerapkan model jigsaw dan
menyampaikan indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan.
Berikutnya dalam kegiatan inti guru menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas kelompok, membimbing siswa dalam belajar
dan bekerja sama membuat kesimpulan. Pada kegiatan akhir guru
mengadakan evaluasi dan pesan moral.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus I, memang secara umum menunjukkan hasil yang
belum sesuai dengan harapan dan penelitian, khususnya yang
berkaitan dengan efektivitas pembelajaran yang dipengaruhi aktivitas
siswa dan aktivitas guru ketika menerapkan model. Aktivitas belajar
siswa. Dari hasil penelitian selama mengikuti pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran Jigsaw pada siklus I, diperoleh:
Tabel 4.4 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
No Kriteria Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 82% – 100% Sangat aktif 2 6,45 %
2 63% - 81% Aktif 6 19,35 %
3 44% - 62% Cukup Aktif 20 64,51 %
4 25 – 43 % kurang aktif 3 9,67 %
Jumlah 31 100 %
Pencapaian Hasil Kerja
Siswa Siklus I
Rentan Nilai ( % )

3 4 22 3

25 % - 43 % 44 % - 62 % 63 % - 81 % 82 % - 100 %

Grafik 4.3 Melakukan Observasi Pada Presentasi Perwakilan Kelompok

Dari gambar tabel 4.4 di atas dapat dilihat siswa yang berada pada
kriteria aktif belum mencapai 80%. Sebagian besar siswa masih berada
pada kriteria cukup aktif, terlihat sangat pasif dalam mengemukakan
pendapat pada saat kerja kelompok, pertanyaan yang dibuat siswa juga
masih belum sesuai dengan apa yang telah diajarkan, siswa belum tepat
waktu dalam menyelesaikan tugas. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan
siswa dalam pembelajaran masih perlu ditingkatkan.
1) Observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajarn Jigsaw dapat dilihat :
Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I
No Aspek yang diobservasi Pertemuan
I
1. Pendahuluan
1.Guru memberikan apersepsi √
2. Guru menjelaskan kompetensi dasar √
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4. Guru memberikan motivasi X
5. Guru menghormati tugas √
Inti
1. Guru membagi kelompok secara heterogen √
2. Guru menyajikan pelajaran √
3. Guru memberi tugas kepada kelompok √
4. Guru melaksanakan pengelolaan kelas √
5. Guru membimbing siswa dalam belajar dan √
bekerjasama X
6. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh
siswa
Penutup
1. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan √
2. Guru melakukan refleksi pembelajaran X
3. Guru memberikan tes √
4 Penggunaan alokasi waktu X
Jumlah 45
Presentase 75,00%
Berdasarkan tabel 4.5, Observasi Aktivitas Guru Matematika
pada Siklus Idiketahui pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw
yang dilaksanakan guru pada siklus ke I, skor yang diperoleh guru
adalah 11 dengan persentase 75% dan berada dalam kriteria baik.
Pembelajaran yang dilaksanakan masih belum bisa dikatakan
maksimal, di lihat pada proses kegiatan guru dalam
pelaksanaannya dengan baik sehingga masih perlu diperbaiki.
2) Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan tes evaluasi individu siklus I, maka rata nilai tes
siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Ketuntasan Individual Siswa Siklus I
Nilai Nilai
No Nama
Prasiklus siklus I
1 ADLIANSYAH 80 80
2 EKA RISAL SAPUTRA 50 50
3 INDRA ARAI APRILIAN 50 50
4 ACHMAD DZAKIE SAPUTRA 50 70
5 AGHNI NNYNDRA WIJAYA KUSUMA 50 50
6 AHMAD DZAKI MUNAWAR HASIBUAN 80 80
7 AISYAH NUR R 50 70
8 ALIYA FARIDA SALSABILA 80 80
9 ALYA RAFLY 70 70
10 ANNISA SEPTIA DEWI PUTRI DEWANTI 50 70
11 ARIF PUJIANTO 40 40
JUMLAH 650 710
RATA-RATA 59,09 64,55

Grafik Perbandingan
Pencapaian Siswa
30
20
10
0
25 % - 43 % 44 % - 62 % 63 % - 81 % 81 % - 100%

Pra Siklus Siklus I

Grafik 4.4 Melakukan Observasi Pada Presentasi Perwakilan Kelompok

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus I


ini, hasil belajar siswa belum dapat dikatakan berhasil. Dari data di
atas, jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan masih belum
mencapai nilai minimal 80% dari jumlah siswa keseluruhan. hasil
belajar siswa yang diperoleh hanya .68,18%. Hal ini menunjukkan
bahwa guru masih perlu mengadakan tindakan pada siklus
berikutnya.
3) Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti dan guru yang bertugas selaku
supervisor 2 dengan cara mengevaluasi segala kegiatan yang
dilakukan pada tahapan siklus ke I, baik yang menyangkut proses
pembelajarannya, tingkah laku siswa pada saat dan sesudah
pembelajaran, maupun terhadap hasil belajar dan isntrumennya.
Hasil observasi pada siklus I yang diperoleh bahwa masih banyak
siswa yang proses belajarnya belum optimal, tetapi disatu sisi
keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan, tetapi
peningkatan tersebut hasilnya masih belum maksimum, sehingga
perlu adanya perbaikan-perbaikan yang mengarah pada
perkembangan yang lebih baik lagi. Rendahnya aktivitas siswa
terlihat dari beberapa faktor,antara lain siswa masih ragu dan malu-
malu, banyak siswa yang belum berani menjawab pertanyaan.
Kemampuan seorang siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari
bentuk kerja kelompok, bertanya, membuat pertanyaan, menjawab
pertanyaan serta keseriusan pada saat pembelajaran Siklus I masih
perlu ditingkatkan. Dari kegiatan refleksi siklus I ini dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan siklus berikutnya
3. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perbaikan metode
Jigsaw kembali dilakukan pada peaksanaan tindakan siklus yang ke II.
Guru menyusun rencana pelaksanaan (RPP) perbaikan siklus II.
Selanutnya dengan melakukan tukar pendapat antara peneliti dengan
supervisor 2 dalam proses penyusunan RPP perbaikan siklus. Guru
menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) dan lembar kerja
kelompok (LKK) Selanjutnya, menyiapkan bahan atau media
pembelajaran. Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas
guru.Kemudian, guru menyiapkan kamera selama proses
pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, membuat soal tes hasil belajar
b. Pelaksanaan
Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan guru memberi salam
dan berdoa, mengecek kehadiran siswa, melakukan apersepsi dan
menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari
kemarin dan mengkaitkan isi materi terdahulu dengan pembelajaran
hari ini sambil menuliskan pokok bahasan yang akan dijelaskan kalau
pelajaran hari ini tentang mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.
Pada tahap berikutnya guru menyampaikan materi secara singkat
dengan menjelaskan cara “Menentukan sisi dan sudut pada bangun
datar”. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen.
Kemudian memanggil ketua kelompok serta menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas kelompok ke ketua kelompok, membimbing
siswa dalam belajar dan bekerja sama. Setelah kerja kelompok,
mereka diminta untuk membuat 1 pertanyaan di kertas kerja siswa
kemudian meremas-remas kertas tersebut menjadi seperti bola.
Setelah itu, melempar kepada teman mereka secara acak. Setelah
masing-masing siswa mendapatkan bola temannya, mereka diminta
menjawab soal.Guru mengadakan refleksi serta bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum diketahui juga membimbing siswa
membuat kesimpulan.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus II menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu sesuai
harapan peneliti, baik berkaitan dengan aktivitas belajar siswa, hasil
belajar dan aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran
Jigsaw pada mata pelajaran Matematika. Dalam hal ini dapat kita lihat
pada pengamatan supervisor 2 bahwa seluruh tahapan-tahapan
mengajar telah dilaksanakan sesuai alokasi waktu yang ditetapkan dan
aktivitas belajar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam LKPD
yang hasilnya menjadi lebih baik.
1) Aktivitas Belajar Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa melalui pelaksanaan model
kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Kriteria Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 82% – 100% Sangat aktif 4 12,9
2 63% - 81% Aktif 24 77,41
3 44% - 62% Cukup Aktif 5 9,67
4 25 – 43 % kurang aktif - -
Jumlah 33 100

Pencapaian Aktivitas Siswa


Siklus II
Rentan Nilai ( % )

17
10
3
0

25 % - 43 % 44 % - 62 % 63 % - 81 % 82 % - 100 %

Grafik 4.5 Penyampaian Materi Pada Siklus II

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa aktivitas belajar


siswa telah mencapai kriteria aktif. Siswa pada saat proses
pembelajaran dapat memahami materi dengan mudah setelah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
2) Observasi aktivitas guru dalam pembelajaran Hasil Observasi
Tabel 4.8 Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II
No Aspek yang diobservasi Pertemuan I

1. Pendahuluan
1. Guru memberikan apersepsi √
2. Guru menjelaskan kompetensi dasar √
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4. Guru memberikan motivasi √
5. Guru menghormati tugas √
Inti
1. Guru membagi kelompok secara heterogen √
2. Guru menyajikan pelajaran √
3. Guru memberi tugas kepada kelompok √
4. Guru melaksanakan pengelolaan kelas √
5. Guru membimbing siswa dalam belajar dan √
bekerjasama
6. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada X
seluruh siswa
Penutup
1. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan √
2. Guru melakukan refleksi pembelajaran √
3. Guru memberikan tes √
4 Penggunaan alokasi waktu √
Jumlah 14
Presentase 93,33%
Pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa guru telah melakukan
proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw telah mencapai presentase 93,33% yaitu berada pada
kriteria sangat baik. Semua aspek hampir terpenuhi dengan baik.
3) Hasil Belajar siswa Siklus II
Hasil belajar siswa kelas IV SDN 010 Balikpapan Selatan siklus II
dengan metode Jigsaw pada tabel di bawah:
Nilai Nilai
No Nama Siklus II
Prasiklus siklus I
1 ADLIANSYAH 80 80 90
2 EKA RISAL SAPUTRA 50 50 70
3 INDRA ARAI APRILIAN 50 50 80
4 ACHMAD DZAKIE SAPUTRA 50 70 70
5 AGHNI NNYNDRA WIJAYA KUSUMA 50 50 80
6 AHMAD DZAKI MUNAWAR H 80 80 80
7 AISYAH NUR R 50 70 90
8 ALIYA FARIDA SALSABILA 80 80 90
9 ALYA RAFLY 70 70 90
10 ANNISA SEPTIA DEWI PUTRI DEWANTI 50 70 90
11 ARIF PUJIANTO 40 40 80
JUMLAH 650 710 910
RATA-RATA 59,09 64,55 82,73
Tabel 4.9 Hasil Ketuntasan Individual Siswa Siklus II
GRAFIK PERBANDINGAN
PENCAPAIAN SISWA

Pra Siklus Siklus I Siklus II


24
22
20

13
6
4
3
3

2
2
0

25 % - 43 % 44 % - 62 % 63 % - 81% 81 % - 100 %
Grafik 4.6 Penyampaian Materi Pada Siklus II
Penilaian hasil belajar melalui tes tertulis pada akhir siklus II
berada pada target KKM untuk meningkatkan hasil belajar siswa telah
berhasil. Melalui model pembelajaran Jigsaw terkait aktivitas
pembelajaran matematika semakin baik dan peningkatan hasil belajar.
d. Refleksi
Setelah dilakukan observasi pada siklus II, maka diperoleh refleksi:
1) Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dengan
perbandingan yang terdapat pada grafik di bawah ini :
30

20

10

0
Siklus I Siklus II

sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Grafik 4.7 Perbedaan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


Pada pelaksanaan siklus ke II terjadi peningkatan pada aspek
aktivitas belajar dengan penerapan model Jigsaw. Pada siklus I Siswa
yang sangat aktif ada 2 orang (6,45%) menjadi 4 orang (12,905), pada
kriteria di siklus I hanya 6 orang anak (19,35%) sedangkan pada siklus II
mencapai 24 orang (77,41%). Di kriteria cukup aktif 20 orang (64,5%)
telah mengalami penurunan yaitu hanya 3 orang (9,67%). Sedangkan pada
kriteria kurang aktif pada siklus I ada 3 orang anak menjadi 0 anak.
2) Aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang terjadi pada
siklus II dengan perbandingan antara siklus I dan siklus II:
Perbandingan Aktivitas Guru pada Siklus I
dan Siklus II
100.00%
50.00%
0.00%
Siklus I Siklus II
Perbandingan Siklus I
73.33% 93.33%
dan Siklus II

Grafik 4.8 Perbandingan Aktivas Guru pada Siklus I dan Siklus II


3) Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada siklus II berdasarkan
data hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata nilai siswa 66,74
meningkat menjadi 86,45 pada siklus II.Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada grafik di bawah ini:

Hasil Belajar
Siklus II,
100 Siklus I, 86.45
66.47

50

0
Siklus I Siklus II

Grafik 4.9 Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Simpulan dan Saran Serta Tindak Lanjut

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang di dapatkan melalui


pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV di SDN
010 Balikpapan Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun datar.
Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diperbaiki
pada setiap pertemuannya. Dengan demikian berarti melalui model
pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw maka aktivitas guru dapat diperbaiki
dengan kategori “baik” menjadi “sangat baik”.
Pada aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkat pada setiap
pertemuannya baik secara individual maupun kelompok dengan kategori
“aktif” atau “sangat aktif”. Dengan demikian berarti model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN
010 Balikpapan Selatan. Selanjutnya pada hasil belajar siswa mengalami
peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapt
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 010 Balikpapan Selatan
pada materi bangun datar.
Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan temuan-temuan yang telah disimpulkan di atas, maka
peneliti menyampaikan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan yaitu
kepada guru sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan
atau memilih model pembelajaran dalam upaya peningkatan pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw khususnya pada mata pelajaran matematika tentang
bangun datar.
Kepada kepala sekolah sebagai masukan dan sumbangan pemikiran
dalam mengembangkan program pembinaan guru-guru mendesain model-
model pembelajaran melalui peningkatan mutu pelaksanaan pembelajaran
serta kualitas pembelajaran untuk menyusun program peningkatan proses
pelaksanaan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika..
Kemudian kepada peneliti lain disarankan agar dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini sebaik-baiknya sehingga hasil temuan yang diperoleh dapat
diterapkan dan dikembangkan untuk kepentingan pendidikan dalam upaya
peningkatan kualitas sekolah dasar di daerah maupun peneliti mengabdi
kelak.
Daftar Pustaka
Agus, S. (2008). Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika.

Agus.S. (2009). Cooperative Learning dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Aprianti, D. K. (2016). Desain Didaktis Pengelompokkan Bangun Datar Untuk


Mengembangkan Komunikasi Matematis Siswa Kelas II Sekolah Dasar.
Jurnal Pedadidaktika, 3, 1-156.
Aulia, F. A. (2016, 04 01). Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Angket, dan
Observasi). Retrieved 05 01, 2018, from Karya Tulisku:
http://www.karyatulisku.com/2016/04/tekbik-pengumpulan-data-
wawancara.html

Ayunthara, A. (2016). Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi, Lingkungan


Sekolah dan Manajemen Waktu Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
eprints@UNY.

Burais, F. F., Hajidin, & Munzir, S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Didaktik Matematika, 84-94.

Hendriana Heris, S. U. (2017). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:


PT Refika Aditama.

Hidayah, N. (2013, Maret 07). wawancara. Retrieved 05 01, 2018, from review
teori wawancara: 9. http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-
74125-umum-review%20teori%20wawancara%20.html

Hidayat, D. (2015). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Video


Pembelajaran dan Powerpoint Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 8
Balikpapan. Skripsi, UNIBA, FKIP Matematika.

Julianto, dkk. (2011). Teori dan Implementasi Model-Model Pembelajaran


Inovatif. Surabaya: Unesa University Press.

Lisnani. (2017). Desain Materi Bangun Datar Menggunakan Origami Berkonteks


Tangram di SD Kelas II. Suska Journal of Mathematics Education, 3, 33-
40.

Mursalin. (2016, Oktober). Pembelajaran Geometri Bidang Datar di Sekolah


Dasar Berorientasi Teori Belajar Piaget. Jurnal Dikma, 4.

Saragih, H. (2015). Pengaruh Gaya Belajar Visual dan Motivasi Berprestasi


Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 6
Balikpapan. FKIP Matematika UNIBA.

Shafiuddin, M. (2010). Cooperative Learning Approach in Learning Mathematics.


International Journal of Education Administration, 589-595.

Soeparno. (1987). Alat Peraga Pendidikan. Jakarta: CV . Karya Mandiri.


Suryadi. (2009). Analisi Kebutuhan Guru Untuk Mengantisipasi Dampak Pensiun
Guru Yang Direkrut Selama Pelaksanaan Inpres SD dan Wajib Belajar 6
Tahun. JURNAL Administrasi Pendidikan, III, 83-113.

Tarigan, D. (2009). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas.

Trianto. (2009). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik:


konsep, landasan teoritis - praktis dan implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

Widi, U. I. (2012). Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Hasil Belajar


Matematika Siswa Kelas V SD Muhammasdiyah Sokonandi Yogyakarta
Tahun Ajaran 2011/2012. eprints@UNY.

Zufian, Y. (2013, September 14). Kompasiana. Retrieved April 15, 2018, from
Maanfaat Tangram Dalam Matematika:
https://www.kompasiana.com/izoelsyifa/manfaat-tangram-dalam-
matematika_552c0cbf6ea834f2378b4577

Anda mungkin juga menyukai