Anda di halaman 1dari 11

Instructions

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, yang berakar dari nilai budaya bangsa
Indonesia, tentu diharapkan akan lebih mudah dalam mengamalkan didalam hidup
bermasyarakat dan akan terhindar dari konflik karena perbedaan. Untuk itu sangat
dibutuhkan kesadaran seluruh warga negara mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Tugas.
1. Amatilah perilaku masyarakat di sekitar anda. Buatlah daftar tentang contoh perilaku masyarakat
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan contoh perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.
2. Sesuai dengan yang anda amati pada tugas nomor 1 di atas, buatlah identifikasi faktor-faktor
penyebab dari masyarakat berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Buatlah dalam
bentuk laporan.
3. Dengan hasil pengamatan pada tugas 1 di atas, diskusikan di kelompok anda, kemudian buat
laporan kelompok tentang upaya apa yang harus dilakukan agar masyarakat senantiasa
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk menciptakan keharmonisan sosial.
Laporan Hasil Diskusi

Topik : Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Ismil Yetti Asnita


Tujuan
Agar masyarakat berprilaku sesuai dengan nilai – nilai Pancasila untuk menciptakan keharmonisan
sosial.

Permasalahan
Prilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai – nilai Pancasila serta faktor penyebab dari
masyarakat berprilaku tidak sesuai dengan Pancasila.

1. Sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa“

Contoh Perilaku yang sesuai :

a. Berusaha menjadi anak yang shalih shalihah atau menjadi anak yang dekat kepada agama serta
berbakti kepada ke dua orangtua.

b. Mengajarkan nilai-nilai religius akan Ketuhanan Yang Esa.

c. Mengajak teman untuk shalat berjamaah.

d. Saling menghormati teman yang berbeda agama.

e. Menjaga keharmonisan antar umat beragama

f. Membiarkan orang lain menjalankan kepercayaan dan keyakinannya sendiri.

Sikap yang tidak sesuai dengan sila-sila Pancasila yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari
antara lain:

1. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa

Sikap yang tidak sesuai:

- Menunda-nunda ibadah

- Memaksa orang lain untuk memeluk suatu agama

- Tidak menghormati agama dan kepercayaan orang lain

- Melakukan diskriminasi terhadap pemeluk agama lain

- Menghina dan merendahkan ajaran agama lain

2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sikap yang tidak sesuai:

- Melakukan diskriminasi pada teman yang berbeda ras, suku

- Bersikap egois dan tidak mementingkan kepentingan orang lain

- Memperlakukan orang lain secara semena-mena

- Bersikap acuh tak acuh pada orang lain, tidak mau saling tolong menolong
- Memandang rendah orang lain

3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Sikap yang tidak sesuai:

- Mengutamakan kepentingan pribadi

- Tidak mau menggunakan produk dalam negeri

- Bersikap acuh ketika terjadi konflik atau bencana di daerah lain

- Melakukan provokasi sehingga terjadi konflik

- Bersikap apatis dalam bermasyarakat

4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan

Sikap yang tidak sesuai:

- Mengambil keputusan secara sepihak tanpa merundingkan dengan pihak terkait

- Tidak mau menerima keputusan hasil musyawarah

- Memaksakan kehendak pribadi kepada orang lain

- Memihak salah satu pihak demi kepentingan pribadi

- Bersikap otoriter dalam memimpin

5. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sikap yang tidak sesuai:

- Melakukan diskriminasi pada orang lain

- Tidak mau bekerja sama dan membantu orang lain

- Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme

- Tidak menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

- Membeda-bedakan fasilitas untuk pejabat dan rakyat biasa

2. Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab“

Memiliki nilai Kemanusiaan, sila kedua ini memiliki kandungan moral bahwa setiap orang
wajib untuk mengakui dan memperlakukan semua dan setiap orang sama tanpa alasan dan
diskriminasi.

Contoh Perilaku yang sesuai :

a. Tidak bersikap sewenang-wenang terhadap adik sendiri.


b. Bertingkah penuh sopan dan santun terhadap orangtua.

c. Gemar membantu teman-temannya yang berada dalam kesusaha.

d. Mentraktir teman untuk makan di kantin.

e. Membela orang-orang yang ditindas.

f. Menegakan HAM sesuai porsinya.

3. Sila ketiga “Persatuan Indonesia“

Memiliki nilai Persatuan, sila ketiga ini memiliki kandungan moral bahwa setiap orang wajib
untuk menjunjung tinggi dan mencintai tanah air, bangsa, dan negara Indonesia, ikut
memperjuangkan kepentingannya, mengambil sikap yang solider dan layak terhadap sesama warga
negara

Contoh Perilaku yang sesuai :

a. Tidak mudah bertengkar di dalam rumah.

b. Senantiasa menjaga amarah dan emosi.

c. Berteman dengan siapa saja.

d. Menghindari perbuatan tawuran antar sekolah.

e. Tidak menciptakan kelompok-kelompok yang dapat menyebabkan disintegrasi nasional.

f. Menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan individu maupun kelompok.

4. Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan

Memiliki nilai Kerakyatan, sila keempat ini memiliki kandungan moral bahwa setiap orang
wajib untuk ikut serta dalam kehidupan politik serta pemerintahan negara Indonesia.

Contoh Perilaku yang sesuai :

a. Tidak memaksakan anggota keluarga yang lain untuk berperilaku di luar kemampuannya.

b. Menjadi kepala keluarga yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang.

c. Melakukan musyawarah OSIS dengan musyawarah.

d. Memilih pengurus-pengurus kelas secara arif.

e. Melakukan Pemilu dan Pilkada.

f. Tidak melakukan Black Campaign

5. Sila kelima “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia“


Memiliki nilai Keadilan, sila kelima ini memiliki kandungan moral bahwa setiap orang wajib
untuk bersifat adil, berjiwa sosial, memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan
dan kedudukan orang-perorang masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan
lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia.

Contoh Perilaku yang sesuai :

a. Menghargai seluruh hak-hak setiap komponen keluarga.

b. Menjalankan kewajiban di rumah sebaik mungkin.

c. Menjadi ketua kelas yang amanah dalam mengemban tugas.

d. Bersikap adil terhadap junior kelas.

e. Menjadi penguasa yang pro rakyat bukan justru pro terhadap asing maupun para kapitalis.

f. Hidup sewajarnya saja tidak berlebihan.

Hasil
Penyebab Lunturnya Nilai Pancasila dan Cara Membangkitkan
Semangat Pancasila di Kalangan Generasi Muda
Penyebab Lunturnya Nilai Pancasila Di Diri Generasi Muda Zaman Sekarang
Di zaman sekarang ini banyak nilai-nilai Pancasila yang begitu penting telah tergeser oleh
nilai-nilai dan pola pikir kebaratan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Hal ini
mengakibatkan krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia, terutama generasi muda.
Kehidupan sehari-hari generasi muda Indonesia kini jauh dari pedoman Pancasila. Penyebab
lunturnya nilai-nilai Pancasila saat ini yaitu generasi muda yang mengagung-agungkan
budaya barat, terlebih pemerintah kurang bersosialisasi dan menekankan nilai Pancasila yang
sesuai dengan perkembangan zaman.

Pancasila adalah dasar negara kita yang semestinya dijadikan dasar dan pandangan dari
segala aspek dalam kehidupan para generasi muda. Pancasila adalah dasar, pandangan,
pedoman yang harus dijadikan dasar dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pancasila
telah menjadi ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai cita-cita yang ingin dicapai
Bangsa Indonesia. Namun, dalam realita masyarakat khususnya remaja sebagai subjek yang
dibahas, belum mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupannya.
Padahal kita semua tahu bahwa remaja adalah aset penerus bangsa. Kebanyakan dari mereka
hanya mementingkan dirinya sendiri, melakukan hal – hal yang mereka sukai tanpa
berlandaskan Pancasila. Generasi muda merupakan sekelompok orang yang mempunyai
semangat dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Dalam tahap pencarian jati diri inilah
terkadang remaja masih mengalami kendala. Apalagi di jaman serba bebas seperti sekarang
ini pergaulan lah yang membentuk karakter dan jati diri seorang remaja. Banyaknya
penyimpangan menunjukkan buruknya moral generasi muda dan lunturnya nilai – nilai
Pancasila dalam diri generasi muda Indonesia.
Sekarang, pergaulan antarbangsa semakin kental. Di dalam pergaulan antarbangsa yang
semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di
antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut
adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu :
munculnya sikap individualistis, konsumerisme, dan lunturnya budaya lokal yang seharusnya
dilestarikan. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap
nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini terus berlanjut, akan berakibat
lebih serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya.
Pada generasi muda hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka adalah penerus
bangsa, yang jika tidak dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini.

Faktor dan penyebab lunturnya nilai – nilai Pancasila:


1. Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap remaja.
Agama selalu membawa manusia pada jalan yang benar. Agama mengajarkan kita untuk
selalu berbuat baik bagi sesama. Jika kurangnya pegangan seseorang pada ajaran agama,
maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Namun, jika setiap orang
utamanya generasi muda teguh dengan keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama
dengan sungguh-sungguh, tidak perlu adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang
sudah dapat menjaga dirinya sendiri atau kekuatan pengontrol dalam dirinya, tidak mau
melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin
jauhnya remaja dari agama, semakin sulit memelihara moral dalam diri remaja itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum
dan nilai moral.

Pendidikan Agama seharusnya dapat meminimalkan kenakalan-kenakalan remaja yang acuh


terhadap negaranya sendiri. Kehidupan remaja Indonesia akan sangat bermanfaat apabila
memiliki kesadaran terhadap pentingnya Pancasila dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

2. Kurangnya pendidikan pancasila.


Remaja adalah aset bangsa. Di dalam lingkungan sekolah kita rasa pendidikan Pancasila
masih sangat kurang. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila kurang menjadi perhatian
yang penting bagi kalangan remaja karena Nilai-nilai pancasila dianggap kurang menarik
untuk diterapkan, bahkan lebih parahnya lagi belakangan ini remaja semakin mengarah
kepada paham barat yang identik dengan hidup bebas sebebas-bebasnya. dan mereka mereka
seakan telah lupa memiliki dasar negara sendiri yaitu Pancasila.

Pendidikan moral juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja menjadi
seorang dewasa yang akan lepas ke dunia yang lebih keras. Indonesia perlu membentuk para
remaja yang berkualitas, yang cinta pada tanah airnya sendiri dalam segala aspek kehidupan.
Maka dari itu diperlukannya pendidikan Pancasila untuk generasi muda bangsa dan
hendaknya diberikan sejak dini.

3. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semestinya.
Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil,
sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana
yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas – batas dan ketentuan moral yang
tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap
baik, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral. Pembinaan moral pada anak dirumah
tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk,
melainkan harus dibiasakan.

Moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Seperti halnya rumah tangga, sekolah pun
dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak muda. Hendaknya
dapat diusahakan agar sekolah menjadi sarana yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan mental dan moral anak muda. Di samping tempat pemberian pengetahuan,
pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan sarana
sosial bagi generasi muda, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek
kepribadian berjalan dengan baik. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan
dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan
masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak muda. Terjadinya
kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutkan diatas,
karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan
ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak
kondusif bagi pembinaan moral.

4. Penyimpangan nilai – nilai Pancasila.


Kenakalan remaja juga termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila. Bagaimana
tidak, Pancasila mengajarkan pada kita untuk mengutamakan Tuhan didalam hidup kita,
memiliki rasa simpati dan empati, bersatu walaupun kita memiliki perbedaan satu sama lain,
dan tidak mengutamakan pribadi, serta bersikap adil kepada sesama kita. Itu hanya beberapa
contoh kecil yang diberikan Pancasila. Namun, dalam realita kehidupan masih banyak remaja
yang melakukan kenakalan remaja tanpa merasa bersalah pada diri sendiri, keluarga, dan
negara. Contohnya seperti tawuran antar sekolah yang menunjukkan bahwa anak muda
sekarang sudah tidak memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan sikap saling menghargai.
Ada pula remaja yang bertengkar dan melakukan kekerasan kepada temannya sendiri hanya
karena berselisih pendapat dan juga banyaknya perilaku bullying, rasisme, serta diskriminasi.
Itu menunjukkan bahwa nilai – nilai Pancasila tak lagi dijadikan pedoman oleh para generasi
muda. Padahal dalam butir Pancasila sila ke 3 kita mengetahui bahwa kita hendaknya
mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.

5. Efek Globalisasi
Penyebab Lunturnya Nilai Pancasila dan Cara Membangkitkan Semangat
Pancasila di Kalangan Generasi Muda
Penyebab Lunturnya Nilai Pancasila Di Diri Generasi Muda Zaman Sekarang
Di zaman sekarang ini banyak nilai-nilai Pancasila yang begitu penting telah tergeser oleh
nilai-nilai dan pola pikir kebaratan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Hal ini
mengakibatkan krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia, terutama generasi muda.
Kehidupan sehari-hari generasi muda Indonesia kini jauh dari pedoman Pancasila. Penyebab
lunturnya nilai-nilai Pancasila saat ini yaitu generasi muda yang mengagung-agungkan
budaya barat, terlebih pemerintah kurang bersosialisasi dan menekankan nilai Pancasila yang
sesuai dengan perkembangan zaman.

Pancasila adalah dasar negara kita yang semestinya dijadikan dasar dan pandangan dari
segala aspek dalam kehidupan para generasi muda. Pancasila adalah dasar, pandangan,
pedoman yang harus dijadikan dasar dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pancasila
telah menjadi ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai cita-cita yang ingin dicapai
Bangsa Indonesia. Namun, dalam realita masyarakat khususnya remaja sebagai subjek yang
dibahas, belum mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupannya.
Padahal kita semua tahu bahwa remaja adalah aset penerus bangsa. Kebanyakan dari mereka
hanya mementingkan dirinya sendiri, melakukan hal – hal yang mereka sukai tanpa
berlandaskan Pancasila. Generasi muda merupakan sekelompok orang yang mempunyai
semangat dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Dalam tahap pencarian jati diri inilah
terkadang remaja masih mengalami kendala. Apalagi di jaman serba bebas seperti sekarang
ini pergaulan lah yang membentuk karakter dan jati diri seorang remaja. Banyaknya
penyimpangan menunjukkan buruknya moral generasi muda dan lunturnya nilai – nilai
Pancasila dalam diri generasi muda Indonesia.

Sekarang, pergaulan antarbangsa semakin kental. Di dalam pergaulan antarbangsa yang


semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di
antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut
adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu :
munculnya sikap individualistis, konsumerisme, dan lunturnya budaya lokal yang seharusnya
dilestarikan. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap
nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini terus berlanjut, akan berakibat
lebih serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya.
Pada generasi muda hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka adalah penerus
bangsa, yang jika tidak dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini.

Faktor dan penyebab lunturnya nilai – nilai Pancasila:


1. Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap remaja.
Agama selalu membawa manusia pada jalan yang benar. Agama mengajarkan kita untuk
selalu berbuat baik bagi sesama. Jika kurangnya pegangan seseorang pada ajaran agama,
maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Namun, jika setiap orang
utamanya generasi muda teguh dengan keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama
dengan sungguh-sungguh, tidak perlu adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang
sudah dapat menjaga dirinya sendiri atau kekuatan pengontrol dalam dirinya, tidak mau
melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin
jauhnya remaja dari agama, semakin sulit memelihara moral dalam diri remaja itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum
dan nilai moral.

Pendidikan Agama seharusnya dapat meminimalkan kenakalan-kenakalan remaja yang acuh


terhadap negaranya sendiri. Kehidupan remaja Indonesia akan sangat bermanfaat apabila
memiliki kesadaran terhadap pentingnya Pancasila dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.
2. Kurangnya pendidikan pancasila.
Remaja adalah aset bangsa. Di dalam lingkungan sekolah kita rasa pendidikan Pancasila
masih sangat kurang. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila kurang menjadi perhatian
yang penting bagi kalangan remaja karena Nilai-nilai pancasila dianggap kurang menarik
untuk diterapkan, bahkan lebih parahnya lagi belakangan ini remaja semakin mengarah
kepada paham barat yang identik dengan hidup bebas sebebas-bebasnya. dan mereka mereka
seakan telah lupa memiliki dasar negara sendiri yaitu Pancasila.

Pendidikan moral juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja menjadi
seorang dewasa yang akan lepas ke dunia yang lebih keras. Indonesia perlu membentuk para
remaja yang berkualitas, yang cinta pada tanah airnya sendiri dalam segala aspek kehidupan.
Maka dari itu diperlukannya pendidikan Pancasila untuk generasi muda bangsa dan
hendaknya diberikan sejak dini.

3. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semestinya.
Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil,
sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana
yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas – batas dan ketentuan moral yang
tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap
baik, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral. Pembinaan moral pada anak dirumah
tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk,
melainkan harus dibiasakan.

Moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Seperti halnya rumah tangga, sekolah pun
dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak muda. Hendaknya
dapat diusahakan agar sekolah menjadi sarana yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan mental dan moral anak muda. Di samping tempat pemberian pengetahuan,
pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan sarana
sosial bagi generasi muda, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek
kepribadian berjalan dengan baik. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan
dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan
masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak muda. Terjadinya
kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutkan diatas,
karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan
ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak
kondusif bagi pembinaan moral.

4. Penyimpangan nilai – nilai Pancasila.


Kenakalan remaja juga termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila. Bagaimana
tidak, Pancasila mengajarkan pada kita untuk mengutamakan Tuhan didalam hidup kita,
memiliki rasa simpati dan empati, bersatu walaupun kita memiliki perbedaan satu sama lain,
dan tidak mengutamakan pribadi, serta bersikap adil kepada sesama kita. Itu hanya beberapa
contoh kecil yang diberikan Pancasila. Namun, dalam realita kehidupan masih banyak remaja
yang melakukan kenakalan remaja tanpa merasa bersalah pada diri sendiri, keluarga, dan
negara. Contohnya seperti tawuran antar sekolah yang menunjukkan bahwa anak muda
sekarang sudah tidak memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan sikap saling menghargai.
Ada pula remaja yang bertengkar dan melakukan kekerasan kepada temannya sendiri hanya
karena berselisih pendapat dan juga banyaknya perilaku bullying, rasisme, serta diskriminasi.
Itu menunjukkan bahwa nilai – nilai Pancasila tak lagi dijadikan pedoman oleh para generasi
muda. Padahal dalam butir Pancasila sila ke 3 kita mengetahui bahwa kita hendaknya
mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.

5. Efek Globalisasi
5. Efek Globalisasi
Arus globalisasi sangat cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan remaja di
Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia.

Hal tersebut ditunjukkan dengan gejala – gejala yang muncul dalam kehidupan sehari – hari
generasi muda jaman sekarang. Pertama, dari cara berpakaian banyak remaja – remaja yang
bergaya layaknya selebritis yang cenderung kebaratan. Mereka memakai pakaian yang minim
bahan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.

Kedua, teknologi internet bukanlah hal yang asing lagi di Indonesia. Teknologi internet dapat
memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja. Apalagi
bagi anak muda internet sudah menjadi santapan sehari – hari. Jika digunakan dengan
semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Namun jika disalahgunakan akan
membawa dampak buruk bagi kita.

Rasa sosial terhadap masyarakat akan memudar karena mereka lebih memilih berkicau di
media sosial dan lebih sibuk memegang handphone masing – masing.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan, sehingga banyak anak muda yang bertindak sesuka
hatinya. Contohnya, geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Maka dari itu perlu dilaksanakan antisipasi untuk mengatasi menumbuhkan nilai – nilai
Pancasila dan nasionalisme, antara lain:

 Pendidikan Agama yang harus menjadi peranan penting untuk membentuk ketakwaan
pada diri generasi muda Indonesia
 Pendidikan moral bagi anak hendaknya dilakukan sedini mungkin agar membentuk
generasi muda yang bermoral dan taat kepada norma aturan.
 Pendidikan Pancasila yang harus ditanamkan sehingga dapat menjadi pedoman dan
landasan bagi generasi muda.
 Menumbuhkan kesadaran dalam diri generasi muda Indonesia untuk membangkitkan
semangat Pancasila.
 Menumbuhkan semangat nasionalisme, misalnya mencintai produk dalam negeri.
 Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan sebaik – baiknya.
 Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dan keyakinan dengan sebaik – baiknya.
 Lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi, maupun budaya
bangsa.

Kesimpulan

Saran

Anda mungkin juga menyukai