PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan
tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula
sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau
melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan
selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan
sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi
untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam.
Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah
seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif
atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di
sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain
itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani
ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara
terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kendala yang dihadapi para petani dan pelaku agribisnis skala kecil
untuk mengembangkan usahanya salah satunya adalah kurang aksesnya
ke sumber-sumber permodalan. Ketersediaan sumber permodalan yang
dapat diakses oleh petani masih sangat terbatas, sehingga pembelian
input usahatani padi terkadang disesuaikan dengan modal sendiri yang
tersedia. Hal ini berakibat kepada pencapaian produksi usahatani padi
yang kurang maksimal.
3
sebagai pemacu pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas akan diikuti
oleh perkembangan kebutuhan modal. Pada umumnya masalah yang
dihadapi sebagian besar petani (terutama petani kecil) adalah tidak
sanggup membiayai usahataninya dengan biaya sendiri. Sehingga
diperlukan sumber modal lain diluar dana pribadi berupa pinjaman atau
kredit. Menurut Mubyarto (1977), modal adalah faktor produksi yang
penting setelah tanah dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya
pada nilai produksi. Sumber modal petani sangat beragam baik yang
berasal dari lembaga kredit formal maupun informal. Petani sebagai
pelaku agribisnis yang bergerak pada subsistem budidaya relatif
diharapkan pada risiko usaha yang sangat besar. Risiko ini terutama
berkaitan dengan sifat kegiatan pertanian yang tergantung pada musim.
Berbicara mengenai masalah permodalan dalam pertanian tidak bisa lepas
dari masalah kredit, karena kredit tidak lain adalah modal pertanian yang
diperoleh dari pinjaman (Mubyarto, 1977). Kredit adalah alat untuk
membantu pembentukan modal. Memang ada petani yang dapat
memenuhi semua kebutuhan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya,
bahkan petani kaya dapat meminjamkan modal kepada petani lain yang
membutuhkan. Secara ekonomi, modal pertanian dapat berasal dari milik
sendiri atau pinjaman dari luar. Modal yang berasal dari luar usahatani
biasanya merupakan kredit. Kredit pertanian diharapkan memiliki
kontribusi terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani dengan
memanfaatkan kredit tersebut dengan efektif. Petani dalam
menyelenggarakan kegiatan usahatani berusaha supaya produksinya
tinggi, yaitu dengan cara memadukan faktor produksi yaitu tanah, tenaga
4
kerja, modal dan manajemen yang baik. Produksi tersebut merupakan
proses penggunaan sumber daya, jasa atau kedua-duanya (Malcham,
1991).
Penerapan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas
usahatani bukan hanya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan,
tetapi juga modal untuk membeli input yang dibutuhkan. Faktor modal
memegang peranan penting yang dipertimbangkan petani sebelum
melakukan usahatani (Hermanto, 1992). Modal diperlukan terutama untuk
pengadaan sarana produksi (benih/bibit, pupuk dan pestisida) yang
dirasakan petani semakin mahal harganya. Sumber dana yang berasal dari
rumah tangga petani sering dipandang tidak cukup untuk membiayai
peningkatan usahataninya, karena pada umumnya rumah tangga petani di
Indonesia adalah petani kecil dan bermodal lemah.
Keputusan untuk mengakses sumber permodalan sangat ditentukan
oleh faktor internal dan eksternal petani. Pemerintah sudah berupaya
meningkatkan aksesibilitas petani dan ketersediaan sumber permodalan
melalui berbagai program seperti pengembangan lembaga keuangan
mikro pertanian melalu Pengembangan Usaha Pertanian Perdesaan
(PUAP), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), dan berbagai
program lainnya. Namun masih banyak petani yang hanya menggunakan
modal sendiri saja untuk usahataninya. Mulyaqin dan Astuti (2013)
menyatakan terdapat beberapa alasan petani hanya menggunakan modal
sendiri diantaranya 1) Modal sendiri sudah mencukupi untuk melakukan
usahatani padi; 2) Tidak mengetahui prosedur pinjaman kredit; 3)
Prosedur pinjaman sulit; 4) Tidak mempunyai agunan. Kajian ini bertujuan
5
untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk
memanfaatkan sumber permodalan selain dari modal sendiri atau modal
yang dimiliki oleh petani untuk melakukan usahatani padi sawah.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Sementara harga kebutuhan pangan, terutama beras, makin meningkat
akibat pasokan berkurang.
8
C.Bibit padi
9
bercakberbentuk belah ketupat lebar ditengah dan dan meruncing
di kedua ujungnya.Ukuran bercak kira-kira 1,5 x 0,3 , 0,5 cm
berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya.
Daun-daun pada varietas rentan bisa mati.Bercak penyakit blas
sering sukar dibedakan dengan gejala bercak coklat
Helminthosporium.
Tungro
10
Busuk Batang
11
C. Cara mengatasi gagal panen
Adapun usaha yang dilakukan agar tidak terjadi gagal panen adalah
sebagai berikut:
Pengolahan Tanah
Penanaman
Pada fase ini, banyak yang perlu diperhatikan seperti cara tanam,
jarak tanam, jumlah tanaman tiap lobang, dan kedalaman tanam dengan
penggarap lahan yang lainnya.
12
Pemeliharaan
Di fase ini yang paling lama dan paling berat, biasanya 2 bulan – 3
bulan baru bisa dipanen. dalam fase ini banyak yang harus dilakukan,
mengairi sawah, menyiangi rumput (gulma), menjaga dari hama termasuk
ulat dan tikus, menjaga dari burung, dan lain-lain.
13
sedikit respon dan pada status hara tinggi tanaman tidak respon lagi.
Artinya, pada tanah yang berstatus hara tinggi pemberian pupuk tidak
mempengaruhi produksi, status sedang mempengaruhi produksi dan pada
status rendah nyata mempengaruhi produksi.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
4.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
-www.google.com/file:///D:/Hama-dan-Penyakit-Tanaman-
Padi_files/like.htm
-www.google.com/file:///D:/Hama-dan-Penyakit-
Padi_files/DocPage_BetweenPage.htm
16