Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesehatan untuk menunjang kesejahteraan hidup seseorang berkaitan

dengan keseluruhan anggota tubuh manusia, dari ujung rambut sampai ujung

kaki, termasuk gigi dan rongga mulut. Namun, seringkali kesehatan gigi

dan rongga mulut menjadi hal yang dianak-tirikan oleh masyarakat

Indonesia dibandingkan dengan kesehatan bagian tubuh lainnya. Padahal

sesungguhnya kerusakan pada gigi juga dapat mempengaruhi kesehatan

anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kenyataannya penyakit gigi yang tampaknya hal yang kecil, dapat menjadi

pemicu timbulnya sejumlah penyakit berbahaya. Hasil beberapa penelitian

melaporkan adanya hubungan antara penyakit gigi dengan penyakit jantung

koroner, aterosklerosis, pneumonia, diabetes dan kelahiran prematur. Bahkan,

penyakit gigi juga pernah dilaporkan dapat menyebabkan kematian. Informasi

statistik rumah sakit di Indonesia (2005) menunjukkan bahwa penyakit gigi kronis

seperti penyakit pulpa dan periodontal termasuk di dalam urutan ke-24 dari 50

peringkat utama penyebab kematian di rumah sakit (Pintauli dan Hamada, 2008).

Ketua Pengurus Besar (PB) PDGI, drg. Rini Zaura MDS. mengungkapkan,

"Pemeriksaan rutin ke dokter gigi sangat penting mengingat kesehatan gigi

memainkan peran vital bagi kesehatan organ tubuh lainnya. Kesehatan gigi yang

1
2

berkualitas akan berdampak pada tubuh yang sehat dan meningkatkan kualitas

hidup masyarakat” (Novriadi, 2011).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2011 yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut

merupakan penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia,

seperti karies dan penyakit periodontal (Departemen Kesehatan, 2011).

Departemen Kesehatan RI dalam Survei Kesehatan pada tahun 2001 juga

menyatakan 70% penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas pernah

mengalami kerusakan gigi dengan jumlah kerusakan gigi mencapai 43,9%

pada usia 12 tahun, usia 15 tahun tercatat sebanyak 37,4%, meningkat

menjadi 51,1% pada usia 18 tahun, usia 35-44 tahun sebesar 80,1%, dan

tercatat sekitar 96,7% kerusakan gigi dialami oleh masyarakat pada usia 65

tahun ke atas (Departemen Kesehatan, 2001).

The World Oral Health Report pada tahun 2003 menyatakan bahwa

Indonesia menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan

(Petersen, 2003). Dalam kurung waktu 5 tahun, 1999-2004, ditemukan hampir

95% rakyat Indonesia mengalami penyakit gigi dan mulut, khususnya karies

gigi, penyakit gusi (periodontitis), maloklusi, dan kanker mulut. Ironisnya,

setiap tahun insidensi penyakit gigi dan mulut ini tidak membaik, bahkan

terus meningkat (Moeis, 2004).

Beberapa penelitian menemukan bahwa tingginya insidensi penyakit gigi

dan mulut di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah

kurangnya kesadaran, kepedulian, dan motivasi dalam setiap pribadi untuk


3

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya kesadaran, kepedulian, dan

motivasi ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai

kesehatan gigi dan rendahnya tingkat hidup masyarakat di Indonesia (Eriwati and

Etsuro, 2007).

Perilaku pemeliharaan kesehatan mempengaruhi insidensi penyakit gigi

dan mulut di Indonesia. Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan

mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting

yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan

pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang

peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut

(Huwink, 1993).

Permasalahan yang sudah dijabarkan di atas membuat peneliti

merasa tertarik untuk melakukan suatu bentuk penelitian untuk melihat

gambaran perilaku masyarakat Indonesia dalam pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut. Perilaku yang menurut Notoatmodjo (2007) terdiri dari

tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan, dapat menentukan

bagaimanakah status kesehatan seseorang. Kebiasaan perilaku yang sehat

akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sedangkan sebaliknya

kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya,

individu mudah terserang penyakit.

Peneliti memilih penelitian pada masyarakat Kelurahan Lebakgede,

Kecamatan Coblong, Kota Bandung dengan alasan akses lokasi penelitian

yang cukup mudah dan berdekatan dengan Rumah Sakit Gigi dan
4

Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (RSGM FKG

Unpad). Diharapkan masyarakat pada lokasi tersebut memiliki pemahaman

yang lebih mengenai kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil tersebut,

maka diharapkan dapat dicari jalan perbaikan atas perilaku yang kurang

mendukung kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia pada umumnya.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, maka

masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seberapa tingkat

pengetahuan, sikap, tindakan, dan perilaku masyarakat Kelurahan Lebakgede,

Kecamatan Coblong, Kota Bandung dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data yang dapat

menggambarkan perilaku masyarakat Kelurahan Lebakgede, Kecamatan

Coblong, Kota Bandung yang didasari oleh data pengetahuan, sikap, dan

tindakan terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

I.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh beberapa hal, yaitu:

1) Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan perilaku masyarakat

Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung dalam

memelihara kesehatan gigi dan mulut.


5

2) Menjadi landasan peningkatan pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat oleh Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran (RSGM FKG Unpad) dan instansi terkait

lainnya.

3) Menjadi landasan untuk dilakukan penelitian berikutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Status kesehatan umum ataupun kesehatan gigi dan mulut seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor perilaku.

Terbentuknya perilaku di dalam diri seseorang tidak dapat serta merta terjadi tiba-

tiba, tetapi memerlukan dasar dan proses yang menyertainya. Proses terbentuknya

perilaku seseorang sangat didominasi oleh peran lingkungan yang mempengaruhi

individu tersebut. Seseorang yang bertempat tinggal di lingkungan yang jauh dari

penyedia layanan kesehatan, seperti di daerah terpencil akan memiliki status dan

perilaku kesehatan yang kurang baik dibandingkan dengan seseorang yang tinggal

di lingkungan yang berdekatan dengan penyedia layanan kesehatan. Hal ini

dimungkinkan karena minimnya sumber informasi kesehatan yang dapat

diperolehnya.

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Lebakgede,

Kecamatan Coblong, Kota Bandung yang lokasinya berdekatan dengan penyedia

layanan kesehatan gigi dan mulut, yaitu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (RSGM FKG Unpad). Didasari dengan


6

keadaan lingkungan tempat tinggal tersebut, diharapkan responden akan memiliki

perilaku yang baik terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Perilaku masyarakat yang memerlukan proses ini tidaklah berdiri sendiri,

melainkan didasari oleh tiga hal atau domain, yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan. Ketiga domain tersebutlah yang dapat menciptakan hasil akhir berupa

perilaku. Oleh sebab itu, untuk mengetahui seberapa perilaku seseorang, haruslah

dilakukan perhitungan dahulu terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan individu

tersebut.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dapat diukur dengan melakukan

wawancara terhadap responden atau menggunakan angket yang terdiri dari

berbagai pertanyaan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mewakili pemahaman responden yang

dapat memberi gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Lebakgede,

Kecamatan Coblong, Kota Bandung mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut.

Setelah seseorang memiliki pengetahuan, maka akan timbul respon batin

dalam bentuk sikap terhadap obyek yang diketahui. Metode penilaian sikap dapat

dilakukan seperti metode penilaian pengetahuan, namun berbeda pada bentuk

pertanyaan yang diajukan. Pada penilaian sikap, pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan untuk menggali pendapat atau penilaian responden terhadap obyek.

Jawaban-jawaban tersebut memberikan gambaran sikap atau kesiapan responden

untuk merespon pengetahuan yang diperolehnya mengenai pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut.


7

Ketika seseorang sudah memiliki pengetahuan dan sikap terhadap suatu

obyek tertentu, tahapan terakhir untuk melengkapi terbentuknya suatu perilaku

adalah tindakan atas obyek tersebut. Tindakan seseorang diukur dengan

menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan-

kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Tingkat tindakan masyarakat Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota

Bandung mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat diukur dari

jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut.

Status Kesehatan Gigi dan Mulut (OHI)

Masyarakat Kelurahan Lebakgede,


Kecamatan Coblong, Kota Bandung

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengetahuan Sikap Tindakan

Diagram 1.1 Diagram Kerangka Pemikiran

1.6 Metodologi Penelitian


8

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan metode

pengumpulan data berupa Cross-Sectional dengan cara survei. Alat bantu yang

digunakan berupa kuesioner dengan pemilihan sampel menggunakan teknik

Multi-Stage Random Sampling.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota

Bandung pada bulan Februari-Maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai