Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISIASE) ATAU GAGAL

GINJAL KRONIK (GGK) DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL DI RUMAH


SAKIT NURHIDAYAH

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal,
reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai
kemih. Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel
dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit,
suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit).
Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke
medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik,
sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan
masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah
perifer. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran
cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik
serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan
bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau
dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus
dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal
kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik
dapat dikendalikan.

PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal kronis ( chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan anemia (urea dan limbah nitrogen yang berada dalam darah).
(Nursalam, 2008).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif
Muttaqin,2011;166).
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan ko
mposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi m
enjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL


1. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homeostasis


tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi hormon
dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah serta metabolisme
kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolism dan menyesuaikan ekskresi air daan
pelarut. Ginjal mengatur cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan
komposisi cairan yang normal. (Mary Baradero, 2008).

Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan


keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal
merupakan dua buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal disebelah kanan
dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di belakang peritoneum
atau di luar rongga peritoneum.
Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari ketinggian
vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing-
masing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal2,5 cm.. Berat ginjal pada
pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunikafibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka terlihat
permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua. Ginjal terdiri dari bagian dalam,
medula, dan bagian luar, korteks. Bagian dalam (interna) medula.Substansia medularis
terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis. Mengandung bagian
tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta dan duktuskoli gensterminal. Bagianluar
(eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan
bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis
piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara pyramid
dinamakan kolumnarenalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang
berkelok-kelok dan duktus koligens.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional
ginjal. Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap nefron
bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron dapat menerangkan fungsi
dari ginjal.
2. Fisiologi Ginjal
1. Fungsi ginjal
Menurut Price (2006) ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaitu ekskresi dan
fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
1. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan mengubah-ubah
ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
3. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3
4. Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein, terutama urea, asam
urat dan kreatinin.
Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah :
1. Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
2. Menghasilkan eritropoetin sebagai factor penting dalam stimulasi produksi sel
darah merah olehsumsum tulang.
3. Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4. Degradasi insulin.
5. Menghasilkan prostaglandin.
2. Fisiologi pembentukan urine
Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam
mempertahankan homeostatis tubuh. Pada orang dewasa sehat, lebih kurang 1200 ml
darah, atau 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan tertentu, aliran
darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan menurun
hingga 12% dari cardiac output. Kapiler glomeruli berdinding porous (berlubang-
lubang), yang memungkinkan terjadinya filtrasi cairan dalam jumlah besar(±
180L/hari). Molekul yang berukuran kecil (air, elektroloit, dan sisa metabolisme tubuh,
di antaranya kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari darah, sedangkan molekul
berukuran lebih besar (protein dan sel darah merah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh
karena itu komposisi cairan filtrat yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan yang
ada di dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel darah.
Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut sebagai
rerata filtrasi glomerulus atau glomerular filtration (GFR). Selanjutnya, cairan filtrat
akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan mengalami sekresi di tubulus ginjal,
yang kemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui duktus kolegentes.
Cairan urine tersbut disalurkan ke dalam sistem kalises hingga pelvis ginjal (Basuki,
2011).

C. KLASIFIKASI
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 4 stadium yaitu:
a. Stadium 1
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 5% - 75%). Tahap inilah yang paling
ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum merasakan
gejala- gejala dan pemeriksaan faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap
ini kreatinin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) dalam batas normal dan
pendenderita asimtomatik.
b. Stadium 2
Insfisiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas – tugas seperti biasanya padahal daya dan konsentrasi ginjal
menurun. Pada tahap ini penderita mengalami lebih dari 50% jaringan yang berfungsi
pada ginajal yang telah rusak. Kadar BUN (blood urea nitrogen ) baru mulai
meningkat di atas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
c. Stadium 3
Uremi gagal ginjal ( faal ginjal sekitar 10 -20 % ). Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan kegiatan sehari – hari
sebagai mana mestinya. Pada stadium ini sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur.
Nilai GFR nya 10 – 20 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar
5- 10 ml / menit atau kurang.
d. Stadium 4
Penyakit ginjal stadium akhir yang terjadi apabila GFR menurun menjadi kurang dari
5% dari normal, hanya sedikit nefron yang dapat berfungsi, di seluruh ginjal di
temukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian
CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89
mL/menit/1,73 m2)
c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
e. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.

D. ETIOLOGI
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinyagagal ginjal kronik, akan
tetapi, apapun sebabnya respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik bisa disebabkan
dari ginjal sendiri dan diluar ginjal.
1. Penyakit dari ginjal diantaranya yaitu :
a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b. Infeksi kuman :pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis
d. Kista diginjal : polcystis kidney.
e. Keganasan pada ginjal
f. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan / striktur
2. Penyakit umum diluar ginjal
a. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
b. Dyslipidemia
c. Infeksi : seperti TBC, sifillis, malaria hepatitis
d. Penggunaan obat obatan secara berlebihan
e. Kehilangan banyak cairan secara mendadak seperti luka bakar.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler
ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
- Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
- Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital
pada leher kandung kemih dan uretra.

E. MANIFESTASI KLINIS
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari
diantaranya adalah usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal
jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat
iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis).
Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat
penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal
juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan
neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi,
kedutan otot dan kejang.
1. Gejala Kardiovaskular
Hipertensi, kelebihan volume cairan, perikarditis uremic, gagal jantung,edema
periorbital, dan pembesaran vena jugularis,
2. Gejala Integumen
Pruritus/gatal, kulit bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Gejala Gastrointestinal
Perdarahan pada mulut, nausea, anoreksia, nafas berbau ammonia, konstipasi/diare,
perdarahan pada saluran GI.
4. Gejala Neurologi
Kelemahan dan keletihan, confusion, kontraksi menurun, rasa panas pada telapak kaki,
kejang, kelemahan pada tungkai.
5. Gejala Muskuloskeletal
Kram otot, fraktur, foot drop, kekuatan otot hilang.
6. Gangguan Urologi
Nokturia, nyeri.
7. Gangguan Hematologi
Anemia, trombositopenia, ganggguan fungsi leukosit, gangguan fungsi trombosit.
8. Gangguan Reproduksi
Penurunan libido, amenoria, ereksi menurun, fertilitas menurun.
9. Gangguan/ Gejala Pulmoner
Krekels, nafas dangkal dan kusmaul, sputum kental.
F. PATHOFISIOLOGI
Penyebab sistemik ginjal penyebab Gagal Ginjal Kronis (GGK) menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan produksi
akhir metabolism protein tidak dapat diekskresikan melalui urine sehingga tertimbun dida
lam darah.(Uremia).
Penurunan laju filtrasi glomerolus (GFR) mengakibatkan klirens kreatinin akan
menurun sehingga kreatinin darah meningkat dan biasanya diikuti oleh peningkatan kadar
BUN kreatinin serum merupakan indicator yang digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal
karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh sementara BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit ginjal tapi juga oleh masukan protein dalam diet katabolisme
jaringan medika seperti steroid. Ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine secara
normal dan sering terjadi retensi natrium dan cairan sehingga meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi
akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron. Asidosis sering terjadi akibat
ketidakmampuan ginjal mengeluarkan ion H+ (muatan basa) yang berlebihan,
ketidakmampuan mengekskresikan ammonia (NH3+ dan mengobservasi Bicarbonate
HCO3-).
Anemia terjadi akibat sekresi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremic terutama dari saluran gastrointestinal. Penurunan GFR juga mengakibatkan
peningkatan kadar fosfat serum sehingga terjadi penurunan kadar serum/kalsium serum.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi kadar Parathormon, terjadi respon
abnormal sehingga kalsium dalam tulang menurun menyebabkan penyakit tulang dan
klasifikasi metastastastik. Dengan tingkat keparahan penyakit GGK tersebut sehingga
diambil tindakan hemodialisa.

G. KOMPLIKASI
Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan beberapa komplikasi di antara nya:
1. kelebihan cairan
Selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa banyak minum akan membuat ginjal
sehat,hal ini ternyata tidak sepenuhnya benar,jika seseorang dengan fungsi ginjal yang
masih baik minum 2-3 liter air dalam sehari memang baik untuk ginjal nya tetapi jika
seseorang dalam kondisi memiliki gejala penyakit ginjal minum 5-6 liter dalam sehari
hal tsb dapat berbahaya, karena bisa menyebabkan kadar garam di dalam tubuh
berkurang,dan dapat membuat seseorang tsb lemah atau bahkan kejang kejang.
Seseorang dengan penyakit ginjal kronik tidak memiliki pembuangan cairan yang ada
di dalam tubuh nya. Sehingga ketika minum air dalam jumlah yang banyak tidak semua
air yang di minum keluar dan justru akan menumpuk di pembuluh darah,dan membuat
jantung menjadi bekerja lebih keras.
2. Hiperkalemia
Komplikasi ini merupakan keadaan dimana kadar kalium yang ada di dalam darah
seseorang tinggi.kalaium yang tinggi ini akan membuat jantung bekerja dengan tidak
sempurnh,sehingga menyebabkan gangguan pada jantung,yang dapat berujung pada
kematian mendadak,pada orang dgn gangguan fungsi ginjal kronis kemampuan nya
untuk membuang kalium sangatlah rendah,sumber kalium bisa di dapatkan dari buah
buahan dan juga sayuran,sehigga dokter menyarankan kepada orang yang mengidap
gagal ginjal kronik untuk tidak mengkomsumsi buah buahan dan sayur sayuran dalam
jumlah yang banyak.
3. Asidosis metabolic
Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit cairan dan juga asam basa di dalam
darah. Jika fungsi tsb terganggu maka darah akan asam dan ph darah akan turun,jika
ph darah turun maka akan membuat pembuluh darah lebar dan juga kontrksi jantung
terganggu,jika ahal tsb tidak di kendalikan maka akan membawa dampak yang sngat
buruk.
4. Gangguan mineral dan tulang
Penyakit gagal ginjal kronik yang sudah lama di biarkan bisa mengganggu mineral dan
juga tulang,asupan kalsium yang kurang bisa menyebabakan tulang bisa menjadi patah
karena gangguan tulang yang di alaminya.
5. Hipertensi
Hipertensi dapat membuat seseorang terkena penyakit ginjal tetapi penyakit kronis juga
bisa menyebabkan hipertensi karena gangguan glomerolus,seseorang bisa mengalami
hipertensi.
6. Anemia
Anemia disebabkan karena kurang nya hormone eritrokosit sehingga kemampuan sum
sum tulang untuk membentuk darah berkurang.
7. Dislipit demia
Gangguan kolesterol ternyata juga dapat mengganggu pada orang dengan gagal ginkjal
kronik bisa mengalami kolesterol yg tinggi.
8. Disfungsi seksual
Untuk seseorang yang berusia muda dan memiliki penyakit ginjal kronik terutama pria
terkadang sering merasakan cepat lelah saaat melakukan hubungan.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronis adalah menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sbb :
1. Dialysis
Dialysis dapat di lakukan untuk mencegah terjadi nya gagal ginjal yg lebih
serius,seperti hiperkalemia,perikarditis,dan kejang,dialisys memperbaiki abnormalitas
glokimia menyebabkan cairan protein dan natrium dapat di komsumsi secara
bebas,menghilangkan kecenderungan peradangan dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemia
Menendalikan kalium darah sangat lah penting karena hiperkalemia dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus di ingat adalah jangan
menimbulkan hiperkalemia selain dengan pemeriksaan darah,hipeerkalemia juga dapat
di diagnosis dgn eeg dan ekg,bila terjadi hipeerkalemia,maka pengobatannya adalah
dengan mengurangi intake kalium,pemberian Na bikarbonat,dan pemberian infuse
glokosa.
3. Koreksi anemia
Usaha pertama harus di tujukan untuk mengatasi factor difisiensi kemudian mencari
paka ada perdarahan yg mungkin dapat di atasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meningkatkan hb,transfunsi
darah hanya dapat di berikan bila ada indikasi yg kuat misalnya ada insafisiensi koroner
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat obatan harus di hindari,natrium bikarbonat
dapat di berikan perorala atau parenteral pada permulaan 100 meq natrium bikarbonat
di beri inravena perlahan lahan,jika di produksi dapat di ulang.hemodialisis dan dialisys
peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta kloker,aalpa metidopa,dan vaso dilator dilakukan mengurangi
intake garam dalammengendalikan hipertensi harus hati hati karena tidak semua gagal
ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yg sehat k pasien gagal ginjal kronik,maka faal ginjal
diganti oleh ginjal yg baru.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Keluahan utama yang di dapatkan biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual muntah, mulut terasa kering, rasa lelah napas berbau ureum , dan
gatal pada kulit.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji penurunan urine output, penurunan kesaradan, dan perubahan pola napas,
kelmahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau amonia, dan perubahan
penuruanan nutrisi. Kaji kemana saja klien sudah meminta pertolongan untuk
mengatasi masalah dan sudah mendapatkan pengobatan apa saja.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat obatan nefrotoksik, benign prostatic hyperplasia, dan prostatektomi.
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi saluran perkemihan uang
berulang, penyakit diabetes mellitus, penyakit hipertensi pada massa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab. Pentng untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
kemudian dokumentasikan.
d. Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktural tubuh dan adanya tindakan dialisis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri, lamanya
perawatan, banyaknya biasay perawatan dan pengobatan menyababkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri)dan gangguan peran
pada keluarga (seelf esteem).
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat kesadaran
menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem saraf
pusat. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan: RR meningkat, tekanan
darah mengalami perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
2. B1 (breathing)
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik )sering didapatkan pada fase
ini. Respon uremia didapatkan adanya pernapasan kussmaul. Pol napas cepat dan
dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuanagn karbondioksida yang
menumpuk disirkulasi.

3. B2 (blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultas perawat akan menemukan
adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial. Di dapatkan tanda
dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT>3 detik,
palpitasi, nyreti dada atau angina dan sesak napas , gangguan irama jantung, edema
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat
hiperkalemia, dan gangguan konduksi elektrolit otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penuruanan produksi eritroprotein, legi gastro intestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran Gastro
Intestianal, kecendrungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
4. B3 (brain)
Didapatkan penuruanan tingkat kesadaran, disfungsi secebral,seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang
adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot,
dan nyeri otot.
5. B4 (bladder)
Penurunan urine output <400 ml / hari sampai anuri, terjadi penuruanan
libido berat.
6. B5 (bowel)
Didapatkan adanya mual dan munta, anoreksia dan diare sekunder dari bau
mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering
didapatkan penuruanan intake nutrisi dari kebutuhan.
7. B6 (bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, adanya infeksi berulang, pruritus, demam
(sepsis,dehiderasi), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosist fosfat
kalium pada kulit, jaringan lunak, dan sendi keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia,
dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang berlebih
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Gangguan pertukaran gas brhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
5. Nyeri kronik berhubungan dengan agen cidera biologis
6. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan perubahan tugor kulit

B. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang berlebih
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil:
1. Memelihara tekanan vena sentral,tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign
dalam batas normal
2. Terbebas dari kelelahan atau kebingungan
3. Menjelaskan kelebihan cairan
Intervensi:
1. Monitor status cairan
Rasional: untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2. Batasi masukan cairan pada keadaan hoponatermidilusi dengn srum NA< 130 mEq/l
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urine dan
respons terhadap terapi.
3. Catat secara akurat intake dan output
Rasional : untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan resiko
penurunan kelebihan cairan.
4. Monitor masukan makan/cairan dan hitung intake kalori
Rasional : kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
5. Monitor indikasi retensi/kelebiha cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher,
asites)
Rasional : biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan, mungkin tidak
terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler, distensi juguler eksternal dan
vena abnominal sehubungan dengan kongesti vaskuler.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual dan muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
2. BB ideal sesuai TB
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menujukan peningkatan fingsi pengecapan dari mineral
6. Tidak terjadi penrunan BB yang berarti

Intervensi :
1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional : Memantau perubahan saat pemasukan nutrisi dan jumlah kandungan kalori
yang di konsumsi pasien
2. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan dalam menyusun
menu.
3. Monitor mual dan muntah
Rasional : Memantau apakah pasien setelah makan merasa mual dan muntah
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau
dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional: Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi: telur,
produk susu, daging. Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil :
1. Mampu berpindah dan dengan atau tanpa batuan alat
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,nadi dan
respirasi
3. Mampu melakukan aktivitas sehari hari ( ADLS) secara mandiri

Intervensi :
1. Monitor respon fisik,emosi,social dan spiritual
Rasional : Agar mengetahui keadaaan psiko klien
2. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Rasional : Agar klien mampu menerima keadaannya
3. Bantu klien untuk mengindentifikasi aktivitas yang mampu di lakukan
Rasional : Agar mengetahui kegiatan klien sesuai kemampuan
4. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi dalam perencanaan program terapi yg tepat
Rasional : Agar mempercepat proses penyembuhan terhadap klien
5. Bantu pasien /keluarga untuk mengindentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Rasional: Untuk mengetahui kebut uhan apa saja yg di perlukan klien

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-


alveolar
Tujuan : gangguan pertukaran gas akan berkurang
Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan peningkatan venilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : melancarkan pernapasan klien
2. Lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan
Rasional : merilekskan dada untuk memperlancar pernapasan klien
3. Atur intake untuk cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
Rasional : menyeimbangkan cairan dalam tubuh
4. Monitor respirasi dan O2
Rasional : mengetahui status respirasi klien lancar ataukah ada gangguan
5. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
Rasional : untuk mendeteksi adanya gangguan pernapasan

e. Nyeri kronik berhibungan dengan agen cidera biologis


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mamapu menggunakan teknik
nonfarmakologi untukmengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakanmanajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri ( skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan resa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas dan faktor presiftiasi.
Rasional : membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan terjadinya
komplikasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : respon nonverbal membantu mengevaluasi derajat nyeri dan perubahanya
3. Gunakan teknik komunikasi trapeutik untuk mengetahui pengamalan nyeri pasien
Rasional : menurunkan rasa takut yang dapat meningkatkan relaksasi atau kenyamanan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,pecahayaan
dan kebisingan
Rasional : lingkungan bisa jadi pemicu miningkatnya derajat nyeri
5. Kolaborasi tim medis: analgetik
Rasional : Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan

f. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan perubahan tugor kulit


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi integritas kulit
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, elastisitas, tempratur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka /lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang.
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis
Rasional : Agar klien merasa nyaman saat bergerak
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional : Agar terhindar dari infeksi
3. Monitor kulit apakah ada kemerahan oleskan lotion atau minyak /baby oil pada daerah
yang tertekan
Rasional : Agar mengetahui kondisi kulit setiap saat
4. Hindari kerutan pada tempat tidur
Rasional : Agar klien dapat istrahat dengan nyaman
5. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Rasional : Untuk menjaga kebersihan diri klien.

Anda mungkin juga menyukai