Laporan KKL
Laporan KKL
LAPORAN PELAKSANAAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Wahyu Dyah Prastiwi, S.Pt., M.M.,
M.Sc. selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan dan saran selama kegiatan
KKL berlangsung dan penyusunan laporan ini serta kepada pihak dari Balitjestro,
Balitkabi, Alovebali, Panglipuran, dan Museum Subak yang telah membagi ilmu
selama kegiatan KKL berlangsung dan berbagai pihak yang telah mendukung proses
Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini,
baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan laporan ini. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN ..................................................................................................... 30
4
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Dokumentasi ........................................................................................ 30
1
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Pendahuluan
Sebagai negara agraris Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat
keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural
yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai Wisata Agro.
berbasis lapangan. KKL merupakan jawaban atas tuntutan ilmu pengetahuan dan
pembelajaran. Kegiatan KKL dilaksanakan dalam rangka mengikuti mata kuliah KKL
yang berbobot 1 SKS, dengan dilaksanakan KKL ini diharapkan mahasiswa dapat
memenuhi mata kuliah yang berstatus wajib dan mahasiswa dapat menambah ilmu
1.2. Tujuan
Kegiatan KKL ini, bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara teori yang
diterima diperkuliahan dengan praktek yang ada dilapangan dan untuk memberikan
BAB II
2017. Tempat yang dikunjungi selama kegiatan KKL adalah Balai Penelitian Tanaman
Jeruk dan Sub Tropika di Kota Batu, Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Aneka
Umbi di Kabupaten Malang, PT. Alove Bali IND di Kabupaten Karang Asem, Desa
Materi yang digunakan dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan adalah Balitjestro,
Balitkabi, Alove, Panglipuran, dan Museum Subak sebagai lokasi kunjungan untuk
Lapangan ini adalah memahami penjelasan narasumber dari lembaga terkait dan
BAB III
Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan
jeruk dan buah subtropika seperti apel, anggur, kelengkeng, stroberi dan buah
subtropika lain. Komoditas mandat Balitjestro yaitu komoditas prioritas dan komoditas
prospektif. Komoditas prioritas terdiri dari jeruk, apel dan anggur dan komoditas
di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada
pada 4 km dari Kota Batu dan pada ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan laut.
Jumlah staf Balitjestro mencapai 104 orang pegawai yang berstatus sebagai Pegawai
Negeri Sipil meliputi 26 tenaga peneliti dan 78 non peneliti yang diantaranya
merupakan teknisi litkayasa. Sarana dan prasarana yang dimiliki terdiri dari
dan perbenihan serta laboratorium pengelolaan dan analisis data. Balitjestro memiliki
5 kebun percobaan koleksi plasma nutfah yang terdiri dari koleksi 242 varietas jeruk,
Penggunaan varietas ini terbatas untuk penelitian dan pengelolaan plasma nutfah
(Balitjestro).
menghasilkan beberapa karakteristik khusus pada buah hasil penelitian dan rekayasa
genetik seperti jeruk tanpa biji yang merupakan hasil persilangan. Balitjestro
membudidayakan beberapa jenis jeruk yaitu Jeruk Pamelo, Jeruk Manis, Jeruk
Siam, dan Jeruk Keprok. Jeruk Keprok yang banyak di budidayakan yaitu Jeruk
Keprok Batu 55 karena rasanya manis, produksinya lebih banyak dan mudah untuk
Jeruk Keprok Batu 55 cocok ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
sekitar 700 meter dari permukaan laut. Bibit jeruk yang digunakan bermutu adalah bibit
jeruk bebas dari patogen sistemik tertentu, sama seperti induknya, serta tahapan proses
produksinya berdasarkan program pengawasan dan sertifikasi bibit yang berlaku. Bibit
yang bermutu berlabel bebas penyakit, diproduksi dalam polibag, batang atas dan
bawah lurus, diameter batang bawah ± 1cm, tinggi tanaman dari dasar polibag 75 – 100
cm, dan perakarannya normal. Pada saat pengolahan tanah harus terbebas dari batuan
dan pohon besar agar tidak mengganggu pengolahan tanah dan penyebaran cahaya
matahari. Lubang tanam yang digunakan yaitu (dalam ± 0,75 m, panjang 0,6 m dan
lebar 0,6 m) dan jarak tanam 5 m x 6 m atau 5 m x 5 m. Baris tanam yang digunakan
5
harus sejajar dengan arah timur – barat agar penyebaran sinar matahari optimal.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan agar tanaman cepat beradaptasi dan
perlu pemasangan ajir pada setiap pohon agar tanaman tetap tegak saat diterpa angin
memerlukan pengairan yang cukup. Setelah panen perlu adanya pengeringan lahan
menambah unsur hara ke dalam kebun (pupuk kimia, bahan organik, kapur) melalui
tanah dan daun agar diperoleh keuntungan maksimal tanpa menimbulkan kemerosotan
jumlah buah di pohon untuk menghasilkan buah bermutu tinggi dan menjaga stabilitas
gunting pangkas. Kriteria buah yang dibuang yaitu cacat, terserang hama penyakit, dan
ukurannya paling kecil. Hama dan penyakit pada buah jeruk dapat dikendalikan dengan
memangkas cabang dan ranting yang terlalu rimbun dan penyemprotan pestisida secara
selektif. Panen dilakukan ketika buah mencapai kematangan optimal, sekitar 8 bulan
dari pembungaan. Karakter buah siap panen yaitu buah ketika ditekan dengan ibu jari
dan telunjuk tidak terasa keras, kulit buah berwarna kekuningan, kadar sari buah telah
membudidayakan buah apel. Rome Beauty, Manalagi dan Ana. Ciri-ciri benih apel
yang baik antara lain diperbanyak dengan cara okulasi, batang bawah maupun
6
batang atas lurus dan sehat, akar serabutnya lebat, daunnya subur dan sehat, berumur 6
bulan atau lebih dari saat okulasi, serta bersertifikat. Agar awal musim hujan
lahan, pembuatan teras (lahan berlereng) dan lubang tanam. Ukuran lubang
yang dianjurkan adalah panjang, lebar dan dalam masing-masing 60 cm. Jarak tanam
untuk Varietas Manalagi adalah 3 - 3,5 m x 3,5 m, sedangkan untuk Ana dan Rome
Beauty adalah 2 - 3 m x 2,5 - 3 m. Awal musim hujan murapakan waktu tanam yang
ideal karena ketersediaan air dan suhu udara mendukung untuk adaptasi benih di
akarnya perlu diatur agar menyebar kesegala arah. Selanjutnya, akar ditimbun tanah
sampai setinggi leher akar sambil dipadatkan agar tanaman berdiri tegak dan tidak
mudah roboh. Untuk menahan gangguan angin kencang, setiap tanaman perlu
dipasang ajir dan diikat secara longgar. Paling sedikit tanaman apel membutuhkan
unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Zn, Mn,
Cu, B, Mo). Sumber utama unsur hara makro adalah pupuk kimia sedangkan sumber
unsur mikro berasal dari bahan organik dan pupuk kimia (Balitjestro, 2017).
bagian ujungnya dapat memecahkan tunas generatif terutama tunas lateral yang diikuti
dengan keluarnya bunga. Idealnya perompesan daun dilakukan ketika tunas generatif
sudah padat, biasanya sekitar 2 minggu setelah panen. Penjarangan buah apel secara
tepat dapat meningkatkan mutu panen dan menjaga stabilitas produksi. Khusus apel
7
Manalagi, ketika buah berumur sekitar 3 bulan dari bunga mekar perlu dibungkus
dengan kertas yang bersih dan tahan air. Jika tidak dibungkus, bagian buah buah yang
terpapar cahaya matahari langsung akan berwarna kemerahan dan bagian lainnya tetap
2017).
Selama pertumbuhan cukup banyak jenis hama dan penyakit yang menyerang
tanaman apel. Setelah daun dirompes hingga sekitar 3 bulan berikutnya merupakan
masa kritis serangan hama dan penyakit. Beberapa hama yang sering menyerang adalah
kutu daun, kutu sisik, tungau, trips dan ulat. Sedangkan penyakit utamanya adalah
embun tepung atau Powdery Mildew dan Marsonina Coronaria. Apel Rome Beauty
dapat dipanen ketika buah berumur sekitar 120 – 140 hari, Manalagi sekitar 115 dan
Ana sekitar 100 hari dari bunga mekar. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat
pengembangan agribisnis pada saat ini oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
harga buah yang sangat fluktuatif, akses permodalan bagi petani kecil lebih
sulit, dan kelembagaan belum optimal. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
8
pengendalian hama penyakit, mencegah erosi, membuat terasering pada lahan miring,
membuat pematang dan saluran air, menanam tanaman secara permanen, memberi
akses kemudahan bagi petani buah dalam mendapatkan modal dari koperasi, dan
3.1.3. Kesimpulan
Balitjestro sebagai Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika telah
pengendalian hama terpadu termutakhir. Namun hasil penelitian itu belum menyeluruh
sampai ke petani sehingga Balitjestro perlu untuk lebih menggiatkan promosi dan
sosialisasinya melalui berbagai media. Peran dan fungsi Balitjestro sebagai Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika belum dapat maksimal karena
pegawai peneliti dan promosi agar para peneliti seperti dosen dan mahasiswa lebih
dan Umbi yang berlokasi Jln. Raya Kedapayaj No. 66, Kendalpayak, Pakisaji, Kota
9
Malang, Jawa Timur. Pada tahun 1968 pemerintah mendirikan Lembaga Pusat
Perwakilan Jawa Timur. Bersamaan dengan perubahan LP3 menjadi Pusat Penelitian
Perwakilan Jawa Timur berganti nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan
(Balittan) Malang dengan mandat melaksanakan penelitian tanaman pangan (padi dan
palawija), dengan wilayah kerja Jawa Timur dan Indonesia Timur. Sejak tanggal 13
Desember 1994 Balittan Malang berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). Dengan status baru ini, komoditas yang
ditangani Balitkabi fokus pada tanaman aneka kacang dan umbi, namun wilayah
Visi dan misi yakni menjadi lembaga rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan sumber inovasi teknologi tanaman aneka kacang dan ubi yang bermanfaat sesuai
kebutuhan pengguna.
1. Menghasilkan dan menyediakan iptek tinggi, strategis, dan unggul tanaman aneka
pengguna.
pengguna teknologi.
umbian berganti nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
dengan singkatan sama yaitu Balitkabi. Komoditas mandat dan wilayah kerjanya tidak
lembaga yang melaksanakan penelitian tanaman aneka kacang dan umbi. Hal tersebut
tanaman aneka kacang umbi. Selain itu Balitkabi juga dapat berfungsi untuk penelitian
komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman aneka kacang dan umbi.
serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanarnan aneka kacang dan
umbi kepada petani yang lainnya. Hal tersebut untuk demi terwujudnya visi Presiden
Balitkabi dalam perananya dalam alur agribisnis dari hulu sampai hilir adalah
sebagai pelatih yang bertugas melatih petani dalam mengolah dan mendiversifikasikan
produknya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain itu Balitkabi juga
mandat sehingga dapat di pasarkan dan untuk sebagai bahan penelitian. Berikut adalah
Permasalahan yang dihadapi oleh Balitkabi adalah adopsi petani relatif masih
lambat (harga, ketersediaan benih, pupuk dan lain lain), pengrajin dan konsumen
olahan kedelai terbiasa dengan kedelai impor, penrajin tempe dan tahu cenderung
memilih kedelai impor. Solusi dari permasalahan tersebut adalah diperlukan sosialisasi
penggunaan varietas unggul kedelai oleh industri olahan seiring dengan upaya
3.2.3. Kesimpulan
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi memiliki fokus pada tanaman
aneka kacang dan umbi dengan wilayah kerjanya seluruh Indonesia. Lembaga bertugas
untuk melakukan penelitian tanaman aneka kacang dan umbi. Komoditasnya terbagi
dua yaitu komoditas utama dan komoditas potensial. Komoditas utama terdiri dari
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, uikayu dan ubijalar. Sedangkan komoditas
potensial terdriri dar kacang tunggak, kacang gude, komak, koro, garut, ganyong, talas,
keladi dan lain lain. Masalah yang diahadapi oleh Balit kabi adalah adopsi petani yang
oleh industri olahan seiring dengan upaya peningkatan produksi kedelai domestik
13
3.3. Alove
Alove Bali merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang aktif
di Dinas Pertanian Provinsi Bali. didirikan pada tahun 2003 oleh investor dari Belanda
bernama Mr Hank. Komoditas yang dikelola yaitu lidah buaya dengan bahan baku yang
diperoleh dari hasil budidaya sendiri serta dengan sistem plasma yang telah bekerja
PT Alove Bali IND merupakan perusahaan yang bergerak dibidang sub sektor
pertanian dengan komoditas andalan yaitu Aloevera atau lidah buaya. Perusahaan ini
terletak di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali yang turut berpartisipasi aktif di bawah
naungan Dinas Pertanian Provinsi Bali. Sejarah awal perusahaan yaitu Mr. Hank selaku
pemilik lahan mendirikan perusahaan pada tahun 2003 dengan luas lahan awal yaitu
80 are. Varietas lidah buaya yang dibudidayakan yaitu varietas papanengsis yang
didatangkan langsung dari Belanda. Berdasarkan profil perusahaan dan daftar petani
PT Alove Bali (2016) diketahui bahwa hingga saat ini luas lahan yang dimiliki
pengairan, pemupukan, penyiangan, panen, dan pasca panen. Lahan yang dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya lidah buaya yaitu lahan baru bekas hutan, lahan
sawah atau bekas lahan sawah, dan lahan bebas campuran kimia. Lahan baru bekas
hutan dapat langsung menjadi lahan kebun lidah buaya organik. Lahan sawah atau
bekas lahan sawah membutuhkan waktu 2-3 tahun konversi. Lahan yang terlah
berturut-turut 2 tahun bebas asupan kimia siap dijadikan lahan lidah buaya organik.
Tanah yang cocok untuk budidaya lidah buaya yaitu tanah berpasir. Tanaman
ini tidak memerlukan air yang banyak. Berdasarkan profil perusahaan dan daftar petani
PT Alove Bali (2016) diketahui bahwa lahan yang telah disiapkan perlu dibajak dan
membuat parit untuk drainase selebar 60-75 cm dan sedalam 100 cm yang dibuat
mengelilingi lahan. Pembuatan pagar hidup di lahan berupa rumput gajah dan lainnya
bertujuan untuk menghindari serangan hama tanaman lidah buaya. Proses penanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 20 cm dengan jarak tanam 75-80
cm x 50-60 cm. Selanjutnya setiap lubang tanam diberi pupuk organik dasar sebanyak
3-5 kg pada waktu 1-2 minggu sebelum tanam. Bibit kemudian dapat ditanam pada
kedalaman 10 cm. Pada pH tanah yang rendah perlu ditambahkan kapur demi menjaga
pH tanah yang cocok untuk proses budidaya. Rata-rata suhu udara yang cocok dalam
kegiatan budidaya tanaman lidah buaya yaitu 26oC. Usia tanaman lidah buaya hingga
Berdasarkan profil perusahaan dan daftar petani PT Alove Bali (2016) diketahui
bahwa anakan tanaman lidah buaya yang siap untuk dibudidayakan yaitu tanaman
15
anakan berumur 6 bulan. Keseragaman tinggi dipilih berkisar 10-20 cm dengan jumlah
daun 5-7 helai. Hal ini dilakukan untuk memperlakukan setiap tanaman yang telah
lahan sawah perlu dibuatkan bedengan/ guludan yang berfungsi untuk menghindari air
tergenang. Pemberian air pada tanah sawah tidak diperkenankan menggenang terlalu
lama. Tanaman lidah buaya jika terendam air terlalu lama dapat menyebabkan tanaman
menjadi busuk. Selain itu penularan akan bakteri dan cendaman dapat mempengaruhi
kegiatan budidaya. Tanaman lidah buaya yang telah terjangkit tidak dapat digunakan
Berdasarkan profil perusahaan dan daftar petani PT Alove Bali (2016) diketahui
bahwa pemupukan tanaman lidah buaya diberikan saat sebelum tanam dengan 3-5 kg
per lubang tanam. Pemupukan susulan selanjutnya dilakukan dengan interval 4 bulan
sekali dengan dosis minimal 2 ton/ hektar. Pemupukan dengan pupuk organik
dilakukan pada 6 bulan awal sebanyak dua kali pemberian pupuk. Pemberian pupuk
dengan cara membuat lubang/ alur melingkar sekitar perakaran tanaman yang
kemudian ditutup kembali dengan tanah setelah pupuk ditaburkan. Waktu pemupukan
dapat dilakukan setelah panen atau bersamaan pada saat pembumbunan/ penggeburan
tanah. Pupuk yang diberikan dapat berasal dari kotoran hewan dan pupuk hijau/ sisa
Berdasarkan hasil diskusi dengan petani dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
diketahui bahwa kegiatan penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut atau
memotong di areal sekitar tanaman lidah buaya untuk pembersihan gulma. Bersama
dengan penyiangan dapat dilakukan penyulaman pada tanaman yang sakit, rusak, atau
mati. Pembumbunan tanam dilakukan dengan cara tanah di saluran irigasi/ drainase
tanah yang telah berumur diatas 2 bulan, yang selanjutnya dilakukan sesuai dengan
kondisi lahan dan tanaman. Penyiangan rumput tidak perlu dilakukan pada musim
kemarau/ kering apabila kelembaban tanah kurang atau tidak tersedia air untuk
mengurangi erosi/ aliran permukaan, menjaga kelembaban tanah yang ideal dan
menekan tumbuhnya tunas/ anakan baru. Mulsa dapat berupa seresah sisa tanaman,
cacahan batang pisang, jerami kering/ rumput kering atau sekam yang dihamparkan di
sekitar pertanaman. Tidak diperkenankan jerami dari tanaman yang dikelola secara non
organik.
Berdasarkan hasil diskusi dengan petani dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
diketahui bahwa hama yang sering menyerang berupa ulat daun, bekicot, dan belalang.
Pengendalian dengan cara manual, mekanik, pestisida nabati dan atau agensia hayati,
dan penggunaan musuh alami. Penyakit yang sering menyerang tanaman yaitu bercak
daun, busuk batang, cendawan, dan layu fusarium. Cara pengendalian penyakit
tanaman dilakukan secara mekanik dengan memotong bagian yang sakit dana tau
17
mencabut tanaman yang sakit dan mengganti dengan tanaman yang sehat. Hal ini
lainnya dapat menggunakan pestisida nabati dana tau agensi hayati. Sebelum dilakukan
penyulaman dengan tanaman baru, lubang tanam perlu ditaburi dengan abu dapur.
Berdasarkan hasil diskusi dengan petani dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
diketahui bahwa kegiatan panen dapat dilakukan pada tanaman lidah buaya yang telah
berumur 2 tahun dan untuk panen selanjutnya dilakukan dengan interval 4 bulan sekali,
sehingga dalam satu tahun dapat berlangsung tiga kali panen. Ciri daun yang siap panen
yaitu daun telah memiliki panjang 50-60 cm, lebar 7-10 cm, tebal 2-3 cm, dan
setidaknya memiliki bobot minimal 500 gram. Umumnya berat satu helai daun lidah
buaya yang dipanen kurang lebih 800 gram. Daun yang dipanen adalah dari tanaman
yang sehat dan tidak terdapat tanda-tanda busuk, serangan jamur, atau infeksi akibat
pathogen penyakit tanaman. Kematangan daun ditandai dengan bentuk fifik yang padat
keras dan kenyal. Panen dilakukan dengan cara sobek pelepas tepi bawah dengan pisau
panen kemudian ditarik perlahan ke samping sampai lepas dari batang. Posisi daun
harus pada kemiringan 45 derajat dari batang tanaman induk. Pada kegiatan panen
pertama dapat diperoleh 7-10 helai daun per pohon. Hingga saat ini kegiatan panen
dapat menghasilkan 140.000 helai daun/ha. Daun yang telah dipanen kemudian
dimasukkan ke dalam keranjang dengan rapi dan hati-hati agar tidak rusak. Keranjang
yang penuh senantiasa diletakkan pada tempat yang teduh sebelum diangkut.
Berdasarkan hasil diskusi dengan petani dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
diketahui bahwa lidah buaya yang telah dipanen kemudian dikirim ke pabrik yang
18
terletak di Kabupaten Gianyar. PT Alove Bali IND menjalin kemitraan dengan petani
dengan harga jual yang telah disepakati yaitu Rp 1.800/kg. Keranjang yang telah terisi
oleh daun lidah buaya dinaikkan ke dalam truk dan disusun rapi. Truk pengangkut
harus dalam kondisi steril serta tertutup dan bersih dari sisa bahan kimia. Jarak/interval
pengiriman tidak boleh lebih dari 6 jam. Hingga saat ini petani dapat memperoleh hasil
panen sebesar Rp 1.800.000/ton. PT Alove Bali IND juga memproduksi pupuk organik
dan hayati cair, dengan kapasitas terpasang saat ini 500.000 liter per bulan.
Berdasarkan hasil diskusi dengan petani dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
diketahui bahwa kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh petani lidah buaya
kendala pengangkutan hasil panen, penggunaan pupuk organik yang memiliki efek
samping, serta harga jual yang dianggap petani rendah. Pergeseran musim hujan
menyebabkan lama musim hujan di Provinsi Bali menjadi lebih panjang. Hal ini
antara tanaman lidah buaya dengan rumput. Semakin cepat dan lebat rumput yang
terjadi. Akibatnya biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pembersihan lahan
menjadi semakin besar. Hal tersebut tentunya membuat pendapatan yang nantinya
diperoleh akan semakin berkurang karena harga jual yang telah terpatok dan tidak
berubah. Solusi yang dapat digunakan yaitu pemberian cuka atau garam pada rumput
19
liar. Namun perlu dipastikan cuka dan garam tidak sampai mengenai tanaman lidah
buaya karena akar tanaman sensitif terhadap cuka. Pemberian cuka dapat dilakukan
ketika rumput tanaman masih muda dan belum menjalar terlalu luas.
Kendala yang kedua yaitu proses pengangkutan hasil panen yang belum bisa
dikelola dengan baik. Truk pengangkut hasil panen tidak dapat menjangkau lokasi
perkebunan yang terpencil. Hal ini menyebabkan petani perlu mengangkut sendiri hasil
yang perlu dikeluarkan oleh petani juga semakin tinggi. Solusi yang dapat dilakukan
yaitu adanya pengangkutan yang terintegrasi di tiap-tiap pos lahan setelah panen untuk
disalurkan ke truk pengangkut. Sehingga petani yang memiliki lokasi lahan terjauh
Kendala yang ketiga yaitu penggunaan pupuk organik berupa kotoran ayam
dirasa sudah cocok oleh petani untuk pertumbuhan daun tanaman yang lebih baik,
namun terdapat efek samping atas penggunaan kotoran ayam sebagai pupuk organik.
Akar tanaman lidah buaya terlalu sensitif sehingga menyebabkan daun tanaman
menjadi layu dan membuat tanaman menjadi mati. Solusi yang dapat digunakan yaitu
dapat menggunakan pupuk organik lainnya seperti kotoran sapi atau kambing.
Kendala yang keempat yaitu harga jual yang dirasa masih rendah. Harga jual
lidah buaya saat ini adalah Rp 1.800/kg. Harga jual saat ini dirasa oleh petani tidak
mampu mencukupi segala kebutuhan hidup yang terus meningkat. Terlebih biaya yang
dikeluarkan siap tahunnya juga terus meningkat. Penerimaan yang tidak berubah serta
biaya dan taraf hidup yang terus meningkat membuat petani merasa terbebani. Harapan
20
dari petani lidah buaya kedepannya adalah harga jual untuk kedepannya bisa
perundingan satu meja antara petani dengan pihak perusahaan untuk kesepakatan harga
yang baru, agar kedua belah pihak tetap diuntungkan dan tidak merugikan salah satu
pihak.
3.3.3. Kesimpulan
PT Alove Bali IND merupakan perusahaan yang berdiri sejak tahun 2003.
sistem plasma seluas 70ha yang tersebar di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karang
Tabanan dan Kabupaten Bangli. Tahapan budidaya lidah buaya terdiri atas pembibitan,
yang dihadapi oleh petani lidah buaya yaitu yaitu perubahan iklim yang menyebabkan
organik yang memiliki efek samping, serta harga jual yang dianggap petani rendah.
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang telah berkembang
menjadi desa wisata yang sangat ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun
mancanegara. Bahkan pada awal penetapannya desa ini sebagai desa wisata, turis asing
21
yang sering memadati desa yang terletak di Bangli ini. Desa Penglipuran berasal dari
akronim kata pengeling dan pura yang berarti mengingat tempat suci (para leluhur).
tepatnya di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli. Desa Penglipuran terletak pada jalur
wisata Kintamani, sejauh 5 km dari pusat kota Bangli, dan 45 km dari pusat kota
Denpasar. Desa ini berudara sejuk karena terletak 700 m di atas permukaan laut. Luas
Desa Adat Penglipuran mencapai 112 hektare, terdiri atas 37 hektare hutan bambu,
ladang seluas 49 hektare, dan untuk perumahan penduduk seluas 12 hektar dengan
batas wilayah Desa Adat Kubu di sebelah timur, di sebelah selatan Desa Adat Gunaksa,
dan di sebelah barat Desa Adat Tukad, sedangkan di sebelah utara Desa Adat Kayang.
Jumlah penduduknya 743 orang, kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani dan
Asal mula keberadaan Desa Penglipuran sudah ada sejak dahulu, konon pada
zaman Kerajaan Bangli. Para leluhur penduduk desa ini datang dari Desa Bayung Gede
makna sebagai penghibur/penglipur hati raja yang pada saat itu raja sedih karena tidak
ada orang yang dapat dipercaya dan beliau mencari orang yang jujur, yang pada
akhirnya beliau temukan ketika sedang merenung sambil mengamati penduduk desa
yang kini bernama penglipuran ini. Berdasarkan sudut pandang sejarah, kata
panglipuran berasal dari kata “pengling pura” yang memiliki makna eling/ingat akan
22
tempat suci atau pura untuk mengenang para leluhur. Desa ini sangat berarti bagi
penduduk sejak leluhur mereka datang dari Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani
yang jaraknya cukup jauh dari desa panglipuran, oleh karena itu masyarakat Desa
Penglipuran mendirikan tempat suci atau pura yang sama sebagaimana yang ada di
Desa Bayung Gede. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Penglipuran masih
sistem pemerintah atau sistem formal yaitu terdiri dari RT dan RW, dan sistem yang
otonom atau desa adat. Kedudukan desa adat maupun desa formal berdiri sendiri-
sendiri dan setara. Sistem yang otonom atau desa adat mempunyai aturan-aturan
tersendiri menurut adat istiadat di daerah penglipuran dengan catatan aturan tersebut
undang atau aturan yang ada di Desa Penglipuran disebut dengan awig-awig. Awig-
penglipuran yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Prahyangan, yaitu hubungan manusia dan tuhan. Meliputi penentuan hari suci,
Pemerintahan desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru adat.
Prajuru hulu apad terdiri dari jero kubayan, jero kubahu, jero singgukan, jero cacar,
jero balung dan jero pati. Prajuru hulu apad otomatis dijabat oleh mereka yang paling
senior dilihat dari usia perkawinan tetapi yang belum ngelad. Ngelad atau pensiun
terjadi bila semua anak sudah menikah atau salah seorang cucunya telah kawin. Mereka
yang baru menikah duduk pada posisi yang paling bawah dalam tangga keanggotaan
desa adat. Pimpinan tertinggi di Desa Penglipuran dipegang oleh seorang kepala adat
yang diberi gelar I Wayan Supat dan memiliki masa jabatan yang ditentukan.
organisasi yang dinamakan Karang Taruna dan harus masuk organisasi ini sampai
mereka menikah.
sebesar 37 hektar dan digunakan untuk ladang sebesar 49 hektar. Mayoritas penduduk
harapan mereka. Penduduk desa ini dilimpahi hujan yang lebat tiap tahunnya, sehingga
hidup monogami yakni hanya memiliki seorang istri. Pantangan berpoligami ini diatur
dalam peraturan (awig-awig) desa adat. Jika ada lelaki Penglipuran beristri yang coba-
24
coba merasa bisa berlaku adil dan menikahi wanita lain, maka lelaki tersebut akan
dikucilkan di sebuah tempat yang diberi nama Karang Memadu. Karang artinya tempat
dan memadu artinya berpoligami. Jadi, Karang Memadu merupakan sebutan untuk
tempat bagi orang yang berpoligami. Karang Memadu merupakan sebidang lahan
kosong di ujung Selatan desa. Masyarakat Penglipuran juga pantang untuk menikahi
tetangga disebelah kanan dan sebelah kiri juga sebelah depan dari rumahnya karena
tetangga-tetangganya tersebut sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Jika ada orang
asing yang ingin tinggal di Desa Penglipuran (untuk menetap atau hanya sementara),
maka harus ada seorang warga asli Penglipuran yang bertanggung jawab atas
keberadaan orang tersebut selama berada di dalam lingkungan Desa Adat Penglipuran.
Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya perusakan budaya setempat oleh kehadiran
masyarakat Desa Adat Penglipuran masih tetap bergelut dalam bidang pertaninan yang
merupakan profesi yang telah ditekuni bertahun-tahun dan warisan nenek moyangnya.
Penghasilan dari hasil pertanian mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari saja. Sekarang ini, hasil pertanian sangat tidak sesuai dengan harapan
masyarakat lokal dan bahkan cendrung merugi apabila dihitung antara biaya yang
dikeluarkan oleh petani untuk mengolah lahannya dengan hasil penjualan hasil
pertaniannya.
25
daya yang ada di desanya yaitu hutan bambu yang berada di utara desa dimana bambu
yang biasanya dipakai sebagai atap rumah kini juga dikembangkan sebagai kerjinan-
kerajinan yang yang dijajakan didalam area perumahan yang tentunya memiliki nilai
ekonomi dan bisa menambah penghasilan masyarakat desa penglipuran. Agar tidak
terjadi perebutan dalam penjualan souvenir, ada aturan yang mengatur dimana
wisatawan harus membeli kerajinan tangan dirumah penduduk yang ditujukan oleh
pecalang setempat.
3.4.3. Kesimpulan
Kota Denpasar. Letaknya berada di jalan utama Kintamani (Bangli). Luas Desa Adat
Panglipuran kurang lebih 112 km. Jumlah penduduknya mencapai 743 orang,
kerajinan tangan, kemudian mereka jual kepada para wisatawan yang berkunjung ke
desa mereka. Selain itu, masyarakat Panglipuran juga menggunakan tanah mereka
sebesar 49 hektare untuk ladang. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat Panglipuran
adalah masyarakat Desa Adat Penglipuran masih tetap bergelut dalam bidang
saja. Masyarakat Desa Adat Penglipuran memanfaatkan sumber daya yang ada di
pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia. Dalam
pengelolaan irigasi subak, masyarakat Bali mengusung konsep Tri Hita Karana yaitu
artinya yang memiliki hubungan timbal balik antara Parahyangan yakni hubungan yang
harmonis antara anggota atau karma subak dengan Tuhan Yang Maha Esa, pawongan
hubungan yang harmonis antara anggota subak dengan masyarakat setempat, serta
Palemahan yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan. Tri Hita
Karana menunjukkan bahwa dengan bersatunya ketiga subsistem dalam irigasi Subak,
maka secara teoritis konflik antar anggota dalam organisasi subak maupun konflik
antar subak yang terkait dalam satu system irigasi dapat dihindari. Hal ini bisa terjadi
karena adanya kebijakan untuk menerima simpangan tertentu sebagai toleransi oleh
anggota subak.
Fasilitas yang utama dari irigasi subak (palemahan) untuk setiap petani anggota
subak adalah berupa pengalapan (bendungan air), jelinjing (parit), dan sebuah
27
cakangan (satu tempat/alat untuk memasukkan air ke bidang sawah garapan). Jika di
suatu lokasi bidang sawah terdapat dua atau lebih cakangan yang saling berdekatan
air mengalir masuk ke sawah masing-masing petani sama), tetapi perbedaan lebar
lubang cakangan masih dapat ditoleransi yang disesuaikan dengan perbedaan luas
penggunaan fasilitas irigasi subak dilakukan bersama oleh anggota (krama) subak.
Jaringan sistem pengairan dalam subak jika diurut dari sumber air terdiri dari:
Penasan (untuk 10 bagian), Panca (untuk 5 orang), dan Pamijian (untuk sendiri/1
orang).
Melalui sistem Subak inilah, para petani medapatkan bagian air sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh musyawarah dari warga/krama subak dan tetap
dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana. Maka dari itu, kegiatan dalam
28
tanam saja, tetapi juga meliputi masalah ritual dan peribadatan untuk memohon rejeki
dan kesuburan.
Budidaya Subak
Pengolahan Tanah
Setelah beberapa hari digenangi air, pekerjaan mengolah tanah dapat dimulai.
Pekerjaan pertama disebut ngendag amacul yaitu tanah dicangkul dan digemburkan
dengan menggunakan tambah (gigi tunggal, giwa, gipat, ginem) kemudian diratakan
menggunakan pemelasah. Alat pembajak ini ada dua jenis, yang menggunakan satu
kerbau (dipergunakan pada lahan bertingkat) dan yang menggunakan dua kerbau
(dipergunakan pada sawah datar). Pada sawah terasiring setelah tanah dicangkul dan
Pembibitan Padi
Awal dari kegiatan menanam padi adalah membuat bibit padi. Setelah benih
ditabur di salah satu sudut petakan sawah dilanjutkan dengan suatu upacara yaitu
Menanam Padi
yang digunakan adalah : arit (sabit), suwah bulih, penyepitan bulih, tempeh.
menggunakan alat berupa kiskis dan pengerondoan. Pemupukan perlu dilakukan secara
Menunggu Padi
Menjelang panen, petani sering menunggui padinya di sawah. Mereka membuat lelakut
Panen
padi), penatapan (meratakan/merapikan ikatan padi), tali panepukan dan arit. Sebelum
panen petani membuat dewa nini dari padi sebagai sarana memuja Tuhan.
Pemerintah Bali yang ingin menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata
maupun lahan lainyya sebagai pembangunan bidang property seperti penginapan dan
hotel. Sehingga lahan pertanian menyusut dan alur air menjadi terhambat. Tidak ada
subak tanpa air, pada dasarnya sistem subak ini hanya mengandalkan air, sebab
2.3.3. Kesimpulan
Sistem subak sangat bagus dan dapat dijadikan contoh sebagai sistem
Pemerintah harus melindungi pertanian dengan sistem Subak karena telah terbukti
dapat dijadikan contoh pengelolaan pertanian yang baik dan menjadi asset sebagai
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Kuliah Kerja Lapangan mengunjungi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Sub
(BALITKABI), PT Alove Bali IND, Desa Adat Panglipuran, dan Museum Subak.
Balitjestro sebagai Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika telah berhasil
terpadu termutakhir. Namun hasil penelitian itu belum menyeluruh sampai ke petani.
Tahapan budidaya lidah buaya terdiri atas pembibitan, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pasca panen. Permasalahan yang dihadapi oleh petani lidah
buaya yaitu yaitu perubahan iklim yang menyebabkan pergeseran musim hujan,
kendala pengangkutan hasil panen, penggunaan pupuk organik yang memiliki efek
samping, serta harga jual yang dianggap petani rendah. Desa adat panglipuran berlokasi
di Kabupaten Bangli dengan luas kurang lebih 112 km2. Jumlah penduduknya
mencapai 743 orang, mayoritas mata pencahariannya sebagai petani. Subak adalah
yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia. Sistem subak sangat bagus
dan dapat dijadikan contoh sebagai sistem pengelolaan pembagunan pertanian yang
4.2. Saran
Dari pelaksanaan KKL yang telah dijalani, penulis memiliki beberapa saran yang
diharapkan dapat menjadi masukan demi perbaikan pelaksanaan program ini di masa
mendatang, diantaranya:
1. Pihak panitia KKL diharapkan dapat mempersiapkan kegiatan ini lebih matang
sehingga apa yang menjadi tujuan dari kegiatan KKL benar-benar dapat
dengan bidang studi yang dijalani mahasiswa, dalam hal ini bidang pertanian,
sehingga apa yang didapat selama program berlangsung sejalan dengan yang
diharapkan mahasiswa.
3. Sebaiknya pengaturan jadwal kunjungan lebih ditata lebih baik, agar peserta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
34
Lampiran 1. (lanjutan)