Paru-Paru
Inspeksi : Simetris kiri=kanan.
Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BP: vesikuler, Rh -/-, Wheezing -/-
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS-V linea midclavikularis
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-)
Abdomen : (Status Ginekologi)
Inspeksi : cembung membesar, striae gravidarum (-), caput medusa (-), skar
operasi (-)
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : tymphani pada bawah prosessus xiphoideus, redup pada uterus
Palpasi : hepar dan lien sukar dinilai
Ekstremitas : Edema pretibial -/-, ikterus (-)
Status Obstetri :
Palpasi (pemeriksaan luar)
Tinggi Fundus Uteri : 1 jari bawah pusat
Letak Janin : ballotement (-), tidak teraba bagian janin.
Nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal toucher)
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Portio : lunak
OUE/OUI : terbuka/tertutup
AD/CD : dbn/dbn
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Radiologi :
USG (15-01-2018)
Kesan : molahidatidosa
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunninngham. F.G. dkk. 2006. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S, Martaadisoebrata D. 2005. Penyakit Serta
Kelainan Plasenta dan Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka
2. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah Obstetri. EGC:
Jakarta
3. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
4. John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of Obstetricians and
5. Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua. EGC: Jakarta
6. Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri dan
8. Adrijono. Deteksi Dini Penyakit Trofoblas Ganas dalam Deteksi Dini Penyakit Kanker, FKUI, Jakarta,
2004; 130–3.
9. Fischbach TF. Chorionic Gonadotropin in A Manual of Laboratory and diagnostic Test, Seventh ed. 7,
1. Subyektif:
Seorang wanita berusia 19 tahun datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sedikit-
sedikit disertai keluarnya gelembung gelembung seperti telur ikan.sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengaku keluar darah berwarna merah tua kehitaman. Pasien juga
mengeluh nyeri perut, mual dan sempat muntah berisi makanan dirumah. Pasien juga merasa
pusing dan lemas. Pasien mengetahui dirinya sedang hamil setelah melakukan pemeriksaan tes
kehamilan (testpack) pada bulan November 2017. Riwayat hari pertama haid terakhir 23/10/2017.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat tekanan
darah tinggi, penyakit gula, asma, penyakit jantung disangkal. Riwayat keluhan yang sama
dalam keluarga tidak ada. Riwayat alergi disangkal. Riwayat pemakaian kb disangkal.
2. Obyektif:
Status Generalisata : Sakit sedang/gizi baik/kompos mentis
Status Vitalis:
TD : 110/70mmhg N: 78x/mnt.
P : 20x/mnt S: 36,50C
Pemeriksaan Fisis
Status lokalis:
Kepala : konjungtiva anemis : -/-
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis :-
Status Obstetri
Palpasi (pemeriksaan luar)
Tinggi Fundus Uteri : 1 jari bawah pusat
Letak Janin : ballotemet (-), tidak teraba bagian janin (-)
Denyut Jantung Janin : -
Pemeriksaan Dalam (Vaginal toucher)
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Portio : lunak
OUE/OUI : terbuka/tertutup
AD/CD : dbn/dbn
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin 10.5
12.0-16.0 d/dL
Leukosit 5.5
4.0-10-0 102/mm3
Eritrosit 3,74
3.80-5.80 106/mm3
Hematokrit 31.1
37.0-47.0%
Trombosit 187 150-400 103/mm3
Plano test = +
Pemeriksaan Radiologi :
USG (15-01-2018)
Kesan : molahidatidosa
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai
sel-sel trofoblas dimana terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit
atau bahkan tanpa perkembangan janin (Sebire, 2008; Sumapraja,2005; Hadijanto, 2010). 1 Di
dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-
sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang
berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang
berasal dari teratoma disebut Non Gestational Throphoblastic Disease (Sumapraja, 2005). 1
Ada beberapa pengertian yang menjelaskan mengenai mola hidatidosa namun secara garis
besar mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana terjadi
keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan perkembangan parsial atau tidak
ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon human chononic
gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa (Sumapraja,
Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas dan
2007).2 Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadian yang berbeda-
beda. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan
mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan (Prawirohadjo, 2009).2
Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih
sering pada usia reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya
paritas kemungkinan menderita mola akan lebih besar. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam
setiap 1000 kehamilan. Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami
Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat mola
hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan
tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. Kematian pada mola hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi
4. Plan
Mola hidatidosa harus dievakuasi sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Bila
perlu lakukan stabilisasi dahulu dengan melakukan perbaikan keadaan umum penderita dengan
a. Koreksi dehidrasi
d. Penatalaksanaan hipertiroidisme
Jika gejala tirotoksikosis berat, terapi dengan obat-obatan antitiroid, ß-bloker. dan
presipitasi krisis tiroid selama evaluasi. Tujuan terapi adalah untuk mencegah pelepasan T4
yang terus-menerus dan menghambat konversi menjadi T3 untuk memblok aksi perifer hormon
tiroid dan untuk mengobati faktor-faktor presipitasi.10 Agen-agen antitiroid dapat menurunkan
level T3 dan T4 serum dengan cepat seperti sodium ipodoat (orografin, suatu kontras yang
mengandung iodine) yang merupakan terapi pilihan dalam mencegah krisis tiroid setelah
dengan cepat. Apabila sodium ipodoat tidak tersedia, PTU harus digunakan dan dikombinasikan
dengan iodida. PTU berbeda dengan metimazol, menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer
dan karenanya lebih disukai daripada metimazol. Loading dose 300-600 mg PTU diikuti oleh
150-300 mg setiap 6 jam (perrektal atau melalui NGT). Kalium iodida oral (3-5 tetes, 3x sehari,
35 mg iodida/tetes) atau iodine lugol (30-60 tetes/hari dibagi dala 4 dosis, 8 mg iodida/tetes)
atau natrium iodida intravena (0,25-0,5 g tiap 8-12 jam) menginduksi penurunan level T3 dan T4
yang cepat. ß-bloker digunakan untuk mengontrol takikardi dan gejala lain yang diaktivasi saraf
simpatis. Propanolol dimulai pada dosis 1-2 mg tiap 5 menit secara intravena (dosis maksimum
6 mg) diikuti dengan propanolol oral pada dosis 20-40 mg tiap 4-6 jam.7,10
Bila sudah terjadi evakuasi spontan lakukan kuretase untuk memastikan kavum uteri sudah
kosong. Bila belum lakukan evakuasi dengan kuret hisap. Bila serviks masih tertutup dapat
didilatasi dengan dilator nomor 9 atau 10. Setelah seluruh jaringan dievakuasi dengan kuret
hisap dilanjutkan kuret tajam dengan hati-hati untuk memastikan kavum uteri kosong.7 Untuk
untuk mencegah terjadinya infeksi. Induksi dengan medikamentosa seperti prostaglandin dan
a. Kuretase
selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar b-hCG serta foto thoraks), kecuali bila jaringan
Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan
Sebelum kuretase terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan
b. Histerektomi
tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil
pemberian kemoterapi pada penderita pasca mola hidatidosa adalah sebagai berikut :9
Kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum >20.000 IU/liter, urine
Kadar hCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis otak, renal, hepar,
4. Penatalaksanaan pascaevakuasi
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
c. Laboratorium
Pengamatan lanjut meliputi pemeriksaan pelvis dan hCG setiap minggu sampai hCG
negatif, bila ditemui anemia atau infeksi harus diberikan pengobatan yang adekuat.
ß-hCG negatif diikuti tiap minggu 2 kali pemeriksaan, bila tetap negatif dilakukan tiap
bulan sampai dengan bulan keenam, lalu tiap 2 bulan sekali selama 6 bulan.9
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
Diberikan kontrasepsi oral setelah kadar hCG normal. Bila penurunan hCG sesuai
dengan kurva regresi, pasien diperkenankan hamil setelah 6 bulan. Dapat juga
dengan metode barier, namun IUD tidak dianjurkan. Bila penurunan lambat, tunda
Bila terjadi kehamilan lakukan USG dan lakukan pemeriksaan hCG postpartum untuk
Pasien dengan besar uterus 4 kali lebih besar dari usia gestasi dan adanya kista
Dikarenakan 20% pasien dengan mola komplit dan 5-7 % pasien dengan mola parsial
dapat menjadi penyakit yang berulang. Follow up yang ketat sangat diperlukan. Kadar b -hCG
perlu dimonitor setiap minggu sampai diperoleh 3 kali angka yang normal dan kemudian setiap
bulan untuk 6 bulan. Sangat penting bagi pasien untuk menggunakan kontrasepsi selama 6
bulan sehingga peningkatan b -hCG yang normal terjadi dalam kehamilan tidak dikacaukan
dengan penyakit yang berulang. Pil KB tidak meningkatkan resiko dari penyakit post mola.
5. Implementation
Periksa B-HCG
Rencana Kuretase tanggal 16/1/2018
Pengobatan:
Pre-OP :
Inj. Ceftriaxon 1 gram/12 jam/iv
6. Evaluation
Prognosis
Prognosis baik bila di diagnosis dini dengan pengobatan yang tepat. Mortalitas akibat
molahidatidosa pada dasarnya tidak terjadi. Sekitar 20% dari mola komplit dapat berkembang
menjadi keganasan trofoblas.
Pendidikan:
Dokter menjelaskan prognosis kepada pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi kembali dengan menunjukkan hasil pemeriksaan B-HCG untuk
menyingkirkan komplikasi ke penyakit keganasan trofoblas.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Peserta Pendamping