SMOKING CESSATION
Disusun oleh
Maranatha
(0000 000 1969)
Pembimbing
Kategori Perokok
Mulai merokok sejak ±50 tahun yang lalu.
Jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu minggu terakhir adalah sebanyak 4-8 batang
rokok per hari dengan rata-rata 6 batang rokok per hari.
Indeks Brinkman : 10 batang x 40 tahun = 300
Kesimpulan : Maka, pasien merupakan perokok aktif tingkat sedang
Hasil pengamatan
Berikut adalah tabel hasil pengamatan jumlah merokok pasien per hari dilakukan pada tanggal :
Hasil pengamatan jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari selama masa observasi :
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah rokok 11 6 4 0 1 0 0 0 0
(batang)
Pembahasan
Tn. Mansyur 80 tahun merupakan seorang perokok aktif tingkat sedang sejak 50 tahun
lalu yang memiliki kebiasaan merokok rata-rata sebanyak 6 batang rokok/hari. Sudah pernah
berusaha sendiri mengurangi kebiasaan merokok namun gagal. Pasien bersedia ikut serta dalam
program “Smoking Cessation” yang diadakan di Puskesmas Mauk dengan target mengurangi
hingga berhenti merokok dalam waktu 7 hari. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, pasien
dapat mencapai target yang ditentukan yaitu berhenti merokok yang sudah dipertahankan oleh
pasien selama 4 hari terakhir dalam masa observasi. (29 Desember – 2 Januari).
Pasien mengaku telah berusaha menaati semua anjuran yang diberikan oleh dokter karena
kekhawatiran akan penyakit yang dideritanya. Anjuran pertama adalah mengurangi jumlah rokok
yang dihisap per hari secara perlahan hingga berhenti. Hal tersebut terlihat dari tabel data jumlah
rokok yang dihisap per hari berkurang jumlahnya dan pasien sempat berhenti pada hari ke 4.
Pada hari ke lima, pasien mengaku bahwa ia terbujuk tawaran temannya dan ia juga meminta
istrinya untuk mengingatkannya. Hal ini menunjukkan adanya niat pada pasien dalam upaya
berhenti merokok sesuai metode Individual conselling
Pasien tidak lagi merokok di dalam rumah karena pasien sudah mengetahui dampak
buruknya bagi kesehatan keluarga yang tinggal di rumah dan menjadi perokok pasif. Sebagian
besar pasien merokok di dalam rumah yang berisi istri dan 1 anaknya.
Tidak terlalu sulit bagi pasien untuk menahan keinginan merokok ketika pasien sedang di
rumah karena pasien takut dengan penyakit yang dideritanya dan sudah sadar degnan bahaya
merokok. Ditambah dukungan kondisi kesehatannya yang sudah mulai menurun dan kondisi
keuangan yang sudah terbatas. Pasien menghabiskan waktu sehari-hari di rumah, tidak bekerja
sehingga banyak waktu luang yang sebenarnya dapat digunakan untuk merokok. Namun pasien
berusaha untuk tidak merokok lagi dan ingat akan isteri dan anaknya.
Selama ini pasien juga pernah menyiasati keinginan untuk merokok dengan permen karet
seperti pada metode terapi pengganti nikotin. Pasien mengaku metode ini cukup efektif dalam
meredam keinginan untuk merokok, namun ia jarang membeli permen karet karena giginya
sudah ompong dan susah mengunyah
Selama mengikuti program “Smoking Cessation” 9 hari ini, pasien menyadari bahwa
hambatan yang dirasakan paling berat dalam upaya mengurangi konsumsi rokok adalah karena
pasien tidak bekerja dan memiliki banyak waktu luang. Hal tersebut terlihat dari jumlah batang
rokok yang dihisap terdistribusi di jam-jam pasien nongkrong di depan rumah. Selain itu,
keinginan pasien sendiri juga cukup kuat ketika sedang sendirian terutama pagi hari saat baru
bangun. Namun, dalam menghadapi segala hambatan ini, pasien berusaha keras melawan
keinginannya untuk merokok dengan cara senantiasa mengingat nasihat dokter mengenai bahaya
merokok bagi kesehatan pasien dan orang-orang serta mencoba untuk meminta isterinya
mengingatkannya, dan menyiasati keinginan untuk merokok dengan mengunyah permen karet.
Melihat hasil yang dicapai pasien selama 10 hari, jumlah rokok yang dihisap per harinya
berkurang secara perlahan. Dukungan dari keluarga sangat berperan penting. Hal ini membuat
pasien cukup yakin bahwa dirinya dapat berhenti merokok.
Kesimpulan
Upaya berhenti merokok bagi perokok aktif yang sudah lama mempunyai kebiasaan
merokok tentu bukan suatu hal yang mudah. Banyak hambatan yang harus dihadapi selama
menjalani upaya berhenti merokok. Baik faktor internal dan eksternal berperan penting dalam
menentukan keberhasilan upaya ini. Faktor internal menjadi faktor utama penentu keberhasilan
yaitu niat yang tumbuh dari dalam diri pasien sendiri untuk berhenti merokok. Sedangkan faktor
eksternal yaitu dapat berupa dukungan keluarga, lingkungan, tenaga kesehatan, masyarakat, dan
peran pemerintah. Keluarga, terutama orang tua dan pasangan, sebagai orang-orang terdekat
pasien wajib lebih dulu memberi contoh yang baik kepada pasien untuk tidak merokok terlebih
merokok di dalam rumah, pasangan berperan untuk mendukung dan mengingatkan mengenai
bahaya merokok terhadap kesehatan pasien dan orang sekitar sehingga pasien dapat senantiasa
mengingat nasihat tersebut. Peran masyarakat yaitu dengan membuat suatu lingkungan tersebut
bebas asap rokok. Pemerintah dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengetahui
bahaya merokok melalui media massa, seperti iklan, brosur, spanduk, atau kampanye.