Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teoritis LKS ditinjau dari
validitas meliputi kelayakan materi, penyajian dan bahasa, serta untuk mengetahui
kelayakan empiris LKS ditinjau dari aktivitas siswa selama pembelajaran, hasil belajar
dan respon siswa setelah pembelajaran terhadap LKS yang dikembangkan. Desain
penelitian ini menggunakan model pengembangan 3-D, karena tahap penyebaran tidak
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah lembar telaah, validasi, pengamatan
aktivitas siswa, Tes, dan respon siswa. Telaah dan validasi dilakukan oleh dosen kimia
dan guru kimia. Uji coba terbatas dilakukan terhadap 15 siswa kelas XI SMA Negeri 1
Taman Sidoarjo. Metode yang digunakan adalah angket, tes, dan pengamatan. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskripsi kualitatif dan kuantitatif. Hasil validasi
memenuhi kesesuaian kelayakan teoritik yaitu validitas materi, validitas penyajian,
validitas bahasa dengan persentase sebesar 91,8%; 91,7%; 88,9%; 90%, dengan
kriteria sangat layak. LKS juga memenuhi kesesuaian kelayakan empiris meliputi
aktivitas siswa, respon siswa dengan persentase sebesar 94,4%; 99,5%, dengan kriteria
sangat layak serta hasil belajar siswa yang menunjukkan adanya peningkatan siswa
yang tahu konsep.
Kata Kunci: Lembar Kerja Siswa, Representasi, Sub-mikroskopik, Sistem Koloid,
kelayakan.
Abstract
This study aims to determine the feasibility in terms of the validity of the theoretical
worksheets include material feasibility, presentation and language, as well as to
determine the feasibility of an empirical review of student activity worksheets for
learning, learning outcomes and student response after learning of the worksheets are
developed. This study using 3-D models, because disseminate step is not done. The
instrument used in this study were review, validation, observation of activity student
sheet, tests, and student responses. Review and validation have been done by
chemistry lecturers and chemistry teacher. Limited trial test was conducted to 15
students of 11th grade of SMAN 1 Taman Sidoarjo. The method used in this study were
questionnaire, tests, and observations. This data is analyzed by qualitative and
quantitative description. Validation result the suitability of eligibility meets the
theoretical validity of the material, the validity of presentation, the validity of
language with a percentage of 91.8%; 91.7%; 88.9%; 90%, with very feasible
criteria. Student worksheet also meet eligibility suitability empirical include student
activities, student responses with percentages of 94.4%; 99.5%, with a very feasible
criteria and learning outcomes based on student that showed an increase in students
who know the concept.
Key words: Student worksheet, Representation, Sub-microscopic, colloid systems,
feasibility.
66
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
67
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
68
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
69
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
Keterangan grafik (jenis aktivitas yang yang terlibat secara langsung dalam proses
diamati) : belajar menunjukkan keterlibatan siswa
1. Memperhatikan penjelasan guru tidak hanya fisik namun juga mental,
2. Mengeksplor dan membaca materi emosional, kognitif dalam perolehan
dalam LKS pengetahuan [17].
3. Memiliki rasa ingin tahu Hasil belajar siswa diperoleh dari tes
4. Berdiskusi miskonsepsi siswa. Tes yang dilakukan
5. Mengemukakan ide atau jawaban di bertujuan untuk mengetahui kemampuan
depan kelas yang dimiliki siswa dalam penguasaan
6. Berkerja sama dengan teman konsep mengenai sistem koloid [12],
sekelompok saat kegiatan pratikum setelah pemberian LKS yang telah
7. Membuat hipotesis dikembangkan. Melalui perbandingan
8. Antusias melalukan praktikum analisis miskonsepsi siswa level sub-
9. Membuat data hasil pengamatan mikroskopik hasil prapenelitian dengan tes
10. Menganalisis data akhir setelah diberikan LKS, maka dapat
11. Membuat kesimpulan diketahui apakah LKS yang
12. Tertarik mengerjakan sosal latihan dikembangkan dapat meminimalisis
13. Tertarik mengerjakan Re-Cham miskonsepsi siswa pada level sub-
14. Antusias membaca fitur seputar kimia mikroskopik. Berikut grafik hasil belajar
15. Mengemukakan kembali apa yang berdasarkan tes miskonsepsi awal siswa
diperoleh setelah membaca seputar pada level sub-mikroskopik.
kimia didepan kelas
16. Menjawab pertanyaan
17. Menyimpulkan materi yang dipelajari
18. Memperhatikan
19. Mengumpulkan tugas tepat waktu
20. Mengikuti uji coba dari awal sampai
akhir
Siswa memberikan respon baik
terhadap lembar kerja siswa. Hal ini Gambar 3. Grafik Hasil Belajar Awal pada
menunjukkan selama mengikuti uji coba Level Sub-mikroskopik.
Aktivitas siswa merupakan pendukung Level yang terjadi miskonsepsi siswa
validitas LKS, Siswa terlibat secara aktif tertinggi pada konsep level sub-
selama proses pembelajaran dengan mikroskopik sebesar 69%. Sebagian besar
menggunakan LKS [1]. Hasil persentase siswa mengalami miskonsepsi pada level
rata-rata dari pertemuan 1 sampai sub-mikroskopik. Siswa cenderung meng-
pertemuan 3 diperoleh persentase sebesar hafalkan level sub-mikroskopik yang
94,4% dengan kriteria sangat layak [11]. bersifat abstrak, sehingga ilmu kimia
Pada setiap proses belajar, siswa selalu dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk
menampakkan keaktifkan. Menurut teori dipelajari [18].
kognitif, anak yang mengalami proses Miskonsepsi pada siswa yang terjadi
belajar menunjukkan adanya jiwa yang secara terus menerus dapat mengganggu
aktif, konstruktif, dan mampu pembentukan konsep ilmiah. Sehingga
merencanakan sesuatu. Keaktifan siswa miskonsepsi dapat dikatakan sebagai
70
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
penghambat dalam belajar siswa pada Berikut grafik hasil belajar berdasarkan
level sub-mikroskopik berarti kesulitan tes miskonsepsi akhir siswa pada level
belajar kimia banyak disebabkan karena sub-mikroskopik.
kurang pemahaman siswa pada level sub-
mikroskopik [5]. Level sub-mikroskopik
merupakan level yang nyata dan
representasi. Level sub-mikroskopik
bersifat dinamis di dalam penggambaran
molekuler, sehingga menyebabkan sulit
untuk dilihat secara kasat mata dan sulit
dipresentasikan oleh siswa, Seperti
pergerakan atau keadaan atom-atom,
molekul, ion suatu koloid yang Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Ahkir
menujukkan sifat-sifat suatu koloid [5]. pada Level Sub-mikroskopik.
Level sub-mikroskopik merupakan hal Dari grafik diatas menunjukkan rata-
yang nyata tetapi tidak terlihat sehingga rata siswa yang tahu konsep lebih banyak
sulit dimengerti, penjelasan reaksi kimia dibandingkan dengan siswa yang
menurut sebuah gambar mental yang mengalami moskonsepsi pada konsep
dikembangkan untuk representasi sub- level sub-mikroskopik materi sistem
mikroskopik yang hakikatnya meninjau koloid.
partikel yang berkontribusi pada Hal ini membuktikan bahwa LKS
pemodelan [5]. berbasis representasi level sub-
Faktor-faktor yang menyebabkan kimia mikroskopik yang dikembangkan dapat
sulit dipelajari oleh siswa yaitu pengajaran meminimalisir miskonsepsi siswa pada
kimia yang hanya memaparkan salah satu level sub-mikroskopik. menurunnya
level, dan lemahnya pertautan dari ketiga miskonsepsi siswa pada level sub-
level representasi kimia menyebabkan mikroskopik berarti rata-rata siswa tidak
proses penerimaan informai yang terpisah- mengalami kesulitan dalam mempelajari
pisah dalam memori siswa jangka panjang, materi sistem koloid dengan menggunakan
sehingga akan menimbulkan miskonsepsi LKS yang dikembangkan.
siswa [8]. Padahal level sub-mikroskopik Untuk mengatasi kesulitan dalam
merupakan dasar intelektual dalam belajar ilmu kimia perlu memperhatikan
menjelaskan fenomena kimia [7]. fenomena kimia yang direpresentasikan
Tahap akhir uji coba dilakukan suatu menjadi tiga level (makroskopik, sub-
tes akhir untuk mengetahui apakah LKS mikroskopik dan simbolik) [7], dari hal
dapat meminimalisir miskonsepsi siswa tersebut, LKS yang dikembangkan
pada level sub-mikroskopik dengan cara dirancang untuk fokus pada level sub-
membandingkan persentase tes awal mikroskopik, tetapi tidak terlepas juga
(prapenelitan) miskonsepsi siswa dengan dengan level makroskopik, dan simbolik,
tes akhir miskonsepsi siswa pada level untuk itu LKS yang dikembangkan
sub-mikroskopik, diperoleh persentase memperhatikan konsep kimia materi
sebesar 18% untuk miskonsepsi pada level sistem koloid yang direpresentasikan
sub-mikroskopik. menjadi ketiga level representasi meliputi
makroskopik, sub-mikroskopik, dan
71
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
simbolik, sehingga LKS dapat mengatasi miskonsepsi siswa pada level sub-
kesulitan dalam belajar sistem koloid yang mikroskopik materi sistem koloid.
berdampak pada miskonsepsi siswa. Berdasarkan hasil respon dari siswa
Hasil Belajar berdasarkan tes awal terhadap LKS yang dikembangkan ini
mendapatkan persentase miskonsepsi secara keseluruhan menghasilkan rata-rata
sebesar 69%. Tes akhir mendapatkan persentase sebesar 99,5%. Apabila hasil
persentase miskonsepsi 18%. Sehingga respon tersebut diinterpretasikan berda-
tingkat miskonsepsi siswa menurun karena sarkan skala Likert pada tabel 1. maka
terdapat selisih 51 antara persentase LKS yang dikembangkan mendapatkan
miskonsepsi awal dan persentase respon yang sangat layak [11]. Berikut
miskonsepi akhir. Perbandingan hasil tes grafik hasil angket respon siswa pada
pelacakan miskonsepsi siswa pada level gambar 6.
sub-mikroskopik juga dapat dilihat dari
grafik pada gambar 5.
72
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
73
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014
74