Anda di halaman 1dari 9

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS REPRESENTASI LEVEL SUB-


MIKROSKOPIK PADA MATERI SISTEM KOLOID KELAS XI
SMA NEGERI 1 TAMAN SIDOARJO

DEVELOPMENT OF STUDENTS WORKSHEET BASED REPRESENTATION


OF SUB-MICROSCOPIC LEVEL IN COLLOID SYSTEM 11TH GRADE
SMAN 1 TAMAN SIDOARJO

Enggar Afrim Afriansi dan Harun Nasrudin


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
email : afriansienggar@rocketmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teoritis LKS ditinjau dari
validitas meliputi kelayakan materi, penyajian dan bahasa, serta untuk mengetahui
kelayakan empiris LKS ditinjau dari aktivitas siswa selama pembelajaran, hasil belajar
dan respon siswa setelah pembelajaran terhadap LKS yang dikembangkan. Desain
penelitian ini menggunakan model pengembangan 3-D, karena tahap penyebaran tidak
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah lembar telaah, validasi, pengamatan
aktivitas siswa, Tes, dan respon siswa. Telaah dan validasi dilakukan oleh dosen kimia
dan guru kimia. Uji coba terbatas dilakukan terhadap 15 siswa kelas XI SMA Negeri 1
Taman Sidoarjo. Metode yang digunakan adalah angket, tes, dan pengamatan. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskripsi kualitatif dan kuantitatif. Hasil validasi
memenuhi kesesuaian kelayakan teoritik yaitu validitas materi, validitas penyajian,
validitas bahasa dengan persentase sebesar 91,8%; 91,7%; 88,9%; 90%, dengan
kriteria sangat layak. LKS juga memenuhi kesesuaian kelayakan empiris meliputi
aktivitas siswa, respon siswa dengan persentase sebesar 94,4%; 99,5%, dengan kriteria
sangat layak serta hasil belajar siswa yang menunjukkan adanya peningkatan siswa
yang tahu konsep.
Kata Kunci: Lembar Kerja Siswa, Representasi, Sub-mikroskopik, Sistem Koloid,
kelayakan.

Abstract
This study aims to determine the feasibility in terms of the validity of the theoretical
worksheets include material feasibility, presentation and language, as well as to
determine the feasibility of an empirical review of student activity worksheets for
learning, learning outcomes and student response after learning of the worksheets are
developed. This study using 3-D models, because disseminate step is not done. The
instrument used in this study were review, validation, observation of activity student
sheet, tests, and student responses. Review and validation have been done by
chemistry lecturers and chemistry teacher. Limited trial test was conducted to 15
students of 11th grade of SMAN 1 Taman Sidoarjo. The method used in this study were
questionnaire, tests, and observations. This data is analyzed by qualitative and
quantitative description. Validation result the suitability of eligibility meets the
theoretical validity of the material, the validity of presentation, the validity of
language with a percentage of 91.8%; 91.7%; 88.9%; 90%, with very feasible
criteria. Student worksheet also meet eligibility suitability empirical include student
activities, student responses with percentages of 94.4%; 99.5%, with a very feasible
criteria and learning outcomes based on student that showed an increase in students
who know the concept.
Key words: Student worksheet, Representation, Sub-microscopic, colloid systems,
feasibility.

66
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

PENDAHULUAN Tabel mengungkapkan hal yang sama,


Kurikulum terbaru yang telah bahwa salah satu penyebab kesulitan
ditetapkan pemerintah yang tertuang dalam mempelajari kimia adalah karena
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan sebagian besar materinya terlalu abstrak,
Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 akibatnya pemikiran negatif mengenai
terdapat penyempurnaan pola pikir pada kimia berkembang [6] dan siswa
pengembangan kurikulum 2013 yang mengang-gap kimia sebagai mata
menuntut agar pola pembelajaran yang pelajaran yang membosankan [5].
berpusat pada guru menjadi pembelajaran Mengatasi kesulitan dalam belajar
berpusat pada peserta didik [1]. ilmu kimia perlu memperhatikan feno-
Peraturan Menteri Pendidikan dan mena kimia yang direpresentasikan
Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 menjadi tiga level, yaitu level
menyatakan bahwa upaya mewujudkan makroskopik, sub-mikroskopik, dan
tujuan pendidikan nasional yakni simbolik [7]. Pengajaran kimia hanya
mengembangkan potensi siswa agar lebih memaparkan level simbolik, dan lemahnya
kreatif, cakap, dan mandiri maka pertautan diantara level makroskopik, sub-
ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan mikroskopik dan simbolik, yang
yang merupakan kriteria mengenai menyebabkan proses penerimaan
kualifikasi kemampuan lulusan yang informasi yang terpisah-pisah dalam
mencakup sikap, pengetahuan, dan memori siswa pada jangka waktu yang
keterampilan, dengan demikian diperlukan lama, dan tidak adanya pertautan antara
suatu perangkat pembelajaran yang sesuai ketiga level ini merupakan salah satu
dengan kurikulum selama proses belajar penyebab timbulnya miskonsepsi dalam
mengajar [2]. kimia [8].
Salah satu perangkat pembelajaran Salah satu konsep dalam kimia yang
yang dibutuhkan siswa adalah LKS mencakup fenomena level sub-
(Lembar Kerja Siswa). LKS merupakan mikroskopik adalah sistem koloid. Konsep
salah satu penyebab utama timbulnya yang abstrak dalam materi sistem koloid
miskonsepsi pada siswa [3]. LKS yang sangat potensial dalam menimbulkan
memuat rumus atau uraian materi yang kesalahan konsep. Hal itu didukung oleh
salah dapat memicu miskonsepsi [3], hasil wawancara kepada siswa SMA
selain itu yang menyebabkan terjadinya Negeri 1 Taman Sidoarjo, menunjukkan
miskonsepsi dalam pembelajaran khusus- bahwa rata-rata siswa merasa kesulitan
nya dalam pembelajaran kimia adalah dengan materi pokok sistem koloid. Siswa
karakteristik dari materi dalam ilmu kimia sulit memahami suatu konsep yang
[4]. seharusnya dijelaskan dengan keterkaitan
Sistem Koloid merupakan salah satu antara ketiga level representasi dalam
materi pokok yang diajarkan sebagai mata proses pembelajaran. Selain itu dari hasil
pelajaran kimia di SMA. yang cenderung angket diperoleh persentase rata-rata
berupa hafalan dan terlalu matematik serta sebesar 79% yang membuktikan bahwa
bersifat abstrak, sehingga siswa merasa siswa mengalami miskonsepsi pada level
kesulitan dalam memahami, hanya siswa sub-mikroskopik.
cerdas saja yang dapat memahami materi Penyelesaian permasalahan pada siswa
kimia [5]. dapat diatasi dengan cara merencanakan

67
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

strategi tertentu (berisi model, metode, Persentase yang diperoleh kemudian


serta pendekatan pembelajaran) yang dianalisis melalui perhitungan nilai <g>
dirancang oleh guru. Salah satunya dengan untuk mengetahui seberapa besar perbe-
pengembangan Lembar Kerja Siswa daan antara nilai tes prapenelitian dan tes
(LKS). Kesalahan-kesalahan konsep akhir setelah uji coba LKS yang telah
tersebut dapat direduksi bahkan dicegah dikembangkan [13]. Rumus <g> = (%rata-
dengan pendekatan atau perangkat rata nilai prapenelitian – %rata-rata nilai
pembelajaran yang sesuai [9]. tes akhir) : (100-%rata-rata nilai tes akhir).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti Skor kelayakan diinterpretasikan pada
ingin melakukan penelitian untuk Tabel 1. Skor perbandingan hasil tes
mengembangkan LKS yang berbasis miskonsepsi diinterpretasikan pada Tabel
representasi pada level sub-mikroskopik. 2. Skala Gutman pada tabel 3 [11].

METODE Tabel 1. Interpretasi Skor Kelayakan


Penelitian ini termasuk penelitian
Persentase Kategori
pengembangan. Desain penelitian yang di-
gunakan adalah model pengembangan 4-D 0% - 20% Sangat tidak layak
[10]. Namun penelitian ini dibatasi sampai 21% - 40% Kurang layak
pada tahap uji coba terbatas. Metode 41% - 60% Cukup layak
pengumpulan data yang digunakan adalah 61% - 80% Layak
angket, tes, dan pengamatan. 81% - 100% Sangat layak
Dosen dan guru kimia memberikan [11]
penilaian untuk mengetahui kelayakan Tabel 2. Interpretasi Skor Perbandingan
LKS dengan cara memberikan skor 0 Hasil Tes Miskonsepsi
sampai 4 pada lembar angket validasi.
Nilai <g> Kriteria
Rumus yang digunakan dalam perhitungan
(<g>) ≥ 0,7 Tinggi
untuk memperoleh persentase adalah: skor
kriteria= (jumlah jawaban responden) : 0,7 > (<g>) ≥ 0,3 Sedang
(skor tertinggi dalam angket x jumlah (<g>) < 0,3 Rendah
pertanyaana dalam angket x jumlah [13]
responden) x 100%. Skor diinterpretasikan Tabel 3. Skala Guttman
pada tabel 1 [11].
Data pengamatan dan angket respon Kriteria Jawaban Skala
siswa yang diperoleh dihitung berdasarkan Ya 1
skala Guttman. Untuk menghitung Tidak 0
persentase dari tiap aspek penilaian adalah [11]
Skor kriteria = Jumlah jawaban responden
: Jumlah responden x 100%. Skor LKS dinyatakan layak apabila hasil
diinterpretasikan pada tabel 1 [11]. validasi, aktivitas siswa dan respon siswa
Analisis Lembar Tes menggunakan mendapatkan persentase sebesar ≥61%
(Certainty of Response Index (CRI)) untuk setiap kriteria serta tidak ada kriteria
sebagai teknik identifikasi miskonsepsi, yang mendapatkan persentase <61%. Serta
skala yang digunakan adalah skala enam ada peningkatan siswa yang tahu konsep
(0-5)) [12]. [11].

68
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase tersebut dikategorikan


Hasil pengolahan data validasi sangat layak [11]. Hal ini dikarenakan
disajikan pada Gambar 1, jika persentase penguraian isi LKS secara proporsional
tiap kriteria kelayakan diinterpretasikan dengan mempertimbangkan KD, indikator
pada Tabel 1 maka LKS dinyatakan sangat dan tujuan pembelajaran; tata letak teks,
layak [11]. gambar, dan tabel dalam LKS sudah sesuai
[2]. Penjelasan materi dan gambar dalam
LKS sudah mewakili ketiga level
representasi kimia. LKS dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak apabila tersaji dengan gambar
sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar [15]; sistematika penyajian konsep
yang baik dan LKS memusatkan
keterlibatan siswa secara aktif sebagai
subjek pembelajaran [1].
Gambar 1. Grafik Hasil Validasi Kelayakan kriteria bahasa memperoleh
Kelayakan kriteria materi secara umum persentase kelayakan sebesar 90% (sangat
memperoleh persentase 96,7%, layak) [11]. EYD digunakan untuk
berdasarkan skala Likert (Tabel 1) nilai membuat tulisan yang baik dan benar
tersebut menujukkan kelayakan LKS dari sehingga kalimat yang disusun berdasarkan
segi materi sangat layak [11]. Materi dalam EYD menghasilkan kalimat yang efektif
LKS yang disusun sudah meliputi pokok yaitu kalimat yang mampu menyampaikan
bahasan utama sesuai dengan kurikulum informasi dari penulis kepada pembaca
yang berlaku yaitu tentang sistem koloid secara tepat [16].
yang mengacu pada kurikulum 2013, isi Data aktivitas siswa tersaji pada
LKS disajikan sesuai dengan KD, gambar 2 diinterpretasikan pada tabel 1
indikator, dan tujuan pembelajaran [2]. yang menyatakan LKS sangat layak.
Untuk kriteria materi berdasarkan Aktivitas siswa merupakan kelayakan
kesesuaian dengan level sub-mikroskopik, empiris yang digunakan sebagai
kelayakannya memperoleh persentase pendukung validitas LKS.
sebesar 91,7%, dengan kriteria materi
sangat layak [11]. Adanya Chem-Lab maka
representasi level makroskopik dapat
diperoleh sisw. Selain itu pengetahuan dan
ketrampilan siswa bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
menemukan sendiri [14]. Adanya
perepresentasian level sub-mikroskopik
yang tersedia dalam fitur-fitur LKS maka
dapat meminimalisir kesulitan siswa yang
berdampak pada miskonsepsi siswa [9]. Gambar 2. Grafik Hasil Pengamatan
Kelayakan keriteria penyajian memperoleh Aktivitas Siswa
persentase kelayakan sebesar 88,9%.

69
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

Keterangan grafik (jenis aktivitas yang yang terlibat secara langsung dalam proses
diamati) : belajar menunjukkan keterlibatan siswa
1. Memperhatikan penjelasan guru tidak hanya fisik namun juga mental,
2. Mengeksplor dan membaca materi emosional, kognitif dalam perolehan
dalam LKS pengetahuan [17].
3. Memiliki rasa ingin tahu Hasil belajar siswa diperoleh dari tes
4. Berdiskusi miskonsepsi siswa. Tes yang dilakukan
5. Mengemukakan ide atau jawaban di bertujuan untuk mengetahui kemampuan
depan kelas yang dimiliki siswa dalam penguasaan
6. Berkerja sama dengan teman konsep mengenai sistem koloid [12],
sekelompok saat kegiatan pratikum setelah pemberian LKS yang telah
7. Membuat hipotesis dikembangkan. Melalui perbandingan
8. Antusias melalukan praktikum analisis miskonsepsi siswa level sub-
9. Membuat data hasil pengamatan mikroskopik hasil prapenelitian dengan tes
10. Menganalisis data akhir setelah diberikan LKS, maka dapat
11. Membuat kesimpulan diketahui apakah LKS yang
12. Tertarik mengerjakan sosal latihan dikembangkan dapat meminimalisis
13. Tertarik mengerjakan Re-Cham miskonsepsi siswa pada level sub-
14. Antusias membaca fitur seputar kimia mikroskopik. Berikut grafik hasil belajar
15. Mengemukakan kembali apa yang berdasarkan tes miskonsepsi awal siswa
diperoleh setelah membaca seputar pada level sub-mikroskopik.
kimia didepan kelas
16. Menjawab pertanyaan
17. Menyimpulkan materi yang dipelajari
18. Memperhatikan
19. Mengumpulkan tugas tepat waktu
20. Mengikuti uji coba dari awal sampai
akhir
Siswa memberikan respon baik
terhadap lembar kerja siswa. Hal ini Gambar 3. Grafik Hasil Belajar Awal pada
menunjukkan selama mengikuti uji coba Level Sub-mikroskopik.
Aktivitas siswa merupakan pendukung Level yang terjadi miskonsepsi siswa
validitas LKS, Siswa terlibat secara aktif tertinggi pada konsep level sub-
selama proses pembelajaran dengan mikroskopik sebesar 69%. Sebagian besar
menggunakan LKS [1]. Hasil persentase siswa mengalami miskonsepsi pada level
rata-rata dari pertemuan 1 sampai sub-mikroskopik. Siswa cenderung meng-
pertemuan 3 diperoleh persentase sebesar hafalkan level sub-mikroskopik yang
94,4% dengan kriteria sangat layak [11]. bersifat abstrak, sehingga ilmu kimia
Pada setiap proses belajar, siswa selalu dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk
menampakkan keaktifkan. Menurut teori dipelajari [18].
kognitif, anak yang mengalami proses Miskonsepsi pada siswa yang terjadi
belajar menunjukkan adanya jiwa yang secara terus menerus dapat mengganggu
aktif, konstruktif, dan mampu pembentukan konsep ilmiah. Sehingga
merencanakan sesuatu. Keaktifan siswa miskonsepsi dapat dikatakan sebagai

70
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

penghambat dalam belajar siswa pada Berikut grafik hasil belajar berdasarkan
level sub-mikroskopik berarti kesulitan tes miskonsepsi akhir siswa pada level
belajar kimia banyak disebabkan karena sub-mikroskopik.
kurang pemahaman siswa pada level sub-
mikroskopik [5]. Level sub-mikroskopik
merupakan level yang nyata dan
representasi. Level sub-mikroskopik
bersifat dinamis di dalam penggambaran
molekuler, sehingga menyebabkan sulit
untuk dilihat secara kasat mata dan sulit
dipresentasikan oleh siswa, Seperti
pergerakan atau keadaan atom-atom,
molekul, ion suatu koloid yang Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Ahkir
menujukkan sifat-sifat suatu koloid [5]. pada Level Sub-mikroskopik.
Level sub-mikroskopik merupakan hal Dari grafik diatas menunjukkan rata-
yang nyata tetapi tidak terlihat sehingga rata siswa yang tahu konsep lebih banyak
sulit dimengerti, penjelasan reaksi kimia dibandingkan dengan siswa yang
menurut sebuah gambar mental yang mengalami moskonsepsi pada konsep
dikembangkan untuk representasi sub- level sub-mikroskopik materi sistem
mikroskopik yang hakikatnya meninjau koloid.
partikel yang berkontribusi pada Hal ini membuktikan bahwa LKS
pemodelan [5]. berbasis representasi level sub-
Faktor-faktor yang menyebabkan kimia mikroskopik yang dikembangkan dapat
sulit dipelajari oleh siswa yaitu pengajaran meminimalisir miskonsepsi siswa pada
kimia yang hanya memaparkan salah satu level sub-mikroskopik. menurunnya
level, dan lemahnya pertautan dari ketiga miskonsepsi siswa pada level sub-
level representasi kimia menyebabkan mikroskopik berarti rata-rata siswa tidak
proses penerimaan informai yang terpisah- mengalami kesulitan dalam mempelajari
pisah dalam memori siswa jangka panjang, materi sistem koloid dengan menggunakan
sehingga akan menimbulkan miskonsepsi LKS yang dikembangkan.
siswa [8]. Padahal level sub-mikroskopik Untuk mengatasi kesulitan dalam
merupakan dasar intelektual dalam belajar ilmu kimia perlu memperhatikan
menjelaskan fenomena kimia [7]. fenomena kimia yang direpresentasikan
Tahap akhir uji coba dilakukan suatu menjadi tiga level (makroskopik, sub-
tes akhir untuk mengetahui apakah LKS mikroskopik dan simbolik) [7], dari hal
dapat meminimalisir miskonsepsi siswa tersebut, LKS yang dikembangkan
pada level sub-mikroskopik dengan cara dirancang untuk fokus pada level sub-
membandingkan persentase tes awal mikroskopik, tetapi tidak terlepas juga
(prapenelitan) miskonsepsi siswa dengan dengan level makroskopik, dan simbolik,
tes akhir miskonsepsi siswa pada level untuk itu LKS yang dikembangkan
sub-mikroskopik, diperoleh persentase memperhatikan konsep kimia materi
sebesar 18% untuk miskonsepsi pada level sistem koloid yang direpresentasikan
sub-mikroskopik. menjadi ketiga level representasi meliputi
makroskopik, sub-mikroskopik, dan

71
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

simbolik, sehingga LKS dapat mengatasi miskonsepsi siswa pada level sub-
kesulitan dalam belajar sistem koloid yang mikroskopik materi sistem koloid.
berdampak pada miskonsepsi siswa. Berdasarkan hasil respon dari siswa
Hasil Belajar berdasarkan tes awal terhadap LKS yang dikembangkan ini
mendapatkan persentase miskonsepsi secara keseluruhan menghasilkan rata-rata
sebesar 69%. Tes akhir mendapatkan persentase sebesar 99,5%. Apabila hasil
persentase miskonsepsi 18%. Sehingga respon tersebut diinterpretasikan berda-
tingkat miskonsepsi siswa menurun karena sarkan skala Likert pada tabel 1. maka
terdapat selisih 51 antara persentase LKS yang dikembangkan mendapatkan
miskonsepsi awal dan persentase respon yang sangat layak [11]. Berikut
miskonsepi akhir. Perbandingan hasil tes grafik hasil angket respon siswa pada
pelacakan miskonsepsi siswa pada level gambar 6.
sub-mikroskopik juga dapat dilihat dari
grafik pada gambar 5.

Gambar 6. Grafik Hasil Angket Respon


Siswa
Gambar 5. Grafik Hasil Belajar Awal dan Respon siswa terhadap LKS sangat
Akhir pada Level Sub- positif ditinjau dari segi tulisan dan
mikroskopik. petunjuk dalam LKS; segi bahasa yang
Langkah selanjutnya dianalisis melalui menarik sehingga dapat membantu
perhitungan nilai (g) untuk mengetahui memahami materi sistem koloid; tingkat
seberapa besar peningkatan siswa yang memotivasi siswa untuk belajar kimia
tahu konsep pada level sub-mikroskopik lebih luas; segi kelengkapan daftar isi,
antara tes awal prapenelitian dengan tes kata pengantar, peta konsep, daftar
akhir [13]. pustaka; segi kejelasan makroskopik, sub-
Nilai <g> yang diperoleh dari mikroskopik, simbolik; segi pertautan
perhitungan diatas sebesar 0, 6 dengan ketiga level representasi kimia; segi
kriteria sedang, artinyaterjadi peningkatan pemecahan masalah secara berkelompok.
yang cukup tinggi terhadap siswa yang
tahu konsep pada level sub-mikroskopik. PENUTUP
Adanya peningkatan siswa yang tahu Simpulan
konsep setelah diberikan LKS, maka Berdasarkan hasil penelitian dan
terjadi penurunan miskonsepsi siswa, pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dengan hal ini dapat dibuktikan bahwa Kelayakan LKS memenuhi kesesuaian
LKS Berrbasis Representasi Level Sub- kelayakan teoritik yaitu validitas materi
mikroskopik dapat meminimalisir sebesar 91,8%, validitas penyajian sebesar

72
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

88,9% dan validitas bahasa sebesar 90% DAFTAR PUSTAKA


dengan kategori sangat layak.
1. Permendikbud.2013.Peraturan Menteri
Kelayakan LKS memenuhi kesesuaian Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
kelayakan empiris meliputi: kriteria 69 Tahun 2013 tentang Kerangka
kelayakan aktivitas siswa mendapat respon Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
positif dengan persentase rata-rata sebesar Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
94,4% dengan kriteria sangat layak; Jakarta:BSNP.
kriteria kelayakan respon siswa mendapat 2. Permendikbud.2013. Peraturan
respon positif dengan persentase rata-rata Pemerintah Pendidikan dan
sebesar 99,5% dengan kriteria sangat Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
layak; kriteria kelayakan tes miskonsepsi tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta:BSNP.
siswa, yaitu adanya peningkatan siswa
yang tahu konsep setelah uji coba sebesar 3. Ibrahim, Muslimin. 2012. Seri
0, 6 dengan kriteria sedang. Pembelajaran Inovatif Konsep,
Miskonsepsi, dan Cara
Pembelajarannya. Surabaya: Unesa
Saran University Press.
Berdasarkan penelitian yang telah
4. Weeradharwana, A. (2006). Linking the
dilakukan, saran yang dianjurkan adalah
Microscopic View of Chemistry yo real
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Life Experiences: Intertextuality in a
sampai tahap disseminate untuk High-School Science Classroom.
mengetahui efektifitas pengembangan LKS Science Education. 87, 868-891.
Berbasis Representasi Level Sub- 5. Chittleborough. 2004. The Role of
mikroskopik pada Materi Sistem Koloid Teaching Models and Chemical
Kelas XI SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. Representations in Developing
Dengan menggunakan model pembelajaran Students Mental Models of Chemical
yang sesuai. Bagi peneliti yang Phenomena. Tesis Doktor pada Curtin
melanjutkan penelitian ini perlu Universitas of Technology.
menambahkan contoh-contoh soal dan soal 6. Sirhan, Gharsan. 2007. Learning
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari Difficulties In Chemistry An Overview.
lebih banyak dan lebih menujukkan Journal Of Turkish Science Education.
4(2): 2-20.
pertautan antara ketiga level untuk
memperjelas konsep dan menarik minat 7. Chittleborough, Gail and David F.
siswa. Perlu dikembangkan perangkat Treagust. 2007. The modelling ability
of nonmajor chemistry students and
pembelajaran yang dapat mendukung
their understanding of the
penggunaan LKS Berbasis Representasi submicroscopic level. Journal Royal
Level Sub-mikroskopik pada Materi Society of Chemistry, 8 (3) 274-29.
Sistem Koloid Kelas XI SMA Negeri 1
8. Gilbert, John K dan Treagust, David.
Taman Sidoarjo dengan menggunakan 2010. Multipler Representations in
animasi-animasi yang dapat merepresen- Chemical Education. United Kingdom
tasikan ketiga level dan lebih menarik Springer.
minat siswa.

73
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3, pp. 66-74, September 2014

9. Nazriati , dkk. 2007. Pengaruh 13. Hake, Richard R. 1998. Interactive


Penerapan Model Learning Cycle Engagement Methods in Introductory
dalam Pembelajaran Kimia Berbahan Mechanics Courses Department of
Ajar Terpadu (Makroskopik Physics: Indiana University
Mikroskopik) terhadap motivasi, hasil Bloomington.
belajar, dan Retensi kimia siswa SMA.
14. Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori
Jurnal Penelitian Kependidikan Tahun
Belajar Pembelajaran. Jakarta:
17 Nomor 2, hal 221-239.
Erlangga.
10. Ibrahim, Muslimin.2002. Pelatihan
15. Arsyad, Azhar. 2009. Media
Terintegrasi Berbasis Kompetensi:
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Guru Mata Pelajaran Biologi:
Pengembangan Perangkat 16. Oktafiana.2012.Upaya Meningkatkan
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Kemampuan Menulis Berita Pada
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Siswa Kelas VII A SMP 10 November
Direktorat Jenderal Manajemen Binangun Dengan Pendekatan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kontekstual Tahun Pelajaran 2010-
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. S1 Thesis, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
11. Riduwan. 2012. Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian. 17. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
Bandung: Alfabeta. dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka
Cipta.
12. Hasan, dkk. 1999. Misconseptions
anda The Certainty of Respondense 18. Wu, H.K. 2003. Linking the
Index (CRI). Journal of Physics Microscopic View of Chemistry to real
Education 61(2): 185-199. Life Experiences: Intertextuality in a
High School SCIENCE Education. 87,
868-89.

74

Anda mungkin juga menyukai