Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
metabolisme tubuh pada setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau
tahun 1968 kematian karena penyakit jantung menurun. Hal ini menurut
Rilantino, dkk, (2002) disebabkan karena sebagian besar penderita hidup setelah
Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi dimana jantung tidak lagi
dapat memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul
dengan atau tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa
12
b. Klasifikasi Stevenson
ortopnea, distensi vena jugularis, ronki basah, refluks hepato jugular, edema
perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau square wave blood
pressure pada manuver valsava. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah,
dan yang tidak mengalami kongesti disebut kering. Pasien dengan gangguan
perfusi disebut dingin dan yang tidak mengalami gangguan perfusi disebut panas
2.1.3. Etiologi
cukup penting untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung. Di negara maju
adalah penyakit katup jantung dan penyakit jantung akibat malnutrisi. Pada negara
dominan pada pria dan wanita dan terjadi pada 60-75% kasus gagal jantung.
Hipertensi berperan pada perkembangan gagal jantung pada 75% pasien, termasuk
pasien dengan PJK. Baik PJK dan hipertensi dapat bekerja sama untuk
gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner
seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada
perkembangan dari gagal jantung. Selain itu, berat badan dan tingginya rasio
kolesterol total dengan kolesterol HDL juga merupakan faktor risiko independen
ventrikel kiri berkaitan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
aritmia baik aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Penyebab lain dari gagal
Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung
akut maupun gagal jantung akibat aritmia (yang paling sering atrial fibrilasi).
antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal jantung akibat efek
Menurut Smeltzer & Bare, (2002), penatalaksanaan pasien gagal jantung terdiri
dari :
2. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan
5. Dianjurkan untuk berolah raga, karena mempunyai efek yang positif terhadap
otot skeletal, fungsi saraf otonom, endotel serta neuro hormonal dan juga
b. Penatalaksanaan farmakologis
Obat-obat yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung antara lain: diuretik
proses tersebut, anak dan orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian
dan penuh stress (Wong, 2000). Gagal jantung kongestif merupakan penyakit
yang bersifat progresif dengan gejala yang sangat mempengaruhi kondisi vital
pasien gagal jantung kongestif. Kondisi ini mengharuskan pasien gagal jantung
kongestif untuk menjalani rawat inap. Pasien gagal jantung kongestif rentan untuk
Rawat inap ulang atau readmission pada penyakit gagal jantung kongestif
diakibatkan oleh eksaserbasi dari gejala klinis gagal jantung kongestif. Beberapa
Rawat inap menjadi salah satu pilihan terapi bagi pasien gagal jantung
Research (NICOR) tahun 2011 disebutkan bahwa periode April hingga Maret
2011 diperoleh 36.901 pasien yang menjalani rawat inap. Dari 36.901 pasien yang
menjalani rawat inap, 30.099 pasien menjalani rawat inap yang pertama dengan
durasi rata-rata 11 hari, sedangkan 6.802 pasien menjalani rawat inap ulang atau
Menurut penelitian Tsuchihashi et. al. tahun 1999 sekitar 40% pasien
gagal jantung kongestif menjalani rawat inap ulang dalam 1 tahun setelah rawat
pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap ulang sebesar 52%.
pada 6 bulan setelah rehospitalisasi dan 25-35% meninggal pada 12 bulan setelah
rehospitalisasi (AHA, 2009). Menurut studi yang dilakukan Zaya (2012) bahwa
setelah menjalani rawat inap yang ke dua atau ketiga resiko kematian bagi pasien
seperti sebelum sakit sedini mungkin. Aktivitas kegiatan hidup seharí-hari harus
dan setiap aktivitas yang dapat menimbulkan gejala harus dihindari atau dilakukan
harus dilakukan. Pasien harus dibantu untuk mengidentifikasi stres emosional dan
terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan, misalnya karena
pengobatan yang kurang tepat, melanggar pembatasan diet, tidak mematuhi tindak
lanjut medis, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, dan tidak dapat
retensi cairan dalam tubuh. Jagalah agar tekanan darah selalu terkontrol. Tekanan
darah tinggi memberikan beban berlebihan pada jantung dan lama kelamaan
hubungan yang bermakna antara ketaatan berobat klien gagal jantung kongestif
dengan rawat inap ulang, yaitu sebanyak 5,88% responden tidak taat berobat dan
antara faktor ketaatan diet, ketaatan berobat dan intake cairan dengan
adalah :
1. Riwayat sebelum masuk rumah sakit dan lama dirawat di rumah sakit.
koroner. Risiko relatif gagal jantung pada pasien dengan hipertensi adalah 1,4
kelangsungan hidup pada pasien dengan gagal jantung kongestif (Kaplan &
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel (Mariyono
3. Usia. Semakin tua usia pasien CHF, maka diprediksi semakin tinggi terhadap
tekanan darah relatif normal. Begitupun fibrosis dan kalsifikasi katup jantung
terutama pada anulus mitral dan katup aorta. Selain itu terdapat pengurangan
jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang menyebabkan hantaran
listrik jantung mengalami gangguan. Hanya sekitar 10% sel yang tersisa
lalu. Sementara itu, pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan
aliran akibat peningkatan situs deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh,
terdapat pula perubahan arteri koroner difus yang pada awalnya terjadi di
arteri koroner kiri ketika muda, kemudian berlanjut pada arteri koroner kanan
keadaan umum pasien. Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung,
menjadi bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan
lemah jantung. Awalnya, efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor
perbaikan efek. Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada
penurunan kerja. Secara otomatis, akibat kurangnya kerja otot atrium untuk
dan exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena
yang sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang
sering terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi
diastolik.
umumnya berupa degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua
berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi degenerasi
demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal pompa jantung.
pembuluh darah besar dan degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup
menjadi rusak.
4. Jenis Kelamin. Menurut Grossman & Brown (2009), pasien gagal jantung
perempuan pada usia 40-75 tahun. Menurut Hsich (2009) yang dikutip dari
penyakit vaskula menjadi penyebab utama gagal jantung pada wanita. Pada
daripada pria, dalam hal ini dikaitkan dengan aktivitas fisik. Begitu juga bila
dilihat saat diagnosis dimana nilai "normal" natriuretic peptide otak pada
wanita lebih besar dibanding pria. Dan nilai abnormal dengan BNP >500
pg/ml bisa menjadi sebuah prediktor kematian yang lebih kuat pada wanita
risiko tersebut.
studi baru-baru ini bahwa tidak adanya dukungan emosional yang kuat, dapat
yang lebih positif. Selain mendapat dukungan dari keluarga, pasien gagal
adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehinga pasien mengerti
baik perilaku seseorang dalam menggunakan obat, mengikuti diit atau mengubah
gaya hidup sesuai dengan tata laksana terapi. Pasien dan tenaga kesehatan dapat
jantung hanya membatasi garam pada makanannya berkisar 3 gram sehari atau
1000-2000 miligram natrium. Garam itu tidak 100% mengandung natrium, tetapi
setiap 1 gram garam mengandung 393 miligram natrium. Nutrisi pada gagal
pembuluh darah sehingga beban jantung yang sudah mengalami kegagalan akan
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberi dalam porsi
kecil.
Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
Diet Jantung I
berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya. Diet sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga
Diet Jantung II
Diet Jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan diet jantung I, atau setelah fase akut dapat
diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung
Diet Jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung
denga kondisi yang tidak terlalu barat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema,
diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan
Diet Jantung IV
sebagai perpindahan diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan
sebagai diet jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain,
kecuali kalsium.
Yang dimaksud dalam diet garam rendah adalah garam natrium seperti
yang terdapat di garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder,
natrium benzoat, dan vetsin (mono sodium glutamat). Natrium adalah kation
keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf
banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah
natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang
dibutuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO (1990)
gejala edema atau asites dan/atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan/
atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis
hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial.
Diet ini mengandung zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan atau
hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah
Batasi penggunaan garam pada masakan jangan lebih dari 1 sendok teh
(2400mg/hari). Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet
ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per
hari, dan berat (kurang dari 1,25 gram perhari) (Wahdah, 2011).
derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya.
Pada umumnya sekitar sepertiga dari semua pasien patuh pada pengobatan
(Kaplan & Sadock, 1997). Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi obat adalah
Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai “Sejauh mana perilaku individu
Kepatuhan minum obat adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan
dengan petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang
rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu dalam mengikuti jadwal yang kadang
kala rumit dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Kepatuhan dapat sangat sulit
menyesuaikan diri. Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta
langsung maupun tidak langsung (Osterberg & Blaschke, 2005). Salah satu
kuesioner. Metode ini dinilai cukup sederhana, murah dan mudah dalam
pelaksanaannya. Salah satu model kuesioner yang telah tervalidasi untuk menilai
kepatuhan minum obat jangka panjang adalah Morisky scale 8-items. Pada
pertanyaan untuk mengukur kepatuhan minum obat. Namun saat ini kuesioner
Modifikasi kuesioner Morisky tersebut saat ini telah dapat digunakan untuk
Jacob (2002), tentang kepatuhan terhadap minum obat pada pasien gagal jantung,
terdapat 71% patuh dengan terapi medis, dan 19% kurang patuh dengan terapi
obat terdapat 5-10% pasien tidak patuh dengan minum obat, 50-60% patuh dan
faktor tersebut adalah faktor pasien, kondisi atau keadaan, terapi, pelayanan
kesehatan dan sosial ekonomi. Dari faktor-faktor tersebut, faktor pasien adalah
penyakit itu dapat dikendalikan (dikontrol) jika pasien mematuhi tindakan atau
terhadap terapi dan mempengaruhi perilaku perawatan diri pada pasien gagal
1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio
1. Pengetahuan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Tingkat Ekonomi
3. Sikap
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
tertentu.
4. Usia
5. Dukungan Keluarga
mencapai target.
kesehatan tentu saja akan lebih sulit dan memerlukan biaya lebih besar
Nilai dan keyakinan, nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengambil suatu
keputusan, dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal merupakan
keyakinan dasar yang digunakan oleh individu untuk memotivasi dirinya selama
menjalani terapi. Individu yang pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang
negatif, tidak memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik cenderung tidak
menjalani terapi dengan sungguh-sungguh, bahkan sering absen atau tidak mau
2.5. Hipertensi
2.5.1. Defenisi
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan
secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau
tipe yang hampir sering terjadi 95 persen dari kasus terjadinya hipertensi.
Hipertensi esensial (primer) dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti
kondisi medis lain (misalnya penyakit jantung) atau reaksi terhadap obat-obatan
merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Diagnosa hipertensi
pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolik rata-rata dua atau lebih, paling
sedikit dua kunjungan berikut adalah 90 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan
darah multipel sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikut secara
tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 Tahun dan Lansia
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(stadium 1)
Hipertensi Sedang
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(stadium 2)
Hipertensi Berat
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(stadium 3)
Hipertensi Maligna
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(stadium 4)
Model keperawatan menurut Orem dikenal dengan model self care. Model
self care ini memberi pengertian bahwa dalam bentuk pelayanan keperawatan
dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan individu dalam
Model self care ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam
keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan. Model Orem ini sudah
utama dari model ini adalah sebagai panduan praktis (Riehl & Roy dalam Wagnil,
et al, 1987).
pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang
terdiri dari (udara) yaitu berupa pemeliharaan dalam pengambilan udara, water
eliminasi, rest and activity (istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat
dan aktivitas, solitude and social interaction (kesendirian dan interaksi sosial):
al, 1987).
Pemberian perawatan diri, apakah diri sendiri maupun orang lain, disebut
‘agen perawatan diri’. Hal ini merupakan suatu kesatuan yang digambarkan dalam
variabel dan latar belakang genetik, kultural, dan pengalaman, dan dalam istilah
kemampuan dan kebutuhan perawatan diri, Orem (1991 dalam Andriany, 2007).
Self Care dalam hai ini merupakan istilah yang lebih luas dari hanya
care activity, self-care compliance, self-care skills, dan self-care practice. Self
care adalah suatu proses kognitif yang aktif dimana seseorang berupaya untuk
2001). Self care meliputi gabungan antara self-care behavior dan self-care ability.
Definisi self care menurut Riegel et al, (2004) adalah sebuah proses pengambilan
Riegel et al, (2004) membagi self care ke dalam 3 (tiga) dimensi yaitu:
meliputi:
atau gaya hidup sehat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam dimensi ini
meliputi:
edema)
diri pasien dalam mengikuti semua petunjuk tentang self care, yaitu
meliputi:
dialami
dilakukan.
Self care pada pasien heart failure digambarkan sebagai suatu proses
failure baik secara mandiri maupun dengan bantuan keluarga maupun petugas
kesehatan. Aktifitas yang dilakukan dalam self care pasien heart failure ini
meliputi self care maintenance, self care management dan self care confidence
Kemampuan self care pasien heart failure dalam penelitian ini mengacu
pada teori self care Orem. Pemahaman tentang konsep self care menurut Dorothea
dalam Tomey & Alligood, 2006). Self Care Requisites merupakan bagian dari
teori self care Orem yang didefenisikan sebagai tindakan yang ditujukan pada
upaya perawatan diri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya untuk mempertahankan fungsi tubuh. Orem
mengembangkan self care requisites ke dalam tiga jenis yaitu universal self care
sebagai akibat dari kondisi yang dialami pasien). Universal self care requisites
merupakan bagian utama dalam kehidupan yang dijalani setiap individu. Aktivitas
yang dilakukan terkait universal self care requisites ditujukan untuk memelihara
kecukupan akan udara, air, dan makanan yang berguna untuk metabolisme dan
keluhan sesak nafas yang diakibatkan oleh edema pulmonal akan berupaya
memenuhi kebutuhan akan oksigen (Orem, dalam Tomey & Alligood, 2006).
requisites sering dikaitkan dengan kondisi sakit yang dialami pasien, yaitu
melaksanakan fungsi normal. Pada pasien heart failure terdapat enam kategori
health deviation requisites self care requisites yaitu (a) kemampuan untuk
mencari pertolongan medis, (b) kesadaran diri untuk mengenal efek atau kondisi
patologis, (c) upaya yang efektif untuk mengikuti prosedur diagnostik, program
terapi dan rehabilitasi, (d) mampu mengelola kondisi tidak nyaman akibat
pengobatan yang dijalani, (e) memodifikasi konsep diri bahwa kondisi kesehatan
yang dialami merupakan bagian dari intervensi pelayanan kesehatan, dan (f)
belajar untuk memahami bahwa kehidupan yang dijalani saat ini adalah akibat
dari kondisi patologis dan efek dari pengobatan merupakan gaya hidup dalam
Alligood, 2006).
Medan. Kepatuhan diet rendah garam, kepatuhan minum obat, riwayat hipertensi
b. Frekuensi Tinggi
Riwayat Hipertensi
Faktor-faktor Perancu
• Umur
• Jenis kelamin
• Tingkat pendidikan
• Pekerjaan
• Penghasilan
• Lama Rawatan Di RS
• Klasifikasi Gagal Jantung
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Kepatuhan Diet Rendah Garam,