Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Ohm


Hukum ohm berbunyi sebagai berikut: besarnya kuat arus yang timbul
pada suatu pengantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara
kedua ujung pengantar tersebut.
Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan
berhubungan. George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika
tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga
akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan
dalam rumus sebagai berikut:
V = I . R............................................................... (2.1)
Keterangan:
V= Tegangan
R= Tahanan
I = Kuat arus
Hukum ohm juga menyatakan bahwa pada tegangan yang konstan, jika
nilai tahanan di perkecil maka akan diperoleh arus yang lebih kuat. Begitu juga
sebaliknya dan dapat ditulis sebagai berikut:
V
I = ..................................................................... (2.2)
R
Hukum ohm dapat diterapkan dalam rangkaian tahana seri.Yang di
maksud dengan rangkaian tahanan seri adalah tahanan di hubungkan ujung
tahanan yang ada pada rangkaian ke ujung atau dalam suatu rantai. Untuk mencari
arus yang mengalir pada rangkaian seri dengan tahanan lebih dar satu, diperlukan
jumalah total nilai tahanan tahanan tersebut. Hal ini dapat di mengerti karena
setiap tahanan yang ada pada rangkaian seri akan memberikan hambatan bagi arus
untuk mengalir (Rusdianto, 1999)
Resistor merupakan elemen pasif yang paling sederhana. Kita akan
memulai bahasan kita dengan memperhatikan hasil kerja fisikawan jerman,
George Simon Ohm, yang pada tahun 1827 mempublikasikan sebuah pamflet
yang memaparkan hasil-hasil dari usahanya mengukur arus dan tegangan serta
hubungan matematika di antara keduanya. Salah satu hasil yang diperoleh adalah
pernyatan tentang relasi fundamental yang saat ini kita sebut sebagai hukum ohm.
Meskipun hal ini telah ditemukan 46 tahun sebelumnya di inggris oleh Henry
Cavendish. Pamflet yang dipublikasikan oleh georg simon ohm banyak menerima
kritik yang tak pantas dan menjadi bahan tawaan selama beberapa tahun setelah di
publikasi pertamanya akhirnya karya itu diterima beberapa tahun setelahnya.
Hukum ohm menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material
penghantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini,
secara matematika hal ini dirumuskan sebagai :
V = I . R............................................................... (2.3)
Dimana konstan proporsionalitas atau kesebandinagn R disebut resistansi.Satuan
untuk resistansi adalah ohm, dan bisa disingkat dengan huruf besar omega, Ω
(Durbin, 2005)
Elektron–elektron bebas bergerak dalam suatu medan listrik yang
memperagakan periode yang sama sebagai lettice-nya. Selama gerakan gerakan
mereka, elektron-elektron bebas ini sering sekali disebarkan oleh medan. Uraian
yang sesuai untu gerakan elektron jenis ini harus menggunakan metode mekanika
kuantum. Disini uraian yang termasuk sederhana sudah mencukupi. Ketika tidak
terdapat medan listrik eksternal, elekton-elektron tersebut bergerak kesegala arah
dantidak ada transportasi muatan netto atau arus listrik. Tetapi jika digunakan
sebuah medan listrik eksternal, terjadi aliran gerakan dari gerakan-gerakan
elektron sembarang sehingga terjadi arus listrik. Tampaknya alamiah untuk
menganggap kekuatan dari arus tersebut sesuai dengan medan listrik.
Untuk membuktikan hubungan ini, kita meninjau hasil-hasil percobaan
yang telah dilakukan. Salah satu hukum fisika yang mungkin paling dikenal oleh
para mahasiswa adalah hukum ohm, yang menyatakan bahwa untuk suatu
konduktor logam pada suhu konstan, perbandingan antara perbedaan antara
perbedaan potensial ∆V antara dua titik dari konduktor dengan arus listrik I yang
melaui konduktor tersebut adalah konstan.
Dari persamaan kelihatan bahwa R dinyatakan dalam satuan SI sebagai
volt ampere atau m2 kg s-1 C-2 dan dpisebut ohm (Ω). Jadi satu ohm adalah tahanan
suatu konduktor yang dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya
dijaga satu volt diujung-ujung konduktor tersebut (Alonso, 1992)

2.2 Kuat Arus Listrik


Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu
penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah
dengan arah gerak elektron. Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus
suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut
sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang
mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir
muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
Q
I = ............................................................ (2.4)
t
Keterangannya:
I = Kuat arus listrik (Ampere)
Q = Muatan listrik (Coulomb)
t = Waktu (sekon)
Para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari
kutub positif ke kutub negatif.Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran
elektron. Ketika tidak terdapat medan listrik eksternal, elekton-elektron tersebut
bergerak kesegala arah dantidak ada transportasi muatan netto atau arus listrik.
Ketika tidak terdapat medan listrik eksternal, elekton-elektron tersebut bergerak
kesegala arah dantidak ada transportasi muatan netto atau arus listrik

2.3 Beda Potensial atau Tegangan Listrik


Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran
elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda
potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif
mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif. Beda
potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut
gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.

2.4 Hubungan Antara Kuat Arus Listrik dan Tegangan Listrik


Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika
berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm dan lebih dikenal sebagai
Hukum Ohm yang berbunyi: Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar
berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar
asalkan suhu penghantar tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan
hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
V
R= atau V = I . R............................................. (2.5)
I
Keterangan:
R = Hambatan listrik (Ω)
V = Beda potensial atau tegangan (V)
I = Kuat arus listrik (A)

2.5 Resistor
Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga
muatan yang sama harus mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu
terhubung secara seri. Karena muatan tidak terkumpul pada satu titik dalam kawat
yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan ∆Q mengalirke R1 selama interval
waktu tertentu, sejumlah muatan ∆Q harus mengalir keluar R2 selama interval
yang sama. Kedua resistor haruslah membawa arus I yang sama. Resistansi
ekivalen untuk resistor yang tersusun seri adalah penjumlahan resistansi awal. .
Ketika tidak terdapat medan listrik eksternal, elekton-elektron tersebut bergerak
kesegala arah dantidak ada transportasi muatan netto atau arus listrik. Ketika tidak
terdapat medan listrik eksternal, elekton-elektron tersebut bergerak kesegala arah.
Dua resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga beda potensial
yang sama antara keduanya yang dikatakan bahwa mereka dihubungkan secara
paralel. Catat bahwa resistor-resistor dihubungkan pada kedua ujungnya dengan
sebuah kawat. Resitansi ekivalen dari kombinasi resistor paralel didefinisikan
sebagai resistensi Req tersebut, dimana arus total I menghasilkan tegangan jatuh
V (Tipler, 1998)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Peralatan yang digunakan
1. Multimeter

3.1.2 Bahan yang digunakan


1. Baterai besar
2. Baterai kecil

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Diambil multimeter dan pada kedua ujung kawat diletakkan baterai besar,
satu kutub positif dan satunya lagi kutub negatif.
2. Kemudian pada multimeter diputar untuk menentukan berapa voltnya dan
ampere atau mili ampere.
3. Diulangi lagi pada baterai kecil seperti langkah kerja di atas.
4. Kemudian diamati berapa volt dan ampere pada power supply DC dengan
tegangan yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil percobaan hukum ohm
No Baterai V (Volt) I (A) R (Ω)
1 Baterai Besar 1,557 3,9 × 10-4 3992
2 Baterai Kecil 1,537 3,8 × 10-4 3941

4.2 Pembahasan
Pada percobaan praktikum ini digunakan dua jenis baterai yang berbeda
yaitu baterai besar dan baterai kecil. Percobaan pada baterai besar yang
menghasilkan tegangan sebesar 1,557 V, kuat arus yang dimiliki baterai besar ini
sebesar 3,9 × 10-4 ampere dan untuk hambatannya 3992 Ω, dimana terlihat pada
tegangan yang dihasilkan baterai besar memiliki tegangan yang lebih tinggi
dibandingkan pada tegangan untuk baterai kecil, dimana tegangan untuk baterai
besar sebesar 1,557 V, sedangkan baterai kecil sebesar 1,537 V.
Kuat arus yang dihasilkan pada baterai besar dan baterai kecil relatif sama
yaitu 3,9 × 10-4 ampere dan 3,8 × 10-4 ampere. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
semakin tinggi tegangan yang dihasilkan maka semakin tinggi pula kuat arus yang
dihasilkan, seperti pada penjelasan teori hukum ohm yaitu semakin besar arus
yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap sebanding dengan beda
potensial antara kedua ujung konduktor. Pada baterai besar memiliki hambatan
sebesar 3992 Ω hambatannya. Maka, besar kecilnya hambatan yang dihasilkan
tidak dipengaruhi suatu hambatan itu adalah panjang penghantar, luas penampang
dan hambatan jenisnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Baterai besar memiliki hambatan yang lebih kecil dibandingkan dengan
baterai kecil, karena baterai besar memiliki luas penampang yang lebih
luas.
2. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda
potensial (tegangan).
3. Hambatan tidak dipengaruhi oleh tegangan, melainkan luas, panjang, dan
jenis bahan penampang.
4. Semakin rendah tegangan suatu arus, maka semakin rendah juga hambatan
yang dihasilkan.
5. Besar kuat arus pada baterai besar dan baterai kecil sebesar 3,9 × 10 -4 dan
3,8 × 10-4.

5.2 Saran
Selain menggunakan multimeter, dapat juga digunakan alat ampermeter
untuk mengukur kuat arus. Selain itu multimeter analog juga dapat digunakan
karena pengukurannya lebih akurat dibandingkan multimeter digital.
DAFTAR PUSTAKA

Alonso. 1979. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga


Durbin. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga
Eduard. 1999. Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika. Yogyakarta:
Kanisius
Steven. 1989. Fisika Universitas. Yogyakarta: Kanisius
Trippler, Paul A. 1998. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai