PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anal Fistula disebabkan oleh perforasi abses anorektum. Anal fistula
merupakan suatu saluran yang berasal dari kanal anus menunjuk kulit diluar
anus atau dari suatu abses pada kanal anus atau area perianal. Biasanya, hal
ini diawali suatu abses. Fistula dapat sembuh sementara dan kemudian
terbuka dan mengeluarkan isinya secara periodik. Anal fistula juga bukan
merupakan penyakit yang membahayakan jiwa klien, akan tetapi dapat
memberikan perasaan tidak nyaman dengan pus yang keluar atau pada saat
defekasi, dan dapat juga berujung kepada psikososial dari klien itu sendiri.
Hemoroid merupakan suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan satu kondisi fisiologis, tetapi
karena sering menyebabkan keluhan pada klien. Hemoroid dibedakan
menjadi dua, yaitu: hemoroid interna merupakan hemoroid yang terjadi di
atas sfingter anal sedangkan hemoroid ekterna merupakan hemoroid yang
muncul di luar sfingter anal. Hemoroid dapat mengenai siapa saja baik laki-
laki maupun wanita. Angka kejadian hemoroid meningkat seiring dengan usia
dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Meskipun hemoroid tidak
mengancam nyawa namun menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Anal Fistula dan Hemoroid?
2. Apa etiologi dari Anal Fistula dan Hemoroid?
3. Bagaimana patofisiologi dari Anal Fistula dan Hemoroid?
4. Bagaimana WOC dari Anal Fistula dan Hemoroid?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Anal Fistula dan Hemoroid?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Anal Fistula dan Hemoroid?
7. Apa komplikasi pada Anal Fistula dan Hemoroid?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Anal Fistula dan Hemoroid?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Anal Fistula dan Hemoroid
2. Untuk mengetahui etiologi dari Anal Fistula dan Hemoroid
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Anal Fistula dan Hemoroid
4. Untuk mengetahui WOC dari Anal Fistula dan Hemoroid
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Anal Fistula dan Hemoroid
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Anal Fistula dan Hemoroid
7. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang terjadi pada Anal Fistula dan
Hemoroid
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan ayang akan diberikan pada klien
Anal Fistula dan Hemoroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Rektum (bahasa latin: regere, yaitu meluruskan, mengatur)
merupakan saluran dengan panjang sekitar 10-15 cm yang berawal di
depan vertebra sakralis ke-3 sebagai lanjutan dari kolon sigmoid yang
mengikuti lengkungan sakrum ke arah anterior. Di depan koksigis, rektum
berbelok ke belakang dan menjadi kanalis anal.
Perkembangan anus dimulai dari pembentukan dua bagian, yaitu tuberkel
anal kanan dan kiri yang berada di depan lipatan tulang ekor. Tuberkel ini
tumbuh ke arah ventral sampai mengelilingi bagian akhir hindgut.
Cekungan di tengah tuberkel disebut proctoderm. Bagian akhir hindgut
dan bagian bawah proctoderm membentuk kanalis anal. Otot sfingter ani
eksternus dibentuk dari mesoderm yang berkembang mandiri dan berada di
perineum.
Kanalis anal merupakan bagian akhir dari traktus gastrointestinalis
pada manusia dan bagian yang terbuka sebagai anus. Kanalis anal
memiliki panjang sekitar 4 cm menuju ke bawah dan ke belakang dari
sambungan anorektal. Duapertiga bagian atas kanalis anal merupakan
derivat dari hindgut sedangkan sepertiga bagian bawah lanjutan dari anal
pit. Daerah batas rektum dan kanalis anal ditandai dengan perubahan jenis
epitel. Epitel di setengah bagian atas kanalis anal merupakan epitel
kolumnar dan setengah bagian bawah membentuk Colums of Morgagni.
Colums of Morgagni menonjol di bagian lateral kiri, posterior
kanan, dan kuadran anterior kanan, dimana vena membentuk pleksus vena
yang menonjol. Di masing-masing colums of Morgagni memiliki cabang
terminal dari arteri rektal superior dan vena. Pasokan darah kanalis anal
bagian atas berasal dari a. rektalis superior (cabang dari a. mesenterika
inferior) sedangkan kanalis anal bagian bawah dari a. rektalis inferior
(cabang dari a. iliaka interna). Limfatik dari kanalis anal bagian atas
mengalir ke atas sepanjang pembuluh darah rektalis superior menuju
kelenjar getah bening iliaka interna sendangkan limfe dari kanalis anal
bagian bawah mengalir ke kelenjar getah bening inguinalis. Bagian atas
kanalis tidak sensitif terhadap nyeri karena memiliki persyarafan otonom
sendangkan bagian bawah sensitif terhadap nyeri karena memiliki inervasi
somatik (n. rektalis inferior).
Darah vena diatas garis anorektum mengalir melalui sistem porta,
sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui cabang
vena iliaka. Batas antara kanalis anus disebut garis anorektum, garis
mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Linea pektinata/linea
dentata yang terdiri dari sel-sel transisional. Dari linea ini kearah rectum
ada kolumna rectalis (Morgagni), dengan diantaranya terdapat sinus
rectalis yang berakhir di kaudal sebagai valvula rectalis. Didaerah ini
terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum.
Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat
menimbulkan fistel.
Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis
anal sewaktu melakukan colok dubur dan menunjukkan batas
antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton). Cincin
sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern dan
sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi
sfingter intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator
(puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus. Otot-otot yang
berfungsi mengatur mekanisme kontinensia adalah (1) Pubo-rektal
merupakan bagian dari otot levator ani, (2) Sfingter ani eksternus (otot
lurik), (3)Sfingter ani internus (otot polos).
Bakteri berkembang
Infeksi
Abses anorektal
Terjadi benjolan
b. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hemoroid
seperti berikut:
2. Hemoroid eksterna
a. Hemoroid ekstrna akut : pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma
walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal
akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena
ujung-ujung saraf pada kulit merupakan resptor nyeri.
Kadang-kadang perlu membuang trombus dengan anastesi
lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk” panas
dan analgesik.
b. Hemoroid eksterna kronis : sekuele dari hematom akut.
Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.
d. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Trombosis
3. Strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani
e. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan
secara individual. Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan
kerenannya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus
hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan. Kebanyakan
pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat tentang
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun
lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep
anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen. Hemorid internal yang mengalami
prolaps oleh karena edema umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan istirahat tirah baring
dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam
duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.
Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya,
misalnya penyakit Crohn, terapi medis harus diberikan apabila
hemoroid menjadi simtomatik.
2. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang
merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati.
Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan areolar
hang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi
fibrotik dan meninggalkan jaringan parut.
3. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat
ditangani dengan ligasi gelang karet. Dengan bantuan anuskop,
mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik
atau diisap kedalam tabung ligator khusus, gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. (Peng, 2004).
4. Hemoroidektomi
Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan kronis
dan dengan stadium III dan IV.
f. Etiologi Hemoroid
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor
mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar
yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan
intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan
hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makanmakanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/imobilisasi. (Sudoyo, 2006)
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan
buang air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu
keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan
dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid. (Oswari, 2003)
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter,
anatomi, makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan
radang.Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri
tetapi saling berkaitan. (Mansjoer, 2000)
g. Patofisiologi Hemoroid
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat.
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolaps.
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat
menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan
kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan
gangguan oleh venous return. Kehamilan atau obesitas memberikan
tegangan abnormal dari otot sfigter internal juga dapat
menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme
yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme
aksi. Kondisi terlalu lama duduk ddi toilet (atau saat membaca)
diyakini menyebabkan penurunan relative venous return di daerah
perinal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan
kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan
menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yangmemfasilitasi
prolaps. Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada
awal dekade ketiga (Thorntoon, 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai
penyebab dalam pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin
benar, mungkin juga tidak (Johanson, 1994). Pasien yang
melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi
dari biasanya. Tonus istirahat setelah hemoroidektomi lebih rendah
daripada sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat
adalah mekanisme aksi dilatasi (Gibbons, 1998).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam
hubungannya dengan hemoroid. Perdarahan massif dari hemoroid
pada pasien denan hipertensi portal biasana bersifat massif
(Hosking, 1989). Varises anorektal merupakan kondisi umum pada
pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum,
diantara sistem portal dan vena inferior rectal. Varises terjadi leih
serig pda pasien yang monsirosis, dan mereka jarang mengalami
perdarahan (Chawla, 1991).
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi
klinis berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid internal tidak
menyebabkan sakitberada di atas garis dentate dan tidak ada
inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps, dan
sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit
perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid
internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan
menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot
ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitaranus(Duthie, 1960).
Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika
terjadi inkaserata atau strangulasi (Dodi, 1986). Kondisi
strangulasi dengan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan
lebih mendalam. Ketika kndisi ini terjadi, sering menyebabkan
kejang ssfingter eksternal seiring dengan thrombosis. Thrombosis
eksternal menyebabkan nyeri akut.
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan
perdarahan tanpa rasa sakit pada saat buang air besar.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna
akibat trauma oleh feses yang keras dan vena mengalami
rupture. Dengan meningginya spasime sfingter, perdarahan dapat
bersifat muncrat. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis pada
feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal
dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam. Pendarahan luas dan intensif di pleksus
hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah
arteri”. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid internal dapat mendepositkan lendir ke jaringan
perianal. Lendir pada feses dapat menyebabkan dermatitis local,
yang disebut pruritus ani.
Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara.
Pertama, thrombosis akut yang mendasari vena hemoroid
eksternaldapat terjadi. Trombosis akut biasanya berkaitan dengan
peristiwa teretentu, sperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan,
diare, atau perubahan dalam diet.
Nyeri dari inervasi saraf oleh adanya distensi dan edema.
Rasa sakit berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi
trombosis.
Kondisi hemoroid memberikan manifestasi kurang higienis
akibat kelembapan ddan rangsangan akumulasi mucus. Keluarnya
mucus dan terdapatnya feses padapakaian dalam merupakan cirri
hemoroid yang mengalami prolaps menetap.
h. Manifestasi Klinis Hemoroid
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat
defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis.
Thrombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Jika
hemoroidnya besar dan menimbulkan masalah hygiene, kondisi ini
dapat menimbulkan iritasi pasa kulit di sekelilingnya dan tersas
gatal di sekitar anus. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan
nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan
atau prolaps (Smeltzer, 2002). Hemoroid internal dapat mengalami
perdarahan dri rectum berwarna merah terang selama atau setelah
buang air besar (hematokezia). Keluarnya lendir, massa di sekitar
anus jika lendir turun ke anus, anus terasa gatal, dan inkntinensia
feses itu semua merupakan gejala lain dari hemoroid internal.
i. Web of Caution Hemoroid
kondisi
Pelebaran dari vena- Melemahnya struktur penuaan
vena di dalam pleksus pendukung dan
hemoroidalis memfasilitasi prolaps
Peradangan pada
MK: Nyeri pleksus hemoroidalis
Akut
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan berdasarkan hasil pengkajian perawat pada
klien ataupun orang yang terdekat dengan klien yang sifatnya tidak
dapat diukur dengan jelas karena merupakan suatu penilaian subjektif.
2. Data Objektif
Data yang didapatkan berdasar hasil pemeriksaan perawat terhadap
klien yang sifatnya dapat diukur seperti pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan hasil laboratorium.
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan penunjang
1. CT-Scan
CT-scan diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau
irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan
daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan administrasi kontras
oral dan rektal
1. Fistulografi
Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat
jalur fistula
2. MRI
Mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki rekurensi
karena memiliki resolusi jaringan yang bagus dan kapabilitas
multiplanar sehingga sangat akurat dalam mengidentifikasi bukaan
internal dan traktus fistula.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (00132)
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sensasi (00047)
Intevensi
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan berdasarkan hasil pengkajian perawat pada
klien ataupun orang yang terdekat dengan klien yang sifatnya
tidak dapat diukur dengan jelas karena merupakan suatu
penilaian subjektif.
2. Data Objektif
Data yang didapatkan berdasar hasil pemeriksaan perawat
terhadap klien yang sifatnya dapat diukur seperti pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan hasil laboratorium.
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan penunjang
1. Anoskopy
Hemoroid internus tidak meninjol keluar. Anoskopy dimasukkan
mengamati keempat kuadran. Penderita posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen,
apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
2. Pemeriksaan proktosigmoidoskopy
Ini perlu dikerjakan karena untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan diangkat tinggi.
Feses diperiksa terhadap adanya darah samar.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Hemoroid
Nyeri Akut
Ruptur vena
Anemia
MK: resiko
kekurangan volume
cairan
Domain 2. Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif (00027)
NOC NIC
Dalam waktu 1x24 jam Klien Pencegahan pendarahan (4010)
1. Memonitor dengan ketat risiko
mampu memenuhi kebutuhan
terjadinya pendarahan pada
cairan secara adekuat dengan
klien
outcomes :
2. Mencacat nilai hemoglobin dan
Kadar Glukosa Darah (2300)
hematokrit sebelum dan
1. Klien mampu meningkatkan
sesudah klien kehilangan darah
kadar hemoglobin menjadi
sesuai indikasi.
normal
Manajemen cairan (4120)
Respon Pengobatan (2301)
1. Memonitor tanda-tanda vital
1. Klien mampu 2. Mempersiapkan pemberian
mempertahankan kadar produk-produk darah (mis, cek
darah yang diharapkan darah dan mempersiapkan
2. Klien mampu menunjukkan
pemasangan infus)
respon perilaku yang 3. Atur ketersediaan
diharapkan
3.6 Evaluasi
Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik
S = Klien mengatakan sudah tidak nyeri anus saat BAB
O = Klien mulai membiasakan mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran
A= Laporan subjektif dan objektif memuaskan, kriteria hasil tercapai,
masalah teratasi keseluruhan.
P= Intervensi diberhentikan.
Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
S= Klien mengatakan bahwa sudah tidak berak darah lagi.
O= Klien sudah tidak anemia dan hasil pemeriksaan lengkap darah
kembali dalam batas normal
A= Laporan subjektif dan objektif memuaskan, kriteria hasil tercapai,
masalah teratasi keseluruhan.
P= Intervensi diberhentikan.
Inkontinensia Defekasi berhubungan dengan abnormalitas sfingter
rektal
S = Klien mengatakan sudah tidak BAB disertai lender, sensasi gatal
diarea anus hilang, dan klien dapat mengontrol/menahan keinginannya
untuk BAB
O = Klien mengatakan lendir sudah tidak keluar saat BAB, suhu klien
kembali normal.
A = Laporan subjektif dan objektif memuaskan, kriteria hasil tercapai,
masalah teratasi keseluruhan.
P = Intervensi diberhentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fistula merupakan suatu saluran sinus yang terjadi antara dua
rongga tubuh atau antara rongga tubuh dengan permukaan tubuh. Anal
fistula merupakan suatu saluran yang berasal dari kanal anus menunjuk
kulit diluar anus atau dari suatu abses pada kanal anus atau area perianal.
Biasanya, hal ini diawali suatu abses. Klasifikasi dari anal fistula adalah
fistula transsphingter, fistula intersphingter, fistula suprasfingter, fistula
ekstrasphingter.
Hemoroid merupakan suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus hemoroidalis. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan
ambeien. Sesuai tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pelebaran vena
pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksushemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.
4.2 Saran
Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi anal fistula
adalah dengan melalui operasi. Dokter bedah akan mengeksisi saluran
tersebut dengan membersihkan daerah sekitar, membiarkannya terbuka
agar sembuh melalui granulasi. Salah satu cara untuk mengurangi faktor
penyebab dari anal fistula adalah dengan menasehati klien untuk menjaga
kebersihan, terutama setelah BAB.
Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan kerenannya tujuan terapi
bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk
menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama
dan kedua dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana disertai
nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/download/
10/7 diakses pada tanggal 18 November 2016
http://www.alodokter.com/fistula-ani-penyebab-nyeri-buang-air-besar
diakses pada tanggal 23 November 2016