BAB PEMERIKSAAN ASET TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)
Nama : Melly Amalia Louren
NIM : 1803101154P
A. Pengertian Aset Tidak Berwujud
1. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:76) Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasi jika: a. Memiliki kemampuan untuk menjadi terpisah atau terbagi dari perusahaan melalui suatu kontrak secara individu atau bersama b. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya. 2. Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2010) 19.4 adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. B. Sifat Aset Tidak Berwujud Suatu aset dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud jika, 1. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun 2. Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang atau diraba atau dilihat 3. Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu dengan jumlahnya cukup material. C. Pengakuan dan Pengukuran Aset tidak berwujud harus diakui jika dan hanya jika: 1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan 2. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan entitas harus menggunakan asumsi masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset tersebut. D. Contoh Aset Tidak Berwujud 1. Goodwill, adalah aset yang timbul pada waktu membeli suatu perusahaan lain di atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah dikurangi biaya-biaya, karena perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu. 2. Hak Paten, adalah suatu produk baru dari hasil riset yang telah dilakukan perusahaan selama beberapa waktu tertentu dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar. 3. Hak Cipta (copy right), adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 4. Franchise (waralaba) adalah sebuah metode dalam sistem distribusi barang atau jasa. Franchise merupakan bentuk duplikasi bisnis yang telah sukses dan mempunyai brand yang sudah dikenal. Dengan demikian calon investor yang ingin membeli franchise tidak harus menajalankan bisnis dari nol. Tidak harus dipusingkan dengan nama produk, jenis produk, produksi, dan pemasaran. E. Tujuan Pemeriksaan Aset Tidak Berwujud Tujuan pemeriksaan aset tak berwujud adalah untuk memeriksa: 1. Apakah terdapat internal control yang cukup memadai atas aset tak berwujud 2. Apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset tak berwujud didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang 3. Apakah aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai kegunaan di masa yang akan datang 4. Apakah amortisasi aset tak berwujud dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan 5. Apakah pendapatan yang diperoleh dari aset tak berwujud sudah dicatat & diterima perusahaan 6. Apakah penyajian aset tak berwujud dlm l/k sudah dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009) 81
Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak berwujud. a. Umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan. b. Metode amortisasi yang digunakan. c. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode. d. Unsur pada laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak berwujud. e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah.
Entitas juga harus mengungkapkan:
a. Penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan entitas; b. Keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak penggunaannya dibatasi, jumlah tercatat aset tidak berwujud yang ditentukan sebagai jaminan atas uang; c. Jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud. F. Audit Prosedur Atas Aset Tidak Berwujud 1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tak berwujud 2. Minta rincian aset tak berwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) 3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross footing 4. Periksa penambahan aset tak berwujud 5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset tak berwujud apakah sudah sesuai dengan SAK dan perhitungannya akurat 6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang ingin menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise yang dimiliki perusahaan. Apakah royalty fee dari perjanjian tersebut sudah diterima perusahaan 7. Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam L/K sudah sesuai dengan SAK.