LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENYIMPANAN BAHAN HASIL PERTANIAN
(Penyimpanan Buah dan Sayur dengan Kontrol Kondisi Temperatur dan RH)
Oleh :
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh kontrol kondisi temperature dan
RH terhadap mutu bahan hasil pertanian (buah) selama penyimpanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Plastik
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga
terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko
kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut
komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki
berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,
penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi.
Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitas
gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, serta
luas permukaan kemasan mempengaruhi jumlah gas yang baik dan luas
permukaan yang kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama. Menurut
Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu
thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan
berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen, polipropilen,
polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastic yang tidak
dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan urea
formaldehid.
Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-
sifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu:
a) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan
suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya,
yaitu kembali mengeras bila didinginkan,
b) termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan
membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering
digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.
Pada kemasan plastik, perubahan fisiko kimia pada wadah dan
makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya
mampu menekan laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih
memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan
minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren,
poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida,
polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid.
Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun
komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat
menghasilkan ratusan jenis kemasan.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan
dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,
termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall
dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan
yang dapat menarik selera konsumen. Adapun jenis-jenis plastik, diantaranya:
a. polyethylen
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai
kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan
menjadi lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat
permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik,
polietilen
mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan
sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen
mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan
Griffin, 1970).
Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang
diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses
polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan
polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm)
menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran
dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana
bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus
dan tersusun paralel.
b. Low density polyethylene (LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel
dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat resisten
terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan
tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis
plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya
dan kurang terasa berlemak.
c. High density polyethylene (HDPE)
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara
molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat
bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.
Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh
plastik (Harper, 1975).
d. Polypropilena
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya
juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap. Monomer polypropilen diperoleh dengan
pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene
dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada
temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta Ziegler polypropilen
dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
a
0
b
a
2
b
a
4
6 a
b
a
8
b
a
10
= 1,5887 %
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
149,603− 136,9
= x 100 %
149,603
= 8,49 %
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
118.447 – 118.37
= x 100 %
118.447
= 0.06%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
136.024− 135.92
= x 100 %
136.024
= 0.076%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
210.654 – 221.69
= x 100 %
210.654
= -5.24%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
152.227− 149.8
= x 100 %
152.227
= 1.59%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
208.269 – 207.85
= 208.269
x 100 %
= 0.201%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
194.765− 196.27
= x 100 %
194.765
= -0.77%
4.2.2 Perhitungan Susut Bobot Hari ke-4
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
136.9− 132.74
= x 100 %
136.9
= 3.038%
= -2.05%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
118.37 – 118.15
= x 100 %
118.37
= 0.18%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
135.92− 135.61
= x 100 %
135.92
= 0.23%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
221.69 – 199.4177
= x 100 %
221.69
= 10.04 %
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
149.8− 140.9093
= x 100 %
149.8
= 5.94%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
207.85 – 205.6034
= x 100 %
207.85
= 1.08%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
196.27− 184.86
= x 100 %
196.27
= 5.8%
4.2.3 Perhitungan Susut Bobot Hari ke-6
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
132.74− 130.5
= x 100 %
132.74
= 1.69%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
139.78− 142.7
= x 100 %
139.78
= -2.09 %
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
118.15 – 121.1
= x 100 %
118.15
= -2.49%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
135.61− 137.1
= x 100 %
135.61
= -1.099 %
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
199.4177 – 189
= x 100 %
199.4177
= 5.22%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
140.9093− 135.6107
= x 100 %
140.9093
= 3.76%
Perhitungan Susut Bobot Tanpa Perlakuan Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
205.6034 – 295.9
= x 100 %
205.6034
= -43.92%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
184.86− 191.3
= x 100 %
184.86
= -3.48%
= 1.3%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
142.7− 141.105
= x 100 %
142.7
= 1.11%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
121.1 – 117.88
= x 100 %
121.1
= 2.658 %
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
137.1− 135.21
= x 100 %
137.1
= 1.378%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
189 – 164.85
= x 100 %
189
= 12.77%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
135.6107− 131.44
= x 100 %
135.6107
= 3.075 %
Perhitungan Susut Bobot Tanpa Perlakuan Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
295.9 – 163.22
= x 100 %
295.9
= 44.83%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
191.3− 152.31
= x 100 %
191.3
= 20.38%
4.2.5 Perhitungan Susut Bobot Hari ke-𝟏𝟎
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
128.8− 128.78
= x 100 %
128.8
= 0.016%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
141.105− 138.92
= x 100 %
141.105
= 1.548%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Plastik Box Penyimpanan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
117.88 – 115.451
= x 100 %
117.88
= 2.06%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
135.21− 135.03
= x 100 %
135.21
= 0.133%
Perhitungan Susut Bobot Perlakuan Tanpa Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = Bobot Awal
x 100 %
164.85 – 162.63
= x 100 %
164.85
= 1.346%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
131.44− 124.6467
= x 100 %
131.44
= 5.168 %
Perhitungan Susut Bobot Tanpa Perlakuan Plastik Ruangan
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (a) = x 100 %
Bobot Awal
163.22 – 132.15
= x 100 %
163.22
= 19.035%
Bobot Awal − Bobot Akhir
Susut Bobot (b) = x 100 %
Bobot Awal
152.31− 121.03
= x 100 %
152.31
= 20.53%
4.3 Grafik
5 P (A)
0 P (B)
0 2 4 6 8 10 12 Linear (TP (A))
-5
Linear (TP (A))
-10 Linear (TP (B))
-15 Linear (P (A))
Wanktu (Hari)
Linear (P (B))
Gambar 1. Grafik Susut Bobot Pisang terhadap Waktu pada Box Penyimpanan
R² = 0.8805
Grafik Susut Bobot terhadap Waktu
R² = 0.9835
(Ruangan) R² = 0.3725
40 R² = 0.7106
TP (A)
20
TP (B)
Susut Bobot (%)
0 P (A)
0 2 4 6 8 10 12
-20 P (B)
Linear (TP (A))
-40
Linear (TP (B))
-60
Linear (P (A))
-80 Linear (P (B))
Wanktu (Hari)
Gambar 2. Grafik Susut Bobot Pisang terhadap Waktu pada Penyimpanan Ruang
TP (A)
1
TP (B)
0.8
P (A)
0.6
0.4 P (B)
0.2 Linear (TP (A))
0 Linear (TP (B))
0 2 4 6 8 10 12
Wanktu (Hari)
0.8
TP (B)
0.6 P (A)
P (B)
0.4
Linear (TP (A))
0.2
Linear (TP (B))
R² = 1
0 Linear (P (B))
0 2 4 6 8 10 12
Wanktu (Hari)
TP (B)
15 R² = #N/A
P (A)
10
P (B)
5 Linear (TP (A))
R² = 1 Linear (P (A))
0
0 2 4 6 8 10 12 Linear (P (B))
Wanktu (Hari)
Gambar 5. Grafik Derajat Brix Pisang terhadap Waktu pada Box Penyimpanan
Grafik Brix terhadap Waktu (Ruangan)
20
18
R² = 1
16
14
Susut Bobot (%)
12 TP (A)
10 TP (B)
8 P (A)
6
P (B)
4
2 Linear (TP (A))
0
0 2 4 6 8 10 12
Wanktu (Hari)
Gambar 6. Grafik Derajat Brix Pisang terhadap Waktu pada Penyimpanan Ruang
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Penyimpanan bahan makanan merupakan salah satu cara agar menjaga
ketersediaan bahan makanan agar tidak kekurangan saat dibutuhkan;
2. Penyimpanan bahan makanan perlu diperhatikan karena dapat menjaga
karakteristik bahan makanan saat akan digunakan kembali;
3. Bobot pisang mengalami penurunan dikarenakan udara (uap air) masuk
kedalam pori-pori pisang sehingga menambahkan bobot;
4. Perlakuan terbaik adalah dengan mengemas pisang dengan plastik dan
disimpan di box penyimpanan.
5. Pisang yang mengalami pencoklatan adalah pisang yang terlalu matang, dan
akan membusuk jika disimpan terlalu lama.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya menggunakan buah-buahan
selain pisang agar terlihat perbedaan untuk beberapa jenis komoditas buah.
DAFTAR PUSTAKA
Bierley, A.W., R.J. Heat and M.J. Scott, 1988, Plastic Materials Properties and
Aplications. cations. Chapman and Hall Publishing, New York.
Brody. A.L. 1972. Aseptic Packaging of Foods. Food Technology. Aug. 70-74.
Ryall. A.L. dan Lipton. W.J. 1972. Handling, Transportation and Storage of
Fruits And Vegetables. The The AVI Publishing. Co. Westport.
Sacharow. S. and R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI
Publishing. Co. Inc. Westport. Connecticut.
Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia.
Jakarta. Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar Teknologi
Pangan. Penerbit PT. Media. Jakarta.
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan
dan Gizi UGM. Yogyakarta
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum