Anda di halaman 1dari 21

Pemaparan Tentang Tanah Longsor

1. Pengertian Tanah Longsor Dan Penyebabnya

Tanah longsor merupakan peristiwa terjadinya pergerakan tanah, seperti


jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah, yang terlepas dari bagian utama
gunung atau bukit. Tanah longsor umumnya terjadi di kawasan pergunungan,
Tanah longsor mempunyai beberapa jenis longsoran diantaranya : longsoran
translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan
aliran bahan rombakan. Dibawah ini penjelasan pada masing-masing jenis
longsoran :

Longsoran Translasi: Longsoran ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran Rotasi: Longsoran rotasi muncul akibat bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

Pergerakan Blok: Pergerakan blog terjadi karena perpindahan batuan yang


bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran jenis ini disebut juga
longsoran translasi blok batu.

Runtuhan Batu: Runtuhan Batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material
lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya longsoran ini terjadi
pada lereng yang terjal sampaimenggantung, terutama daerah pantai. Runtuhan
batu-batu besar dapat menyebabkan kerusakan parah.

Rayapan Tanah: Longsor jenis ini bergerak lambat serta jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Longsoran ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah
beberapa lama terjadi longsoran jenis rayapan, posisi tiang-tiang, pohon-pohon,
dan rumah akan iring ke bawah.

Aliran bahan rombakan: Longsoran jenis ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air dan terjadi di sepanjang lembah yang mencapai ratusan meter
jauhnya. Kecepatannya bergantung pada kemiringan lereng-volume air, dan jenis
materialnya.

2. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tanah longsor, yaitu
sebagai berikut :

 Erosi yang disebabkan oleh sungai-sungai atau gelombanglaut, yang


menciptakan lereng-lereng curam.
 Hujan lebat yang memperlemah kekuatan lereng bebatuan.
 Gempa Bumi yang menyebabkan tekanan sehingga mengakibatkan
longsornya lereng-lereng yang lemah.
 Penebangan pohon secara liar dan penambangan barang tambang secara
berlebihan, sehingga menimbulkan setidakseimbangan lereng/
 Berat berlebihan yang harus ditanggung lereng, misalnya karena banyak
dibangun perumahan atas lereng gunung.

3. Cara Pencagahan Tanah Longsor

 Membuat Terasering.
 Tidak membuka lahan peswahan dan membuat kolam di lereng bagian atas
dekat dengan pemukiman.
 Secepat mungkin menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak
masuk ke dalam tanah melalui retakan tersebut.
 Tidak melakukan penerbangan pohon secara liar.
 Tidak menggali tanah dibawah lereng terjal.

4. Peristiwa Tanah Longsor yang Terjadi di Desa Besakih

Longsor yang terjadi di desa besakih kecamatan redang kabupaten


karangasem yaitu di jalan menghubungkan Banjar Batusesa (Desa Menanga,
Kecamatan Rendang) dengan Banjar Temukus (Desa Besakih, Kecamatan
Rendang) Karangasem. Tanah longsor ini terjadi pada tanggal 23 November
2016 pukul 08.00 WITA yang didahului hujan lebat. Longsor dari arah timur
jalan yang berupa tebing. Material longsor menimbun akses jalan dari Banjar
Batusesa (Desa Menanga, Kecamatan Rendang) dengan Banjar Temukus
(Desa Besakih, Kecamatan Rendang) Karangasem. Tidak ada korban jiwa
dalam peristiwa longsor tersebut

http://www.nusabali.com/berita/9028/longsor-di-banjar-temukus-terjadi-di-4-titik

http://blog-penerang.blogspot.com/2013/04/pengertian-tanah-longsor-dan-
penyebabnya.html
Pemaparan Tentang Gunung Meletus

1. Pengertian Gunung Meletus

Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti
inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu
menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa
membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer
jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan
gunung berapi berupa:

 Gas Vulkanik
 Lava dan Aliran Pasir serta Batu Panas
 Lahar
 Abu Letusan
 Awan Panas (Piroklastik)

1. Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung
berapi yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO),
Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan
nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.
2. Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke
permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir
jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada sedangkan
lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
3. Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di
lereng gunung berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang
terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah.
Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila
gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau
yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan
terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar
puncaknya.
4. Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena
hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya.
Dampak abu letusan permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan,
pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu
kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang,
merusak infrastruktur tubuh.
5. Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan
awan panas jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan
besar yang panas, mengalir Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan
disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari
material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan
mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material
letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan
letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak
sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan
km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas bisa
mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala,
lengan, leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak
bernafas.

2. Cara Menghadapi Letusan Gunung Brapi

Sebelum Letusan:

1. Cari tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-


masing serta bagan alur keadaan darurat
2. Waspadai mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi
yaitu

 Lahar dan banjir bandang


 Longsor dan hujan batu (material gunung api)
 Gempa bumi
 Hujan abu dan hujan asam
 Tsunami

3. Lakukan rencana evakuasi

 Apabila anda tinggal di daerah rawan bencana gunung api,


harus ingat route mana yang aman untuk dilalui.
 Bentuk komunitas bahaya bencana gunungapi
 Apabila anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi
letusan (misalnya yang dewasa sedang bekerja dan anak-
anak sedang sekolah) usahakan untuk berkumpul
dalam keluarga jangan terpisah.
 Mintalah keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling
mengontak sebagai ‘hubungan keluarga’ sebab sehabis
terjadi bencana biasanya lebihmudah untuk kontak jarak
jauh. Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui
nama, alamat dan nomor telepon anggota keluarga yang
lain.

4. Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti :

 Batere/ senter dan extra batu batere


 Obat-obatan untuk pertolongan pertama
 Makanan dan air minum untuk keadaan darurat.
 Pembuka kaleng
 Masker debu
 Sepatu
 Pakailah kacamata dan gunakan masker apabila terjadi
hujan abu.

5. Hubungi pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan


bencana.
6. Walaupun tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah
sampai gunungapi berhenti meletus, tapi apabila anda tinggal di
daerah rawan bahaya gunungapi akan sangat berbahaya. Patuhi
instruksi yang berwenang dan lakukan secepatnya.

Selama Letusan:

7. Ikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang


berwenang.
8. Hindari melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang
berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
9. Apabila terjebak di dalam ruangan/ rumah :
- Tutup seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang /keran
- Letakkan seluruh mesin ke dalam garasi atau tempat yang
tertutup.
- Bawa binatang atau hewan peliharaan lainnya ke dalam ruang
yang terlindung
10. Apabila berada di ruang terbuka:

 Cari ruang perlindungan .


 Apabila terjadi hujan batu, lindungi kepala dengan posisi
melingkar seperti bola.
 Apabila terjebak dekat suatu aliran, hati-hati terhadap
adanya aliran lahar.
 Cari tempat yang lebih tinggi terutama lindungi diri anda
dari hujan
 Kenakan pakaian kemeja lengan panjang dan celana
 Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda
 Gunakan masker debu atau gunakan kain/ sapu tangan
untuk melindungi pernapasan anda
 Matikan mesin mobil atau kendaraan lainnya kalau
mendengar adanya aliran lahar

11. Hindari daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah/


lembaga yang berwenang/lihat peta daerah bahaya gunung api
12. Akibat letusan gunungapi bisa dirasakan berkilo meter jauhnya dari
gunung api yang sedang meletus. Aliran lahar dan banjir bandang,
kebakaran hutan bahkan aliran awan panas yang mematikan dapat
mengenai anda yang bahkan tidak melihat ketika gunung api
meletus. Hindari lembah-lembah sungai dan daerah yang rendah.
Mencoba mendekati gunung api yang sedang meletus merupakan
ide yang dapat membawa maut.
13. Apabila anda melihat permukaan aliran air sungai naik cepat-cepat
cari daerah yang lebih tinggi. Apabila aliran lahar melewati
jembatan jauhi jembatan tersebut. Aliran lahar memiliki daya
kekuatan yang besar , membentuk aliran yang mengandung lumpur
dan bahan gunung api lainnya yang dapat bergerak dengan
kecepatan 30-60 kilometer perjam. Awan panas yang mengandung
debu gunungapi dapat membakar tumbuhan yang dilaluinya
dengan amat cepat. Dengarkan berita dari radio atau televisi
mengenai situasi terakhir bahaya letusan gunung api.

Pasca Letusan:

14. Apabila mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu.


15. Apabila berada di luar ruangan:

 Tutup mulut dan hidung anda. Debu gunungapi dapat


mengiritasi system pernapasan anda.
 Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda.
 Lindungi kulit anda dari iritasi akibat debu gunungapi.
 Bersihkan atap dari hujan debu gunungapi
 Hujan debu yang menutupi atap sangat berat dan dapat
mengakibatkan runtuhnya atap bangunan. Hati-hati ketika
bekerja di atap bangunan rumah.

16. Hindari mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.


17. Mengendarai kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat
merusak mesin kendaraan tersebut.
18. Apabila anda punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin
kontak dengan debu gunung api.
19. Tinggallah di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di
luar rumah.
20. Ingat untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan
pertolongan seperti orang tua, orang yang cacat fisik, anak-anak
yang tidak memiliki orang tua dan sebagainya.

Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian


3.031 mdpl. Gunung ini terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Bali, Indonesia. Pura Besakih, yang merupakan salah satu
Pura terpenting di Bali, terletak di lereng gunung ini

Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano, gunung ini


memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang
mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak
dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini
memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani
yang berada di pulau Lombok di sebelah timur, meskipun kedua gunung
tertutup awan karena kedua puncak gunung tersebut berada di atas awan,
kepulauan Nusa Penida di sebelah selatan beserta pantai-pantainya,
termasuk pantai Sanur serta gunung dan danau Batur di sebelah barat laut.

Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak


diketahui. Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada
tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik
terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada
catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus
kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga
menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung.

Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus
kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak. Berdasarkan buku
yang dikarang Kusumadinata pada tahun 1979 gempa bumi sebelum
letusan gunung berapi yang saat ini masih aktif tersebut terjadi pada 16-18
Februari 1963. Gempa tersebut dirasakan dan didengar oleh masyarakat
yang hidup di sekitar Gunung Agung.

Letusan Gunung Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800,
diantaranya : Di tahun 1808 ; Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu
apung dengan jumlah luar biasa. 1821 Terjadi letusan normal, selanjutnya
tidak ada keterangan. Tahun 1843 Letusan didahului oleh gempa bumi.
Material yang dimuntahkan yaitu abu, pasir, dan batu apung.

Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917 di berbagai tempat di dasar
kawah dan pematangnya tampak tembusan fumarola. 1963 Letusan
dimulai tanggal 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada tanggal 27 Januari
1964. Letusan bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang meninggal
dan 296 orang luka.

Karakter Letusan Pola dan sebaran hasil letusan lampau sebelum tahun
1808, 1821, 1843, dan 1963 menunjukkan tipe letusan yang hampir sama,
diantaranya adalah bersifat eksplosif (letusan, dengan melontarkan batuan
pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran
awan panas, dan aliran lava (Sutukno B., 1996).

Periode Letusan Dari 4 kejadian letusan masa lampau, periode istirahat


Gunung Agung dapat diketahui yakni terpendek 16 tahun dan terpanjang
120 tahun.
Letusan 1963 ; Kronologi Letusan tahun 1963.Lama letusan Gunung
Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan
Pebruari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964, dengan kronologinya
sebagai berikut :

1. 16 Pebruari 1963 : Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni


beberapa Kampung Yehkori (lebih kurang 928 m dari muka laut)
di lereng selatan, kira-kira 6 kilometer dari puncak Gunung Agung.
2. 17 Pebruari 1963 : Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai
timur laut kaki gunung pada jarak lebih kurang 11 km dari lubang
kepundannya.
3. 18 Pebruari 1963 : Kira-kira pukul 23.00 di pantai utara terdengar
suara gemuruh dalam tanah.
4. 19 Pebruari 1963 : Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas
belerang. Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari
kepundan,makin hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian
mulai terdengar dentuman yang nyaring untuk pertama kalinya.
Suara yang lama bergema ini kemudian disusul oleh semburan batu
sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh sembuaran asap berwarna
kelabu kehitam-hitaman . Sebuah bom dari jauh tampak sebesar
buah kelapa terpisah dari yang lainnya dan dilontarkan lewat
puncak ke arah Besakih. Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di
lereng selatan mulai mengungsi, terutama tidak tahan hawa
sekitarnya yang mulai panas dan berbau belerang itu. Di sekitar
Lebih, udara diliputi kabut, sedangabu mulai turun.
Air di sungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan
kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan
permulaan. Penghuninya tetap tenang dan melakukan
persembahyangan. Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan
asap makin tebal. Pandangan ke arah gunung terhalang kabut,
sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar lerengnya.
Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan
kilat sambung-menyambung di atas puncaknya.
5. 20 Pebruari 1963 : Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi.
06.30 terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar.
07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka
mengungsi ke Tianyar, sedangkan penghuni dari lereng selatan
pindah ke Bebandem dan Selat.
6. 21 Pebruari 1963 : Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.
7. 22 Pebruari 1963 : Kegiatan terus menerus berupa letusan asap
serta loncatan api dan suara gemuruh.
8. 23 Pebruari 1963 : Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat
dihujani batu kecil serta tajam, pasir serta abu.
9. 24 Pebruari 1963 : Hujan lumpur lebat turun di Besakih
mengakibatkan beberapa bangunan Eka Dasa Rudra roboh.
Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan panas letusan
turun lewat Tukad Daya hingga di Blong.
10. 25 Pebruari 1963 : Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah
timurlaut lewat Tukad Barak dan Daya. Lahar hujan di Tukad
Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan Tianyar terputus.
Desa Bantas-Siligading dilanda awan panas mengakibatkan 10
orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di Desa Ban ,
korban 8 orang.
11. 26 Pebruari 1963 : Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan
mengalir hingga di Desa Sogra, Sangkan Kuasa. Asap tampak
meningkat dan penduduk Desa Sogra, Sangkan Kuasa,
Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke selatan.
Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di
sekitar Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di Tukad Daya dan
Tukad Barak. Pukul 18.15 hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi
hawa belerang yang tajam sekali. Penduduknya mengungsi ke
Babandem. Kemudian kegiatan Gunung Agung ini terus menerus
berlangsung, boleh dikatakan setiap hari hujan abu turun,
sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus meleler ke
utara.
12. 17 Maret 1963 : Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan
mencapai klimaksnya pada pk. 05.32. Pada saat itu tampak awan
letusannya menurut pengamatan dari Rendang sudah melewati
zenith dan keadaan ini berlangsung hingga pukul 13.00. Awan
panas turun dan masuk ke Tukad Yehsah, Tukad Langon, Tukad
Barak dan Tukad Janga di selatan. Di utara gunung sejak pukul
01.00 suara letusan terdengar rata-rata setiap lima detik sekali.
Awan panas turun bergumpal-gumpal menuju Tukad Sakti, Tukad
Daya dan sungai lainnya di sebelah utara. Mulai pukul 07.40 lahar
hujan terjadi mengepulkan asap putih, dan ini berlangsung hingga
pukul 08.10.Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun
hujan kerikil, dan sementara itu awan panas pun turun
bergelombang. Pada pukul 11.00 hujan abu makin deras hingga
penglihatan sama sekali terhalang. Pada pukul 12.00 lahar yang
berasap putih itu mulai meluap dari tepi Tukad Daya. Baru pukul
12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30 suara letusan pun
berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali. Adapun sungai
yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini adalah
sebanyak lk. 13 buah di lereng selatan dan 7 buah di lereng utara.
Jarak terjauh yang dicapainya adalah lebih kurang 14 kilometer,
ialah di Tukad daya di utara. Sebelah barat dan timur gunung bebas
awan panas. Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni
selama lebih kurang 10 jam yakni dari pukul 05.00 hingga pukul
15.00.
13. 21 Maret 1963 : Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan
hingga jatuh korban lebih kurang 140 orang. Setelah letusan
dahsyat pada tanggal 17 Maret ini, maka aktivitasnya berkurang,
sedang suara gemuruh yang tadinya terus menerus terdengar hilang
lenyap. Demikian leleran lava ke utara berhenti pada garis
ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak lebih kurang 7.290 m dari
puncak.
14. 16 Mei 1963 : Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan,
mula-mula lemah dan lambat laun bertambah kuat. Pada sore hari
16 Mei, kegiatan meningkat lagi terus meneru, hingga mencapai
puncaknya pada pukul 17.07. Pada umumnya kekuatan letusan
memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan
letusannya mencapai tinggi kira-kira 10.000 m di atas puncak,
sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul
21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8
buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai
lebih kurang 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya
berlangsung paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16
hingga sekitar pukul 21.00. Pada umumnya kekuatan letusan
memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan
letusannya mencapai tinggi lebih kurang 10.000 m di atas puncak,
sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul
21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8
buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk.
12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung
paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga sekitar
pukul 21.00.
15. Nopember 1963 : Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lebih
kurang 500 m di ats puncak. Sejak Nopember warna asap letusan
adalah putih.
16. 10 Januari 1964 : Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas
puncak.
17. 26 Januari 1964 : Pukul 06.50 tampak kepulan asap dari puncak
Gunung Agung berwarna kelabu dan kemudian pada pukul 07.02,
07.05 dan 07.07 tampak lagi letusan berasap hitam tebal serupa kol
kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang, mula-mula dari
sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian maksimal
lebih kurang 4.000 m di atas puncak. Seluruh pinggir kawah
tampak ditutupi oleh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang
terdengar pula.
18. 27 Januari 1964 : Kegiatan Gunung Agung berhenti
Produk Letusan 1963 Lahar Hujan: Sesuai dengan letak geografi
dari Gunung Agung yang bertindak sebagai penangkap hujan angin
tenggara yang menghembus, lahar besar dimulai di lereng utara,
kemudian di lereng timur menenggara untuk kemudian lambat laun
bergeser ke jurusan barat dan mencapai klimaksnya di lereng
selatan baratdaya. Lahar besar ke selatan mulai meluas pada
ketinggian 500 m antara Rendang dan padangkerta. Kemudian di
bawah Tukad Jangga, yakni di Tukad Krekuk dan Jasi, Bugbug dan
akhirnya di Tukad Unda. Mengingat daerah utara terletak dalam
bayangan hujan, laharnya bukan bayangan daripada endapan lepas,
yang sebenarnya maksimal jatuh di sebelah sini.
Aliran Lava : Lava yang meleler antara 19 Pebruari dan 17 Maret
1963 mengalir dari kawah utama di puncak ke utara, lewat tepi
kawah yang paling rendah, berhenti pada garis ketinggian 505,64
m dan mencapai jarak lebih kurang 7.290 m. Isi lava tersebut
ditaksir sebanyak lebih kurang 339,235 juta m3.Bahan Lepas :
Terdiri dari bom gunungapi, lapili, pasir dan abu, baik berasal dari
awan panas letusan maupun dari ledakan kawah pusat. Jumlah
seluruhnya selama roda kegiatan berlangsung : Eflata (bom, pasir
dan abu) lebih kurang 380,5 . 106 m3, Ladu lebih kurang 110,3 .
106 m3. Awan Panas Gunung Agung : Di Gunung Agung terdapat
dua macam awan panas, yakni awan panas letusan dan awan panas
guguran. Awan panas letusan terjadi pada waktu ada letusan besar.
Pada waktu itu maka bagian bawah dari tiang letusan yang jenuh
dengan bahan gunung api melampaui tepi kawah dan meluncur ke
bawah. Bergeraknya melalui bagian yang rendah di tepi kawah,
ialah lurah dan selanjutnya mengikuti sungai. Kecepatan dari awan
letusan ini menurut pengamatan dari Pos Rendang adalah rata-rata
60 km per jam dan di sebelah selatan mencapai jarak paling jauh
13 km, yakni di Tukad Luah dan di sebelah utara 14 km di Tukad
Daya.

Menurut Suryo (1964) selanjutnya, awan panas guguran adalah


awan panas yang sering meluncur dari bawah puncak (tepi kawah).
walaupun tidak ada letusan dapat terjadi awan panas guguran.
Dapat pula terjadi apabila terjadi bagian dari aliran lava yang
masih panas gugur, seperti terjadi pada waktu lava meleler di
lereng utara.

Daerah yang terserang awan panas letusan pada kegiatan 1963


terbatas pada lereng selatan dan utara saja, karena baik di barat
maupun di sebelah timur kawah ada sebuah punggung. Kedua
punggung ini memanjang dari barat ke timur. Awan panas letusan
yang melampaui tepi kawah bagian timur dipecah oleh punggung
menjadi dua jurusan ialah timur laut dan tenggara. Demikian awan
panas di sebelah barat dipecah oleh punggung barat ke jurusan
baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang terjadi selama
kegiatan 1963 telah melanda tanah seluas lebih kurang 70km2 dan
menyebabkan jatuh 863 korban manusia.

Korban Kegiatan Gunung Agung Menurut Suryo (1965, p.22-26)


ada 3 sebab gejala yang menyebabkan jatuh korban selama
kegiatan Gunung Agung dalam 1963, yakni akibat awan panas,
piroklastika dan lahar. Akibat awan panas meninggal 820 orang, 59
orang luka. Akibat Piroklastika meninggal 820 orang, luka 201
orang. Akibat lahar meninggal 165 orang, 36 orang luka.

Kehebatan dan Energi : Kusumadinata (1964) telah menghitung


energi dan kehebatan letusan Gunung Agung tahun 1963 dengan
hasil sebagai berikut : kehebatan di level 4, Volume bahan letusan
0.83 km3, berat jenis 2,3 (d), Energi kalor yang dilepaskan
2,189.1025 erg (Eth), Kesetaraan bom atom : 2605,9 (Ae),
Kebesaran letusan 8,99.
http://tunixshare.blogspot.com/2013/02/pengertian-gunung
api.html#ixzz4io4GhJ1O

https://beritabali.com/read/2011/08/06/201107020274/Sejarah-Letusan-Gunung-
Agung.html

http://rolandgoeslaw.wordpress.com/2012/04/05/pengertian-gunung-api/
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-dan-jenis-gunung-api.html#_
https://clubipa.wordpress.com/2009/12/22/penyebab-dan-akibat-letusan-gunung-
berapi/
http://alampenuhbencana.blogspot.com/p/gunung-meletus.html
A.Djumarma, Some studies of volcanology,petrology and structure of
Mt.Kelut,east Java,Indonesia,thesis,1991.
G.Kelut, Buletin berkala Vulkanologi, Dit Vulkanologi,1985
Penyelidikan Vulkanologi G.Kelut, BPPTK, Dit Vulkanologi,2000.
Buku Kelud Seri Letusan 2007, Pusat Vulkano dan Mitigasi Bencana Geologi,
2007.
Mulyana A.R., dkk, 2003. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kelud.
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Rosadi. U., dkk, 2007. Laporan Tanggap Darurat Letusan Gunung Kelud Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2007.
Kusumadinata, 1979, Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi
Mawardi dan wahyu Suherman, Penyelidikan Petrokimia G. Agung, 1990,
Direktorat Vulkanologi
Nasution, M. Hendrasto dan Dadi Mulyadi, 1989, laporan Pemetaan Geologi G.
Agung, Direktorat Vulkanologi
Rizal D. Erfan, Yana Karyana, Tardin, Maemunah, Laporan Pengumpulan Bahan
Informasi Kegunungapian G. Agung, Juni 1999, Direktrat Vulkanologi
Sjafra Dwipa, Yusep Hidayat H., Saleh S., Samid, 1993, Pengukuran Potensial
Diri G. Agung, Direktorat Vulkanologi
S. Bronto, M. S. Santoso, A. Martono, Ato Djuhara, 1996, Laporan Pemetaan
Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Agung, Direktorat Vulkanologi
Sulaeman c., 2001, Laporan Pengamatan G. Agung, Direktorat Vulkanologi
http://ifamyumyu.blogspot.com/2013/05/gunungapi-perisai-marr-strato-
kaldera.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud

3. Paparan Penduduk Terhadap Bahaya Gempa Bumi

Gempa bumi adalah pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal
dari dasar atau dari bawah permukaan bumi. Atau definisi gempa bumi yang lebih
langkapnya yaitu getaran atau goncangan yang terjadi karena pergerakan
(bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau dari bawah
permukaan bumi dan bisa juga disebabkan adanya letusan gunung api.

A. Inilah jenis-jenis gempa bumi

Berdasarkan dari peristiwa yang disebabkannya gempa dapat dibedakan


menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa runtuhan atau terban dan gempa
buatan.

1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api) adalah suatu gempa bumi yang
terjadi akibat adanya aktivitas magma gunung api, yang biasa terjadi
sebelum gunung tersebut meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi
maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan
mengakibatkan terjadinya gempa. Gempa bumi ini hanya terdapat di
daerah gunung api yang meletus. Gempa bumi jenis ini lebih bahaya dari
gempa bumi runtuhan.

2. Gempa bumi tektonik adalah Gempa ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempengan tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang kecil sampai yang sangat besar. Daerah
yang sering kali mengalami gempa jenis ini yaitu daerah pegunungan
lipatan muda, adalah daerah rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum
pasifik. Bahaya dari gempa ini sangat besar, karena lapisan bumi dapat
mengalami lipatan patahan ataupun pergeseran.

3. Gempa bumi runtuhan adalah jenis gempa bumi yang biasanya terjadi pada
daerah kapur atau pada daerah pertambangan, jenis gempa ini jarang
terjadi dan bahaya yang di akibatkan dari gempa bumi runtuhan kecil,
umumnya gempa runtuhan terjadi pada wilayah lokal.

4. Gempa bumi buatan adalah jenis gempa bumi yang disebabkan oleh
aktivitas dari manusia, misalnya seperti peledakan dinamit, nuklir ataupun
palu rasaksa yang dipukulkan ke permukaan bumi, sehingga menimbulkan
goncangan.

B. Akibat yang ditimbulkan gempa bumi, diantaranya seperti:

Dampak fisik :

 Bangunan banyak yang hancur atau roboh.


 Tanah longor akibat goncangan.
 Jatuhnya korban jiwa.
 permukaan tanah menjadi merekat, retak dan jalan menjadi putus.
 Banjir karena rusaknya tanggul.
 Gempa dasar laut dapat menyebabkan tsunami.
 Dan sebagainya.
Dampak sosial:

 Menimbulkan kemiskinan.
 Kelaparan.
 Menimbulkan penyakit.
 Bila pada sekala yang besar ( dapat menimbulkan tsunami yang besar), bisa
melumpuhkan politik, system ekonomi dan lain-lain.
 Dan sebagainya.

C. Alat Pengukur Gempa Bumi.

Seismograf adalah alat yang digunakan atau dipakai untuk mengukur kuat dan
lemahnya suatu gempa bumi. Berdasarkan arah getaran yang diukur, seismograf
dibedakan menjadi 2 (dua) macam :

 Seismograf horisontal yaitu suatu jenis seismograf yang mencatat


kekuatan gempa ataupun getaran bumi dengan arah secara horizontal
(mendatar).
 Seismograf vertikal yaitu jenis dari seismograf yang mencatat getaran
bumi dengan arah secara vertikal.

https://bmkgkarangasem.wordpress.com/buletin-gempa-bumi/

Anda mungkin juga menyukai