Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN An.Z DENGAN AKUT LIMFOBLASTIK


LEUKEMIA

DI RUANG ANAK DR RSUP M.DJAMIL PADANG

OLEH KELOMPOK H 2

YULINAR AGUSTINA 1841312071

YARA AGUSTIN 1841312072

UCI RAMADHANI ANWAR 1841312074

NANA ARFI SURYA 1841312078

SILVINA ESA PUTRI 1841312087

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya
akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand, Pettit &
Moss, 2005). Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang
paling umum ditemukan pada anak (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein
& Schwartz, 2008; American Cancer Society, 2009). Leukemia yang terjadi pada
umumnya leukemia akut, yaitu Acute Limfoblastic Leukemia (ALL) dan Acute
Mieloblastic Leukemia (AML). Lebih kurang 80% leukemia akut pada anak
adalah ALL dan sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).
Leukemia limfoblastik akut merupakan penyakit keganasan sel darah yang
berasal dari sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immatur, dan pada darah tepi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang
abnormal. Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara
tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga
mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2005).
Yayasan Ongkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa menurut data dari
World Health Organization (WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker anak
terus meningkat. Jumlahnya mencapai 110 sampai 130 kasus per satu juta anak
per tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat ada sekitar 14.382 kasus kanker baru
yang didiagnosis pada penduduk di bawah usia 20 tahun. Sekitar 2.970 (21%)
dari kasus-kasus ini merupakan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Secara
internasional, terdapat variasi antara kejadian LLA pada masa kanak-kanak dan
remaja, dengan rata-rata kejadian pertahun berkisar 9-47 per juta untuk laki-laki
dan 7-43 per juta untuk wanita (Robinson, 2011).
Di Indonesia, setiap tahun ada kirakira 11.000 kejadian kanker anak, dan
650 kasus kanker anak di Jakarta. Jenis kanker anak yang paling sering
ditemukan di Indonesia salah satunya ialah leukemia. Di kota Padang,
khususnya RSUP Dr. M. Djamil ditemukan bahwa ALL merupakan kasus
terbanyak yang dirawat disepanjang tahun 2013 terdapat sebanyak 184 anak
dengan ALL dan 6 anak yang menderita AML, (Data rekam medik pasien
instalansi rawat inap RSUP Dr. M. Djamil, 2013).
Berdasarkan laporan kasus di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil dari
tanggal 11 sampai 19 Maret 2019 terdapat 5 kasus anak dengan diagnosa ALL..
Maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus asuhan keperawatan pada
klien dengan Acute Limfoblastic Leukemia di Ruangan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2019.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Acute
Limfoblastic Leukemia di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2019.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Acute
Limfoblastic Leukemia
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Acute
Limfoblastic Leukemia
3. Mampu memberikan intervensi pada pasien Acute Limfoblastic
Leukemia
4. Mampu melakukan implementasi pada pasien Acute Limfoblastic
Leukemia
5. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan Acute
Limfoblastic Leukemia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teoritis Penyakit


a. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa
terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4
sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak
sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh
darah.

Fungsi darah terdiri atas:


1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit,
anti bodi / zat-zat anti racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian darah:

- Air : 91%
- Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
- Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam,
Posphatt, Magnesium dan Asam Amino)

Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:

1) Sel darah ada 3 macam yaitu:


- Eritrosit (sel darah merah)
- Leukosit (sel darah putih)
- Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
- Eritrosit
Bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak
mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007
mm) diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira
5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta). Warnanya kuning
kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu
zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah
merah jika di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2
dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira
11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita
11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh
banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian
juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut
anemia, yang biasanya hal ini disebabkan oleh karena
pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit yang
menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit
sendiri terganggu.
- Leukosit
Bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan
eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang
dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan
menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak berwarna),
banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000
Fungsinya:
 Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan
memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke
dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo
Endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa
dan kelenjar limfe.
 Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut /
membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa uterus ke pembuluh darah.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya
tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar
di dalam darah untuk mempertahankan tubuh
terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Jika
jumlah leukosit dalam darah melebihi
10.000/mm3 disebut leukotosis dan kurang 5.000
/ mm3 leukopenia.
Macam-macam leukosit meliputi:
 Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di
dalamnya, yang terdiri dari:
a) Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari
jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya
ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan
intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri
yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
b) Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah,
besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya
sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah mikroskop terlihat bahwa
protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit
abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit
kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan
panjang warnanya lembayung muda.
 Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a) Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit,
mempunyai inti sel yang berangkai kadang-
kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya
banyak bintik-bintik halus / granula,
banyaknya 60 – 70%
b) Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir
sama dengan netrofil tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-
kira 2 – 4%
c) Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi
mempunyai inti yang bentuknya teratur, di
dalam protoplasmanya terdapat granula-
granula besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di
sum-sum merah, fungsinya tidak diketahui
d) Trombosit ialah merupakan benda-benda
kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang
lonjong, warnanya putih, banyaknya normal
pada orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di
dalam pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul
pendarahan yang terus-menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis.
Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam
plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan
darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai
bekerja apabila tubuh medapat luka.
3) Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah
hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap
ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.
4) Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah,
warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma
darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain
yang terlarut di dalamnya.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
- Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan
darah.
- Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium
dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotil
- Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan
viskositosis darah dan juga menimbukan tekanan
osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh
- Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin
- Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar
tubuh
- Anti bodi / anti toksin
b. Definisi
Leukemia adalah proliperasi sel leukosit yang abnormal, ganas
sering disertai bentuk leukosit yang lain dari normal, jumlahnya
berlebihan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri
dengan kematian (Suparman, 1998;549). Leukemia adalah produksi sel
darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang menjurus
pada kanker sel mielogenosa atau sel limfogenosa (Guyton, 1997).
Leukemia lymphoblastic akut ( ALL ) adalah kanker darah dan
sumsum tulang . Kanker jenis ini biasanya semakin memburuk dengan
cepat jika tidak diobati .ALL adalah jenis kanker yang paling umum
pada anak-anak . Pada anak yang sehat , sumsum tulang membuat sel-
sel induk darah ( sel yang belum matang ) yang menjadi sel-sel darah
dewasa dari waktu ke waktu . Sebuah sel induk dapat menjadi sel induk
myeloid atau sel induk limfoid (National Cancer Institute, 2014)
c. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Genetik
a. Keturunan
1) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich,
sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-
Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini
dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen,
misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau
pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy
2) Saudara kandung
Adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada
tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada
keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan
obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ALL
3. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian
pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel
normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus
yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan
adalah Acute T- Cell Leukemia.
4. Bahan Kimia dan Obat-obatan
a) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen)
dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut,
misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen.
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk
minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik
b) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan
kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol,
fenilbutazon, methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.
5. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan
pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi
radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia
pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang
mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja
yang terekspos radiasi dan para radiologis .
6. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi
lain disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment
related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan
karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan
imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA
d. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC)
dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet.
Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat
pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam
lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya
menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus.
Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum
tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada
proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan
lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum
tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang
berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah
hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan
petunjuk untuk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada
leukositosis, kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan
trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan
sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem
pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T
juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem
limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan
menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe
dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul
serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah,
“seizures” dan gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam
jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai
organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang
normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal
ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi
penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel
kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa,
limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah
trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan
gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem
retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga
mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani,
2001, Betz & Sowden, 2002)
e. Manifestasi Klinis
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan
tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang
normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh
sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsumtulang
menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain
yang dapat ditemukan yaitu:
- Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
- Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise
- Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel
leukemia), biasanya terjadi pada anak
- Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme)
- Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab
tersering adalah gramnegatif usus
- Stafilokokus, streptokokus, serta jamur
- Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria
- Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati
- Massa di mediastinum (T-ALL)
- Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan
intrakranial naik, muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII),
kelainan neurologik fokal, dan perubahan statusmental
f. Komplikasi
1) Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang
rendah ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar
ujung jarum dipermukaan kulit) Perdarahan berat jika angka
trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi dapat
memperberat perdarahan
2) Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun.
3) Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi
meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang
tinggi.
4) Anemia
5) Masalah gastrointestinal.
6) Mual
7) Muntah
8) Anoreksia
9) Diare
10) Lesi mukosa mulut
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1) Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
2) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
3) Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
5) SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
6) PT/PTT : memanjang
7) LDH : mungkin meningkat
8) Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
9) Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik
akut dan mielomonositik.
10) Copper serum : meningkat
11) Zinc serum : meningkat/ menurun
12) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 %
atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari
blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis
menurun.
13) Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medik
a) Transfusi darah :
Biasanya diberikan jika kadar Hb < 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi
trombosit, jika ada tanda DIC dapat dibrx heparin.
1. Pemeriksaan laboratorium
- Darah tepi
Gejala yang terlihat berdasarkan kelainan sumsum Tulang
yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang dapat
menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan
terdapatnya sel blast.
Terdapatnya leukosit yang imatur.
- Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobinemia
- Sumsum tulang
Hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan
sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
Aspirasi sumsum tulang (BMP) = hiperseluler terutama
banyak terdapat sel muda.
2. Pemeriksaan lain :
- Biobsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit
normal, RES, granulosit, pulp cell.
- Lumbal punksi; yaitu untuk mengetahui apakah SSP
terinfiltrasi yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah sel
patologis dan protein (CSS). Kelainan ini dapat terjadi
setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan
remis atau pada keadaan kambuh.
- Sitogenik
b) Pemeriksaan pada kromosom baik jumlah maupun
morfologisnya.Kortikosteroid (Prednison, kortison)
deksametason dsb. Setelah dicapai remisi dons dikurangi sedikti
demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c) Sitostatika
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
dengan prednison.
Efek ; alopesia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder
(kandidiasit). Jika kadar leukosit < 2000/m3 pemberian harus
hati-hati
d) Imunoterapi
e) Merupakan cara pengobatan yang baru, imunoterapi diberikan
jika telah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah
(105-106)
Pelaksanaan Kemoterapi

Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi :


a) Fase induksi

Dimulai 4-6 mg setelah Dx ditegakkan. Pada fase ini diberikan thy :


Kortikosteroid (Prednison), vincristin, dan L-asparaginase.

Fase ini dinyatakan b


erhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidakditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5% dalam sumsum tulang.
b) Fase profilaksis sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan therapy methotrexate, cytrabine dan


hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak. Therapy irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c) Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk


mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan untuk sementara atau posisi obat dikurangi
2. Laandasan Teortis Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Nama, umur, tanggal lahir, nama ibu kandung, no RM, alamat,
agama
2) Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Adanya perdarahan seperti; ptekie, purpura, epistaksis,
Nyeri pada sendi dan tulang, Peningkatan suhu tubuh, sakit
kepala, anoreksia, mual, muntah, Mengeluh tidak enak
pada perut dan BAB tidak teratur.
- Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah terpajan zat kimiawi atau
mendapatkan pengobatan seperti benzol, arsen, preparat
sulfat, klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan
kadar ionisasi yang lebih besar, klien pernah menderita
demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya.
- Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit leukemia tidak diwariskan, tapi sejumlah individu
memiliki faktor predisposisi, misalnya pada kembar satu
telur.
3) Fungsional gordon
- Persepsi dan penanganan kesehatan
Persepsi mengenai penyakit, harapan kedepan. Riwayat
terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang dan
reaksinya
- Nutrisi / metabolik
Penurunan nafsu makan, Mual, muntah, Perubahan rasa
kecap, rasa, Penurunan berat badan, Disfagia, pharingitis,
Distensi abdomen, penurunan bising usus, Spenomegali,
hepatomegali, ikterus, Stomatitis, hipertropi gusi
- Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, kembung,
diare, atau konstipasi. Perubahan warna urine, contoh
kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
- Aktifitas / olahraga
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(insomnia / gelisah atau somnolen), kelemahan otot,
kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
- Istirahat / tidur
Terganggunya tidur karena proses penyakit membuat
pasien tidak nyaman
- Kognitif / persepsi
Sakit kepala, penglihatan kabur. Gangguan status mental,
contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas
kejang.
Peran hubungan. Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot
- Seksualitas / reproduksi
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
- Koping / toleransi stress
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian. Kesulitan menentukan kondisi,
contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
- Keyakinan / nilai
Agama dan budaya agama dalam meningkatkan derajat
kesehataan
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
2) Pemeriksaan head to toe
- Kepala
Rambut kering dan mudah patah, perubahan warna, dan
mudah rontok.
- Wajah
Wajah tampak pucat
- Mata
Mengalami penurunan penglihatan, konjungtiva anemis.
- Hidung
Tidak ada polip, simetris kiri kanan, dipsnea
- Telinga
Simetris kiri kanan, serumen dalam batas normal
- Mulut
Mukosa bibir kering kering, bibir tampak pucat
- Leher
Kelenjar tiroid normal, kelenjar limfe meningkat jika
terjadi hipertermi
- Jantung
I : ictus kordis tidak tampak
P : ictus kordis teraba lemah/cepat
P : pekak
A : tidak ada suara tambahan
- Paru-paru
I : pergerakaan dinding dada simetris
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
- Abdomen
I : tidak distensi abdomen
P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani
A : bising usus dapat normal, hipoaktif, maupun hiperaktif
- Ekstremitas
Ekstremitas terasa kram, kekuatan otot menurun, CRT </>
3s
- Kulit
kulit tampak pucat, kering dan bersisik.
c. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan anemia
- Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
- Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian
agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
NO NANDA NOC NIC
1. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi :
jaringan perifer keperawatan selama ..... Insufisiensi Arteri
berhubungan dengan jam, kondisi klien dapat Aktivitas :
kurang pengetahuan menunjukkan :  Lakukan pemeriksaan
tentang proses penyakit Perfusi jaringan : Perifer fisik sitem kardiovaskuler
Status Sirkulasi atau penilaian yang
Integritas Jaringan : Kulit komprehensif pda
sirkulasi perifer
dan Membran mukosa
(Memeriksa denyut nadi,
Dengan kriteria hasil : edema, waktu pengisian
kapiler, warna dan suhu)
- Suhu kulit ujung kaki dan  Evalusi edema dan
tangan di kisaran normal denyut nadi
- Integritas kulit yang baik  Tempatkan tangan dan
dapat dipertahankan kaki daalm posisi
tergantung dengan tetap
-Tekanan systole dan
 Ubah posisi pasien
dyastole dalam batas normal setidaknya setiap 2 jam
-Tidak adanya edema  Berikan kehangatan
perifer dan asites (tambahan pakaian tidur,
-Muka pucat tidak meningkatkan suhu
ditemukan kamar) dengan tepat
-Tidak ada kerusakan kulit
-Tekanan nadi dalam batas Manajemen Cairan
Aktivitas :
normal
 Timbang berat badan
-Tidak ada distensi vena setiap hari dan monitor
leher status pasien
-Tidak ada kelelahan  Hitung atau popok
-Adanya peningkatan berat dengan baik
badan  Jaga intake atau asupan
-Piting edema dalam batas yang akurat dan catat
normal output
 Monitor status hidrasi
-Integritas kulit dalam batas
(membran mukos
normal alembaba, denyut nadi
adekuat, dan tekanan
darah ortostatik)
 Monitor hasil boratorium
yang relevan dengan
retensi cairan
(peningkatan berat jenis,
penongkatan BUN,
oenurunan hematokrit,
dan peningkatan kadar
osmolalitas urin)
 Monitor status
hemodinamik, termasuk
CVP, MAP, PAP, dan
PCWP jika ada
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji lokasi dan luasnya
edema
 Berikan terapi IV, seperti
yang ditentukan
 Monitor status gizi
 Tingkatkanasupan oral
 Dukungan pasien dnegan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan dengan
baik
 Atur ketersediaan produk
darah untuk trafusi jika
diperlukan
 Persiapkan pemberian
produk darah (misalnya,
cek darah dan
mempersiapkan
pemasnagan infus)
 Berikan produk-produk
darah (misalnya,
trombosit dan plasma
yang baru)
Monitor Neurologi
Aktivitas :
 Pantau ukuran pupil,
bentuk, kesimetrisan, dan
reaktivitas
 Monitor tingkat
kesadaran
 Monitor tingkat orientasi
 Monitor sattus pernafasan
: nilai ABG, tingkat
oksimetri, kedalaman,
pola, laju/tingkat, dan
usaha (nafas)
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor respon cara
berjalan
 Monitor karakteristik
cara berbicaa :
kelancaran, adanya
aphsia taau kesulitan
menemukan kata
 Monitor pareshtesia :
mati rasa dan kesemutan

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Asuhan Pengawasan Kulit


berhubungan dengan Keperawatan selama … Aktivitas:
menurunnya sistem jam, kondisi klien dapat  Periksa kulit dan
pertahanan tubuh menunjukan : membran mukosa untuk
Infeksi Severity kemerahan, kehangatan
- ruam pada kulit tidak ada ekstrim, edema atau
- tanda-tanda infeksi tidak drainase/ cairan yang
ada dikeluarkan.
 Amati ekstremitas untuk
warna, kehangatan,
bengkak, denyut nadi,
tekstur, edema dan
ulserasi
 Periksa kondisi insisi
bedah, yang sesuai
 Gunakan alat penilaian
untuk mengidentifikasi
pasien yang beresiko
untuk kerusakan kulit
 Pantau warna dan suhu
kulit
 Pantau kulit dan
membran mukosa untuk
daerah perubahan
warna, memar dan
kerusakan
 Pantau sumber tekanan
dan gesekan
 Pantau infeksi, terutama
dari daerah edema
 Ajarkan anggota
keluarga/ pengasuh
tentang tanda-tanda
kerusakan kulit, yang
sesuai
Manajemen Pengobatan
Aktivitas:
 Pelihara lingkungan yang
memaksimalkan
keamanan dan efisien
administrasi pengobatan
 Periksa dosis dari
pesanan obat sebelum
pemberian obat.
 Menulis resep obat dari
obat yang
direkomendasikan, harus
tepat, mengikuti
penulisan resep dari
dokter
 Monitor kemungkinan
dari alergi obat, interaksi
dan kontraindikasi obat
termasuk obat di apotik
dan obat herbal
 Catat alergi pasien
sebelum pemberian
masing-masing obat dan
obat pegangan, jika
diperlukan
 Persiapkan pengobatan
menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat
untuk modaliti
administrasi pengobatan
 Verifikasi perubahan
pengobatan dari periode
sebelumnya (seperti
menghancurkan obat
tablet, obat ural melalui
syring intravena,
kemasan yang tidak
biasa)
 Monitor tanda-tanda vital
dan nilai laboratorium
sebelum administrasi
pengobatan, jika
diperlukan
 Bantu klien untuk
mengambil obat
 Berikan pengobatan
dengan menggunakan
teknik dan rute yang tepat
Identifikasi Resiko
Aktivitas:
 Lihat kembali riwayat
kesehatan yang lalu dan
dokumentasi sebagai
petunjuk dari diagnose
medis dan keperawatan
yang masih ada atau yang
dahulu
 Tinjau data yang berasal
dari tindakan penilaian
risiko rutin
 Menentukan ketersediaan
dan kualitas sumber daya
(misalnya, psikologis,
keuangan, pendidikan,
keluarga dan masyarakat
sosial, dan lainnya)
 Mengidentifikasi sumber
daya instansi untuk
membantu dalam
mengurangi faktor risiko
 Mengidentifikasi risiko
biologis, lingkungan, dan
perilaku dan keterkaitan
mereka
 Menentukan kesesuaian
dengan perawatan medis
dan keperawatan
 Menginstruksikan faktor-
faktor risiko dan rencana
pengurangan risiko
 Mendiskusikan dan
merencanakan kegiatan-
kegiatan pengurangan
risiko bekerja sama
dengan individu atau
kelompok
 Melaksanakan kegiatan
pengurangan risiko
 Memulai rujukan ke
perawatan kesehatan
pribadi dan / atau instansi
 Rencana pemantauan
jangka panjang risiko
kesehatan
 Rencana jangka panjang
tindak lanjut dari strategi
dan kegiatan
pengurangan risiko
Manajemen Lingkungan
Aktivitas:
 Ciptakan lingkungan
yang nyaman
 Kenali kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan pada
keadaan fisik dan fungsi
kognitif dan kebiasaan
masa lampau
 Tempatkan peralatan di
ruangan yang telah ditata
seperlunya dengan
mengakomodasi
ketidakmampuan
pasien/keluarga
 Tempatkan benda-benda
yang sering digunakan
dalam jangkauan pasien
 Ciptakan kebersihan,
tempat tidur dan
lingkungan yang nyaman
 Sediakan linen dan gaun
yang bebas dari noda
 Atur rapi persediaan dan
linen yang biasa
digunakan pasien
 Kurangi rangsangan
lingkungan, jika
diperlukan
 Hindari pemaparan yang
tidak perlu, terlalu panas/
terlalu dingin
 Jika suhu tubuh berubah,
penuhi kebutuhan suhu
lingkungan pasien
 Cegah kebisingan yang
berlebihan, jika
diperlukan
Manajemen Nutrisi
Aktivitas:
 Tentukan status gizi
pasien dan kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Identifikasi alergi
makanan pada pasien
atau intoleransi
 Tentukan preferensi
makanan pasien
 Anjurkan pasien tentang
kebutuhan nutrisi (yaitu ,
membahas pedoman diet
dan piramida makanan)
 Berikan makanan pilihan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan yang lebih sehat ,
jika perlu
 Atur pola makan , yang
diperlukan ( yaitu ,
menyediakan makanan
berprotein tinggi,
menyarankan
menggunakan bumbu dan
rempah-rempah sebagai
alternatif untuk garam,
menyediakan pengganti
gula , meningkatkan atau
menurunkan kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin ,
mineral , atau suplemen )
 Sediakan lingkungan
yang optimal untuk
konsumsi makanan (
misalnya, bersih,
berventilasi baik, santai,
dan bebas dari bau yang
menyengat )
 Berikan obat sebelum
makan ( misalnya , nyeri
, anti emetik ), jika
diperlukan
 Anjurkan pasien pada
kebutuhan diet untuk
keadaan penyakit (
misalnya , untuk pasien
dengan penyakit ginjal ,
membatasi natrium ,
kalium , protein , dan
cairan)
 Anjurkan persiapan
makanan yang aman
3. Intoleransi aktivitas  Toleransi terhadap Energy management
berhubungan dengan aktivitas - kaji status fisiologis
kelemahan akibat  Daya tahan pasisen yang
anemia  Energi psikomotor menyebabkan kelelahan
Kriteria hasil : sesuai kontek usia dan
- Keefektivan pompa perkembangan
jantung - pilih intervensi untuk
- TTV dalam batas mengurangi kelelahan
normal baik secara farmakologi
- Kelemahan / kelelahan maupun non
tidak ada / berkurang farmakologi
- Perawatan diri : - monitor sistem
aktivitas sehari-hari kardiorespirasi pasien
(ADL) terpenuhi selama kegiatan (misal
- istirahat takikardi, distritmia,
dyspnea, diaphoresis,
pucat, tekanan
hemodinamik,
frekuensi pernafasan)
- Tentukan pembatasan
aktivitas fisik pasien
- Jelaskan tanda yang
menyebabkan
kelemahan
- Anjurkan periode
istirahat dan kegiatan
secara bergantian.
- Jelaskan apa dan
bagaimana aktivitas
yang dibutuhkan untuk
membangun energy
- Monitor intake nutrisi
yang adekuat
- Monitor pola tidur
- Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
- Anjurkan bedrest
- Lakukan ROM
aktif/pasif
- Monitor efek obat
stimulan dan depresan
- Monitor respon
oksigenasi pasien
Activity Therapy
- Pertimbangkan
kemampuan klien
dalam berpartisipasi
melalui aktifitas fisik
- Kolaborasi dengan
terapis dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas
- Bantu pasien memilih
aktivitas
- Bantu klien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi
kelemahan dalm level
tertentu
- Bantu klien untuk
menjadwalkan waktu-
waktu spesifk terkaid
aktivitas harian
- Membantu
mengidentifikasi
sumberdaya yang
dimiliki dalam
beraktivitas
- Membantu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Berikan reinforcemen
positif selama
beraktivitas
- Monitor respon
emosional, fisik, sosial
dan spiritual

3. Ketidakseimbangan 1) Status nutrisi 1) Manajemen Nutrisi


Nutrisi : Kurang Dari Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
Kebutuhan Tubuh tingkat nutrisi yang  Mengkaji adanya pasien
tersedia untuk dapat alergi terhadap makanan
Definisi : intake nutrisi memenuhi kebutuhan  Berkolaborasi dengan
tidak mencukupi untuk proses metabolik. ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan Setelah dilakukan menentukan jumlah
proses metabolik. tindakan keperawatan kalori dan jenis gizi yang
Batasan Karakteristik : selama 1x 24 jam dibutuhkan untuk
 Nafsu makan diaharapkan status memenuhi kebutuhan
menurun nutris kembali normal gizi pasien
 Berat badan menurun dengankriteria hasil :  Mengatur pola makan
(20% atau lebih  Intake nutrisi dan gaya hidup pasien
dibawah ideal) adekuat  Mengajarkan pasien
 Kelemahan/  Intake makanan bagaimana pola makan
kerapuhan pembuluh adekuat sehari- hari yang sesuai
kapiler  Intake cairan dalam dengan kebutuhan
 Penurunan berat batas normal  Memantau dan mencatat
badan dengan intake  Energi cukup masukan kalori dan
makanan yang cukup  Indeks masa tubuh nutrisi
 Kurangnya informasi dalam batas normal  Timbang berat badan
 Konjungtiva dan 2) Status nutrisi : asupan pasien dengan interval
membran mukosa makanan dan cairan yang sesuai
pucat Definisi : jumlah  Memberikan informasi
 Tonus otot buruk makanan dan cairan yang tepat tentang
dalam tubuh selama kebutuhan nutrisi dan
DS: waktu 24 jam. bagaimana cara
Setelah dilakukan memenuhinya
DO: tindkaan keperawatan  Membantu pasien untuk
selama 1 x 24 jam menerima program gizi
diaharapkan status yang dibutuhkan
nutrisi pasien kembali 2) Therapy nutrisi
normal dengan kriteria Aktivitas :
hasil :  Memantau makanan dan
 Intake makanan minuman yang dimakan
melalui oral adekuat dan hitung intake kalori
 Intake cairan sehari yang sesuai
melalui oral adekuat  Memantau ketepatan
 Intake cairan anjuran diet untuk
melalaui intravena memenuhi kebutuhan
dalam batas normal nutrisi sehari- hariyang
3) Status nutrisi : intake sesuai
nutrisi  Berkolaborasi dengan ahli
Definisi : intake nutrisi gizi untuk menentukan
yang dibutuhkan untuk jumlah kalori dan jenis
memenuhi proses gizi yang dibutuhkan
metabolic untuk memenuhi
Setelah dilakukan kebutuhan gizi pasien
tindkaan keperawatan 1  Memberikan makanan
x 24 jam diharapkan sesuai dengan diet yang
status nutrisi pasien dianjurkan
terpenuhi dengan  Memantau hasil labor
kriteria hasil : Memberikan
 Intake kalori  Mengajari kepada
dalam batas keluarga dan pasien
normal secara tertulis contoh diet
 Intake protein yang dianjurkan
dalam batas 3) Monitor Gizi
normal Aktivitas :
 Intake lemak  Memantau berat badan
dalam batas pasien
normal  Memantau turgor kulit
 Intake karbohidrat  Memantau mual dan
dalam batas muntah
normal  Memantau albumin, total
 Intake serat dalam protein, Hb, hematokrit,
batas normal dan elektrolit
 Intake mineral  Memantau tingkat energi,
dalam batas lemah, letih, rasa tidak
normal enak
 Memantau apakah
konjungtiva pucat,
kemerahan, atau kering
 Memantau intake nutrisi
dan kalori
4) Manajemen cairan/elektrolit
Aktivitas :
 Memantau tingkat serum
elektrolit
 Memantau albumin
serum dan kadar total
proteinPantau
ketidakseimbangan asam-
basa
 Mengenali dan
melaporkan adanya
ketidakseimbangan
elektrolit
 Pantau kehilangan cairan
dan elektrolit
 Pantau mual , muntah
dan diare
 Mengidentifikasi
pengobatan yang dapat
mengubah status
elektrolit , seperti
penyedotan GI , diuretik ,
anthiypertensives dan
calcium channel blockers
 Memantau penyakit
medis yang mendasari
yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit
5) Manajemen cairan
Aktivitas :
 Timbang BB tiap hari
 Pertahankan intake yang
akurat
 Pasang kateter urin
 Monitor status hidrasi
(seperti : kelebapan
mukosa membrane, nadi.
 Monitor status
hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
 Monitor hasil lab. terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
 Monitor TTV
 Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan
(seperti :edem, asites,
distensi vena leher)
 Monitor perubahan BB
klien sebelum dan
sesudah dialisa
 Monitor status nutrisi
6) Monitoring cairan
Aktivitas :
 Tentukan riwayat jumlah
dan jenis asupan cairan
dan kebiasaan eliminasi
 Menentukan faktor risiko
yang mungkin untuk
ketidakseimbangan
cairan
 pantau berat badan
 Memantau asupan dan
keluaran
 memantau nilai elektrolit,
serum dan urin , yang
sesuai
 memantau albumin serum
dan tingkat protein total
 Jauhkan catatan yang
akurat dari intake dan
output
 Memantau membran
mukosa , tugor kulit , dan
haus
 Monitor Warna, kuantitas
, dan berat jenis urine

4. Resiko Perdarahan 1. Derajat Kehilangan 1. Pencegahan perdarahan


Darah Aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan - Catat kadar
asuhan keperawatan hemoglobin /
selama...x24 jam diharapkan hematokrit sebelum
keparahan tanda dan gejala dan sesudah
perdarahan internal atau kehilangan darah,
eksternal tidak ada dengan sesuai indikasi
kriteria hasil : - Pantau adanya tanda
- Distensi abdomen dan gejala perdarahan
tidak ada yang persisten
- Penurunan tekanan (misalnya, periksa
darah sistolik tidak semua sekresi darah
ada terang atau darah
- Penurunan tekanan samar
darah diastolik tidak - Pertahankan tirah
ada baring selama
- Kulit dan membran perdarahan aktif
mukosa pucat ringan - Berikan produk darah
- Penurunan (misalnya, trombosit
hemoglobin tidak dan plasma beku
ada segar), sesuai
- Penurunan ketentuan
hematokrit tidak ada - Anjurkan pasien
2. Status Sirkulasi untuk meningkatkan
Setelah dilakukan asupan makanan yang
tindakan asuhan kaya vitamin K
keperawatan - Instruksikan pasien
selama...x24 jam, dan / atau
diharapkan aliran darah keluarganya pada
pada tekanan yang tepat tanda-tanda
melalui pembuluh darah perdarahan dan
dengan kriteria hasil : tindakan yang tepat
 Tekanan darah (misalnya,
normal memberitahukan
 Tekanan nadi perawat) jika
normal pendarahan terjadi
 Kekuatan nadi 2. Pengurangan perdarahan
normal Aktivitas :

 Tidak ada kelelahan - Identifikasi

 Wajah tidak pucat penyebab dari

 Tidak ada asites perdarahan


- Memantau pasien
secara ketat untuk
perdarahan
- Terapkan kompres
es ke daerah yang
terkena dampak ,
sesuai ketentuan
- Memantau jumlah
dan sifat kehilangan
darah
- Memantau ukuran
dan karakter
hematoma , jika ada
- Pantau status cairan ,
termasuk intake dan
output
3. Atur ketersediaan produk
darah untuk transfusi , jika
perlu Manajemen
pengobatan
Aktivitas :
- Tentukan obat yang
diperlukan
- Monitor efektivitas
pemberian obat
- Monitor ada gejala
toksisitas obat
- Monitor respon pasien
terhadap pengobatan
- Fasilitasi perubahan
pengobatan dengan
dokter
4. Identifikasi resiko
Aktivitas :
- Kaji ulang riwayat
kesehatan masa lalu
- Kaji ulang data yang
didapatkan dari
pengkajian resiko
- Identifikasi resiko
- Pertimbangkan status
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
- Rencanakan monitor
kesehatan
5. Manajemen trombolitik
Aktivitas :
- Kaji identitas pasien
- Kaji riwayat penyakit
sekarang dan riwayat
medis
- Lakukan pemeriksaan
fisik (seperti keadaan
umum, denyut
jantung, tekanan
darah, tingkat
pernafasan, suhu,
tingkatan nyeri,
tinggi,dan berat)
- Mendapatkan
tambahan data akses
intra vena
- Mengatur pemberian
agen trombolitik
berdasarkan pedoman
khusus
- Memberikan
tambahan obat sesuai
anjuran
- Monitor irama
jantung, tanda vital,
tingkat nyeri, bunyi
jantung dan paru,
tingkat kesadaran,
perfusi perifer, intake
dan output,
perubahan status
neorologi, dan untuk
resolusi gejala yang
di tunjukkan
- Amati tanda
perdarahan
6. Terapi Intravena
Aktivitas :
- Verifikasi Agar terapi
IV
- Instruksikan pasien
tentang prosedur
- Menjaga teknik aseptik
yang ketat
- Periksa solusi untuk
jenis, jumlah, tanggal
kedaluwarsa, karakter
dan solusi , dari
kurangnya kerusakan
container
- Lakukan lima hak
sebelum memulai infus
atau pemberian obat-
obatan ( obat yang
tepat, dosis, pasien,
rute, dan frekuensi )
- Pilih dan menyiapkan
pompa infus IV seperti
yang ditunjukkan
- Berikan obat IV, seperti
yang ditentukan dan
memantau hasil
- Memantau laju aliran
intravena dan situs
intravena selama infus .
- Pantau kelebihan cairan
dan reaksi fisik
- Pantau patensi IV
sebelum pemberian
obat IV
7. Manajemen shock
Aktivitas :
- Memantau tanda-
tanda vital,
orthostatik tekanan
darah, status mental,
dan pengeluaran urin.
- Memposisikan pasien
untuk perfusi optimal.
- Memberikan dan
menjaga kepatenan
jalan nafas yang
sesuai.
- Monitor
kecenderungan di
dalam parameter
hemodynamic (
e.g.,CVP, PETA,
kapiler berkenaan
dengan paru-paru /
tekanan baji
nadi/jalan utama.)
- Monitor faktor
penentu penyerahan
oksigen isu ( e.g.,
Pao2, Sao2,
Hemoglobin
Tingkatan, CO), jika
tersedia.
- Monitor sublingual
gas asam-arang
dan/atau mengukur
yang berhubungan
dengan lambung ke
nometry, yang sesuai
- Memenuhi sel darah
merah, plasma
dibekukan segar,
dan/atau platelets,
yang sesuai
- Monitor status cairan,
termasuk yang sehari-
hari anak timbangan
, yang tiap jam
keluaran urin, I&O.
- Memonitor fungsi
berkenaan dengan
ginjal ( e.g., BUN, Cr
Tingkatan,
pemeriksaan
Creatinine).
8. Administrasi Produk
Darah
Aktivitas :
- Mendapatkan
informed consent
pasien
- Pastikan bahwa
produk darah telah
disiapkan , diketik ,
untuk penerima
- Verity benar pasien ,
golongan darah , tipe
Rh , jumlah satuan ,
dan tanggal
kedaluwarsa , dan
merekam per agen
protokol
- Anjurkan pasien
tentang tanda-tanda
dan gejala dari reaksi
transfusi ( gatal ,
pusing , sesak napas ,
dan / atau nyeri dada
)
- Siapkan pompa IV
disetujui untuk
pemberian produk
darah , jika
diindikasikan
- Melakukan
venipumcture ,
menggunakan teknik
yang sesuai
- Hindari transfusi
lebih dari satu unit
darah atau produtc
darah pada satu
waktu , kecuali
diharuskan oleh
kondisi penerima
- Monitor TTV (
misalnya basiline ,
sepanjang , dan
sesudah transfusi )
- Pantau reaksi
transfuse
- Memantau dan
mengatur laju aliran
selama transfusi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Nama Kelompok : H’18

Siklus : Keperawatan Anak

Tempat Praktek : Ruang Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2018

Tanggal klien masuk : 06 Maret 2018

N o. RM : 01.00.84.24

I. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. Z

BB/TB : 10 kg / 90 cm

Tempat Tanggal Lahir : Sago, 10 September 2016

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Anak : Belum sekolah

Anak ke :2

Nama Ibu : Ny. W

Pekerjaan : Karyawan Honorer

Pendidikan : Diploma IV/STRATA I

Alamat : Jambak dusun, desa kapeh panji jaya talaok,


kecamatan bayang, pesisir selatan

Dx. Medis : Akute limpoblastik leukemia (ALL)

II. KELUHAN UTAMA


(Alasan Masuk RS)
Klien masuk rumah sakit melalui IGD RSUP. DR. M. Djamil pada
tanggal 06 Maret 2019 pukul 21.10 WIB, klien datang bersama orangtua
dengan perut tampak membuncit sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Klien tampak pucat, terdapat bercak kebiruan pada lutut sebelah kiri sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit, disertai bercak kemerahan di lidah dan
seluruh tubuh.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pada saat pengkajian tanggal 11 Maret 2019 pukul 22.00 WIB


dengan hari rawatan ke 6, tapi hari rawatan ke 2 di ruang kronis, ditemukan
Orang tua mengatakan demam anak naik turun suhu 40°C, orang tua
mengatakan anak tampak pucat dan lemas, orang tua mengatakan anak
sering rewel. Hb : 6,9 g/dl, klien tampak pucat dan mukosa bibir kering.
Klien mendapatkan tranfusi 3 kantong darah merah dan 3 kantong darah
putih sejak dirawat. Klien sering menangis karena nyeri. Klien tidak selera
makan.

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal :
Ibu klien mengatakan saat hamil, ia mengalami mual muntah pada
trimester pertama kehamilan, ibu klien memeriksa kehamilannya secara
teratur di klinik bidan dan puskesmas terdekat di rumahnya, ibu klien
mengatakan keluhan yang sering dialami selama kehamilan tidak ada, ibu
klien mendapat suplemen penambah darah dan suplemen kalsium dari
puskesmas, klien mengatakan menerima imunisasi TT di puskesmas.
2. Intranatal :
Ibu klien mengatakan melahirkan di rumah sakit dengan ditolong
oleh dokter. Ibu klien melahirkan secara normal dengan partus spontan
dengan usia kehamilan cukup bulan. Saat melahirkan ibu mengalami
hipertensi dengan tekanan darah 180/100 mmHg. Klien lahir dengan berat
2,2 Kg dan panjang 47 cm. Klien tidak mengalami kelainan bawaan lahir.
3. Postnatal :
Ibu klien mengatakan klien mendapat kolostrum setelah lahir. Klien
mendapatkan ASI eklusif selama 1 bulan dan didampingi dengan susu
formula. Anak tidak mengalami gangguan terlambat dalam psikomotor.
V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Sebelum didiagnosa ALL pasien di rawat di RSUD M.Zein pada
bulan februari 2018 selama 4 hari dengan keluhan perut membuncit dan
pasien tampak pucat. Setelah 4 hari dirawat, orangtua pasien minta pulang
paksa dan berobat herbal selama sebulan. Pasien masuk kembali ke rumah
sakit RSUP Dr. M. Djamil pada bulan maret 2018 dengan keluhan
perdarahan di mulut dan hidung. Pasien dirawat sampai bulan September
2018 dan setelah itu orang tua merasa kalau anaknya sudah sembuh dan
tidak perlu berobat lagi. Orangtua minta pulang paksa dan tidak
meneruskan pengobatan anaknya hingga tanda-tanda ALL muncul
kembali.
2. Pernah dirawat di RS: RSUD M.Zein dengan indikasi anak perut buncit
dan pucat.
3. Obat- obatan yang pernah digunakan: obat kemoterapi
4. Alergi : tidak ada
5. Kecelakaan : tidak ada
6. Riwayat imunisasi : lengkap

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA disertai Genogram 3 (tiga)


Keterangan :
= Laki-
laki
=
Perempuan

= Pasien
Ibu Klien mengatakan tidak ada dalam anggota keluarga yang
memiliki kelainan darah seperti ALLyang diderita klien. Ibu Klien
mengatakan ada riwayat hipertensi dalam keluarganya. Ibu klien mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit keganasan
lainnya, diabetes melitus, atau penyakit genetik lainnya.

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


1. Kemandirian dan bergaul : Klien belum bisa bergaul ke teman sebaya
secara aktif. Klien makan dan minum masih dibantu orangtua. Seluruh
kegiatan klien dibantu oleh orangtua.
2. Motorik Kasar : Normal
3. Motorik Halus : Kognitif dan Bahasa : Normal
4. Psikososial : Klien trauma dengan perawat
5. Lain-lain : tidak ada masalah
VIII. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh klien : orangtua
2. Hubungan dengan anggota keluarga : anak kandung
3. Hubungan dengan teman sebaya : klien lebih sering bermain
dengan kakak dan ibunya saat berada di rumah
4. Pembawaan secara umum : klien anak yang ceria
5. Lingkungan rumah : bersih, rumah permanen
dengan jamban berada di dalam rumah, sumber air PDAM, keluarga
selalu membuang sampah dengan dibakar, dan perkarangan cukup luas
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Composmentis, GCS = 15
2. TB/ BB (cm) : 90 cm/ 10 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 46 cm (normal)
b. Rambut : Kebersihan : rambut bersih, tidak ada
kotoran/ketombe
Warna : hitam
Tekstur : halus
Distribusi rambut: merata, tidak rontok
4. Mata : Simetris kiri dan kanan, cekung
Sclera : tidak ikterik
Konjungtiva : anemis
Palpebra : simetris
Pupil : Ukuran (2 mm) Bentuk (isokor) Reaksi Cahaya ada (+/+)
5. Telinga : simetris kiri kanan, tidak ada serumen, pendengaran baik
6. Hidung : septum simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada
sinus
7. Mulut : mulut tampak ada lesi warna bibir pucat mukosa bibir
kering
a. Lidah : tampak bersih
b. Gigi : bersih, gigi belum lengkap tumbuh, gusi tidak berdarah
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening : tidak ada pembesaran
b. Kelenjer Tiroid : tidak ada pembesaran
c. JVP : tidak ada pembesaran
9. Dada
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada
suprasternal
b. Palpasi : fremitus teraba kiri dan kanan
c. Perkusi : terdengar suara timpani
d. Auskultasi : terdengar suara vaskuler
10. Jantung
a. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat di medial linea mid
clavicula sinistra ICS 4
b. Palpasi : iktus kordis teraba di medial linea mid clavicula
sinistra ICS 4
c. Perkusi : terdengar suara pekak, tidak ada tanda pembesaran
jantung
d. Auskultasi : bunyi jantung reguler
11. Paru-paru :
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada
suprasternal
b. Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
c. Perkusi : terdengar suara timpani
d. Auskultasi : vesikuler
12. Abdomen
a. Inspeksi : permukaan abdomen cembung (membuncit), adanya
distensi abdomen
b. Palpasi : hepar teraba, lien tidak teraba
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus
13. Punggung : bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk
14. Ekstremitas : kekuatan dan tonus otot : 5555 5555
refleks-refleks : baik 5555 5555
a. Atas : tidak ada udem, tidak ada lesi, CRT< 2 detik
b. Bawah : tidak ada udem, ada pupura pada betis, CRT< 2
detik
15. Genitalia : bersih, tidak ada lesi, tidak ada kelainan bentuk
16. Kulit : Warna: pucat, terdapat bercak merah pada kulit,
Integritas: baik. Elastisitas : kembali ke bentuk semula <2 detik
17. Pemeriksaan neurologis : sistem neurologis (nervus I-XII) baik, tidak
terjadi penurunan kesadaran, tidak ada kelumpuhan atau rangsangan
meningeal, tidak ada tanda PTIK, dan tidak ada kejang.
X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG
- DDST
Dari data DDST didapatkan anak tidak ada keterlambatan tumbuh
kembang

- STATUS NUTRISI
Berat Badan : 10 kg
Panjang Badan : 90 cm
IMT = BB/(PB)2 = 10/(90)2= 12,3 (kurus)
XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL
Anak terlihat takut pada perawat, terutama yang berbaju putih. Setiap
melihat perawat mendekatinya anak langsung ketakutan dan menangis.
XII. PEMERIKSAAN SPIRITUAL

Anak belum balig dan masih balita sehingga untuk spiritual belum ada
dikerjakan oleh anak.

XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium Hematologi : (11 Maret 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi

Hemoglobin 6,9 g/dl 10,4-15,1 Rendah

Leukosit 31.290 /mm3 6.000-18.000 tinggi

Eritrosit 2,7 Juta 3,6-5,2 rendah

Trombosit 20.000 /mm3 150.000-450.000 rendah

Hematokrit 21% 35-51 Rendah

Hitung jenis

Bisofil 0% 0-2 Normal

Eosinofil 0% 1-4 Rendah

N.Batang 0% 0-5 Normal

N.Segmen 3% 20-40 rendah

Limfosit 45% 48-78 Rendah

Monosit 1% 2-11 rendah

XIV. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No Jenis Kebutuhan Di Rumah/sebelum Di Rumah sakit
sakit
1 Makan Makan nasi sepiring Makan roti
kecil
2 Minum Susu Susu

3 Tidur 2-3 jam (siang) 2-3 jam (siang)


7-8 jam (malam) 6-7 jam (malam)

4 Mandi Dibantu Dibantu

5 Eliminasi BAK 5-6 kali BAK 4-5 kali


perhari sehari

6 Bermain Dibantu Tidak ada

XV. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

An. Z berusia 2 tahun 6 bulan dengan ALL dengan BB 10 kg dan TB 90


cm datang ke rumah sakit melalui IGD RSUP. DR. M. Djamil pada tanggal 06
maret 2019 pukul 21.10 WIB, Orangtua datang sendiri dengan keluhan anak
tampak pucat dan perut membuncit sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Terdapat bercak kebiruan pada lutut sebelah kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, disertai bercak kemerahan diseluruh tubuh. BAB dan BAK anak lancar.
Keadaan umum sedang dengan tanda-tanda vital : N: 80x/i, S: 38 oC, RR: 20 x/i.

Data Fokus :

Orang tua mengatakan anak demam anak naik turun, orang tua mengatakan
anak tampak pucat dan lemas, orang tua mengatakan anak sering rewel, Klien
tampak pucat dengan Hb 6,9 g/dl, mukosa bibir kering dan konjungtiva anemis.
Klien tidak selera makan dan tampak kurus. Klien sering menangis karena nyeri
apalagi jika disuntik dan ketakutan melihat perawat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifna perfusi jaringan perifer b.d ketidak adekuatan jumlah
eritrosit (Hb)
b. Resiko Infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
(Imunosupresien)

NO NANDA NOC NIC


1. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi :
jaringan perifer keperawatan selama ..... Insufisiensi Arteri
berhubungan dengan jam, kondisi klien dapat Aktivitas :
kurang pengetahuan menunjukkan :  Lakukan pemeriksaan
tentang proses penyakit Perfusi jaringan : Perifer fisik sitem
Status Sirkulasi kardiovaskuler atau
Integritas Jaringan : Kulit penilaian yang
komprehensif pda
dan Membran mukosa
sirkulasi perifer
Dengan kriteria hasil : (Memeriksa denyut nadi,
edema, waktu pengisian
- Suhu kulit ujung kaki dan kapiler, warna dan suhu)
tangan di kisaran normal  Evalusi edema dan
- Integritas kulit yang baik denyut nadi
dapat dipertahankan  Tempatkan tangan dan
kaki daalm posisi
-Tekanan systole dan
tergantung dengan tetap
dyastole dalam batas normal
 Ubah posisi pasien
-Tidak adanya edema setidaknya setiap 2 jam
perifer dan asites  Berikan kehangatan
-Muka pucat tidak (tambahan pakaian tidur,
ditemukan meningkatkan suhu
-Tidak ada kerusakan kulit kamar) dengan tepat
-Tekanan nadi dalam batas
Manajemen Cairan
normal
Aktivitas :
-Tidak ada distensi vena  Timbang berat badan
leher setiap hari dan monitor
-Tidak ada kelelahan status pasien
-Adanya peningkatan berat  Hitung atau popok
badan dengan baik
-Piting edema dalam batas  Jaga intake atau asupan
normal yang akurat dan catat
output
-Integritas kulit dalam batas
 Monitor status hidrasi
normal (membran mukos
alembaba, denyut nadi
adekuat, dan tekanan
darah ortostatik)
 Monitor hasil boratorium
yang relevan dengan
retensi cairan
(peningkatan berat jenis,
penongkatan BUN,
oenurunan hematokrit,
dan peningkatan kadar
osmolalitas urin)
 Monitor status
hemodinamik, termasuk
CVP, MAP, PAP, dan
PCWP jika ada
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji lokasi dan luasnya
edema
 Berikan terapi IV, seperti
yang ditentukan
 Monitor status gizi
 Tingkatkanasupan oral
 Dukungan pasien dnegan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan dengan
baik
 Atur ketersediaan produk
darah untuk trafusi jika
diperlukan
 Persiapkan pemberian
produk darah (misalnya,
cek darah dan
mempersiapkan
pemasnagan infus)
 Berikan produk-produk
darah (misalnya,
trombosit dan plasma
yang baru)
Monitor Neurologi
Aktivitas :
 Pantau ukuran pupil,
bentuk, kesimetrisan, dan
reaktivitas
 Monitor tingkat
kesadaran
 Monitor tingkat orientasi
 Monitor sattus
pernafasan : nilai ABG,
tingkat oksimetri,
kedalaman, pola,
laju/tingkat, dan usaha
(nafas)
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor respon cara
berjalan
 Monitor karakteristik
cara berbicaa :
kelancaran, adanya
aphsia taau kesulitan
menemukan kata
 Monitor pareshtesia :
mati rasa dan kesemutan

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Asuhan Pengawasan Kulit


berhubungan dengan Keperawatan selama … Aktivitas:
menurunnya sistem jam, kondisi klien dapat  Periksa kulit dan
pertahanan tubuh menunjukan : membran mukosa untuk
Infeksi Severity kemerahan, kehangatan
- ruam pada kulit tidak ada ekstrim, edema atau
- tanda-tanda infeksi tidak drainase/ cairan yang
ada dikeluarkan.
 Amati ekstremitas
untuk warna,
kehangatan, bengkak,
denyut nadi, tekstur,
edema dan ulserasi
 Periksa kondisi insisi
bedah, yang sesuai
 Gunakan alat penilaian
untuk mengidentifikasi
pasien yang beresiko
untuk kerusakan kulit
 Pantau warna dan suhu
kulit
 Pantau kulit dan
membran mukosa untuk
daerah perubahan
warna, memar dan
kerusakan
 Pantau sumber tekanan
dan gesekan
 Pantau infeksi, terutama
dari daerah edema
 Ajarkan anggota
keluarga/ pengasuh
tentang tanda-tanda
kerusakan kulit, yang
sesuai
Manajemen Pengobatan
Aktivitas:
 Pelihara lingkungan yang
memaksimalkan
keamanan dan efisien
administrasi pengobatan
 Periksa dosis dari
pesanan obat sebelum
pemberian obat.
 Menulis resep obat dari
obat yang
direkomendasikan, harus
tepat, mengikuti
penulisan resep dari
dokter
 Monitor kemungkinan
dari alergi obat, interaksi
dan kontraindikasi obat
termasuk obat di apotik
dan obat herbal
 Catat alergi pasien
sebelum pemberian
masing-masing obat dan
obat pegangan, jika
diperlukan
 Persiapkan pengobatan
menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat
untuk modaliti
administrasi pengobatan
 Verifikasi perubahan
pengobatan dari periode
sebelumnya (seperti
menghancurkan obat
tablet, obat ural melalui
syring intravena,
kemasan yang tidak
biasa)
 Monitor tanda-tanda vital
dan nilai laboratorium
sebelum administrasi
pengobatan, jika
diperlukan
 Bantu klien untuk
mengambil obat
 Berikan pengobatan
dengan menggunakan
teknik dan rute yang
tepat
Identifikasi Resiko
Aktivitas:
 Lihat kembali riwayat
kesehatan yang lalu dan
dokumentasi sebagai
petunjuk dari diagnose
medis dan keperawatan
yang masih ada atau
yang dahulu
 Tinjau data yang berasal
dari tindakan penilaian
risiko rutin
 Menentukan ketersediaan
dan kualitas sumber daya
(misalnya, psikologis,
keuangan, pendidikan,
keluarga dan masyarakat
sosial, dan lainnya)
 Mengidentifikasi sumber
daya instansi untuk
membantu dalam
mengurangi faktor risiko
 Mengidentifikasi risiko
biologis, lingkungan, dan
perilaku dan keterkaitan
mereka
 Menentukan kesesuaian
dengan perawatan medis
dan keperawatan
 Menginstruksikan faktor-
faktor risiko dan rencana
pengurangan risiko
 Mendiskusikan dan
merencanakan kegiatan-
kegiatan pengurangan
risiko bekerja sama
dengan individu atau
kelompok
 Melaksanakan kegiatan
pengurangan risiko
 Memulai rujukan ke
perawatan kesehatan
pribadi dan / atau
instansi
 Rencana pemantauan
jangka panjang risiko
kesehatan
 Rencana jangka panjang
tindak lanjut dari strategi
dan kegiatan
pengurangan risiko
Manajemen Lingkungan
Aktivitas:
 Ciptakan lingkungan
yang nyaman
 Kenali kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan pada
keadaan fisik dan fungsi
kognitif dan kebiasaan
masa lampau
 Tempatkan peralatan di
ruangan yang telah ditata
seperlunya dengan
mengakomodasi
ketidakmampuan
pasien/keluarga
 Tempatkan benda-benda
yang sering digunakan
dalam jangkauan pasien
 Ciptakan kebersihan,
tempat tidur dan
lingkungan yang nyaman
 Sediakan linen dan gaun
yang bebas dari noda
 Atur rapi persediaan dan
linen yang biasa
digunakan pasien
 Kurangi rangsangan
lingkungan, jika
diperlukan
 Hindari pemaparan yang
tidak perlu, terlalu panas/
terlalu dingin
 Jika suhu tubuh berubah,
penuhi kebutuhan suhu
lingkungan pasien
 Cegah kebisingan yang
berlebihan, jika
diperlukan
Manajemen Nutrisi
Aktivitas:
 Tentukan status gizi
pasien dan kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Identifikasi alergi
makanan pada pasien
atau intoleransi
 Tentukan preferensi
makanan pasien
 Anjurkan pasien tentang
kebutuhan nutrisi (yaitu ,
membahas pedoman diet
dan piramida makanan)
 Berikan makanan pilihan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan yang lebih sehat ,
jika perlu
 Atur pola makan , yang
diperlukan ( yaitu ,
menyediakan makanan
berprotein tinggi,
menyarankan
menggunakan bumbu
dan rempah-rempah
sebagai alternatif untuk
garam, menyediakan
pengganti gula ,
meningkatkan atau
menurunkan kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin ,
mineral , atau suplemen )
 Sediakan lingkungan
yang optimal untuk
konsumsi makanan (
misalnya, bersih,
berventilasi baik, santai,
dan bebas dari bau yang
menyengat )
 Berikan obat sebelum
makan ( misalnya , nyeri
, anti emetik ), jika
diperlukan
 Anjurkan pasien pada
kebutuhan diet untuk
keadaan penyakit (
misalnya , untuk pasien
dengan penyakit ginjal ,
membatasi natrium ,
kalium , protein , dan
cairan)
 Anjurkan persiapan
makanan yang aman
ANALISA DATA

No. Data Penyebab/Etiologi Diagnosa


Keperawatan
1. Ds : Sel normal digantikan Perfusi jaringan
- Orang tua mengatakan dengan sel kanker perifer tidak
anaknya tampak pucat efektif
- Orang tua mengatakan
anak tampak lemas dan Depresi sumsum tulang
rewel belakang
Do :
- Pasien tampak pucat
- Hb: 6,9 g/dl Eritrosit menurun
- Pada mulut tampak ada
lesi
- Warna bibir pucat Anemia
- Mukosa bibir pasien
kering
- CRT <2 Hb turun

Oksihemoglobin turun

Perfusi jaringan tidak


efektif

Perfusi jaringan periferal


tidak efekttif

2. Ds : Depresi sumsum tulang Resiko Infeksi


- Orang tua mengatakan belakang
demam anak naik turun
- Orang tua mengatakan
anak tampak lemas dan Leukosit abnormal
rewel

Do: Resiko infeksi


- Leukosit : 31.290 /mm3
- Nadi: 80x/i, Suhu: 38
o
C, RR: 20 x/i
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Kelompok akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan
studi kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada An.Z dengan diagnosa
ALL (Leukemia Limfoblastik Akut) di Bangsal Kronik Anak RSUP Dr.
M.Djamil Padang, pada tanggal 11 Maret 2019. Pembahasan yang penulis
lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif
secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan
bagi individu, keluarga dan komunitas. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan
pasien, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku
pasien.
Pengkajian dimulai dari riwayat kesehatan pasien meliputi keluhan
utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat
kesehatan keluarga. Klien masuk rumah sakit melalui IGD RSUP. DR. M.
Djamil pada tanggal 06 Maret 2019 pukul 21.10 WIB, klien datang
bersama orangtua dengan perut tampak membuncit sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Klien tampak pucat, terdapat bercak kebiruan pada
lutut sebelah kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai bercak
kemerahan di lidah dan seluruh tubuh.
Pada saat pengkajian tanggal 11 Maret 2019 pukul 22.00 WIB dengan
hari rawatan ke 6, tapi hari rawatan ke 2 di ruang kronis, ditemukan Orang
tua mengatakan demam anak naik turun, orang tua mengatakan anak
tampak pucat dan lemas, orang tua mengatakan anak sering rewel. Hb : 6,9
g/dl, klien tampak pucat dan mukosa bibir kering. Klien mendapatkan
tranfusi 3 kantong darah merah dan 3 kantong darah putih sejak dirawat.
Klien sering menangis karena nyeri. Klien tidak selera makan.
Dari hasil pemeriksaan dan teori yang didapatkan pada penderita ALL
secara umum manifestasi klinis ialah anemia, mual, muntah, diare, lesi
mukosa mulut. Pada pasien kelolaan kelompok manifestasi klinis yang
yang didapatkan ialah anoreksia, anemia, dan lesi mukosa mulut,
sedangkan untuk diare, mual dan muntah tidak ditemukan pada pasien, hal
ini dikarenakan pasien belum menjalani kemotrapi. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh anver,dkk (2017) menyatakan bahwa mual,
muntah dan diare pada penderita ALL merupakan efeksamping
kempotrapi yang dijalani oleh pasien karena adanya kerusakan sel mukosa
saluran cerna.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis terhadap pasien
kelolaan, penulis mendapatkan 2 diagnosa yaitu ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan resiok infeksi. .
Diagnosa ketidakefektifa perfusi jaringan perifer b.d ketidak adekuatan
jumlah eritrosit (Hb). Dengan data subjektif orang tua mengatakan anaknya
tampak pucat, lemas dan rewel. Data objektif pasien tampak pucat, Hb: 6,9
g/dl, pada mulut tampak ada lesi, warna bibir pucat, mukosa bibir pasien
kering, CRT <2.
Selanjutnya untu diagnosa kedua resiok infeksi b.d menurunnya sistem
pertahanan tubuh (Imunosupresien). Dengan data subjektif orang tua
mengatakan demam anak naik turun, anak tampak lemas dan rewel. Leukosit
: 31.290 /mm3,Nadi: 80x/i, Suhu: 38 oC, RR: 20 x/i.
Secara teori diagnosa yang didapatkan pada penderita ALL pada pasien
yang dikelola kelompok sudah sesuai diantaranya ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan resiok infeksi. .
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan
keperawatan pada klien dalam hal ini disesuaikan dengan NANDA, NOC dan
NIC. Dalam rencana keperawatan dituliskan perawat membina hubungan
saling percaya pada pasien dengan alasan dapat membantu pasien untuk lebih
terbuka dan mampu berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga perlu
melakukan kontak sering dan singkat secara bertahap dengan pasien, agar
pasien merasa keberadaan perawat menunjukan kepedulian dan perhatian
kepada pasien. Perawat juga harus mengobservasi pasien dari tanda – tanda
dari perburukan penyakit.
Diagnosa ketidakefektifa perfusi jaringan perifer b.d ketidak adekuatan
jumlah eritrosit (Hb) yaitu perawatan sirkulasi, manajemen cairan, monitor
dan neurologi. Selanjutnya untu diagnosa kedua resiok infeksi b.d
menurunnya sistem pertahanan tubuh (Imunosupresien) yaitu pengawasan
kulit, manajemen pengobatan, manajemen lingkungan, manajemen nutrisi.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan adalah suatu kegiatan pemberian
asuhan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam
implementasi pada kasus ini kelompok sudah membuat perencanaan yang
sudah tertulis sebelum melakukan tindakan. Sebelum melaksanakan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien saat ini.
Implementasi yang sudah kelompok lakukan kepada pasien kelolaan ialah
pemeriksa denyut nadi, edema, waktu pengisian kapiler, warna dan suhu,m
onitor status hidrasi (membran mukosa lembaba, denyut nadi adekuat),
monitor hasil laboratorium, monitor TTV, pemberian terapi IV, monitor
status gizi, mempersiapkan produk darah, monitor tingkat kesadaran, monitor
mual dan muntah, monitor keadaan dan kelembapan kulit, warna,
pertahankan lingkungan yang maksimal.
Adapun implementasi yang tidak dapat dilakukan oleh kelompok ialah
memonitor status hemodinamik, menimbang berat badan setiap hari,
perencanaan rujukan. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya kompotensi
dan kemampuan kelompok dalam melakukan tindakan tersebut dan fasilitas
yang kurang memadai.

E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan evaluasi dari data subjektif dan data objektif yang diperoleh
setelah melakukan implementasi terhadap pasien didapatkan hasil bahwa
masalah teratasi sebagian dari outcome yang ingin diharapkan.

F. Terapi obat yang diberikan


Selama pasien dirawat di rumah sakit, pasien mendapatkan therapi obat
untuk membantu menstabilkan kondisi pasien. Therapi yang didapatkan
transfui darah merah dan trombosit untuk memenuhi dan menstabilkan kadar
hemoglobin dan trombosit dalam tubuh, paracetamol untuk menstabilkan
suhu tubuh, dexamethasone untuk mengurangi proses inflamasi, fluconazole
dan ceftazidime berfungsi untuk mengurangi dan mencegah infeksi jamur,
gentamicine obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, enystatin obat yang berfungsi
mengobati infeksi jamur pada mulut.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan dan disesuaikan dengan tujuan khusus dari
penulisan studi kasus, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian utama pada An. Z dengan diagnosa ALL terfokus pada
pengkajian gangguan fungsi perifer, monitoring cairan dan nutrisi pada
pasien. Seluruh data didapatkan dari pasien dan kelurga selama wawancara
di rumah sakit.

2. Diagnosa keperawatan diangkat pada kasus An. Z adalah 2 diagnosa yaitu


Diagnosa ketidakefektifa perfusi jaringan perifer b.d ketidak adekuatan
jumlah eritrosit (Hb) dan resiok infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan
tubuh (Imunosupresien).

3. Intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan yang dilakukan selama


3 hari dari 11 Maret sampai 13 Maret 2019 di lakukan sesuai NANDA,
NOC, dan NIC kemudian di evaluasi sesuai kriteria yang telah dipilih dan
intervensi yang telah dilakukan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang
diharapkan bermanfaat.
1. Bagi rumah sakit
Menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan pasien untuk
penyembuhan, rumah sakit menyediakan perawat professional guna
membantu penyembuhan pasien.
2. Bagi pasien
Perlunya peningkatan pengetahuan bagi pasien dan keluarga tentang
informasi penyakit yang diderita, khususnya keteraturan minum obat
pasien dan ketaatan menjalani pengobatan yang telah disusun dan di
konsulkan oleh tim kesehatan seluruhnya baik perawat, dokter, gizi,
farmasi, atau lainnya.
3. Bagi institusi
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan khususnya pada asuhan keperawatan medikal bedah.
DAFTAR PUSTAKA

Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi
Edisi 7. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi.Edisi 2.


Jakarta: Erlangga

Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit


dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Keliat, Budi (2017). Nanda Dignosis Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi


2018-2020 Ed.11 . Jakarta : Kedokteran EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2010.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al. Development of
risk-based guidelines for pediatric cancer survivors: the Children'sOncology
Group Long-Term Follow-Up Guidelines from the Children's Oncology
Group Late Effects Committee and Nursing Discipline. J Clin Oncol. 2004 ;
22(24) : 4979-90.

Smeltzer Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC;.2. Tucke

Anda mungkin juga menyukai