Referat Rsko
Referat Rsko
Disusun oleh:
Isabella Ruth
1765050148
Dosen Pembimbing:
dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ (K), S.H.
dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked (KJ), Sp.KJ
dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu
pemenuhan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur,
Jakarta.. Referat yang berjudul “Pikiran Ruminasi Pada Depresi” diharapkan dapat
memiliki manfaat bagi penulis dan pembaca referat ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam melaksanaan pendidikan kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Jiwa, banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi, namun berkat
bimbingan dan arahan dari para dokter, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan
referat ini.
Maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat dr.
Gerald Mario Semen, Sp. KJ, S.H., dr. Imelda Wijaya, Sp. KJ, dan dr. Herny Taruli
Tambunan, M.Ked(KJ), Sp. KJ selaku dosen pembimbing referat, atas kesediaan
waktu, berbagi pikir, memberi arahan dan pandangan dalam sudut tinjau ilmiah demi
terselesaikannya refarat ini. Serta teman-teman kepaniteraan FK UKI yang saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam program kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Jiwa RSKO Cibubur.
Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat menerima kritik dan saran yang
membangun agar dapat menjadi bekal yang baik dalam penulisan berikutnya.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
2. 1. Definisi...................................................................................................................... 6
2.6 Hubungan Antara Perenungan dan Kesehatan / Penyakit Fisik .......................... 13-14
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.LATAR BELAKANG
Ruminasi seperti rekaman yang macet dan terus mengulangi lirik yang
sama. Seperti mengulang argumen dengan teman di benakmu. Seperti
menelusuri kesalahan masa lalu. Ketika orang merenung, mereka terlalu
memikirkan atau terobsesi dengan situasi atau peristiwa kehidupan, seperti
pekerjaan atau hubungan. Para peneliti telah menunjukkan bahwa ruminasi
dikaitkan dengan berbagai konsekuensi negatif, termasuk depresi, kegelisahan,
gangguan stres pasca-trauma1.
4
Masalahnya muncul ketika sesuatu yang benar-benar membuat frustrasi,
mengancam, atau menghina terjadi pada kita - sesuatu yang sulit diterima2.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Ruminasi adalah bentuk respons diri terhadap suatu stres yang dilakukan
dengan cara memikirkan kejadian yang membuat kita stres secara berulang-
ulang. Kita memikirkan saat dikecewakan oleh teman, kemudian muncul rasa
frustrasi dan kecewa. Kemudian kita berpikiran buruk tentang teman itu secara
berulang-ulang. Baiknya kita mulai menyadari kalau sedang terjebak dalam
lingkaran “setan”. Penyadaran membuat kita menghentikan siklus lingkaran
“setan” tersebut. Penyadaran diibaratkan jadi langkah awal dalam menghadapi
emosi negatif yang muncul2.
6
2. 2. Model-model Ruminasi
7
Context Conceptualization of Findings
Rumination
8
Teori ruminasi yang paling produktif adalah Teori Response Styles Nolen-
Hoeksema (RST, Tabel 1). Dalam RST, perenungan terdiri dari pemikiran
berulang tentang penyebab, konsekuensi, dan gejala dari pengaruh negatif
seseorang. Meskipun ini adalah konseptualisasi ruminasi yang paling banyak
digunakan dan didukung secara empiris, beberapa aspek teori, seperti
komponen gangguan, telah menerima dukungan campuran. Selain itu, Response
Styles Questionnaire (RSQ) telah dikritik karena tumpang tindihnya dengan
Beck’s Depression Inventory, tumpang tindihnya dengan kekhawatiran, dan
tumpang tindihnya dengan bentuk positif dari pemikiran berulang seperti
refleksi. RST juga tidak membahas bagaimana perenungan cocok dengan
proses biologis atau kognitif lainnya seperti perhatian atau keyakinan
metakognitif3.
9
2. 3. Hubugan Dengan Perilaku Lainnya
10
mengandung pemikiran tentang stres, mengatasi, keadaan, suasana hati, dll.
Dalam mendukung ini, perenungan adalah prediktor yang lebih baik dari
depresi daripada kesadaran diri pribadi, sekali lagi mendukung diferensiasi
konstruk7.
2. 3. 3. Pemikiran berulang
Perenungan juga telah ditandai sebagai salah satu dari banyak jenis
pemikiran berulang, yang didefinisikan sebagai, "berpikir dengan penuh
perhatian, berulang, atau sering tentang diri sendiri dan dunia seseorang,".
Menurut konseptualisasi ini, pemikiran berulang dapat mencakup respons
kognitif adaptif dan maladaptif seperti kekhawatiran, perenungan depresi,
refleksi, proses emosional trauma, perencanaan, latihan, bekerja, dan pikiran-
pikiran yang mengganggu8.
Obsesi
11
dikonseptualisasikan sebagai berbahaya karena gangguannya dalam pemecahan
masalah.10.
Kuatir
Neurotisisme
12
neurotik sampai merasa putus asa. Sejumlah penelitian telah menunjukkan
orang neurotik cenderung memiliki gangguan psikologis tertentu. Bisa depresi,
kecemasan, hingga menyalahgunakan zat. Menjadi neurotik tidak berarti
memiliki kelainan kepribadian, namun riset menemukan kaitan erat di antara
keduanya12.
13
Hubungan antara ruminasi dan gangguan yang dirasakan dalam
kesehatan somatik umum.
Jumlah terbesar studi klinis di bidang somatik ini adalah yang meneliti
hubungan antara perenungan dan nyeri, dan sebagian besar telah mempelajari
populasi nyeri dengan Pain Catastrophizing Scale (PCS) . PCS memiliki tiga
komponen yang mendasarinya — perenungan, ketidakberdayaan, dan
pembesaran— dalam penelitian, perenungan seringkali merupakan hal yang
paling erat hubungannya17.
2. 7. Penilaian Ruminasi
PCS adalah inventaris laporan diri 13-item dengan skala respons gaya
likert 5 poin (peringkat berkisar dari "tidak sama sekali" hingga "selalu") yang
menilai bencana yang menyakitkan pada populasi klinis dan nonklinis. Item
individu menilai sejauh mana responden mengalami pikiran atau perasaan
dalam menanggapi rasa sakit, dan skor berkisar dari 0 hingga 52. Ketiga item
mewakili tiga komponen: perenungan, pembesaran, dan ketidakberdayaan.
Subskala subsinasi terdiri dari item 8 hingga 1117.
14
2. 8. Terapi Ruminasi
Non-farmakologi
15
3. Pertanyakan validitas pemikiran dan interpretasi Anda. Ketika Anda
mengenali kurangnya keakuratan dalam apa yang Anda pikirkan, Anda
cenderung berhenti merenung.
Farmakologi
16
gastrointestinal seperti nausea, muntah, dan diare. Juga menyebabkan disfungsi
seksual pada pria maupun wanita, sakit kepala, insomnia, dan fatigue. Efek
samping ini bersifat sementara dan ringan20
17
Terapi tambahan
Mood Stabilizer
Lamotrigin dapat memicu terjadinya reaksi kulit yang parah, yaitu sindrom
Stevens-Johnson dan ketoksikan necrolisis epidermal, walaupun titrasi dosis dapat
mengurangi resiko tersebut. Mood stabilizer lainnya yaitu asam valproat
(antikonvulsan), divalproex, dan karbamazepin20. 2) Antipsikotik juga digunakan
sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan efek antidepresan. Antipsikotik
dibedakan dua jenis yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal.
Antipsikotik tipikal (misalnya, chlorpromazine, fluphenazine, dan haloperidol)
memblokir dopamine D2 receptor. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal
mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor D2, hal ini yang
diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat20.
18
terjadi dengan obat antipsikotik tipikal yang ditemukan lebih dahulu. Obat
golongan atipikal pada umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap D2,
selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor D4, serotonin, histamin, reseptor
muskarinik dan reseptor alfa adrenergik. Golongan antipsikotik atipikal diduga
efektif untuk gejala positif (seperti bicara kacau, halusinasi, delusi) maupun gejala
negatif (miskin kata-kata, efek yang datar, menarik diri dari lingkungan, inisiatif
menurun) pasien skizofrenia (Gunawan, 2008). Untuk kasus depresi sedang
sampai berat, antidepresan merupakan terapi pilihan. Kombinasi antipsikotik dan
antidepresan atau ECT diberikan pada pasien depresi dengan psikotik20.
19
BAB III
KESIMPULAN
Dalam konteks yang terakhir ini, peran perenungan dalam nyeri dapat
dinilai dengan layak menggunakan PCS, yang berisi subskala perenungan.
Sementara pengobatan ruminasi masih dalam masa pertumbuhan, dan saat ini
tidak ada dalam pengaturan perawatan primer.
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Alloy LB, Abramson LY, Hogan ME, Whitehouse WG, Rose DT, Robinson
MS, et al. The Temple–Wisconsin Cognitive Vulnerability to Depression
Project: Lifetime history of Axis I psychopathology in individuals at high and
low cognitive risk for depression. Journal of Abnormal Psychology.
2000;109:403–418. [PubMed]
6. Appel, H., Crusius, J., Gerlach, A.L., (2015). Social comparison, envy, and
depression on Facebook: A study looking at the effects of high comparison
standards on depressed individuals. Journal of Social and Clinical Psychology ,
Vol. 34, No. 4, 2015, pp. 277- 289. doi: 10.1521/jscp.2015.34.4.277.
7. Beck AT, Brown G, Steer RA, Eidelson JI, Riskind JH. Differentiating
anxiety and depression: A test of the cognitive content-specificity hypothesis.
Journal of Abnormal Psychology. 1987;96:179–183. [PubMed]
21
8. Lynn SJ, Barnes S, Deming A, Accardi M. Hypnosis, rumination, and
depression: catalyzing attention and mindfulness-based treatments. Int J Clin
Exp Hypn. 2010;58:202–221. [PubMed]
12. Zoccala PM. Prolonging the physiological stress response: the role of
rumination and recall. Dissert Abstr Int. 2010;71:3921B.
16. Len TC, Nouwen A, Sheffield D, Jaumdally R, Lip GYH. Anger rumination,
social support, and cardiac symptoms in patients undergoing angiography. Br J
Health Psychol. 2010;15:841–857. [PubMed]
22
17. Turner JA, Holtzman S, Mancl L. Mediators, moderators, and predictors of
therapeutic change in cognitive-behavioral therapy for chronic pain. Pain.
2007;127:276–286. [PubMed]
23