Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih

Infeksi organ urogenitalia seringkali dijumpai pada praktek dokter sehari-hari mulai
infeksi ringan yang baru diketahui pada saat pemeriksaan urine maupun infeksi berat
yang dapat mengancam jiwa. Pada dasarnya infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran
kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ-organ genitalia bahkan sampai ke ginjal.
ISK itu sendiri adalah merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium melapisi saluran
kemih. Infeksi akut pada organ padat (testis, epididimis, prostat, dan ginjal) biasanya
lebih berat daripada yang mengenai organ berongga (buli-buli, ureter, atau uretra) hal itu
ditunjukkan dengan keluhan nyeri atau keadaan klinis yang lebih berat. Cara
penanggulangannya kadang-kadang cukup dengan pemberian antibiotika yang sederhana,
atau bahkan tidak perlu diberi antibiotika. Namun pada infeksi yang berat dan sudah
menimbulkan kerusakan pada berbagai macam organ, membutuhkan terapi suportif dan
antibiotika yang adekuat (Purnomo, 2003).

B. Etiologi Infeksi Saluran Kemih


Sejauh ini dietahui bahwa saluran kemih atau urine bebas sari mikroorganisme atau
steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran
kemih dan berbiak di dalam media urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih
melalui cara :
1) Ascending
2) Hematogen seperti pada penularan M tuberculosis atau S aureus,
3) Limfogen
4) Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya sudah terinfeksi

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara ascending.


Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus
dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum,
dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat –
vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter, dan sampai ke ginjal.

72
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.
Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent meningkat (Purnomo, 2003).

C. Faktor dari Host


Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah :
1) Pertahan lokal dari host
2) Peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas imunitas humoral maupun
imunitas seluler

Beberapa macam pertahanan tubuh lokal. Diabetes melitus, usia lanjut, kehamilat,
penyakit-penyakit imunosupresif merupakan keadaan-keadaan yang mempermudah
terjadinya infeksi saluran kemih dan menyulitkan pengobatannya.

Kuman E.Coli yang menyebabkan ISK mudah berbiak di dalam urine, di sisi urine
bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan sepsis E.Coli. derajat
keasaman urine, osmolaritas, kandungan urea dan asam organik, serta protein-protein
yang ada di dalam urine bersifat bakterisidal.

Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme
wash out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di
dalam urine. Gangguan dari mekanisme itu menyebabkan kuman mudah sekali
mengadakan replikasi dan menempel pda urotelium. Supaya aliran urine adekuat dan
mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika jumlah urine cukup dan tidak ada
hambatan di dalam saluran kemih. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum,
mengahasilkan jumlah urine yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadi infeksi
saluran kemih

73
Keadaan lain yang bisa mempengaruhi aliran urine dan menghalangi mekanisme wash
out adalah adanya stagnansi atau statis urine dan didapatkannya benda asing di dalam
saluran kemih yang dipakai sebagai tempat persembunyian oleh kuma.

Stagnansi urine bisa terjadi pada keadaan sering menahan buang air kecil, obstruksi
saluran kemih seperti pada batu saluran kemih, adanya kantong-kantong di dalam saluran
kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik, misalkan pada divertikula, dan adanya
dilatasi atau refluks sistem urinaria (Purnomo, 2003).

D. Faktor dari Mikroorganisme


Bakteri diperlengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaanya. Pili
berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan
urotelium. Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen dan
menghasilkan toksin, dan menghasilkan enzim urase yang dapat mengubah suasana urine
menjadi basa (Purnomo, 2003).

E. Nyeri Kandung Kemih

Nyeri kandung kemih dirasakan di daerah suprasimfisis. Nyeri ini terjadi akibat
overdistensi kandung kemih yang mengalami retensi urine atau terdapat inflamasi pada
buli-buli. Inflamasi kandung kemih dirasakan sebagai perasaan kurang nyaman di daerah
suprapublik. Nyeri dirasakan apabila kandung kemih terisi penuh dan nyeri berkurang
pada saat selesai buang air kecil.

Tidak jarang pasien merasakan nyeri yang sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada
akhir buang air kecil. Nyeri kandung kemih (nyeri abdomen bawah) dapat disebabkan
oleh distensi yang berlebihan atau infeksi kandung kemih. Perasaan ingin berkemih,
nyeri ketika mengejan, dan nyeri pada akhir buang air kecil sering dijumpai. Nyeri
meatus uretra akan terjadi pada iritasi leher kandung kemih atau uretra yang disebabkan
oleh infeksi (uretritis) trauma atau adanya benda asing dalam traktus urinarius pars
inferior (Muttaqin, 2011).

74
F. Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan

Pada masa kehamilan terjadi perubahan anatomi maupun fisiologis saluran kemih
yang disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron dan obstruksi akibat pembesaran
uterus. Peristaltik ureter menurun dan terjadi dilatasi ureter terutama pada sisi kanan
yang terjadi pada kehamilan tua. Wanita hamil lebih mudah mengalami pielonefritis akut
daripada wanita tidak hamil, meskipun kemungkinan untuk menderita bakteriuria kedua
kelompok sama, yaitu diantara 3% - 7%. Wanita hamil yang pada saat pemeriksaan urine
menunjukkan bakteriuria, sebanyak 13,5% - 65% mengalami episode pielonefritis.
Pemberian terapi terhadap wanita hamil dengan bakteriuria menurunkan episode
pielonefritis menjadi 0 – 5,3% (Purnomo, 2003).

G. Penyulit Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan beberapa penyulit, di antaranya : (Purnomo,
2003).
1) Gagal ginjal akut
2) Urosepsis
3) Nekrosis papilia ginjal
4) Batu saluran kemih
5) Abses
6) Granuloma

H. Penatalaksanaan Diet
Diet yang diberikan pada seseorang yang mengalami penyakit Infeksi saluran kemih
salah satunya adalah diet tinggi energi dan tinggi protein. Diet untuk pasien disusun
secara individual. Bentuk makanan yang disajikan dapat berupa makanan biasa atau
makanan yang sesuai dengan keadaan penderita. Penyusunan diet pasien harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut : (Penuntun Diet, 2004).
a. Energi tinggi yaitu 40-45 kkal/KgBB dan juga disesuaikan dengan kebutuhan serta
disesuaikan dengan kondisi.
b. Protein tinggi yaitu 2,0-2,5 gram/KgBB
c. Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total

75
e. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai AKG terutama Vitamin B, Vitamin C,
Asam Folat dan Zat Besi.
f. Cairan diberikan cukup sesuai kebutuhan cairan.
g. Bumbu penyedap dipilih yang tidak merangsang saluran cerna.
h. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.

I. Terapi
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, tetapi
ISK telah memberikan keluhan harus segera mendapatkan antibiotika, bahkan jika
infeksi cukup parah diperlukan perawatan di rumah sakit guna tirah baring, pemberian
hidrasi, dan pemberian medikamentosa secara intravena berupa analgetika dan
antibiotika. Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan dan test
kepekaan antibiotika (Purnomo, 2003).

J. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan memberikan antimikroba yaitu antibiotika seperti
nitrofurantoin, amoksilin, ampisilin, cefotaxime, cefixime, sulfonamid, fosmycin,
sefalosforin, ada beberapa antimikroba seperti floroquinolon dan tetrasiklin yang tidak
boleh diberikan kepada ibu menyusui. Prognosa pada umumnya baik jika diterapi secara
tepat (Purnomo, 2003).

76

Anda mungkin juga menyukai