Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCELUPAN 1
PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA PIGMEN
DENGAN VARIASI METODE
Anggota : Dimas Ario Pamungkas (17020025)

Diva Mustopa (17020026)

Dwitya Satyawira P (17020027)

Elvina Suciyanti (17020029)

Kelompok : 1

Group : 2K2

Nama Dosen : Ir. Elly K., Bk. Teks.,M.Pd.

Eka O., S.ST.,MT

Yayu E. Y., S.S.T.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2019
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mencelup kain kapas dengan zat warna
pigmen dengan variasi metoda dan katalis yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kerataan dan ketuan warna yang dihasilkan.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas

Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa
disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan
subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal
menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut
sebagai katun (benang maupun kainnya).

2.1.1 Strukrur Serat Kapas


Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama diketahui
sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris
(C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.

Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier yang
tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen
pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul selulosa
disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur kimia
dari selulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada
atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan
3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat
menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH
dalam penulisan mekanisme reaksi. Susunan Fisika Serat Kapas

Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin, dimana bagian amorf
mempunyai daya serap yang lebih besar dari pada bagian kristalin, tetapi kekuatannya lebih
kecil. Pada bagian kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan sejajar satu sama
lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara tidak pararel dan
tidak teratur. Bagian kristalin dan amorf pada serat kapas disajikan pada Gambar 2.3
dibawah ini :
2.2 Zat Warna Pigmen
Zat warna pigmen hanya berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus
yang dapat berikatan dengan serat sehingga dalam proses pencapan dan pencelupannya
perlu dibantu dengan binder yang berperan sebagai zat pengikat antara serat dan zat
warna,sehingga ketahanan lunturnya sangat dintentukan dengan kekuatan pelapisan zat
warnaa oleh binder yang digunakan.

Untuk pencelupan kain kapas dengan zat warna pigmen digunakan cara padding yang
diikuti dengan proses pengeringan dan thermofikasi (curing/baking). Pada proses curing
pada suhu 140oC dan suasana asam, binder akan berpolimerisasi membentuk lapisan film
pengikat zat warna pigmen.Suasasna asam diperoleh dari penguraian katalis karena adanya
panas pada waktu proses thermofikasi (curing/baking)

Katalis yang digunakan adalah senyawa garam asam seperti ammonium


klorida.Magnesium klorida, diamonium fosfat, dan lain-lain. Jenis katalis dan jenis binder
yang digunakan harus berkesesuaian, dalam hal ini suhu penguraian katalis harus sesuai
suhu untuk polimerisasi binder yang digunakan.

Bberapa kelemahan pencelupan dengan zat warna pigmen adalah :

 Ketahan gosok yang baik


 Sulit mencelup warna tua
 Pegangan kaku

Keuntunga yang diperoleh adalah :


 Selesai pencelupan tidak perlu ada proses pencucian
 Prosesnya yang sederhana, biaya pencelupannya murah.
 Warnanya bervariasi dari warna biasa hingga warna metalik
Untuk memperbaiki tahan luntur hasil pencelupan zat warna pigmen, ke dalam resep larutan
pad zat warna pigmen dapat ditambahkan zat pemiksasi atau resi anti kusut yang bersifat
reaktan sehingga setelah proses thermofiksasi zat warna pigmen akan di ikat oleh lapisan
film dari binder dari resin.
Sedangkan ntuk mengurangi kekakuan kain hasil pencelupan dengan zat warna pigmen
kedalam resep pencelupan zat warna pigmen dapat ditambhakan zat pelembut.
Reaksi katalis penguraian katalis : (MgCl2, DAP, (NH4)2SO4

MgCl2, + 2H2O  2HCl + Mg(OH)2

Reaksi polimerisasi binder :


2.3 Prinsip Pencelupan Zat Warna Pigmen

Zat warna pigmen merupakan zat warna yang tidak larut dalam air dan tidak
mempunyai afinitas terhadap bahan tekstil. Resin pengikat akan membentuk lapisan
film yang dapat melindungi zat warna pigmen dan mampu berikatan dengan serat
sehingga tahan cucinya baik.
Namun pembentukan lapisan film menyebabkan pegangan kain menjadi kaku. Selain
itu, apabila ukuran molekulnya terlalu besar sangat sukar dilindungi lapisan film
sehingga ketahanan gosoknya kurang. Oleh karena itu zat warna pigmen hanya
digunakan untuk menghasilkan warna muda.
Pencelupan dengan zat warna pigmen tidak dapat dilakukan secara konvensional
karena zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap serat dan tidak dapat
dilarutkan dalam pelarut apapun. Umumnya zat warna pigmen hanya digunakan untuk
mencelup serat selulosa yang tidak bersifat termoplastis. Hal ini menyebabkan zat
warna tidak dapat masuk ke dalam serat sehingga tidak terikat secara sempurna.
Ikatan antara zat warna dan serat dapat diperbaiki dengan zat pengikat berupa resin,
yaitu senyawa berberat molekul rendah yang mampu berpolimerisasi membentuk
jaringan tiga dimensi yang berikatan dengan serat dan membentuk lapisan film yang
sangat tipis.
Pembentukan lapisan film memerlukan bantuan panas dan suasana asam. Hal tersebut
diperoleh dengan proses pemanas awetan (curing) dan dengan bantuan katalisator
yang mampu menghasilkan asam pada waktu pemanas awetan. Resin yang umum
digunakan yaitu resin alkid dengan katalisator magnesium klorida, diamonium fosfat,
dan sebagainya.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Pengaduk
2. Gelas Kimia 500 ml
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Bunsen
5. Kassa
6. Termometer
7. Neraca analitik
8. Pipet ukur
9. Mesin Padder
10. Stenter
11. Mesin Pemanas Awetan
3.2 Bahan
1. Zat Warna Pigmen
2. Binder
3. Katalis (MgOH)

IV. SKEMA KERJA


4.1 Diagram Alir
 Metoda I

V. Drying Curing
VI. Padding Larutan Zat
VII. Warna 100oC, 1 menit 140oC, 2 menit

 Metode II

Curing
Padding Larutan Zat
Warna 140oC, 2 menit

7.1 Skema Proses


 Metoda I

 Metoda II

V. RESEP
- Zat warna : 30 g/L
- Binder : 40 g/L
- Katalis : 5 g/l
- Resin Anti Kusut : 10 g/L
- Resin Pelembut : 10 g/L
- WPU : 70%
VI. FUNGSI ZAT
Zat pembantu yang perlu untuk pencelupan zat warna pigmen meliputi binder, katalis,
resin anti kusut, dan rein pelembut.Fungsi zat tersebut adalah sebagai berikut :
 Zat warna : untuk mewarnai bahan
 Binder : sebagai pembuat lapisan film sehingga dapat mengikat zat
warna pigmen pada permukaan serat.
 Katalis :Sebagai donor asam agar binder dapat berpolimerisasi
membentuk lapisan film.
 Resin Anti Kusut :Untuk memperbaiki hasil celup agar tidak mudah kusut
sehingga struktur yang terbentuk tidak terputus saat terjadi
pelipatan dan menambah ketahanan luntur warna
hasil celup dengan zat warna pigmen.
 Resin Pelembut : Untuk memperbaiki hasil celupan agar tidak kaku.

VI. PERHITUNGAN RESEP


Resep 1
30
 Zat Warna : 1000 x 50 = 1,5 gr
40
 Binder : 1000 x 50 = 2 gr
5
 Katalis : 1000 x 50 = 0,25 gr
10
 Resin anti kusut : x 50 = 0,5 gr
1000
\

DAFTAR PUSTAKA
1. Soeprijono,p;et al;serat-serat tekstil,teksbook ITT,1973
2. Rasjid,djupri,et al;teknologi pengelantangan,pencelupan dan pencapan,teksbook
ITT,1973
3. Visckerstaff,T.Physical chemistry of dyeing olver and dyes,London,1950.

Anda mungkin juga menyukai