Makalah Akhlak Tasawuf Kelompok-1
Makalah Akhlak Tasawuf Kelompok-1
Dengan nama Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Segala
puji dan syukur bagi Allah SWT yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelasikan
makalah ini dengan baik dan lancar, Sholawat dan salam tetap kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw kepada keluarganya, para
sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir jaman.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah tasawuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam
pertama, yaitu pada masa (sahabat) dan kedua (tabiin). Sedangkan ilmu
tasawuf menurut Ibnu Khaldun merupakan ilmu yang lahir kemudian setelah
datangnya Islam, karena sejak masa awalnya para sahabat dan tabiin serta
generasi berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang kepada ajaran al-
Quran dan Sunnah Nabi). Dalam kehidupannya, mereka gemar beribadah,
berdzikir dan beraktifitas rohani lainya. Akan tetapi, setelah banyak orang
Islam berkecimpung dalam mengejar kemewahan hidup duniawi pada abad
kedua dan sesudahnya, maka orang-orang mengarahkan hidupnya kepada
ibadah yang disebut suffiyah dan mutasawwifin. Dari sinilah kemudian dia
mengembangkan dan mengamalkan tasawuf sehingga diadopsi pemikirannya
hingga sekarang.
Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari
kata khulk, dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai maupun
tabiat. Di dalam Da`iratul Ma`arif, akhlak ialah sifat-sifat manusia yang
terdidik. Selain itu, pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia
sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu
dapat lahir berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak yang mulia,
sedangkan akhlak yang buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk
menetapkan nilainya, baik atau buruk dan daerah pembahasan akhlak
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun
masyarakat. Dalam perspektif perbuatan manusia. Tindakan atau perbuatan
dikategorikan menjadi dua, yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan
disengaja (akhlaki) dan perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak
1
disengaja. Nah disinilah ada titik potong antara tasawuf dengan akhlak yang
akan dibahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa definisi dari akhlak ?
2. Apa definisi dari tasawuf?
3. Bagaimana hubungan antara akhlak dan tasawuf ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari akhlak.
2. Untuk mengetahui definisi dari tasawuf.
3. Untuk mengetahui hubungan antara akhlak dan tasawuf.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologis, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata akhlaknya yang berarti
menciptakan seakan dengan kata khaliq (pencipta), makhaliq yang
(diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kata di atas mengisyaratkan bahwa
dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak
khaliq (Tuhan). Secara etimologis (ishthilabah) ada beberapa definisi
tentang akhlak :
1. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan.
3. Abdul Karim Zidan
Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
depan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik
atau buruk.
Dari keterangan diatas. Jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah
bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran
dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi
di atas kata akhlak bersifat netral, belum merunjuk kepada baik dan buruk,
tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat
tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya, bila
seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan padanya. “kamu tidak
berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah akhlaknya.
3
B. Pengertian Tasawuf
Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisisme, dalam bahasa inggris disebut
sufisme. Kata tasawuf mulai diperbicarakan sebagai satu istilah sekitar akhir
abad dua hijriah yang dikaitkan dengan salah satu pakean kasar yang disebut
shuff atau wool kasar. Kain sejenis itu sangat digemari oleh para zahid
sehingga menjadi symbol kesederhanaan pada masa itu. Ada pula pendapat
yang mengatakan, bahwa kata tasawuf berasal dari bahasa Yunani, yakni
sophos yang berarti hikmah atau keutamaan. Menurut pendapat ini, para sufi
itu adalah pencari hikmah atau ilmu kakikat. Pendapat lain memperkirakan
kata sufi berasal dari Shafa atau shafwun yang berarti bening, sementara
lainnya mengatakan kata sufi berasal dari shaff atau barisan, karma para sufi
selalu berada pada barisan terdepan dalam mencari keridhaan Illahi.
Dalam setiap fase dan dalam setiap kawasan kultur, kemunculan tasawuf
terlihat hanya sebagian dari unsur-unsurnya saja sehingga penampilannya
tidak utuh dalam satu ruang dan waktu yang sama. Dari unsure-unsur yang
berserak itulah kemudian disistematisir satu disiplin ilmu yang disebut
tasawuf. Satu disiplin ilmu yang mengacu pada kehidupan moralitas yang
bersumber dari nilai-nilai Islam. Betapapun sulitnya merumuskan definisi
tasawuf, namun upaya kearah itu sudah banyak dilakukan oleh para ahli.
Diantara upaya itu, nampaknya apa yang dicoba oleh Ibrahim Basuni adalah
yang lebih tepat.
Masih ada jalan lain untuk bisa memahami apa itu tasawuf, yaitu melalui
pemahaman terhadap karakteristik tasawuf dan mistisisme pada umumnya.
Berdasarkan kajian terhadap tasawuf dari berbagai alirannya, ternyata tasawuf
memiliki lima cirri khas atau karakteristik; pertama, bahwa tasawuf dari
semua alirannya memiliki obsesi kebahagiaan dan kedamaian spiritual yang
abadi. Rasa kebebasan diri adalah inti dari kedamaian dan kebahagiaan jiwa.
Kedua, terlihat tasawuf itu semacam pengetahuan langsung yang diperoleh
melalui tanggapan intuisi. Ketiga, bahwa pada setiap perjalanan sufi
berangkat dari dan untuk peningkatan kualitas moral yakni pemurnian jiwa
melalui serial latihan yang keras dan berkalanjutan. Keempat, peleburan diri
pada kehendak Tuhan melalui fana, baik dalam pengartian simbolis aributis
4
atau pengertian substansial. Artinya, peleburan diri dengan sifat-sifat Tuhan
dan atau penyatuan diri dengan-Nya dalam realitas yang tunggal. Kelima,
adalah penggunaan kata simbolis dalam pengungkapan pengalaman. Setiap
ucapan atau kata yang dipergunakan selalu memuat makna ganda, tetapi yang
ia maksudkan biasanya adalah makna apa yang ia rasa dan alam bukan arti
harfiahnya, disebut sithohat.
Asal-usul katanya memiliki beberapa pengertian berbeda dari beberapa ahli
sufi :
1. Ada yang berpendapat bahwa asal kata tasawuf berasal dari kata “shaff” yaitu
barisan diketika shallat karma sufi mempunyai iman yang kuat dan jiwa yang
bersih.
2. Ada juga yang mangatakan bahwa asal kata tasawuf adalah shaufana, yaitu
sebangsa buah kecil yang berbulu dan banyak tumbuh dipadang pasir arabiah.
3. Pendapat yang mengatakan bahwa asal katanya ialah shafa yang artinya
bersih dan suci, karena sufi bertujuan dalam hidupnya membersihkan batin.
Ada shafwah yang artinya pilihan terbaik. Shifah yang artinya sifat dan yang
lainnya.
5
dari perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji
(al-akhlaq al-mahmudah), karena itu untuk menuju wilayah tasawwuf,
seseorang harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan kesadarannya
sendiri. Bertasawwuf pada hakekatnya adalah melakukan serangkaian ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan
erat dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawwuf sangat
erat kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak.
Cara beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak
yang mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi
dikenal istilah altakhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi
pekerti Allah, atau juga istilah al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri
dengan sifat – sifat yang dimiliki oleh Allah.
Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan
salah satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf
akhlaki adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir
terhadap siksaan Allah. Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang
dipelajari dalam tasawwuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir
dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat,
hakikat, dan ma`rifat.
6
(رواه ُ المؤمن فإّنّه يَن
ظر بنُور هللا ِ َسة
َ قال رسول هللا ص ّلى هللا عليه و سلّم إتّقوا فِ َرا
)البخارى
Artinya:
“Rasulullah SAW bersabda: takutilah firasat orang mukmin karena ia
memandang dengan nur Allah.”
ف َربَّه َ ف نَف
َ سه ع ََر َ َمن ع ََر
Artinya:
Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal
Tuhannya.
ْ ق فَ ِب ِه ع ََر
فونِي ْ ُُك ْنتُ كَنزا ً َمخفيّا فأَحبَبت
َ أن أع َْرف فخلَقتُ الخل
Artinya:
Aku adalah perbendaharaan yang tesembunyi, maka Aku menjadikan
makhluk agar mereka mengenalKu.
Menurut hadits ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhlukNya, dan
pengetahuan yang tinggi adalah mengetahui Tuhan melalui diriNya. [8]
Diantara nya lagi, hadits lain yang menjadi dasar dari tasawuf:
7
Artinya:
“Sentiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-
amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Maka tatkala mencintainya, jadilah
aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang
dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya
yang dia pakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan;
maka denganKu dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, mengepal, dan
berjalan.”
Hadits di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat
bersatu. Diri manusia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya
dikenal dengan istilah fana’, yaitu fana’nya makhluk sebagai mencintai
kepada Tuhan sebagai yang dicintainya.[9] Maksudnya: pernyataan bahwa
Allah akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan , dan kaki hamba yang
dicintaiNya merupakan majaz untuk menjelaskan pertolongan Allah. [10]
)(رواه ابن ماجة ِ َّإز َهد فِي الدُّنيا َ يُ ِحبُّك هللاُ و إز َهد فِيماَفي أَيدي الن
اس يُ ِحبُّك ْ
Artinya:
“Zuhudlah terhadap dunia maka Allah mencintaimu. Zuhudlah pada apa
yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu.”
Dalam hadits ini menjelaskan tentang dasar dari cabang tasawuf yaitu
sifat zuhud. Sifat zuhud adalah salah satu sifat para sufi yang sangat
menonjol. Karena pengertian zuhud adalah mengambil bagian kehidupan
duniawi hanya sekedar keperluan, bukan untuk bersenang-senang semata.
Ayat-ayat dan hadis-hadis yang dikutip diatas hanya sebagian dari ayat-
ayat dan hadis-hadis yang memgemukakan hal-hal kehidupan ruhaniyah yang
ditemukan dalam tasawuf. Kehidupan yang didominasi oleh takut dan harap,
kezuhudan, berserah diri kepada Tuhan, bersyukur, bersabar dan redha serta
dekat atau “intim” dengan Allah. Kehidupan seperti inilah yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW sendiri serta para sahabat-sahabatnya, khususnya
mereka yang dijuluki ahl al shuffah
8
2. Dasar-dasar Al-Qur’an tentang Akhlak Tasawuf
9
Al-Qur’an. Dalam kitab al-Luma yang ditulis oleh Abi Nashr As-Siraj Ath-
Thusi dikatakan bahwa dari Al-Qur’an dan As-Sunnah itulah para sufi
pertama-tama mendasarkan pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku,
kerinduan dan pada Illahi, dan latihan-latihan rohaniyah mereka yang di
susun demi terealisasinya tujuan kehidupan mistis (hal yang berhubungan
dengan sesuatu yang ghoib) .
10
ٍف يَأْتِي َّللاُ بِقَ ْو ٍم ي ُِح ُّب ُه ْم َوي ُِحبُّونَهُ أ َ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ أَ ِع َّزة َ َيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ َمن يَ ْرتَدَّ ِمن ُك ْم َعن دِينِ ِه ف
َ س ْو
ض ُل َّللاِ يُؤْ تِي ِه َمن يَشَا ُء َوَّللاُ َوا ِس ٌع ْ َسبِي ِل َّللاِ َوَلَ يَخَافُونَ لَ ْو َمةَ آلئِ ٍم ذَلِكَ ف َ َعلَى ْالكَافِ ِرينَ يُ َجا ِهد ُونَ فِي
54 : ) َع ِلي ٌم ( المائدة
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersifat
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersifat keras pada orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang
dikehendakiNya dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui
“. (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54)
Orang yang berakhlak berarti ia berilmu, tapi ilmu itu tergantung orang
yang memilikinya, ada yang baik dan ada yang buruk. Berarti akhlak sangat
11
berkaitan dengan ilmu. Apabila memiliki ilmu yang baik, maka kemungkinan
besar orang itu bisa berbuat kebaikan atau berakhlak dengan baik. Dalam al-
Qur’an Allah menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, salah
satunya dalam surat Ali-Imran:18 yang artinya,” Allah bersaksi bahwasannya
tidak ada tuhan melainkan Dia (Allah), yang menegakkan keadilan.para
malaikat dan orang-orang berilmu (juga ikut bersaksi). Tiada tuhan melainkan
Dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana” (QS. Ali-Imran:18).
Jika kita cermati ayat tersebut dengan seksama maka akan kita ketahui
bahwa Allah SWT sangat memperhatikan orang-orang yang berilmu, Allah
memulai dangan Diri-Nya, lalu dengan malaikat setelah itu dengan para ahli
ilmu, sungguh betapa tingginya kemuliaan, keutamaan dan kehormatan ini.
69:َّللاَ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِينَ (العنكبوت ُ ) َوا َّلذِينَ َجا َهد ُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّ ُه ْم
َّ سبُلَنَا َو ِإ َّن
Firman-Nya lagi,
(41-40:)النازعات
12
Artinya : “Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah
tempat tinggalnya”.
.......194 : ) َواتَّقُواْ َّللاَ َوا ْعلَ ُمواْ أَ َّن َّللاَ َم َع ْال ُمتَّقِينَ ( البقرة
“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun.”
13
39 :ف تَ ْعلَ ُمونَ (الزمر ِ )قُ ْل يَا قَ ْو ِم ا ْع َملُوا َعلَى َمكَانَتِ ُك ْم ِإ ِني َع
َ َام ٌل ف
َ س ْو
Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az
Zumar [39]: 39)
(55: )المؤمن
Artinya ; “Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar,
dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja
Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)
14
282: ) َواتَّقُواْ َّللاَ َويُ َع ِل ُم ُك ُم َّللاُ َوَّللاُ ِب ُك ِل َش ْيءٍ َع ِلي ٌم (البقرة
فَ َو َجدَا َعبْدا ً ِم ْن ِع َبا ِدنَا آت َ ْينَاهُ َرحْ َمةً ِم ْن ِعن ِدنَا َو َعلَّ ْمنَاهُ ِمن لَّدُنَّا ِع ْلما
(65 : )الكهف
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
As, Asmaran. 2000. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
17