Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Abstrak
Uji ketangguhan material baja ASTM A36 hasil pengelasan FCAW (Flux Cored Arc
Welding) dengan menggunakan uji impak. Studi ini menggunakan material baja karbon
rendah yang mengandung C=0,15%, Mn=0,94%, P=0,13%, S=0,04%, Si=0,21%.
Pengujian dilakukan karena suatu bahan logam yang dalam keadaan biasa bersifat ulet
dapat menjadi getas akibat tumbukan tiba-tiba pada suatu kondisi atau temperatur. Studi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis hasil dari pengujian impak
yaitu harga impak (Joule), dari setiap pengujian uji impak pada suhu yang ditentukan
yaitu+50C suhu ruang pada masing-masing spesimen. Pengujian impak dilakukan
menggunakan standar ASTM E23 (American Standard Testing & Material Section E No
23) dengan metode charpyimpacttest. Analisa dan pengujian impak yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai dari hal yang diperoleh dari pengujian impak.
Pendahuluan
Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat
dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan yang penting dalam rekayasa
dan reparasi logam. Pembangunan konstruksi dengan logam pada masa sekarang ini
banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang bangun karena
sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara teknis
memerlukan keterampilan yang tinggi bagi pengelas agar diperoleh sambungan dengan
kualitas baik. Seperti yang kita ketahui, ada banyak jenis pengelasan yang digunakan
pada saat ini. Salah satunya adalah FluxCoredArcWeding (FCAW).
Dalam proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan
setempat. Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa.
Tegangan sisa pada hasil pengelasan terjadi karena selama siklus termal las berlangsung
di sekitar sambungan las dengan logam induk yang suhunya relatif berubah sehingga
distribusi suhu tidak merata dengan diikuti oleh siklus pendinginan yang tidak merata pula
(Wiryosumarto dan Okumura, 1996). Sehingga daerah tersebut disebut heataffectedzone
(HAZ), yang merupakan daerah paling kritis dari sambungan las, karena selain berubah
strukturnya, juga terjadi perubahan sifat pada daerah ini. Secara umum struktur dan sifat
daerah panas efektif dipengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam
induk itu sendiri.
Mengingat beragamnya kebutuhan sifat mekanik yang dibutuhkan oleh suatu
material ialah berbeda-beda, sifat mekanik tersebut meliputi kekerasan, keuletan,
kekuatan, ketangguhan, serta sifat mampu mesin yang baik. Dengan sifat pada masing-
masing material berbeda, maka banyak metode untuk menguji sifat apa sajakah yang
dimiliki oleh suatu material tersebut. Uji impak adalah salah satu metode yang
digunakan.Uji impak adalah pengujian pada material dimana material dapat menyerap
gaya atau beban yang diberikan secara tiba-tiba (rapidloading) untuk mengetahui
ketangguhan material tersebut, baik dalam temperatur normal maupun transisi. Suatu
logam yang dalam keadaan biasa bersifat ulet dapat menjadi getas akibat tumbukan tiba-
477
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
tiba pada suatu kondisi/temperatur tertentu. Logam atau baja yang digunakan dalam
pengujian menggunakan material baja ASTM A36.
Tujuan dari studi ini adalah : untuk mengetahui nilai pukul takik pada daerah
pengaruh panas (HAZ) material baja ASTM A36 hasil pengelasan FCAW dengan
melakukan uji ketangguhan impak.
Studi Pustaka
Pengujian Impak
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
(rapidloading). Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan
bahan terhadap beban kejut (ASTM E23). Pada pengujian impak, subjek uji akan
menerima beban dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat. Energi yang mampu
diserap oleh subjek ialah yang disebut sebagai harga impak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga impak antara lain
a) Jenis material yang dipilih adalah material A36 dengan spesifikasi standar minimum.
b) Jenis atau bentuk takikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 1.
Pada pengujian impak ini hal yang pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan spesimen. Dimana spesimen yang disiapkan untuk pengujian adalah
spesimen berjenis material A36 yang mempunyai luas penampang melintang berupa
bujursangkar (10 x 10 mm) dan memiliki notch V-450, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan
kedalaman 2 mm.
478
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
A
B
3
1 6
5
9 7
4
8
Gambar 2. a) Mesin Uji Impak Charpy,
b) Alat Perlengkapan Perendaman Spesimen
Keterangan gambar :
1 Pengunci Pendulum 4 Pemukul dan Penahan 7 Center Tong
2 Angka Energi 5 Rem 8 Tabung Perendaman
3 Penunjuk Angka 6 Kontrol Digital 9 Stopwatch
Metodologi
479
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
ProfileProjectore adalah alat pengecekan pada dimensi notch dengan cara mengukur
takikan sesuai dengan standar yang ada. Cara pakai alat sangat sederhana, dimana
notch pada sampel uji diperbesar 50 X pembesaran.
Menyiapkan sampel uji impak dan memeriksa semua dimensi sampel uji untuk
tinggi di bawah takikan (mm), lebar spesimen (mm), dan luas penampang spesimen
dibawah takikan (mm2).
• Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pengujian (mesin uji impak,
perlengkapan perendaman spesimen berupa cairan methanol).
• Mengatur temperatur perendaman mekanis menggunakan skala digital yang terdapat
pada alat perendaman sampel tersebut.
• Merendammasing-masing spesimen untuk temperatur (+50 C) dengan penahan waktu
selama ± 5 menit.
• Meletakkan penunjuk angka dalam kondisi maksimum sebelum memulai pengujian,
kemudian mengayunkan pendulum sekali untuk melihat penunjuk angka pembacaan
kembali ke Nol, kemudian diayunkan kembai dan kunci pada posisi tergantung
• Meletakkan penunjuk angka pada pembacaan maksimum skala ( 300 Joule) setiap
akan memukul sampel uji.
• Meletakkan spesimen dengan menggunakan Center tong pada penghalang yang ada
di mesin impak.
• Melepaskan pendulum secepatnya (kurang dari 5 detik dimulai dari pengangkatan
sampel uji dari tempat perendaman hingga sampel uji tersebut patah) dengan melepas
“kunci pengaman” bersamaan secara berurutan.
• Mencatat pembacaan hasil energi uji impak dalam satuan joule ke format laporan yang
sudah ada
• Menganalisis data yang didapat dari pengujian tersebut.
Data perbandingan komposisi kimia antara material baja ASTM A36 dengan
millcertificate dapat dilihat pada tabel 1.Komposisi kimia MillCertificate menunjukkan
bahwa material uji adalah baja karbon rendah dengan C = 0,15 %. Kadar unsur- unsur
480
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
paduan lainnya sesuai dengan standar ASTM A36, kecuali (P) phosphor = 0,13 % lebih
tinggi dari standar ASTM A36 dimana P = 0,04 %.
Data setelah dilakukan pengujan dan analisa, maka berikut adalah nilai atau harga
impak dan gambar bentuk spesimen yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Pengujian
Base Metal HAZ A HAZ B
Parameter
(1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3)
Tenaga 202 186 207 96 87 96 100 152 169
Patah (J)
Ketangguhan 2,53 2,24 2,60 1,19 1,11 1,21 1,25 1,90 2,12
(J/mm2)
(1)
(2)
(3)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian impak bahawa nilai tenaga patah
tertinggi terdapat pada kelompok spesimen base metal atau logam induk (material yang
tidak terpengaruh panas), sebesar ( 198,33 Joule ) dan ketangguhan sebesar ( 2,483
Joule/mm2 ), dan nilai terendah terdapat pada kelompok spesimen HAZ A (daerah yang
terpengaruh panas las) sebesar ( 93 Joule ) untuk tenaga patah dan ( 1,167 Joule/mm2 )
untuk nilai ketangguhan, karena daerah ini merupakan daerah butiran halus dengan
rentang temperatur pemanas antara 11000C - 9000C, daerah yang dipanasi diatas titik
transformasi AC3 dan Daerah ini dapat membentuk martensit karena pendinginan
menghasilkan ketangguhan yang rendah, serta akibat dari adanya tegangan sisa dari
pengelasan FCAW ( FluxCoredArcWelding ) yang suhunya relatif berubah selama proses
pengelasan berlangsung menimbulkan panas karena pengelasan yang berulang-ulang
481
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
sehingga distribusi suhu tidak merata dengan diikuti oleh siklus pendinginan yang tidak
merata pula (Wiryosumarto dan Okumura, 1996).
Kecepatan pembebanan dan Tegangan triaxial
Pembebanan yang terlalu cepat menyebabkan spesimen mempunyai lebih sedikit
waktu yang diperlukan untuk menyerap energi sehingga hal tersebut mempunyai
pengaruh harga impak yang berbeda pada kecepatan yang berbeda.Tegangan triaxial
adalah tegangan tiga arah yang hanya terjadi di takikan (notch). Tegangan pada
spesimen akan berpusat pada takikan tersebut sehingga bentuk takikan akan
mempengaruhi nilai harga impak yang didapat.
Daftar Pustaka
Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
PenerbitAIRLANGGA, Jakarta, 1990
Gere, James M., Stephen P. Timoshenko. (1997) Mekanika Bahan. Edisi ke-4. Jakarta:
Erlangga. Hal 13 Herry Oktadinata, Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 4, No.2
Agustus 2016 Universitas Islam 45 Bekasi,
Jones D. (n.d). 2015 Pengertian
Pengelasan.Retrievedfrom:http://www.pengelasan.com/2014/06/pengertianpengel
asanadalah.html(Diakses :01 September 2015)
MSNursyahid (n.d).2013-2018.http://www.cnzahid.com/2015/10/proses-pengelasan-fcaw-
secara- detail.html
Malau, V., 2003, Diktat Kuliah Teknologi Pengelasan Logam, Yogyakarta.
Ridwan M, https://www.scribd.com/doc/311971170/PENGELASAN-FCAW-SEMENTARA-
Unsada-By-Ridwan akses 09 Mei 2016
Supardi, E., 1996, Pengujian Logam, Angkasa, Bandung.
Sunaryo, Hery. 2008. Teknik Pengelasan Kapal Jilid 1 untuk Sekolah Menegah Kejuruan.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Wiryosumarto, H. 2000. Teknologi pengelasan Logam. Erlangga. Jakarta. Widharto, S.,
2001, Petunjuk Kerja Las, Pradnya Paramita, Jakarta.
482