TINJAUAN PUSTAKA
dan ditangani. Jika tidak ada masalah yang mengancam jiwa untuk
urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika langkah
dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota
7
8
yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering
antara lain :
lain:
Agitasi (hipoksia)
movements
Sianosis
- Muntahan
- Perdarahan
- Gigi palsu
- Trauma wajah
pasien terbuka.
belakang.
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal
Lakukan intubasi
oksigenasi pasien.
pernafasan.
pasien.
- Bag-Valve Masker
procedures
1. Palpasi nadi
2. Observasi nadi
mempalpasi nadi, pantau juga warna kulit, suhu, dan vena leher.
bag. Metode ini lebih aman, lebih efektif, dan tidak terlalu
mengevaluasi syok.
harus dikaji.
volume darah orang dewasa adalah 7% dari berat badan ideal (BBI),
tranfusi darah.
1. Pengkajian neurologis
secara tepat.
bantalan kuku.
2. Tanda mata
PERRLA+C:
16
R = Round (bundar)
C= Coordinated (terkoordinasi)
lingkungan.
1) Exposure (pemaparan)
pasien secara umum, catat kondisitubuh, atau adanya bau zat kimia
berikancairan IV hangat.
keadaan kejang, stres, demam, suhu lingkungan yang panas, dan aktivitas
blood flow (CBF) dan edema serebri. Keadaan CBF ditentukan oleh
berbagai faktor seperti tekanan darah sistemik, cerebral metabolic rate dan
darah otak hal ini akan menghambat oksigenasi otak (Tarwoto, 2012).
a. Simple Head Injury (SHI) Pada pasien ini, biasanya tidak ada
ringan (CKR).
2. Kesadaran menurun
kardiopulmoner.Urutan tindakan :
bersangkutan
serebral lainnya
20
gangguan kardiopulmoner.
2.1.1.3.2 Tindakan :
untuk:
diuretik)
c) Pneumoencephali
d) Corpus alienum
e) Luka tembak.
2.1.1.4.1 Suhu
oksigen dan glukosa. Salah satu hasil metabolisme tubuh adalah CO2
intrakranial.
2.1.1.4.2 Nadi
dengan cedera spinal, atau dapat juga dijumpai pada tahap akhir dari
menyeluruh. Jika hal ini terjadi, maka otak akan mengalami swelling
ada di dalam ruang intra kranial. Ruang intradural terdiri dari ruang
intraspinal ditambah ruang intra kranial. Total volume ruang ini pada
serebrospinal, 12% volume darah, dan 80% jaringan otak dan medulla
spinalis. Karena kantung dura tulang belakang tidak selalu penuh tegang,
yang lain. Konsep ini dikenal dengan fisiologi otak dari doktrin Monro-
intrakranial (ICP/TIK).
salah satu dari yang lain harus turun untuk menjaga volume konstan. Jika
yang ditambah, maka tekanan tidak berubah yang paling efektif dan yang
reabsorpsi CSF di vili arakhnoid (proses kompensasi ini tidak cepat). Saat
ICP naik, tingkat produksi CSF mulai menurun, sehingga ikut membantu
epidural akut, ketika otak secara akut dikompresi dan terdistorsi oleh
intracranial, jaringan otak, cairan otak yang bersifat tetap, karena berada
tampak gelisah (tanpa penyebab yang nyata). Pada peningkatan TIK yang
sangat tinggi pasien hanya bereaksi pada suara keras dan stimulus nyeri.
2015):
2. Nyeri kepala
peka nyeri (durameter, sinus nervus dan bridging veins). Nyeri terjadi
26
kompensasi.
Pada awal tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil, pada tahap
mana TIK, bila terjadi peningkatan TIK akut akan sering terjadi edema
coagulopati (DIC).
5. Disfungsi pupil
otak, perubahan ukuran pupil yang berubah, tetapi dapat juga bentuk
dan reaksi terhadap cahaya. Pada tahap awal ukuran pupil menjadi
6. Muntah
7. Perubahan MAP
Karena cadangan energi didalam otak tidak dapat diabaikan, aliran darah
2012).
darah terhadap :
metabolic regulation).
arteri : dua arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri vertebralis
memungkinkan darah yang masuk melalu arteri karotis interna atau arteri
cerebri.
Pada kondisi yang normal, aliran darah serebral dijaga pada kisaran
mL oksigen telah diekstraksi setiap menit dari 700 sampai 800 mL darah.
untuk sistem saraf pusat yaitu 6,3 mL per 100 mL darah (Made, 2013).
dengan tingkat kebutuhan otak pada oksigen dan glukosa. Penyesuaian ini
29
darah pada daerah otak yang menangani fungsi ini. Pada saat kejang,
penelitian ini sangat vocal dan terjadi pada 250 mikron dari daerah eksitasi
dari kebutuhan glukosa, konsumsi oksigen dan aliran darah, dan telah pula
(Japardi, 2003).
dalam batas yang normal. Dalam keadaan fisiologis, hal ini dipengaruhi
CBF dalam batas yang tepat untuk memenuhi kebutuhan metabolic (Made,
2013).
volume aliran darahnya sendiri di bawah kondisi tekanan darah arteri yang
2013).
sehingga terjadi edema otak atau perdarahan yang hebat (Wullur & Bisri,
2014).
terjadi vasodilatasi dan jika tekanan darah naik akan terjadi vasokonstriksi.
Pada individu normotensi, aliran darah otak masih tetap pada fluktuasi
Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg. Bila MAP turun di bawah
dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang menurun. Bila
mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan manifestasi
survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian
input dan semua impuls eferen dapat disebut output susunan saraf pusat.
yang konstan dan efektif antara hemisfer serebri dan formasio retikularis
menyebabkan koma.
(ARAS) dan kedua hemisfer otak. ARAS terdiri dari beberapa jaras saraf
2015).
selalu ingin tidur dan tidak responsif terhadap rangsangan yang ringan,
33
refleks pupil terhadap cahaya yang yang masih positif, Koma pasien tidak
secara kuantitatif antara lain dengan Glasgow Coma Scale (GCS) atau
Scale) :
5 : melokalisasi nyeri
3 : posisi dekortikasi
2 : posisi deserebrasi
atau neuron pengemban kewaspadaan yang aktif dan didukung oleh proses
ini diperlukan supaya darah tetap dapat mengalir dan melawan gravitasi
Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu tekanan darah sistolik dan
pada arteri ketika darah dipompa dari ventrikel menuju ke arteri. Tekanan
darah diastolik adalah tekanan darah minimum pada arteri ketika ventrikel
mengalami fase diastolik dimana tidak ada darah yang dipompa dari
darah pada dinding arteri, dimana tekanan darah sistolik nilai normalnya
saat sistolik ventrikel. Pada saat jantung sedang dalam fase diastol, tidak
dalam keadaan normal. Tetapi saraf otonom dan zat-zat kimia dapat
ini, kardio inhibitor yang lebih dominan adalah nervus vagus (Prisasanti,
2012).
diatur di tubuh. Bukan tekanan sistolik dan diastolic arteri atau tekanan
37
nadi dan juga bukan tekanan bagian lain pohon vaskuler. Pengukuran
tekanan darah rutin merekam tekakan sistolik dan diastolic arteri, yang
(Sherwood, 2012).
Nilai ini tidak sama dengan rata-rata tekanan sistolik dan diastolik karena
(Prisasanti, 2012).
tekanan darah arteri rerata selama satu siklus jantung. Alasan mengapa
MAP sangat penting adalah karena hal itu mencerminkan tekanan perfusi
oleh cardiac output (CO), sistemic vascular resistance (SVR), dan central
gaya dorong yang cukup tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak
dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan arteri rata-rata ini
(Prisasanti, 2012).
tekanan darah arteri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
dalam waktu hitungan detik. Regulasi ini terjadi melalui refleks yang
darah terletak di arkus aorta dan sinus karotid. Kedua baroreseptor ini akan
mengatur pengeluaran urine dan rasa haus. Besarnya volume darah total,
pada gilirannya, menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan
3. Mekanisme kemoreseptor.
elastisitas dinding aorta serta arteri besar lainnya. Curah jantung, sejumlah
darah yang dipompakan oleh tiap ventrikel tiap menit adalah variabel
Tekanan darah yang diukur adalah tekanan darah arteri. Cara mengukur
anterior.
berhenti teraba.
kerja sekuncup ventrikel kiri (LVSV) dan kerja jantung kiri dan kanan
[sistolik + (2 x diastolik)]/3
rerata :
4. Viskositas darah.
sebagai berikut. :
MAP = CO × TPR
CO = curah jantung
tersebut karena tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan
akan berakibat aliran darah ke otak secara pasif tergantung pada mean
perfusi otak (TPO) dan aliran darah ke otak (Martono. Dkk, 2016).
(75ml), dan cairan serebro spinalis (75ml), volume dan tekanan pada
terjadi pada disfungsi otak tengan dan ditandai dengan semakin dalamnya
keadaan stupor. Akhirnya dapat terjadi disfungsi medula dan pons yang
dipublikasikan oleh Jing-Yuan Xu, Si- Qing Ma, Chun Pan, Hong-Li He,
Shi-Xia Cai, Shu-Ling Hu, Ai-Ran Liu, Ling Liu, Ying-Zi Huang, Feng-
- Static Loading
- Dynamic Loading
Cedera Kepala
Gangguan
Confounding factor (factor perancu)
Metabolism Otak
1. Terapi farmakologis yang
mempengaruhi viskositas
darah dan vaskuler perifer Gangguan Perfusi
2. Riwayat syok hipovolemik Jaringan Serebral
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Bagan 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan MAP (Mean Arterial Pressure) dengan
Tingkat Kesadaran pada Pasien Cedera Kepala (Sumber : Pamungkas,
2015. Made, 2013. Alfianto, 2015)
45