Anda di halaman 1dari 5

Wasiat Nabi Muhammad terhadap Mu'adz bin Jabal tentang amalan

Telah diceritakan oleh Ibnu al-Mubarak tentang seorang laki-laki yang bernama
Khalid bin Ma’dan, dimana ia pernah bertanya kepada Mu’adz bin Jabal ra., salah
seorang sahabat Nabi Muhammad saw.

“Wahai Mu’adz! Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang telah engkau dengar langsung
dari Rasulullah saw., suatu hadits yang engkau hafal dan selalu engkau ingat setiap
harinya disebabkan oleh sangat kerasnya hadits tersebut, sangat halus dan
mendalamnya hadits tersebut. Hadits yang manakah yang menurut engkau yang paling
penting?”

Kemudian, Khalid bin Ma’dan menggambarkan keadaan Mu’adz sesaat setelah ia


mendengar permintaan tersebut, “Mu’adz tiba-tiba saja menangis sedemikian rupa
sehingga aku menduga bahwa beliau tidak akan pernah berhenti dari menangisnya.
Kemudian, setelah beliau berhenti dari menangis, berkatalah Mu’adz: Baiklah aku
akan menceritakannya, aduh betapa rinduku kepada Rasulullah, ingin rasanya aku
segera bersua dengan beliau”

Selanjutnya Mu’adz bin Jabal ra. mengisahkan sebagai berikut, “Ketika aku
mendatangi Rasulullah saw., beliau sedang menunggangi unta dan beliau menyuruhku
untuk naik di belakang beliau. Maka berangkatlah aku bersama beliau dengan
mengendarai unta tersebut. Sesaat kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit,
kemudian bersabdalah Rasulullah saw.:”

“Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang memberikan ketentuan (qadha) atas
segenap makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, ya Mu’adz!”. Aku menjawab, “Labbaik yaa
Sayyidal Mursaliin”.

“Wahai Mu’adz! Sekarang akan aku beritakan kepadamu suatu hadits yang jika engkau
mengingat dan tetap menjaganya maka (hadits) ini akan memberi manfaat kepadamu di
hadhirat Allah, dan jika engkau melalaikan dan tidak menjaga (hadits) ini maka
kelak di Hari Qiyamah hujjahmu akan terputus di hadhirat Allah Ta’ala!”

“Wahai Mu’adz! Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menciptakan tujuh


Malaikat sebelum Dia menciptakan tujuh lelangit dan bumi. Pada setiap langit
tersebut ada satu Malaikat yang menjaga khazanah, dan setiap pintu dari pintu-pintu
lelangit tersebut dijaga oleh seorang Malaikat penjaga, sesuai dengan kadar dan
keagungan (jalaalah) pintu tersebut.

Maka naiklah al-Hafadzah (malaikat-malaikat penjaga insan) dengan membawa amal


perbuatan seorang hamba yang telah ia lakukan semenjak subuh hari hingga petang
hari. Amal perbuatan tersebut tampak bersinar dan menyala-nyala bagaikan sinar
matahari, sehingga ketika al-Hafadzah membawa naik amal perbuatan tersebut hingga
ke Langit Dunia mereka melipat gandakan dan mensucikan amal tersebut. Dan ketika
mereka sampai di pintu Langit Pertama, berkatalah Malaikat penjaga pintu kepada al-
Hafadzah: “Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya! Akulah ‘Shaahibul
Ghiibah’, yang mengawasi perbuatan ghiibah (menggunjing orang), aku telah
diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amal ini melewatiku untuk menuju ke
langit yang berikutnya!”

Kemudian naiklah pula al-Hafadzah yang lain dengan membawa amal shalih diantara
amal-amal perbuatan seorang hamba. Amal shalih itu bersinar sehingga mereka
melipat-gandakan dan mensucikannya. Sehingga ketika amal tersebut sampai di pintu
Langit Kedua, berkatalah Malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah: “Berhentilah
kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya, karena ia dengan
amalannya ini hanyalah menghendaki kemanfaatan duniawi belaka! Akulah ‘Malakal
Fakhr’, malaikat pengawas kemegahan, aku telah diperintah Rabb-ku untuk tidak
membiarkan amal perbuatan ini melewatiku menuju ke langit berikutnya, sesungguhnya
orang tersebut senantiasa memegahkan dirinya terhadap manusia sesamanya di
lingkungan mereka!”. Maka seluruh malaikat mela’nat orang tersebut hingga petang
hari.

Dan naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal seorang hamba yang lain. Amal tersebut
demikian memuaskan dan memancarkan cahaya yang jernih, berupa amal-amal shadaqah,
shalat, shaum, dan berbagai amal bakti (al-birr) yang lainnya. Kecemerlangan amal
tersebut telah membuat al-Hafadzah takjub melihatnya, mereka pun melipat-gandakan
amal tersebut dan mensucikannya, mereka diizinkan untuk membawanya. Hingga
sampailah mereka di pintu Langit Ketiga, maka berkatalah Malaikat penjaga pintu
kepada al-Hafadzah: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal ini ke wajah pemiliknya!
Akulah ‘Shaahibil Kibr’, malaikat pengawas kesombongan, aku telah diperintah oleh
Rabb-ku untuk tidak membiarkan amal perbuatan seperti ini lewat dihadapanku menuju
ke langit berikutnya! Sesungguhnya pemilik amal ini telah berbuat takabbur di
hadapan manusia di lingkungan (majelis) mereka!”

Kemudian naiklah al-Hafadzah yang lainnya dengan membawa amal seorang hamba yang
sedemikian cemerlang dan terang benderang bagaikan bintang-bintang yang gemerlapan,
bagaikan kaukab yang diterpa cahaya. Kegemerlapan amal tersebut berasal dari
tasbih, shalat, shaum, haji dan umrah. Diangkatlah amalan tersebut hingga ke pintu
Langit Keempat, dan berkatalah Malaikat penjaga pintu langit kepada al-Hafadzah:
“Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal ini ke wajah, punggung, dan perut dari si
pemiliknya! Akulah ‘Shaahibul Ujbi’, malaikat pengawas ‘ujub (mentakjubi diri
sendiri), aku telah diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amalan seperti
ini melewatiku menuju ke langit berikutnya! Sesungguhnya si pemilik amal ini jika
mengerjakan suatu amal perbuatan maka terdapat ‘ujub (takjub diri) didalamnya!”

Kemudian naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal seorang hamba hingga mencapai ke
Langit Kelima, amalan tersebut bagaikan pengantin putri yang sedang diiring
diboyong menuju ke suaminya. Begitu sampai ke pintu Langit Kelima, amalan yang
demikian baik berupa jihad, haji dan umrah yang cahayanya menyala-nyala bagaikan
sinar matahari. Maka berkatalah malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah:
“Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya dan
pikulkanlah pada pundaknya! Akulah ‘Shaahibul Hasad’, malaikat pengawas hasad
(dengki), sesungguhnya pemilik amal ini senantiasa menaruh rasa dengki (hasad) dan
iri hati terhadap sesama yang sedang menuntut ilmu, dan terhadap sesama yang sedang
beramal yang serupa dengan amalannya, dan ia pun juga senantiasa hasad kepada
siapapun yang berhasil meraih fadhilah-fadhilah tertentu dari suatu ibadah dengan
berusaha mencari-cari kesalahannya! Aku telah diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak
membiarkan amalan seperti ini melewatiku untuk menuju ke langit berikutnya!”

Kemudian naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal perbuatan seorang hamba yang
memancarkan cahaya yang terang benderang seperti cahaya matahari, yang berasal dari
amalan menyempurnakan wudhu, shalat yang banyak, zakat, haji, umrah, jihad, dan
shaum. Amal perbuatan ini mereka angkat hingga mencapai pintu Langit Keenam. Maka
berkatalah malaikat penjaga pintu ini kepada al-Hafadzah: “Berhentilah kalian!
Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya, sesungguhnya sedikitpun ia
tidak berbelas kasih kepada hamba-hamba Allah yang sedang ditimpa musibah (balaa’)
atau ditimpa sakit, bahkan ia merasa senang dengan hal tersebut! Akulah ‘Shaahibur-
Rahmah’, malaikat pengawas sifat rahmah (kasih sayang), aku telah diperintahkan
Rabb-ku untuk tidak membiarkan amal perbuatan seperti ini melewatiku menuju ke
langit berikutnya!”

Dan naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal perbuatan seorang hamba yang lain,
amal-amal berupa shaum, shalat, nafaqah, jihad, dan wara’ (memelihara diri dari
perkara-perkara yang haram dan subhat/meragukan). Amalan tersebut mendengung
seperti dengungan suara lebah, dan bersinar seperti sinar matahari. Dengan diiringi
oleh tiga ribu malaikat, diangkatlah amalan tersebut hingga mencapai pintu Langit
Ketujuh. Maka berkatalah malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah: “Berhentilah
kalian! Pukulkanlah amalan ini ke wajah pemiliknya, pukullah anggota badannya dan
siksalah hatinya dengan amal perbuatannya ini! Akulah ‘Shaahibudz-Dzikr’, malaikat
pengawas perbuatan mencari nama-diri (ingin disebut-sebut namanya), yakni sum’ah
(ingin termashur). Akulah yang akan menghijab dari Rabb-ku segala amal perbuatan
yang dikerjakan tidak demi mengharap Wajah Rabb-ku! Sesungguhnya orang itu dengan
amal perbuatannya ini lebih mengharapkan yang selain Allah Ta’ala, ia dengan
amalannya ini lebih mengharapkan ketinggian posisi (status) di kalangan para fuqaha
(para ahli), lebih mengharapkan penyebutan-penyebutan (pujian-pujian) di kalangan
para ulama, dan lebih mengharapkan nama baik di masyarakat umum! Aku telah
diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amalan seperti ini lewat
dihadapanku! Setiap amal perbuatan yang tidak dilakukan dengan ikhlash karena Allah
Ta’ala adalah suatu perbuatan riya’, dan Allah tidak akan menerima segala amal
perbuatan orang yang riya’!”

Kemudian naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal perbuatan seorang hamba berupa
shalat, zakat, shaum, haji, umrah, berakhlak baik, diam, dan dzikrullah Ta’ala.
Seluruh malaikat langit yang tujuh mengumandang-kumandangkan pujian atas amal
perbuatan tersebut, dan diangkatlah amalan tersebut dengan melampaui seluruh hijab
menuju ke hadhirat Allah Ta’ala. Hingga sampailah dihadhirat-Nya, dan para malaikat
memberi kesaksian kepada-Nya bahwa ini merupakan amal shalih yang dikerjakan secara
ikhlash karena Allah Ta’ala.

Maka berkatalah Allah Ta’ala kepada al-Hafadzah, “Kalian adalah para penjaga atas
segala amal perbuatan hamba-Ku, sedangkan Aku adalah Ar-Raqiib, Yang Maha Mengawasi
atas segenap lapisan hati sanubarinya! Sesungguhnya ia dengan amalannya ini
tidaklah menginginkan Aku dan tidaklah mengikhlashkannya untuk-Ku! Amal perbuatan
ini ia kerjakan semata-mata demi mengharap sesuatu yang selain Aku! Aku yang lebih
mengetahui ihwal apa yang diharapkan dengan amalannya ini! Maka baginya laknat-Ku,
karena ini telah menipu orang lain dan telah menipu kalian, tapi tidakklah ini
dapat menipu Aku! Akulah Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib, Maha
Melihat segala apa yang ada di dalam hati, tidak akan samar bagi-Ku setiap apa pun
yang tersamar, tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apa pun yang bersembunyi!
Pengetahuan-Ku atas segala apa yang akan terjadi adalah sama dengan Pengetahuan-Ku
atas segala yang baqa (kekal), Pengetahuan-Ku tentang yang awal adalah sama dengan
Pengetahuan-Ku tentang yang akhir! Aku lebih mengetahui perkara-perkara yang
rahasia dan lebih halus, maka bagaimana Aku dapat tertipu oleh hamba-Ku dengan
ilmunya? Bisa saja ia menipu segenap makhluk-Ku yang tidak mengetahui, tetapi Aku
Maha Mengetahui Yang Ghaib, maka baginya laknat-Ku!”

Maka berkatalah malaikat yang tujuh dan 3000 malaikat yang mengiringi, “Yaa
Rabbana, tetaplah laknat-Mu baginya dan laknat kami semua atasnya!”, maka langit
yang tujuh beserta seluruh penghuninya menjatuhkan la’nat kepadanya.

Setelah mendengar semua itu dari lisan Rasulullah saw. maka menagislah Mu’adz
dengan terisak-isak, dan berkata, “Wahai Rasulullah! Engkau adalah utusan Allah
sedangkan aku hanyalah seorang Mu’adz, bagaimana aku dapat selamat dan terhindar
dari apa yang telah engkau sampaikan ini?”

Berkatalah Rasulullah saw., “Wahai Mu’adz! Ikutilah Nabi-mu ini dalam soal
keyakinan sekalipun dalam amal perbuatanmu terdapat kekurangan. Wahai Mu’adz!
Jagalah lisanmu dari kebinasaan dengan meng-ghiibah manusia dan meng-ghiibah
saudara-saudaramu para pemikul Al-Qur’aan. Tahanlah dirimu dari keinginan
menjatuhkan manusia dengan apa-apa yang kamu ketahui ihwal aibnya! Janganlah engkau
mensucikan dirimu dengan jalan menjelek-jelekan saudara-saudaramu! Janganlah engkau
meninggikan dirimu dengan cara merendahkan saudara-saudaramu! Pikullah sendiri aib-
aibmu dan jangan engkau bebankan kepada orang lain”

“Wahai Mu’adz! Janganlah engkau masuk kedalam perkara duniamu dengan mengorbankan
urusan akhiratmu! Janganlah berbuat riya’ dengan amal-amalmu agar diketahui oleh
‫‪orang lain dan janganlah engkau bersikap takabbur di majelismu sehingga manusia‬‬
‫”!‪takut dengan sikap burukmu‬‬

‫‪“Janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang sementara di hadapanmu ada orang‬‬


‫‪lain! Janganlah engkau mengagung-agungkan dirimu dihadapan manusia, karena‬‬
‫‪akibatnya engkau akan terputus dari kebaikan dunia dan akhirat! Janganlah engkau‬‬
‫‪berkata kasar di majelismu dan janganlah engkau merobek-robek manusia dengan‬‬
‫‪lisanmu, sebab akibatnya di Hari Qiyamah kelak tubuhmu akan dirobek-robek oleh‬‬
‫”!‪anjing-anjing neraka Jahannam‬‬

‫‪“Wahai Mu’adz! Apakah engkau memahami makna Firman Allah Ta’ala: ‘Wa naasyithaati‬‬
‫‪nasythan!’ (‘Demi yang mencabut/menguraikan dengan sehalus-halusnya!’, An-Naazi’aat‬‬
‫‪[79]:2)? Aku berkata, “Demi bapakku, engkau, dan ibuku! Apakah itu wahai‬‬
‫”?‪Rasulullah‬‬

‫‪Rasulullah saw. bersabda, “Anjing-anjing di dalam Neraka yang mengunyah-ngunyah‬‬


‫”!‪daging manusia hingga terlepas dari tulangnya‬‬

‫‪Aku berkata, “Demi bapakku, engkau, dan ibuku! Ya Rasulullah, siapakah manusia yang‬‬
‫”?‪bisa memenuhi seruanmu ini sehingga terhindar dari kebinasaan‬‬

‫‪Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Mu’adz, sesungguhnya hal demikian itu sangat mudah‬‬
‫‪bagi siapa saja yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala! Dan untuk memenuhi hal‬‬
‫‪tersebut, maka cukuplah engkau senantiasa berharap agar orang lain dapat meraih‬‬
‫‪sesuatu yang engkau sendiri mendambakan untuk dapat meraihnya bagi dirimu, dan‬‬
‫‪membenci orang lain ditimpa oleh sesuatu sebagaimana engkau benci jika hal itu‬‬
‫‪menimpa dirimu sendiri! Maka dengan ini wahai Mu’adz engkau akan selamat, dan pasti‬‬
‫”!‪dirimu akan terhindar‬‬

‫‪Khalid bin Ma’dan berkata, “Sayyidina Mu’adz bin Jabal ra. sangat sering membaca‬‬
‫‪hadits ini sebagaimana seringnya beliau membaca Al-Qur’aan, dan sering mempelajari‬‬
‫‪hadits ini sebagaimana seringnya beliau mempelajari Al-Qur’aan di dalam‬‬
‫‪majelisnya”.‬‬

‫ح دنمد نبن نسععيد النهنرودي ‪) ،‬حديث قدسي(‬ ‫ح د نمد نبن أشرس ‪ ،‬نح د ندث نننا مم ن‬ ‫ح دنمد القاسم العتكي ‪ ،‬نح د ندث نننا مم ن‬ ‫نح دندث نننا نح د ندثنننا أ نمبو نمن نمصور مم ن‬
‫عنن نخاعلد نبن نمنعندان ‪ ،‬نقانل ‪:‬‬ ‫ن‬ ‫‪،‬‬ ‫زيد‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫بن‬‫ن ن‬ ‫ور‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ع‬‫ن‬ ‫‪،‬‬ ‫زيز‬‫ع‬ ‫ع‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫بد‬
‫نن‬‫ع‬ ‫بن‬ ‫مر‬
‫م ن ن‬ ‫ع‬ ‫بن‬
‫ن‬ ‫زيز‬
‫ع‬ ‫ع‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫بد‬ ‫ع‬
‫نن‬ ‫نا‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ‫د‬
‫ن‬ ‫حاق نبن نجيح ‪ ،‬ن د‬
‫ح‬ ‫نح د ندث ننناعإنس ن‬
‫عل ني نعه نونسل دننم ‪ ،‬ثمدم حفظته ‪ ،‬فذكرته ك مدل يوم ‪ .‬نقانل ‪ :‬نعم ‪،‬‬ ‫ت لمعاذ نبن جبل نح د ندث نعني حديثثا نسعمنعتممه منن نرمسول الل د نعه نص د نلى الل د نمه ن‬ ‫مقل ن م‬
‫عل ني نعه نونسل دننم ي نمقومل ‪ " :‬وأنا رديفه ونحن نسير إذ رفع بصره إلى السماء ‪ ،‬نفنقانل ‪ :‬الحمد‬ ‫ت نرمسول الل د نعه نص د نلى الل د نمه ن‬ ‫ثمدم نقانل ‪ :‬نسعمنع م‬
‫عل ني نعه نونسل د ننم ‪ ،‬إمام الخير ‪ ،‬ونبي الرحمة ‪،‬‬ ‫ب ‪ ،‬يا ممنعاذ ‪ .‬قلت ‪ :‬لبيك يا نرمسول الل د نعه نص دنلى الل دنمه ن‬ ‫ل دنله ال دنعذي يقضي عفي خلقه ما أح د‬
‫ع دنز نونجدل‬
‫د ن‬‫ن‬
‫له‬ ‫ال‬ ‫ند‬
‫ن‬ ‫ع‬
‫ع‬ ‫حجتك‬ ‫انقطعت‬ ‫تحفظه‬ ‫ولم‬ ‫ه‬ ‫ت‬
‫ن نمم‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫س‬ ‫وإن‬ ‫‪،‬‬ ‫عيشك‬ ‫نفعك‬ ‫حفظته‬ ‫إن‬ ‫‪،‬‬ ‫أمته‬ ‫ي‬ ‫نقانل ‪ :‬أحدثك حديثثا ما حدث عبعه ن ع د ن‬
‫ب‬ ‫ن‬
‫عنلى باب ك مدل سماء‬ ‫ن‬ ‫عل‬ ‫ج‬ ‫و‬
‫ن ن ن‬ ‫‪،‬‬ ‫ما‬
‫ث‬ ‫تعظي‬ ‫جللها‬ ‫د‬
‫ن‬ ‫ق‬
‫ن‬ ‫ملك‬ ‫سماء‬ ‫لكل‬ ‫‪،‬‬ ‫السموات‬ ‫يخلق‬ ‫أن‬ ‫قبل‬ ‫أملك‬ ‫‪ ،‬ثمدم نقانل ‪ :‬إن ال د نله خلق سبعة‬
‫منهم بواثبا يكتب الحفظة عمل العبد ل نمه نور كنور الشمس نح د نتى إذا بلغ سماء ال دمدن ننيا ‪ ،‬فيقول الملك البواب ‪ :‬اضرب عبنهنذا العمل‬
‫وجه صاحبه ‪ ،‬وقل ل غفر ال د نله لك ‪ ،‬أ نننا ملك صاحب الغيبة ‪ ،‬عمنن اغتاب الدناس ل ننم أدع عمله يتجاوزني عإنلى غيري ‪ ،‬ويلعنه نح دنتى‬
‫يمشي ‪ ،‬ويقول ‪ :‬أمرني عبنذعلك ربي ‪ .‬ويصعد الملك بالعمل الصالح ‪ ،‬فيقول الملك ال د نعذي عفي السماء الثانية ‪ :‬قف ‪ ،‬فاضرب عبنهنذا‬
‫العمل وجه صاحبه ‪ ،‬وقل ل غفر ال د نله لك ‪ ،‬إنك أردت عبنهنذا العمل عرض ال دمدن ننيا ‪ ،‬فأنا ملك صاحب عمل ال دمدن ننيا ‪ ،‬ل أدع عمله أن‬
‫جا عبعه منن صدقة أ ننو صلة ‪ ،‬فتعجب‬ ‫يجاوزني عإنلى غيري ‪ ،‬أمرني عبنذعلك ربي ‪ ،‬ويلعنه نح د نتى يمشي ‪ ،‬ويصعد الملك بعمل العبد مبته ث‬
‫الحفظة فتجاوزها عإنلى السماء الثالثة ‪ ،‬فيقول الملك ‪ :‬قف ‪ ،‬فاضرب عبنهنذا العمل وجه صاحبه ‪ ،‬وقل ‪ :‬ل غفر ال د نله لك ‪ ،‬أ نننا‬
‫صاحب الكبر ‪ ،‬نونقند أمرني ربي أن ل أدع عمل متكبر يجاوزني عإنلى غيري ‪ ،‬وتصعد الحفظة بعمل العبد يزهو ك ننما يزهو النجم ال دنعذي‬
‫عنلى ملك السماء الرابعة ‪ ،‬فيقول ل نمه ‪ :‬قف ‪ ،‬فاضرب عبنهنذا العمل وجه صاحبه ‪،‬‬ ‫عفي السماء بتسبيح منن صوم ‪ ،‬أ ننو حج ‪ ،‬فتمر عبعه ن‬
‫وبطنه ‪ ،‬أ نننا ملك صاحب العجب ‪ ،‬وإن ربي أمرني أن ل أدعه يجاوزني عإنلى غيري ‪ ،‬فقل ل نمه ‪ :‬ل غفر ال دنله لك ‪ ،‬ويلعنه ثلثة‬
‫عنلى السماء الخامسة منن عمل الجهاد ‪،‬‬ ‫أيام ‪ ،‬وتصعد الحفظة بعمل العبد نمنع الملئكة كالعروس المزفوفة عإنلى أهلها ‪ ،‬فتمر عبعه ن‬
‫عل ننيه ضوء كضوء الشمس ‪ ،‬فيقول ل نمه الملك ‪ :‬قف أ نننا صاحب الحسد اضرب عبنهنذا العمل‬ ‫والصلة ‪ ،‬ولذلك العمل زئير كزئير السد ن‬
‫عنلى عاتقه ‪ ،‬أيحسد منن يتكلم عفيعه ؟ أ ننو يعمل كعمله ؟ نوعإنذا نرنأى العبد عفي ال ننفنضل ‪ ،‬والعمل ‪ ،‬والعبادة‬ ‫وجه صاحبه ‪ ،‬واحمله ن‬
‫عنلى عاتقه ‪ ،‬ويلعنه ما دام حثيا ‪ .‬وتصعد الحفظة بعمل العبد بوضوء تمام وقيام الليل ‪ ،‬وصلة‬ ‫ن‬ ‫ويحمله‬ ‫حسدهم ‪ ،‬ووقع فيهم ‪،‬‬
‫عنلى ملك السماء السابعة ‪ ،‬فيقول الملك ‪ :‬قف ‪ ،‬أ نننا صاحب العمل ال دنعذي لغير ال د نله ‪ ،‬اضرب عبنهنذا العمل جوارحه ‪،‬‬ ‫كثيرة ‪ ،‬فيمر ن‬
‫غنير ال د نله ‪ ،‬وأراد عبعه الذكر عفي المجالس ‪ ،‬والصيت‬ ‫عنلى قلبه ‪ ،‬أ نننا ملك الحجاب أحجب ك مدل عمل ل ني ننس ل د نله أراد عبعه صاحبه ن‬ ‫واقفل ن‬
‫جا عبعه منن حسن‬ ‫عفي المدائن ‪ ،‬أمرني ربي أن ل أدعه يجاوزني عإنلى غيري ما لم يكن ل دنله ‪ .‬وتصعد الحفظة بعمل العبد مبته ث‬
‫عل ننيه ‪ ،‬فيصعدون الحجب كلها نح د نتى يقومون بني ننن يدي الرب ‪ ،‬فيشهدون‬ ‫حعمد ن‬ ‫خلق ‪ ،‬وسمت ‪ ،‬ومذعكر كثير ‪ ،‬وتشيعه الملئكة السبعة ي م ن‬
‫عنلى ما عفي نفسه ‪ ،‬إ د ننه ل ننم يرد بعمله وجهي ‪.‬‬ ‫ن‬ ‫الرقيب‬ ‫وأنا‬ ‫‪،‬‬ ‫الحفظة‬ ‫أنتم‬ ‫ع د نز نونجدل ‪:‬‬ ‫عل ننيه بعمل خاص ‪ ،‬ودعاء ‪ .‬فيقول الرب ن‬ ‫ن‬
‫ت ‪ :‬يا‬ ‫عل ننيه لعنتك ولعنتنا ‪ .‬فبكي ممنعاذ نبن جبل ‪ ،‬نقانل ‪ :‬مقل ن م‬ ‫عل ننيه لعنتك ولعنتنا ‪ .‬فتقول أ ننهل السماء ‪ :‬ن‬ ‫فتقول الملئكة ‪ :‬ن‬
‫ت ‪ :‬يا نرمسول‬ ‫عل نينعه نونسل دنم ‪ :‬اقتد بنبيك يا ممنعاذ في اليقين ‪ .‬نقانل ‪ :‬مقل ن م‬
‫ع‬ ‫ن‬ ‫نرمسول ال د نله ‪ ،‬ما ال د نعذي نأعمل ؟ نفنقانل ل نمه الن د نعبدي نص د نلى الل د نمه ن‬
‫عل ني نعه نونسل د ننم ‪ :‬وإن نكانن عفي عملك‬ ‫عل نينعه نونسل د ننم ‪ ،‬وأنا ممنعاذ نبن جبل ‪ .‬نفنقانل الن د نعبدي نص د نلى الل دنمه ن‬ ‫ال د نله ‪ ،‬أ نننت نرمسول الل د نعه نص د نلى الل د نمه ن‬
‫ع نن إخوانك ‪ ،‬ول تزك نفسك بوضع إخوانك ‪ ،‬ول تراء بعملك ‪ ،‬ول تفحش عفي مجالسك لكي يحذروك‬ ‫تقصير يا ممنعاذ اقطع لسانك ن‬
‫عنلى الناس فينقطع عنك خيرات ‪ ،‬والخرة ول تمزق الدناس فتمزقك كلب‬ ‫ن‬ ‫تعظم‬ ‫ول‬ ‫‪،‬‬ ‫آخر‬ ‫وعندك‬ ‫جل‬ ‫لسوء خلقك ‪ ،‬ول تتناج نمنع نر م‬
‫ت ن ننشثطا سورة النازعات آية ‪ ، 2‬تدري ما مهنو ؟ نقانل ‪ :‬كلب النار تنشط اللحم والعظم ‪.‬‬ ‫النار ‪ ،‬وذلك قول ال د نله عفي كتابه نوال دنناعشنطا ع‬
‫عنلى منن يسره ال د نله تننعانلى " ‪ .‬نقانل ثننور ‪:‬‬ ‫قلت ‪ :‬يا نرمسول الل د نعه ‪ ،‬ومن يطيق نهعذعه الخصال ؟ نقانل ‪ :‬يا ممنعاذ ‪ ،‬إ دننه يسير ن‬
‫عنمر نبن سنان ‪،‬‬ ‫عنن م‬ ‫حعديث ‪ ،‬نونقند رواه انبن نح د نبان ‪ ،‬ن‬ ‫نقانل نخاعلد نبن نمنعندان ‪ :‬وما نرأ ننيت معاثذا يكثر مننتلوة القرآن ما يكثر نهنذا ال ن ن‬
‫عنن ثننور‬
‫ن‬ ‫‪،‬‬ ‫ينة‬ ‫ي‬
‫م نن‬‫ع‬ ‫بن‬
‫ن ن‬‫ع‬
‫نا‬ ‫ع‬ ‫‪،‬‬ ‫الخواص‬ ‫سلم‬ ‫ن‬ ‫ع‬
‫ن ن‬ ‫‪،‬‬ ‫المكفوف‬ ‫عنبد ال د نله‬
‫ععن القاسم نبن ن‬ ‫ن‬

Anda mungkin juga menyukai