Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Asuh Orang Tua


Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008:1088) bahwa sistem, atau cara “pola adalah model,
kerja”, Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik, membimbing,
membantu, melatih, dan sebagainya” Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:96). Sedangkan arti orang tua menurut Nasution dan Nurhalijah
(1986:1) “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam
suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari
disebut sebagai bapak dan ibu.” Gunarsa (2000:44) mengemukakan bahwa
“Pola asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik
dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi bagaimana pendidik
memperlakukan anak didiknya.” Jadi yang dimaksud pendidik adalah orang
tua terutama ayah dan ibu atau wali. Casmini (dalam Palupi, 2007:3)
menyebutkan bahwa: Pola asuh sendiri memiliki definisi bagaimana orang
tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada
upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada
umumnya.
Menurut Thoha (1996:109) menyebutkan bahwa “pola asuh orang
tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada
anak.”
Sedangkan menurut Kohn (dalam Thoha, 1996:110)
mengemukakan: Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan
dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari
cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan
hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang
tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan
demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua adalah bagaimana
cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi
kegiatan seperti memelihara, mendidik, membimbing serta mendisplinkan
dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

B. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua


Terdapat perbedaan yang berbeda-beda dalam mengelompokkan
pola asuh orang tua daam mendidik anak, yang antara satu dengan yang
lainnya hampir mempunyai persamaan. Diantaranya sebagai berikut:
Menurut Hourlock (dalam Thoha, 1996 : 111-112) mengemukakan ada tiga
jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak
dengan aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk
berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk
bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.
2. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan
orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan
untuk tidak selalu tergantung pada orang tua.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak
yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa
atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk
melakukan apa saja yang dikehendaki.
C. Sejarah Perkembangan Pola Asuh Di Negara Tiongkok
Republik Rakyat Cina (RRC) yang juga disebut Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir
seluruh wilayah kebudayaan, sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai
Cina dengan penduduk terbanyak di dunia. Populasinya melebihi 1,3 miliar
jiwa yang mayoritas bersuku bangsa Han. Hampir 59% penduduknya (lebih
kurang 767 juta orang) menjadi Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun
lebih kurang 33% dari mereka percaya kepada kepercayaan tradisi atau
gabungan kepercayaan Buddha dan Taoisme. Selain itu ada juga penganut
agama Islam dan Kristen di negara ini. Kebijakan pemerintah yang
membatasi keluarga di perkotaan (kecuali etnis
minoritas seperti Tibet) memiliki satu anak dan keluarga di pedalaman dua
anak jika anak yang pertamanya wanita membuat jumlah perbandingan
antara laki-laki dan perempuan tidak seimbang. Berbagai latar belakang
inilah yang mempengaruhi gaya pengasuhan orangtua terhadap anaknya di
negara Cina.

D. Pola Pengasuhan Di Negara Tiongkok


Seperti halnya di Jepang, orangtua di China melatih anak sedini
mungkin untuk mandiri dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, anak-anak
di China mempunyai banyak tanggung jawab. Semakin besar anak di sana,
semakin banyak pula tanggung jawab yang dimiliki.
Dalam penelitian empiris mengenai gaya pengasuhan di Cina
dalam Liu dan Guo (2010) menunjukkan hasil yang beragam. Sebagai
contoh penelitian yang ditemukan bahwa meskipun orang tua di Cina
memberikan kontrol yang lebih dan otoriter dibandingkan dengan orang tua
di Amerika Utara, prestasi akademik anak-anak Cina sama baiknya atau
bahkan lebih baik daripada anak-anak dari Amerika utara (Dornbusch et
al. 1987; Stevenson, Lee, Chen, Stigler, Hsu & Kitamura, 1990). Dengan
demikian, beberapa peneliti berpendapat bahwa strategi kontrol dan otoriter
mungkin memiliki nilai positif dalam masyarakat Cina, hal ini dikaitkan
dengan hasil yang adaptif pada anak-anak Cina (Chiu, 1987; Ekblad,
1988). Sebaliknya, Chen dan rekan-rekannya berpendapat bahwa, terlepas
dari perbedaan lintas-budaya antara orang tua Cina dan Barat berada di
tingkat rata-rata terutamaauthoritativeness and authoritarianism, makna
adaptational gaya pengasuhan dalam budaya Cina ini mirip dengan yang
biasanya ditemukan di Barat. Secara khusus gaya pengasuhanauthoritarian
berhubungan positif dengan agresi dan penerimaan negatif pada teman
sebaya, kompetensi sosial, dan pencapaian prestasi akademik di sekolah.
Sebaliknya orang tua dengan gaya pengasuhan authoritative ditemukan
berhubungan positif dengan indeks sosial dan penyesuaian di sekolah serta
berhubungan negatif dengan masalah penyesuaian (Chen, Dong & Zhou,
1997).
Salah satu contoh gaya pengasuhan dari budaya Cina dapat dilihat
dari sebuah buku yang berjudul “Battle Hymn of the Tiger Mother” Karya
Amy Chua yang kini merupakan best seller. Dalam memoarnya, ibu dari
Sophia (18 tahun) dan Louisa (14 tahun) itu menceritakan kesuksesan serta
kesalahan yang dibuatnya dalam mengasuh anak dengan gaya tradisional
Cina. Gaya pengasuhan authoritarian yang diterapkan oleh Amy Chua
membuat jemari si sulung, Sophia, di usia 14 tahun sudah mahir memainkan
piano. Sedangkan, adiknya, Louisa memainkan biola tanpa sedikitpun nada
sumbang. Selain itu, keduanya juga tampil sebagai jagoan akademik, sesuai
dengan tuntutan ibunya untuk meraih nilai sempurna di semua mata
pelajaran, kecuali olah raga dan drama. Masing-masing juga harus rutin
berlatih alat musik yang dipilihkan Amy Chua. Selain itu, ibu yang menikah
dengan pria Yahudi itu mengekang kedua putrinya dari kehidupan sosial.
Mereka tak memiliki pengalaman menginap di rumah teman, pergi pesta,
atau ikut pementasan drama. Seorang psikolog, A. Kasandra Putranto
berkomentar mengenai hal ini dalam republika.co.id bahwa, “Dengan
didikan seperti itu, generasi muda Cina memang banyak yang sukses namun
emosinya datar,” hal ini disebabkan anak-anak Cina telah diperkenalkan
pada falsafah hidup sejak kecil, mereka akan berusaha untuk tidak
mempermalukan keluarga.
Contoh lain gaya pengasuhan budaya Cina bisa dilihat dalam sebuah
rekaman video di situs youtube yang menampilkan seorang anak berusia 4
tahun dipaksa berlari di tengah salju dengan hanya memakai celana dalam
dan sepatu kets. Sedangkan sang ayah yang bernama He (44), sibuk
merekam dan terus menyuruh anaknya untuk berlari di tengah salju di New
York, AS. Saat itu suhu udara di sana mencapai minus 13 derajat
Celcius. Sang ayah bersikukuh bahwa hal itu membuahkan hasil positif,
terutama bagi kesehatan putranya, Duo Duo, yang lahir prematur dan
menderita beragam masalah kesehatan. Sekarang ini, Duo Duo dalam
kondisi sangat sehat dan tidak pernah kembali ke rumah sakit. Tidak hanya
itu, IQ anak tersebut kini sudah mencapai level jenius, yakni dengan poin
218. Hal ini membuat Duo Duo yang baru berumur 4 tahun, bisa melompati
TK dan langsung masuk ke SD. Dia menyebut gaya pengasuhannya sebagai
pola pengasuhan 'ayah elang'. Seekor elang muda belajar terbang ketika ibu
mereka memaksa dan menjatuhkan mereka dari sarang mereka yang ada di
tebing. Anak elang tersebut kemudian belajar untuk bertahan hidup melalui
tes-tes yang keras (Disarikan dari Detiknews.com).
Bahwa gaya pengasuhan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya
yang telah terinternalisasi dalam diri orangtua. Dalam budaya Cina, anak-
anak tidak dibiasakan tergantung pada orang lain dan selalu berusaha
meningkatkan kompetensi diri. Apalagi dengan kebijakan pemerintah Cina
yang memberlakukan aturan hanya memiliki satu anak dalam satu keluarga
khususnya di perkotaan, membuat setiap keluarga berusaha untuk
membimbing dan membesarkan anak dengan sebaik-baiknya dengan
melakukan berbagai cara agar menjadi penerus keturunan yang sukses.
Sehingga gaya pengasuhan yang cenderung otoriter dengan tetap
menunjukkan rasa cinta, dinilai cocok untuk konteks ini. Setiap gaya
pengasuhan memiliki aspek positif dan negatif. Perkembangan zaman yang
semakin global dengan arus informasi yang semakin cepat bisa dijadikan
bahan pengetahuan bagi setiap orangtua untuk menerapkan gaya
pengasuhan yang lebih tepat sesuai dengan kondisi kontekstual
dan kepribadian anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, gaya pola pengasuhan di negara Tiongkok cenderung keras
tetapi tetap menunjukkan cintanya. Orangtua di Tiongkok tidak akan
sungkan memberikan hukuman jika anaknya mendapatkan nilai A minus.
Mereka cenderung menggembleng anak-anak dengan keras. Tujuannya agar
anak berusaha sekuat tenaga mencapai hasil maksimal. Saat anak
menunjukkan sikap tidak menghargai orangtua, anak-anak harus bersiap
menerima omelan atau kritik tajam dari orangtuanya. Dan pola pengasuhan
di negara Tiongkok termasuk kedalam jenis pengasuhan otoriter yang
menurut Hurlock yaitu Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh
anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk
berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas
nama diri sendiri dibatasi.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/yuk-mengenal-pola-asuh-beberapa-negara-84

http://dihalamanbelakang.blogspot.com/2012/11/gaya-pengasuhan-orangtua-di-
negara-cina.html

Anda mungkin juga menyukai