Anda di halaman 1dari 6

Article Analysis

What is the “right” inventory management


approach for a purchased item?

I. Pendahuluan

Pengelolaan atas barang inventaris bukan merupakan hal yang sederhana.


Pengelolaan atas barang inventaris merupakan salah satu fakor yang harus
diperhatikan bagi perusahaan yang masih ingin tetap kompetitif dan bertahan di
pasar. Faktanya rata-rata perusahaan manufaktur mengeluarkan 56 sen dari
setiap dolar pendapatan untuk menutupi biaya langsung sebesar barang yang
dibeli. Bahkan angka ini lebih tinggi untuk grosir atau pengecer (Monczka et al.,
2002; Handfield, 2002). Pengelolaan barang inventaris antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain akan berbeda. Masing-masing memiliki pertimbangan
dan pendekatan sendiri. Pertimbangan tersebut dapat berupa penyediaan barang
inventaris fisik sebelum permindaan (persediaan) atau tidak ada persediaan
sampai ada permintaan terlebih dahulu. Pertimbangan kedekatan lokasi
persediaan dan jenis pengelolaan persediaan (dikelola sendiri atau dikelola pihak
lain) juga berbeda antar perusahaan.

II. Pendekatan Manajemen Persediaan

Terdapat 4 strategi manajemen persediaan untuk mengelola persediaan masuk


bahan baku, komponen, sub-sistem, atau inventaris ritel (selanjutnya disebut
hanya sebagai barang yang dibeli). Keempat strategi manajemen persediaan dapat
dibedakan dengan menguraikan pertanyaan: tentang
a. Siapa yang memiliki barang yang dibeli
b. Di mana barang-barang ini dipegang secara fisik

4 Jenis strategi dan karakteristiknya adalah sebagai berikut:


Tidak ada strategi yang lebih baik satu sama lain. Masing-masing perusahaan
dapat memilih sesuai dengna kemampuan dan ketersediaan sumberdaya.

III. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan dan Faktor Pendorong

Dalam menentukan strategi manajemen persediaan yang tepat, maka terdapat


beberapa faktor yang harus diperhatikan

1. Permintaan Customer
Faktor permintaan menitikberatkan pada kebutuhan customer.
a. Lead Team
Salah satu aspek yang mendasari dalam permintaan customer atau
persyaratan penggunaan adalah hubungan antara pesanan pelanggan
dengan pemenuhan lead-time (CLT) dan jumlah dari lead-time
pemenuhan pesanan (SLT) pemasok, yang waktu siklus perusahaan (CT),
dan waktu-pengiriman ke pelanggan (DTC).
Lead Team dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Prediksi kebutuhan customer
Memprediksikan kebutuhan customer tidak hanya terkait dengna
jumlah yang diminta atau dibutuhkan tetapi juga berkenaan dengan
waktu permintaan atau persyaratan.
1) Apabila prediksi kebutuhan customer dapat dengan mudah diprediksi
maka strategi manajemen persediaan dibuat untuk mengidentifikasi
waktu terbaik dalam melakukan proses pembelian.
2) Apabila prediksi kebutuhan customer tidak dapat diprediksikan
dengan mudah maka kepemilikan fisik atas persediaan, baik dimiliki
oleh perusahaan atau pemasok, merupakan pendekatan yang paling
memungkinkan.
c. Stabilitas Permintaan Customer
Stabilitas permintaan customer akan sangat berpengaruh signifikan
terhadap strategi kepemilikan persediaan.

2. Sifat Supply Line


a. Reliabilitas Supply Line
Supply Line mendorong perusahaan untuk memahami konteks supply
secara komprehensif.
Selain SLT, perusahaan harus memiliki ukuran informasi untuk melihat
realibilitas Supply Line. Ketika sumber pasokan untuk item tertentu tidak
dapat diandalkan, barang tersebut kemungkinan tidak akan tersedia saat
dibutuhkan, terlepas dari apakah SLT kurang dari atau lebih besar dari
CLT (Ramasesh, 1991; Song et al., 2000)
b. Kinerja Supplier
Kinerja supplier terdiri dari supplier delivery dan kinerja yang dapat
diukur. Ketika supplier tertentu mendeliver dengan bagus waktu
pengiriman dan kuantitas pengiriman, perusahaan tidak akan mampu
memprediksikan ketepatan waktu pengiriman.

3. Posisi Tawar
Posisi tawar yang tinggi akan menentukan kemampuan untuk menentukan
dan membuat permintaan tertentu dari pemasok tertentu. Daya tawar
perusahaan yang tinggi, ditentukan oleh
a. Ketersediaan Supplier
b. Keunikan barang yang dibeli

IV. “Inventory Management Approaches” decision framework


Framework Inventory Management Approach, dapat digambarkan sebagai
berikut:

V. Contoh Penerapan Framework

a. IKON Office Solution


IKON Office Solutions “mengintegrasikan sistem dan imaging yang
membantu bisnis mengelola alur kerja dokumen dan meningkatkan
efisiensi. .IKON bersaing melawan Xerox, Pitney Bowes, dan Danka,
misalnya, dan juga beberapa pemasoknya sendiri seperti Canon, Ricoh,
dan Hewlett-Packard.
Dalam bisnis ini, ketika peralatan kantor rusak, klien menuntut perbaikan
dengan cepat IKON menyediakan 7.000 teknisi servis di lapangan, ini
setara dengan 7.000 lokasi stocking dari beberapa bagian perbaikan yang
dilakukan untuk mengantisipasi potensi penggunaan yang diakui oleh
IKON sangat sulit diprediksi (Albright, 2002).
b. Dell Computer
Dell Computer menggunakan strategi build-to-order yang sangat sukses.
Sistem ini menyesuaikan sistem komputasi dengan keinginan pelanggan
Untuk menjadi efisien Dell menolak untuk berspekulasi dan membawa
inventaris/persediaan yang banyak.

c. Auto Zone Inc.


AutoZone, yang berbasis di Memphis, Tennessee, adalah retail chain suku
cadang mobil dengan partai besar. AutoZone mengoperasikan lebih dari
3.306 toko di AS . AutoZone menjelaskan bisnisnya melayani lebih dari
215 juta kendaraan terdaftar untuk sekitar $ 60 miliar dolar bisnis
(AutoZone Laporan Tahunan 2003).
Karena AutoZone berupaya memberikan layanan pelanggan yang sangat
baik, sehingga tidak ada pelanggan pulang tanpa menemukan apa yang dia
butuhkan, toko AutoZone dapat berharap untuk membawa antara 20.000
dan 22.000 unit penyimpanan yang berbeda (SKU).
Meskipun rasio perputaran persediaan rata-rata 1,5. Di lokasi hub, jumlah
total SKU dengan mudah melebihi 100.000 unit (Boorstin, 2003; Howell,
2003). Bahkan, tahun 2003 estimasi barang di seluruh toko AutoZone dan
lokasi hub senilai $ 1,5 miliar (Fahey, 2003). Sebagian besar persediaan
dimiliki oleh Pemasok AutoZone. Karena persediaan sparepart bersifat
tidak unik maka dengan mudah diganti, sehingga terdapat banyak
pemasok.

d. WP Carey MBA
Program Malam di Arizona State University memiliki peringkat ketujuh
belas di antara program gelar MBA paruh waktu, per bulan April. Program
ini menghasilkan sekitar 250 siswa setiap tahun. Program Malam
mengharuskan siswa untuk membaca materi tambahan yang dilindungi hak
cipta, di samping buku teks yang ditugaskan. Barang tersebut diikat
sebagai satu paket. Staf Program Malam membeli Salinan digital atas
cetakan tersebut. Staf Program Malam tersebut kemampuan untuk
mendapatkan rilis hak cipta dari beberapa penerbit dan untuk mengikatnya
bersama untuk dijual kembali. Karena jumlah siswa yang terdaftar dalam
Program Malam untuk berbeda-beda sehingga hampir tidak ada
ketidakpastian ke jumlah salinan yang harus dibeli oleh Program Sore dari
XanEdu. Sekali dibeli (mis. dibuat oleh XanEdu), siswa dapat memperoleh
akses ke salinan digital menggunakan nama pengguna dan kata sandi
aman. Melalui pengaturan ini, Program Malam
menghilangkan sakit kepala karena harus menyediakan penyimpanan fisik
dan penanganan material untuk lebih dari 1.000 salinan kertas dari empat
paket kursus yang berbeda sebelum masing-masing awal trimester.
Sementara XanEdu adalah salah satu dari beberapa pemasok yang mampu
menyediakan paket kursus untuk Program Evening, telah menegosiasikan
akses dan hak distribusi untuk penerbit.

VI. Kesimpulan

1. Persediaan diperlukan untuk menjalankan bisnis dengan efisien. Pendekatan


yang diambil perusahaan untuk mengelola persediaannya akan berdampak
pada finansial. Perusahaan harus memutuskan pendekatan yang diambil
dengan bijak, karena keputusan yang salah dapat menyebabkan peningkatan
biaya persediaan dan tingkat layanan yang menurun. Dalam makalah ini dua
hal yang dibahas:
a. Dimana sebaiknya barang inventory ditempatkan, di perusahaan atau
pemasok
b. Siapa yang sebaiknya memiliki inventory, perusahaan atau pemasok.
2. Untuk menjawab kedua hal diatas, dapat menggunakan pendekatan
manajemen perusahaan dan Inventory Management Approaches.

DAFTAR PUSTAKA

Cynthia Wallin, M. Johnny Rungtusanatham and Elliot Rabinovich. What is the “Right”
Inventory Management Approach for a Purchased Item, 2014.

Anda mungkin juga menyukai